Anda di halaman 1dari 22

Analisis DRP pada

pasien asma dan


bronkopneumonia
Pembimbing :
Ramlah Fatihah Awan, S.Farm., Apt

Kelompok :
Widya Triandriani
Meila Sumita
Boni Santoso
Rikto Jaya Putra
Abdul Rasyid Lubis
Januar Ishak
Edwin Apriansyah
PRATIKUM KERJA PROFESI
APOTEKER UNIVERSITAS 17 AGUSTUS
1945 JAKARTA DI RS.SUYOTO
Pendahuluan

• Pelayanan Kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
PERMENKES farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
NO 72 TH 2016 meningkatkan mutu kehidupan pasien

• Asma merupakan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan


aktivitas sosial, bahkan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan
• Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2009 mencatat 225.000
Kemenkes orang meninggal karena asma. Menurut Riset Kesehatan Dasar
RI, 2013 tahun 2013 secara keseluruhan prevalensi penderita asma di
Indonesia sebesar 3,5 %
• penyakit ini Bronkopneumonia pada negara berkembang hampir
30%. Pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko
kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika, pneumonia
Bradley et menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak
al. 2011 di bawah umur 2 tahun
Pendahuluan

Berdasarkan adanya Mengingat pentingnya


peningkatan jumlah peran Apoteker dalam
pelayanan kefarmasian di
kejadian penyakit tersebut Rumah Sakit maka dalam
maka diupayakan untuk Praktek Kerja Profesi
melakukan peningkatan Apoteker (PKPA) ini
mutu kualitas hidup dilakukan pengkajian study
pasien, upaya yang kasus. Study kasus diambil
dilakukan pada pelayanan dari pasien di Unit
kefarmasian salah satunya Perawatan Dahlia di rumah
dilakuakn Drug Related sakit dr. Suyoto yang
Problem (DRP). didiagnosa menderita
penyakit Asma Bronkitis
Dan Bronkopneumonia.
Tujuan
• Tugas khusus ini bertujuan untuk mengkaji profil
pengobatan pasien rawat inap di Rumah Sakit dr. Suyoto
yaitu mengetahui dan mengidentifikasi adanya Drug
Related Problem (DRP).

Manfaat
• Untuk mengoptimalkan terapi obat dengan memastikan
secara epektif, efesien dan efikasi.
KLASIFIKASI DERAJAT BERAT ASMA BERDASARKAN
GAMBARAN KLINIS
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal paru

I. Intermiten Bulanan   APE > 80%

   Gejala < 1x /minggu  <2 kali sebulan VEP1 >80%


 Tanpa gejala di luar serangan nilai prediksi
 Serangan singkat  Variabiliti APE< 20%

II. Persisten Mingguan   APE > 80%


Ringan
 
  * Gejala >1x/minggu,  > 2 kali sebulan  VEP1 > 80% nilai prediksi
tetapi < 1x/ hari  Variabiliti APE 20-30%
* Serangan dapat
mengganggu aktiviti
dan tidur
III. Persisten Harian   APE 60 – 80%
Sedang
   Gejala setiap hari  >1x/seminggu  VEP1 60-80% nilai prediksi
 Serangan mengganggu aktiviti dan tidur  Variabiliti APE > 30%

Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal paru

IV. Persisten Kontinyu   APE < 60%


Berat
   Gejala terus menerus  Sering  VEP1 < 60% nilai prediksi
 Sering kambuh  Variabiliti APE > 30%
 Aktiviti fisik terbatas
Penatalaksanaan Asma

Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega


bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Medikasi pengontrol Alternatif / Pilihan lain Alternatif
Asm harian Lain
Asma Tidak perlu -------- -------
Intermiten
Asma Glukokortikosteroid  Teofilin lepas lambat ------
Persisten inhalasi (200-400 ug  Kromolin
Ringan BD/hari atau ekivalennya)  Leukotriene modifiers
Asma Kombinasi inhalasi  Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau Ditambah
Persisten glukokortikosteroid ekivalennya) ditambah Teofilin lepas lambat ,atau agonis
Sedang (400-800 ug  Glukokortikosteroiinhalasi (400-800 ug BD atau beta-2
BD/hari atau ekivalennya ekivalennya) ditambah agonis beta-2 kerja lama kerja lama
) dan agonis beta-2 kerja oral, atau oral, atau
lama  Glukokortikosteroiinhalasi dosis tinggi (>800 ug Ditambah
BD atauekivalen nya) atau teofilin
 Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau lepas
ekivalennya) ditambah leukotriene modifiers lambat

Asma Kombinasi inhalasi Prednisolon/  


Persisten glukokortikosteroid (>800 ug BD atau metilprednisolon
Bera ekivalennya) dan oral selang sehari 10 mg
agonis beta-2 kerja lama, ditambah agonis beta-2
ditambah di bawah kerja lama
ini: oral, ditambah teofilin
 teofilin lepas lambat lepas lambat
 leukotriene modifiers
 glukokortikosteroid Oral
Klasifikasi
Bronchopneumonia

 Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia


lobaris, pneumonia interstitiali, dan bronchopneumonia
 Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat
dari masyarakat (Community Acquired Pneumonia =
CAP) dan pneumonia yang didapat dari rumah sakit
(Hospital-Based Pneumonia).
 Berdasarkan mikroorganisme penyebab pneumonia
bakteri pneumonia virus pneumonia mikoplasma
pneumonia jamur. Berdasarkan karakteristik penyakit
yaitu pneumonia tipikal pneumonia atipikal.
 Berdasarkan lama penyakit yaitu pneumonia akut dan
pneumonia persisten.
Penatalaksanaan Bronchopneumonia

Tata laksana bronchopneumonia:


1. Tindakan suportif dan medikamentosa (Enarson & Gie
2005). Tindakan suportif seperti pemberian oksigen secara
nasal kanul (nasal prong) untuk mempertahankan saturasi
oksigen >90%. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat
juga merupakan tindakan suportif. Jika sekret berlebih
dapat diberikan inhalasi dengan normal salin untuk
memperbaiki transport mukosiliar.
2. Medikamentosa dengan pemberian terapi antibiotik sesuai
dengan pola kuman tersering yaitu Streptococcus
pneumonia dan Haemophilus influenza (PDPI 2003).
TINJAUAN KASUS

 Identitas Pasien
Nama pasien Ny. M
Tanggal lahir 16 Desember 1950
Umur 69 tahun
No. RM 24-40-XX
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk 19 Oktober 2019

Riwayat penyakit dahulu Asma


Ketergantungan Tidak ada
Riwayat alergi Alergi obat Cefadroxil
Anamnesa Pasien datang dengan keluhan sesak.

Diagnosa Asma Bronchitis + BP (Bronkopneumonia)


Data Subjektif Pasien
Tanggal Data subjektif Pasien

19/10/19 Pernapasan ronchi

19/10/19 Sesak nafas dan batuk

19/10/19 Sesak sudah berkurang, batuk

20/10/19 Batuk, pasien lemes, kurang nafsu makan

21/10/19 Batuk dan sesak berkurang, nyeri BAK

22/10/19 Batuk berkurang, sesak berkurang, Mual dan nyeri ulu hati

23/10/19 Batuk berdahak, hasil ronse thorax terdapat bercak di paru-paru

24/10/19 Tiga hari tidak BAB


Data Objektive Pasien

 Tanda-tanda Vital Pasien


    Okt-19
Pemeriksaa Nilai 19 20 21 22 23 24
n Normal

20.00 06.00 14.00 20.30 10.53 14.00 05.30 14.00 07.00 20.30 -

Suhu 36- 36.5° 36.5° 36.2° 36°C 36.2° 36.3° 37.3° 36.5° 36.3° 36.6° 36°C
37,5˚C C C C C C C C C C

Tekanan 128/90 115/70 115/75 85/58 123/7 110/80 143/73 137/81 135/78 134/77 131/82 140/80
Darah mmHg 2

Nadi 60-100 72 82 75 70 80 64 78 81 82 76 82
x/menit
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 19 Oktober 2019
Pemeriksaan Nilai normal 19/10/19 Keterangan

Hemoglobin 11.7 – 15.5 gr/dl 14.0 Normal

Hematokrit 35 – 47 % 39 Normal

Trom bosit 150.000 – 440.000 /uL 190.000 Normal

Leukosit 3.600 – 11.000 12.340 Tinggi


Glukosa < 180 mg/dL 159 Normal

Ureum 5 – 50 mg/dL 33 Normal

CREAP 0.6 – 1.1 mg/dL 0.7 Normal

SGOT 8 – 35 U/L 21 Normal

SGPT 4 – 35 U/L 12 Normal

Natrium 135 – 147 mmol/L 144 Normal

Kalium 3.6 – 5.5 mmol/L 4.2 Normal

Klorida 100 – 110 mmol/L 108 Normal


Profil Pengobatan Pasien Obat Pasien Dirawat

Lama Pemberian
Nama Obat Rute
20/10/2019 21/10/2019 22/10/2019 23/10/2019 24/10/2019

06.00 15.00 06.00 06.00 06.00


07.00 17.00 08.00 09.00 10.00
10.00 20.00 09.00 13.00  
RL+Aminophilin IV 12.00   13.00 14.00  
18.00   17.00 17.00  
22.00   21.00 19.00  
    23.00 22.00  
Terapi Obat Yang
Diberikan Saat Pasien
Pulang

Nama Obat Cara Pemberian Frekuensi Jumlah

Obat racikan Oral 2x1 20 tablet

Azitromicin Oral 1 X 500 mg 15 tablet


Assesment and Plan
 Analisa DRP (Drug Related Problem) dengan PCNE
No Problem Medik Terapi yang Didapatkan Guidelines Cause Rekomendasi
P3.1 Lainnya Kami merekomendasikan
  Tidak mendapatkan terapi C.1.6 Tidak ada pengobatan walau ada pemberian Ambroxol 30 mg
1 Drugs.com
Pasien mengalami batuk apapun indikasi diminum 2-3 kali sehari
berdahak
C.1.1 Obat yang tidak tepat (termasuk kontra Kami merekomendasikan
  indikasi) untuk menghentikan terapi
P2.1 Kejadian obat yang   dengan Aminophylin.
merugikan (mungkin) terjadi Menggunakan aminophyllin bersamaan
Terapi Aminophyllin dengan
2   Drugs.com dengan albuterol dapat mengurangi efek
combivent
Pasien mengalami mual, aminophyllin, meningkatkan risiko
nyeri ulu hati dan tidak BAB hipokalemia yang dapat menyababkan mual,
dalam 3 hari muntah sembelit keram perut, pusing,
kelemahan otot dan nyeri dada.
C.1.1 Obat yang tidak yang tidak tepat Kami merekomendasikan
  (termasuk kontra indikasi) untuk penggunaan
P2.1 Kejadian obat yang   methylprednisolon tidak
merugikan (mungkin) terjadi Terapi methyl prednisolon Penggunaan methylprednisolon dengan bersamaan. Pemberian kedua
3 Drugs.com
  dengan combivent combivent secara bersamaan dapat obat tersebut sebaiknya
Pasien lemes dan kurang menyebabkan hypokalemia. Hypokalemia dijedah
nafsu makan mengakibatkan pasien lemes dan kurang
nafsu makan
Kami merekomendasikan
C6.1 Waktu pemberian Obat yang tidak tepat
P1.1 pemberian methylprednisolon
 
Ada (potensial) masalah Terapi Methylprednisolone di stop atau pemberian
4 Medscape, 2019 pulmicort akan menurunkan efek
dengan (kurangnya) efek dengan pulmicort methyl prednisolon dan
methylprednisolondengan mempengaruhi
farmakoterapi pulmicort dijedah.
enzime hati CYP3A4 hati / usus
Telaah Resep

No AspekTelaah Ya Tidak

1. Tepat Pasien √  

2. Tepat Obat √

3. Tepat Dosis √

4. Tepat Frekuensi √

5. Tepat Pemberian √  

6. Duplikasi √

7. Interaksi Obat √

8. Kontraindikasi √

9. Alergi Obat √
Kesesuain Dosis

Dosis
Nama Obat Indikasi Obat Dosis literature Penilaian
Pemberian
Combivent Mengatasi penyempitan saluran napas (bronkospasme 1 ampul, maintenance : 1 ampul dipakai 4x1 amp sesuai
reversibel) yang berhubungan dengan penyakit paru 3 4 x sehari
obstruktif kronik (PPOK) dan serangan asma akut.  
Ceftriaxone Antibiotik 1-2 gr/ hari 1x2gr sesuai
Flixotid Meredakan gejala dan eksaserbasi asma pada 0.5 mg/2 ml 2x1 sesuai
pasien yang sebelumnya diterapi dengan 16 thn : 1-4 ampul 2x sehari, 4-16 thn : 2
bronkodilator saja atau dengan terapi ampul 2x sehari
pencegahan lain, pencegahan asma berat Aturan Pakai
pada pasien > 16 thn, terapi eksaserbasi akut
asma ringan sampai sedang pada anak-remaja

Pulmicort Asma bronkial > 12 th : 2 x sehari 1-2 mg. 3x1 Tidak sesuai
Pemeliharaan : 2 x sehari 0,5-1 mg.
Anak 3 bln- 12 th: 2 x sehari 0,5-1 mg.
Pemeliharaan : 2 x sehari 0,25-0,5mg

Laxadin Syr   >12 th: 1 x sehari 1-2 sendok makan, 6- 3xcth Tidak sesuai
12 th: 1 x sehari 0.5-1 sendok makan

Sucralfat syr Tukak lambung, tukak duodenum 500 mg/ 10mL 3xcth Tidak sesuai
Dewasa: 1 gram (2 sendok takar) 4 x
sehari selama 4 - 8 minggu
Omeprazol Tukak lambung, tuka duodenum, GERD. 40mg/ hari 1x40mg Sesuai
Ondansetron 8mg Mual dan muntah akibat kemotrapi dan radiotrapi, 3x 8mg 3x1 Sesuai
pencegahan mual dan muntah pasca oprasi.
methylprednisoslon Gangguan alergi, supresi inflamasi, udema serebral, 3omg/BB 3x1 Sesuai
penyakit kulit, dan penyakit rematik
9k
n
e-
nen
n2
asi
z4l
PEMBAHASAN
iia f
sim
m
O
upk
en
uto
m
orlh
abm
aa
kn
ae
tl
ra
i
ndT
2e,
aC
0k
ar1
Y
dni
9P
ai
3n
rp
sA
eD
e4
ak
m
lr
oaae
h
m
m
ra
h
aei
t1
nk2
id
s8
i/a
a/9
sa0
R
in
um
k
sm
m
aaH
fu
nhgi
s
s,d
su
ii
an
kd
n
tk
y
iai
upt
rt
kaa
ek
skpa
pin
oa
ee
m
st
nn
eie
g
ASUHAN KEFARMASIAN

 Pemantauan terapi obat pasien


Melakukan visit ke pasien untuk memastikan obat infuse yang
diberikan benar dan kebutuhan cairan terpenuhi, Melakukan visite
kepasien untuk mengetahui kondisi pasien sehubungan dengan
pemantauan/ pemastian terapi obat pasien.
 Konseling pengobatan pasien
Sebaiknya pasien menghindari tempat-tempat yang banyak debu
atau asap, Pasien sebaiknya menggunakan masker, Hindari minum
susu saat mengkonsumsi obat, Sebaiknya pasien minum obat dari
resep dokter tidak minum obat lain
penutup
• Pasien : Ny. M di diagnosa Asma Bronchitis dan
bronkopneumonia

Kesim
• Adanya DRP (Drug Related Problem) diantaranya
yaitu:
• Indikasi tidak ada terapi obat : batuk berdahak tidak
mendapatkan terapi obat batuk.
• Adanya intraksi aminophyllin dengan combiven
dapat menyebabkan hipokalemia, sehingga pasien

pulan
mengalami mual dan susah BAB
• Adanya intraksi mathylprednisollone dengan
combiven dapat menyebabkan lemes dan kurang
nafsu makan.
• Terapi methylprednisolon dengan pulmicort
bersamaan dapat mengurangi efek
methylprednisolone.

• Dibrikan obat batuk Ambroxol

Saran
• Pemberian Aminophyllin distop.
• Pemberian Methyprednisolone dengan Combiven
diberi jedah
• Pemberian Methylprednisolon dengan Pulmicort
dijedah atau pemberian Methylprednisolone di stop
DAFTAR PUSTAKA
 Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3.
Jakarta :EGC
 Bradley JS et al. 2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age :
Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect
Dis. 53 (7): 617-630.
 Drugs.com. 2019. combivent. Jakarta 19 November 2019.
 Drugs.com. 2019. Methylprednisolon. Jakarta 19 November 2019.
 Drugs.com. 2019.aminophylline. Jakarta 19 November 2019.
 Drugs.com.2019. Ambroxol.Jakrta 20 November 2019.
 Ikawati, Zullies. 2010. Cerdas Mengenali Obat. Yogyakarta: Kanisius. Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Hal. 85.
 Jeremy P.T., 2007, At Glance Sistem Respirasi, Edisi Kedua, Erlangga Medical Series, Jakarta, pp. 76-77.
 Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik
 Kumar, Y. A., Ahmad, A., Kumar, V. R., Mohanta, G. P., dan Manna, K. P., 2012, Pharmacist Interventions and Pharmaceutical
Care in an Indoan Teaching Hospital, International Journal of Advanced Research in Pharmaceutical and Bio Science Vol 2 (3),
392-394.
 Medscape. 2019. Methylprednisolon. Jakarta 19 November 2019.
 Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
 Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
 Nicholson, Walter. 2008. Micreconomic Theory. Basic Principle and Extensions. New York: Harcort Brace Colege Publishers
 PDPI. 2006. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Indah Offset Citra Grafika. Jakarta.
 Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan),
Peter Anugrah, EGC, Jakarta
 Republik Indonesia, 2016, Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta
 Sundaru, Heru, 2007. Kontrol Asma Sebagai Tujuan Pengobatan Asma Masa Kini. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Disertasi.
 World Health Organization (WHO) 2007. Maternal Mortality in 2005. Geneva : Departement of Reproductive Health and Research
WHO
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai