Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS/KLINIS

PERCOBAAN VI

“ASMA”

Hari/Tanggal : Sabtu, 30 November 2019

Nama : Lenni Dwi Ulfah

NIM : 61608100816028

Kelompok : IV (Empat)

Dosen : Aprilya Sri Rachmayanti, M.Farm.,Apt

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MITRA BUNDA PERSADA

BATAM

2019
PERCOBAAN VI
ASMA

I. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami cara melakukan skrining resep pasien
asma kondisi khusus
2. Untuk mengetahui dan memahami cara perhitungan dosis dan bahan
dalam resep pasien asma kondisi khusus
3. Untuk mengetahui dan memahami cara pelayanan informasi obat dan
konseling pasien asma kondisi khusus

II. Dasar Teori


Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai
dengan peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan
saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai
(Depkes, 2007). Menurut National Asthma Education and Prevention Program
(NAEPP) pada National Institute of Health (NIH) Amerika, asma didefinisikan
sebagai penyakit inflamasi kronik pada paru yang dicirikan oleh obstruksi
salurannapas yang bersifat reversibel, inflamasi jalan napas, peningkatan respon
jalannapas terhadap berbagai rangsangan (Ikawati, 2006).
Klasifikasi Asma
Klasifikasi Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat
penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat
penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka
panjang, semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan.
Tabel 1. Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan berat penyakit
Derajat Asma Gejala Fungsi Paru
 Intermiten Siang hari < 2 kali per minggu. Variabilitas APE < 20%
Malam hari < 2 kali per bulan. VEP1 > 80% nilai
Serangan singkat. Tidak ada prediksi APE > 80%
gejala antar serangan. Intensitas nilai terbaik
serangan bervariasi
 Persisten Siang hari > 2 kali per minggu, Variabilitas APE 20 -
Ringan tetapi < 1 kali per hari. Malam 30% VEP1 >80% nilai
hari > 2 kali per bulan. Serangan prediksi APE >80%
dapat mempengaruhi aktifitas nilai terbaik
 Persisten Siang hari ada gejala Malam hari Variabilitas APE > 30%
Sedang > 1 kali per minggu. Serangan VEP1 60-80% nilai
mempengaruhi aktifitas prediksi APE 60-80%
Serangan > 2 kali per minggu. nilai terbaik
Serangan berlangsung berhari-
hari Sehari-hari menggunakan
inhalasi β2 agonis short acting
 Persisten Berat Siang hari terus menerus ada Variabilitas APE > 30%
gejala Setiap malam hari sering VEP1 <60% nilai
timbul gejala Aktifitas fisik prediksi APE <60%
terbatas Sering timbul serangan nilai terbaik
Keterangan : VEP1 = Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik, APE = Arus
puncak ekspirasi. (Depkes, 2007 )
Penanda utama untuk mendiagnosis adanya asma antara lain :
 Mengi pada saat menghirup nafas
 Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari, dada sesak yang terjadi
berulang dan nafas tersenggal-senggal
 Hambatan pernafasan yang reversible secara bervariasi selama siang hari
 Adanya peningkatan gejala pada saat olahraga, infeksi virus, eksposur
terhadap alergen dan perubahan musim
 Terbangun malam-malam dengan gejala seperti di atas
Terapi Asma
Terapi Asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan
pengobatan yang perlu dilakukan secara teratur untuk mencegah kekambuhan.
Berdasarkan penggunaannya, maka obat asma terbagi dalam dua golongan yaitu
pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala asma dan pengobatan cepat
(quick relief medication) untuk mengatasi serangan akut asma. Beberapa obat
yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang antara lain inhalasi steroid, β2
agonis aksi panjang, sodium kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modifier
leukotrien dan golongan metil ksantin. Sedangkan untuk pengobatan cepat sering
digunakan suatu bronkodilator (β2 agonis aksi cepat, antikolinergik, metilksantin)
dan kortikosteroid oral (sistemik).obat-obat asma dapat dijumpai dalam bentuk
oral, larutan nebulizer, dan metered-dose inhaler (Ikawati, 2006).
Terapi non-farmakologi meliputi 2 komponen utama yaitu edukasi pada
pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma dan control
terhadap faktor-faktor pemicu serangan. Berbagai pemicu serangan antara lain
debu, polusi, merokok, olahraga, perubahan temperature secara ekstrim, dll.
Termasuk penyakit-penyakit yang sering mempengaruhi kejadia asma seperti
rhinitis, sinusitis, gastro esophageal refluks disease (GERD), dan infeksi virus
(Ikawati, 2006).
Prosedur yang dilakukan untuk mengatasi kegawatan dalam asma dibagi
menjadi :
 Pemberian oksigen, baik melalui kanula maupun melalui masker dengan
kecepatan yang disesuaikan dengan tingkat intensitas asma. Biasanya
dibutuhkan antara 1-15 liter per menit tergantung PaO2.
 Pemberian bronkodilator
Pemberian ini dibagi dalam 2 tahap yaitu 250 mg aminofilin dalam bentuk
bolus dalam glukosa 40%, kemudia dilanjutkan dengan pemberian dosis
pemeliharaan per infus 250 mg.
 Kortikosteroid
Dosis kortikosteroid bervariasi, tetapi sebagai pegangan dapat diberikan
hidrokortison 4mg/kg BB/jam, dapat pula diberikan mukolitik dan
ekspektoransia.
 Bila pengeluaran cairan tinggi atau terjadi dehidrasi maka dapat dikontrol
dengan pemberian cairan. (Rab, 2000)

Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan pengobatan jangka panjang yang paling efektif
untuk mengontrol asma dan memiliki efek utama mengurangi proses inflamasi
pada dinding saluran nafas, menekan ekspresi berbagai gen inflamasi pada saluran
nafas dan memperbaiki hiperesponsif bronkus (Rozaliyani dkk, 2011).
Macam-macam obat golongan kortikosteroid yang sering digunakan dalam
terapi asma adalah sebagai berikut :
 Deksametason
Indikasi deksametason adalah terapi pemeliharaan dan profilaksis asma.
Dosis yang digunakan untuk dewasa : 0,75 - 9 mg dalam 2 – 4 dosis terbagi
dan untuk anak – anak : 0,024 – 0,34 mg/kg berat badan dalam 4 dosis
terbagi (Depkes, 2007).
 Metil Prednisolon
Indikasi metil prednisolon adalah terapi pemeliharaan dan profilaksis asma.
Dosis yang digunakan untuk dewasa : 2 – 60 mg dalam 4 dosis terbagi dan
untuk anakanak : 0,117 – 1,60 mg/kg berat badan setiap hari dalam 4 dosis
terbagi (Depkes, 2007).
 Prednison
Indikasi prednison adalah terapi pemeliharaan dan profilaksis asma. Dosis
yang digunakan untuk dewasa : 5 – 60 mg dalam 2 – 4 dosis terbagi dan
untuk anakanak : 0,14 – 2 mg/kg berat badan setiap hari dalam 4 dosis
terbagi (Depkes, 2007).
 Triamsinolon
Indikasi triamsinolon adalah terapi pemeliharaan dan profilaksis asma.
Dosis yang digunakan untuk dewasa : 2 inhalasi (kira-kira 200 mcg), 3
sampai 4 kali sehari atau 4 inhalasi (400 mcg) dua kali sehari. Dosis harian
maksimum adalah 16 inhalasi (1600 mcg). Dosis untuk anak-anak 6-12
tahun : Dosis umum adalah 1-2 inhalasi (100-200 mcg), 3 sampai 4 kali
sehari atau 2-4 inhalasi (200-400 mcg) dua kali sehari. Dosis harian
maksimum adalah 12 inhalasi (1200 mcg) (Depkes, 2007).
 Beklometason
Indikasi beklometason adalah terapi pemeliharaan dan profilaksis
asma.Penggunaan obat ini harus benar-benar diperhatikan karena dapat
terjadi supresi adrenal dan memberatkan kondisi pasien yang mempunyai
riwayat penyakit infeksi. Dosis yang digunakan untuk dewasa dan anak >12
tahun :Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan bronkodilator
saja: 40 – 80 mcg sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma
dengankortikosteroid inhalasi : 40 -160 mcg sehari. Anak 5 – 11 tahun :
Pasien yang sebelumnya menjalani terapiasma dengan bronkodilator saja :
40 mcg sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan
kortikosteroid inhalasi : 40 mcg sehari (Depkes, 2007).
 Budesonid
Indikasi budesonid adalah terapi pemeliharaan dan profilaksis asma. Dosis
yang digunakan untuk dewasa : Pasien yang sebelumnya menjalani terapi
asma dengan bronkodilator saja : 200 – 400 mcg sehari. Pasien yang
sebelumnya menjalani terapi asma dengan kortikosteroid inhalasi : 200–400
mcg sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan
kortikosteroid oral 200 – 400 mcg sehari. Anak >6 tahun : Pasien yang
sebelumnya menjalani terapi asma dengan bronkodilator saja : 200 mcg dua
kali sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan
kortikosteroid inhalasi:200 mcg sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani
terapi asma dengan kortikosteroid oral , dosis maksimum 400 mcg dua kali
sehari (Depkes, 2007).
 Flutikason
Indikasi flutikason adalah terapi pemeliharaan dan profilaksis asma. Dosis
yang digunakan yaitu untukusia >12 tahun :Pasien yang sebelumnya
menjalani terapi asma dengan bronkodilator saja : 88 mcg dua kali sehari.
Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan kortikosteroid
inhalasi : 88 – 220 mcg sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi
asma dengan kortikosteroid oral, dosis maksimum 880 mcg dua kali sehari
(Depkes, 2007).
 Flunisolid
Indikasi flunisolid adalah terapi pemeliharaan dan profilaksis asma. Dosis
yang digunakan untuk dewasa : 2 inhalasi (500 mcg) dua kali sehari, pada
pagi dan malam (total dosis dalam sehari 1000 mcg). Jangan melebihi dosis
4 inhalasi dua kali sehari (2000 mcg). Anak 6 – 15 tahun :2 inhalasi dua kali
sehari (total dosis dalam sehari 1000 mcg) (Depkes, 2007).
 Mometason
Indikasi mometason adalah terapi pemeliharaan dan profilaksis asma. Dosis
yang digunakan untuk dewasa dan anak lebih dari 12 tahun : Pasien yang
sebelumnya menjalani terapi asma dengan bronkodilator saja : 220mcg dua
kali sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani terapi asma dengan
kortikosteroid inhalasi : 220 mcg sehari. Pasien yang sebelumnya menjalani
terapi asma dengan kortikosteroid oral, dosis maksimum 440 mcg dua kali
sehari (Depkes, 2007).
Rasionalitas Pengobatan Asma
Menurut definisi dari WHO, pengobatan obat yang rasional berarti
mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai pada kebutuhan
klinik mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri,
untuk suatu periode waktu yang memadai, dan pada harga terendah untuk mereka
dan masyarakatnya (Depkes, 2008).
Kriteria penggunaan obat yang rasional:
 Tepat indikasi yaitu pemberian obat yang diberikan pada pasien harus
yang tepat bagi suatu penyakit sesuai dengan gejala yang timbul.
 Tepat obat yaitu pemberian obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit.
 Tepat dosis yaitu pemberian obat yang meliputi : Dosis, jumlah, cara,
waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila salah satu dari empat
hal tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi tidak tercapai.
1) Tepat Jumlah
Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup.
2) Tepat cara pemberian
Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh
dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga
menjadi tidak dapat diabsorpsi sehingga menurunkan
efektifitasnya.
3) Tepat interval waktu pemberian
Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan
praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi
pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari) semakin rendah
tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari
harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval
setiap 8 jam.
4) Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing –
masing Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah
6 bulan, sedangkan untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama
pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari. d.
Tepat pasien yaitu pemilihan obat yang diberikan sesuai dengan
kondisi pasien dengan memperhatikan kontraindikasi obat.
(Depkes, 2008)
III. Alat dan Bahan
1. Resep
2. Etiket
3. Copy resep
4. Lembar kerja
5. Sampel obat
6. Zat obat

IV. Prosedur Kerja


1. Memilih salah satu resep yang telah disediakan
2. Melakukan skrining terhadap resep tersebut melputi kelengkapan
administrasi, kesesuaian farmasetis, dosis dan pertimbangan klinis
3. Menyiapkan obat sesuai permintaan pada resep
4. Membuat etiket dan copy resep
5. Menyerahkan obat disertai penyampaian informasi, KIE dan konseling
kepada pasien
V. Hasil Pengamatan
1. Resep

Dr. Pratama Purba, Sp.PD


Praktek Apotek Bugar Farma
(0401) 7788618

Batam, 28 November 2019


R/ Inhaler no I
S. 1 dd 1 (bila sesak)

R/ Asam mefenamat no XV
S. 3 dd 1

R/ Bisoprolol no LX
S. 1 dd 1

R/ Stimuno no X
S. 1 dd 1

Pro : Thok Ngah


Umur : 60 thn

TD : 160/100 mmHg
2. Etiket
Inhaler Methyl Prednisolone
APOTEK LENNI FARMA APOTEK LENNI FARMA
Kampung Seraya No 1 Batam Kampung Seraya No 1 Batam
Apoteker : Lenni Dwi Ulfah, S.Farm., Apt Apoteker : Lenni Dwi Ulfah, S.Farm., Apt
SIPA : 125/PER/XII/2018 SIPA : 125/PER/XII/2018
No : 03 Tgl : 30/11/19 No : 03 Tgl : 30/11/19
Nama : Thok Ngah Nama : Thok Ngah

3 x Sehari 1 Tablet
1 x sehari (Bila sesak)
Sesudah Makan

Amlodipine Stimuno
APOTEK LENNI FARMA APOTEK LENNI FARMA
Kampung Seraya No 1 Batam Kampung Seraya No 1 Batam
Apoteker : Lenni Dwi Ulfah, S.Farm., Apt Apoteker : Lenni Dwi Ulfah, S.Farm., Apt
SIPA : 125/PER/XII/2018 SIPA : 125/PER/XII/2018
No : 03 Tgl : 30/11/19 No : 03 Tgl : 30/11/19
Nama : Thok Ngah Nama : Thok Ngah

1 x Sehari 1 Tablet (Pagi Hari) 1 x Sehari 1 Kapsul

Sesudah Makan Sesudah Makan


3. Copy Resep

APOTEK LENNI FARMA


Kampung Seraya No 1 Batam
Apoteker : Lenni Dwi Ulfah, S.Farm,Apt
SIPA : 125/PER/XII/2018

Copy Resep
Dari Dokter : Dr. Pratama Purba, Sp.PD
No Resep : 03
Tgl Resep : 28 November 2019
Tgl Pengambilan Resep : 30 November 2019
Nama Pasien : Thok Ngah
Umur Pasien : 60 thn

R/ Inhaler no 1
S. 1 dd 1 (bila sesak)
________________________det

R/ Asam mefenamat no XV
S. 3 dd 1
________________________det metil prednisolon

R/ Bisoprolol no LX
S. 1 dd 1
________________________det amlodipine

R/ Stimuno no X
S. 1 dd 1
________________________det

Pcc
4. Skrining Resep
 Aspek Administrasi
No Kajian Ada Tidak
Inscription
1 Nama Dokter 
2 SIP Dokter 
3 Alamat Dokter 
4 Nomor Telepon 
5 Tempat dan Tanggal 
Penulisan Resep
Invocation
6 Tanda Resep diambil 
Penulisan R/
Prescriptio
7 Nama Obat 
8 Kekuatan Obat 
9 Jumlah Obat 
Signatura
10 Nama Pasien 
11 Jenis Kelamin 
12 Nomor Pasien 
13 Berat Badan 
14 Alamat Pasien 
15 Aturan Pakai Obat 
16 Iter/Tanda Lain 
17 Tanda Tangan/Paraf Dokter 
 Aspek Farmasetik
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk Sediaan - -
2 Stabilitas Obat - -
3 Inkompatibilitas - -
4 Cara Pemberian - -
5 Jumlah atau Aturan - -
Pakai
 Dosis
Nama Indikasi Kontraindika Efek Dosis
Obat si Samping Dosis Dosis Bentuk

lazim resep Sediaan

Inhaler Meredakan Hipersensi- Hidung meler / Dewasa 1 x 1 Nasal


asma ringan tivitas tersumbat, mulut : 1-2 (bila spray
- berat terhadap obat kering, pupp sesak
salbutamol tenggorokan
Dosis : )
kering
3-4 x
sehari
Asam Meredakan Tukak peptik, Ngantuk, diare, 500 mg 3x Tablet
mefenamat nyeri ringan kerusakan maag 3x sehari
- sedang ginjal, asma sehari
yang sensitif
terhadap
NSAID
Bisoprolol Hipertensi, Gagal Insomnia, nyeri 5 – 10 1x Tablet
angina jantung akut, dada, gagal mg sehari
pektoris asma jantung perhari
bronkial kongesif, vertigo
berat, syok
kardiogenik
Stimuno Memper- Hipersensiti- Sakit perut, 1x 1x Kapsul
baiki sistem vitas diare sehari sehari
imun terhadap obat
sistem imun
 Pertimbangan Klinis
Masalah Solusi
Dapat menurunkan efektivitas Konsultasikan ke dokter mengenai
bisoprolol jika digunakan bersama kombinasi obat dan disarankan
obat golongan obat antiinflamasi mengkonsumsi amlodipine yang
non-steroid aman untuk lansia
Penggunaan obat asam mefenamat Konsultasikan ke dokter bahwa
dengan penderita asma pasien tersebut terkena asma

5. Metode SOAP
 Subjek
Pasien bernama Thok Ngah
Usia : 60 th
 Objek
TD : 160/100 mmHg
 Assasment
Diagnosa : Asma dan Hipertensi
 Plan
Terapi Farmakologi :
 Inhaler 1 x sehari (Bila sesak)
 Methyl prednisolone 3 x sehari 1 tablet (Sesudah makan)
 Amlodipine 1 x sehari pada pagi hari
 Stimuno 1 x sehari
Terapi Non-Farmakologi :
 Pola hidup sehat (berhenti merokok, menghindari obesitas,
kegiatan fisik misalnya senam asma)
 Kontrol secara teratur
 Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam
penanganan asma sendiri / asma mandiri)
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami membahas tentang asma. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui dan memahami cara perhitungan dosis dan bahan
dalam resep pasien asma kondisi khusus, mengetahui dan memahami cara
pelayanan informasi obat dan konseling pasien asma kondisi khusus.
Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai
dengan peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan
saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai.
Pada praktikum ini setiap masing-masing kelompok diberi satu buah resep.
Resep yang kami dapat yaitu atas nama pasien Thok Ngah berusia 60 tahun dan
mendapatkan resep yang berisi obat inhaler, asam mefenamat, bisoprolol dan
stimuno. Dan hasil laboratorium pasien yang di ketahui TD 160/100 mmHg.
Dari hasil laboratorium tersebut dapat di ketahui bahwa tekanan darah pasien
tinggi. Diketahui juga bahwa pasien tersebut menderita penyakit asma.
Penggunaan obat pada pasien yaitu inhaler yang digunakan 1 x sehari bila
sesak, indikasi untuk meredakan asma. Asam mefenamat yang digunakan 3 x
sehari sesudah makan, indikasinya untuk meredakan nyeri. Tapi penggunaan
asam mefenamat pada pasien asma tidak dianjurkan karna dapat menyebabkan
asma menjadi kambuh maka harus konsultasikan dulu kedokter, dan setelah
dikonsultasikan maka disarankan untuk menggantinya dengan methyl
prednisolon yang digunakan 3 x sehari sesudah makan. Kemudian bisoprolol
yang digunakan 1 x sehari sesudah makan pada pagi hari, indikasinya untuk
obat hipertensi. Namun, penggunaan bisoprolol jika digunakan bersama obat
golongan antiinflamasi non-steroid dapat menurunkan efektivitas dari bisoprolol
maka disarankan untuk menggantinya dengan obat amlodipine karna amlodipine
juga aman untuk lansia. Selanjutnya yaitu stimuno digunakan 1 x sehari
indikasinya untuk memperbaiki sistem imun.
Selain mengkonsumsi obat-obat diatas maka disarankan juga untuk
melakukan terapi sebagai berikut yaitu pola hidup sehat (berhenti merokok,
menghindari obesitas, kegiatan fisik misalnya senam asma), selalu datang
kontrol secara teratur, meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam
penanganan asma sendiri / asma mandiri).
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa :
 Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai
dengan peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan
saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang
sesuai.
 Penanda utama untuk mendiagnosis adanya asma antara lain : mengi
pada saat menghirup nafas, riwayat batuk yang memburuk pada malam
hari, dada sesak yang terjadi berulang dan nafas tersenggal-senggal,
hambatan pernafasan yang reversible secara bervariasi selama siang hari,
adanya peningkatan gejala pada saat olahraga, infeksi virus, eksposur
terhadap alergen dan perubahan musim dan erbangun malam-malam
dengan gejala seperti di atas.
 Penggunaan asam mefenamat pada pasien asma tidak dianjurkan karna
dapat menyebabkan asma menjadi kambuh.
 Penggunaan obat bisoprolol jika digunakan bersama obat golongan
antiinflamasi non-steroid dapat menurunkan efektivitas dari bisoprolol.
 Terapi non-farmakologi untuk pasien asma yaitu pola hidup sehat
(berhenti merokok, menghindari obesitas, kegiatan fisik misalnya senam
asma), selalu datang kontrol secara teratur, meningkatkan keterampilan
(kemampuan dalam penanganan asma sendiri / asma mandiri).
Daftar Pustaka

Anonim, 2002, Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma, The
National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP), Update on
Selected Topics 2002, National Institute Of Health, Lung, and Blood

Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Jakarta : Depkes
RI

Depkes RI, 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Ikawati, Z., 2006. Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernapasan, hal 43-50.


Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta

Rozaliyani A., Susanto A.D., Swidarmokko B. and Yunus F. (2011). Mekanisme


Resistensi Kortikosteroid Pada Asma. Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi FKUI- RS Persahabatan Jakarta

Anda mungkin juga menyukai