mempengaruhi sekitar
300 juta penduduk
diseluruh dunia
Prevalensi asma
meningkat di berbagai
negara, khususnya
pada kelompok usia
anak-anak
National Heart, Pencegahan
Lung, and dan
Blood Institute Global Intiative pengelolaan
Tahun
For Asthma asma
1993
World Health (GINA)
Organization
Prevalensi,
morbiditas, dan
mortalitas asma
Guideline Initiative for Asthma (GINA) 2019
menyediakan pendekatan yang komprehensif
dan terintegrasi untuk manajemen asma yang
dapat disesuaikan untuk kondisi masing-
masing pasien
Eksaserbasi asma merupakan episode yang ditandai
dengan peningkatan progresif gejala sesak napas, batuk,
mengi atau rasa berat di dada dan penurunan progresif
fungsi paru,
12
DIAGNOSIS EKSASERBASI
Mengukur penurunan fungsi paru ( aliran ekspirasi ) dibanding dengan fungsi paru
pasien sebelumnya dengan :
1. Spirometri
- Volume ekspirasi paksa 1 detik (APE1)
2. APE (Arus puncak Ekspirasi)
3. Frekuensi gejala
Manajemen Mandiri
Eksaserbasi dengan
Menulis Asthma Action
Plan
Manajemen Mandiri Eksaserbasi dengan Menulis Asthma
Action Plan
19
Follow Up setelah penanganan mandiri eksaserbasi
Mengunjungi layanan kesehatan primer untuk kontrol semi-urgent
(dalam 1-2 minggu), untuk penilaian;
1. Kontrol gejala dan faktor risiko eksaserbasi tambahan
2. Identifikasi penyebab potensial eksaserbasi.
3. Rencana aksi asma tertulis harus ditinjau ulang untuk melihat kesesuaian
dengan kebutuhan pasien.
Terapi controller harian dapat dilanjutkan pada level sebelumnya 2-4 minggu
setelah eksaserbasi, kecuali eksaserbasi terjadi akibat asma tidak terkontrol lama.
Dalam situasi tersebut, teknik inhaler dan kepatuhan berobat harus terus dicek, dan
dianjurkan peningkatan satu langkah terapi.
20
Manajemen Mandiri
Eksaserbasi di Layanan
Primer
Tatalaksana Asma Eksaserbasi
PEMERIKSAAN
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
OBJEKTIF
22
ANAMNESIS
Anamnesis harus mencakup:
Waktu onset dan penyebab eksaserbasi (jika diketahui).
Gejala asma berat, termasuk keterbatasan latihan atau gangguan tidur
Gejala anafilaksis
Faktor risiko kematian terkait asma (asthma related death)
Semua obat reliever dan contoller, termasuk dosis dan penulisan resep,
pola kepatuhan, perubahan dosis, dan respon terhadap terapi.
23
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda severitas eksaserbasi dan tanda vital, (contoh: tingkat kesadaran,
suhu, frekuensi nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, kemampuan dalam
melengkapi kalimat, penggunaan otot-otot aksesoris)
Faktor-faktor yang mempersulit (contoh: anafilaksis, pneumonia,
atelectasis, pneumotoraks, atau pneumomediastinum)
Tanda-tanda dari kondisi alternatif yang dapat menjelaskan sesak
napas akut (contoh: gagal jantung, disfungsi saluran napas atas, terhisap
benda asing, atau emboli paru).
24
PENGUKURAN OBJEKTIF
Pulse oximetry. Saturasi <90% pada anak atau dewasa menandakan
kebutuhan terapi agresif.
PEF pada pasien usia >5 tahun.
25
TATALAKSANA FARMAKOLOGIS
Tujuan pengobatan :
Terapi inisial utama :
Meringankan obstruksi saluran napas
Inhalasi berulang bronkodilator kerja
dan hipoksemia secara cepat,
singkat, kortikosteroid sistemik, dan
mengetahui patofisiologi inflamasi
suplementasi oksigen terkontrol.
penyebab, dan mencegah relaps.
26
Terapi Oksigen Terkontrol
SABA Inhalasi (jika ada)
27
Kortikosteroid Sistemik (OCS)
29
30
31
Evaluasi Respon
Selama pengobatan pasien harus dimonitor secara ketat dan titrasi obat
sesuai dengan respon pasien.
Pasien dengan eksaserbasi berat atau mengancam nyawa, yang gagal
terhadap pengobatan, atau pasien yang terus memburuk harus segera
dirujuk ke fasilitas emergensi.
Pasien dengan respon pengobatan SABA sedikit atau lambat harus dimonitor
secara ketat.
Pada kebanyakan pasien, fungsi paru dapat dikontrol setelah terapi SABA
dimulai.
Pengobatan tambahan harus dilanjutkan hingga APE dan VEP1 stabil
32
Follow Up
Obat untuk pulang harus termasuk reliever saat dibutuhkan, kortikosteroid
oral, dan controller rutin.
Teknik inhaler dan kepatuhan berobat harus dinilai sebelum pemulangan.
Pasien harus dinasehati agar menggunakan reliever hanya jika dibutuhkan.
Perjanjian jadwal kontrol berikutnya harus diatur 2-7 hari kemudian,
tergantung kondisi klinis dan sosial.
33
Saat kontrol, tenaga kesehatan harus menentukan serangan sudah
teratasi atau belum dan kortikosteroid oral dapat dihentikan atau tidak.
Asesmen level kontrol gejala pasien dan faktor risiko, eksplorasi
penyebab potensial eksaserbasi, dan peninjauan ulang rencana aksi
asma tertulis harus dilakukan.
Terapi controller harian dapat diturunkan ke tingkat sebelum
eksaserbasi pada 2-4 minggu setelah eksaserbasi, kecuali
eksaserbasi diawai dengan gejala yang sugestif menunjukkan asma
tidak terkontrol kronik.
Dalam situasi tersebut, teknik inhaler dan kepatuhan berobat harus
dicek, dan dianjurkan peningkatan satu langkah terapi.
34
Manajemen Mandiri
Eksaserbasi di
Departemen Emergensi
Tatalaksana Asma Eksaserbasi di Departemen Emergensi
PEMERIKSAAN
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
OBJEKTIF
36
Penilaian Objektif
1. Pengukuran fungsi paru : APE atau VEP1
2. Saturasi oksigen : dengan pulse oximetry.
Khusus digunakan pada anak-anak jika tidak bisa mengukur APE.
Pada anak, saturasi oksigen normal >95% dan saturasi <92% adalah
sebuah prediktor membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Tingkat saturasi <90% pada anak atau dewasa mengindikasikan
perlunya terapi yang agresif.
Saturasi harus dinilai sebelum oksigen diberikan, atau 5 menit setelah
oksigen dilepas atau ketika saturasi stabil.
37
3. Pengukuran gas darah arteri (AGD)
38
4. Rontgen dada (CXR)
39
40
41
Tatalaksana Akut seperti Departemen Emergensi
Epinefrin
Oksigen SABA Inhalasi
(Untuk anafilaksis)
Obat lainnya
Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid inhalasi
Ex : Ipratropium bromida
42
EVALUASI RESPON
Nilai secara berkala
1) Status klinis
2) Satulasi oksigen
3) Fungsi paru diukur setelah 3 jam pertama pemberian bronkodilator
43
Kriteria Rawat Inap vs Perencanaan Pulang
APE dan VEP1 sebelum pengobatan <25% prediksi atau terbaik, atau APE
dan VEP1 setelah pengobatan <40% prediksi atau terbaik, rawat inap
disarankan
Fungsi paru pasca-pengobatan 40-60% prediksi, pemulangan dapat
dilakukan setelah mempertimbangkan faktor risiko pasien dan ketersediaan
layanan kesehatan untuk follow up.
Fungsi paru pasca-pengobatan >60% prediksi atau terbaik, pemulangan
disarankan setelah mempertimbangkan faktor risiko dan ketersediaan
layanan follow up.
44
Faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
rawatan
Jenis kelamin wanita, usia lebih tua dan ras bukan putih
Penggunaan lebih dari delapan semprot beta2-agonis dalam 24 jam
sebelumnya
Severitas eksaserbasi (contohnya kebutuhan resusitasi atau intervensi medis
cepat saat datang, frekuensi napas >22 kali/menit, saturasi oksigen <995%,
APE akhir <50% prediksi)
Riwayat eksaserbasi parah sebelumnya (misalnya intubasi, rawatan asma)
Kunjungan emergensi tidak terjadwal yang membutuhkan OCS.
45
PERENCANAAN PULANG
Perjanjian kontrol berikutnya harus diatur dalam waktu satu minggu,
Strategi untuk meningkatkan manajemen asma termasuk obat-obatan,
keterampilan menggunakan inhaler
Rencana aksi asma tertulis
46
Follow Up Setelah Kunjungan IGD Atau Rawat Inap
Tenaga kesehatan harus meninjau kembali :
1) Pemahaman pasien mengenai penyebab eksaserbasi asma
2) Faktor risiko dapat dimodifikasi untuk eksaserbasi (bila relevan, merokok)
3) Pemahaman pasien mengenai tujuan dan cara penggunaan obat yang
benar
4) Tindakan yang perlu dilakukan pasien sebagai respon atas gejala
perburukan atau penurnan arus puncak
47
48
49
Manajemen Tatalaksana
PPOK Eksaserbasi
50
DEFINISI
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) merupakan penyakit yang umum, dapat
dicegah dan dapat diobati yang ditandai dengan gejala respirasi yang
persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh kelainan jalan
nafas dan/atau alveolar yang disebabkan oleh paparan partikel/gas beracun yang
signifikan
51
KLASIFIKASI MANAJEMEN TATALKSANA PPOK
EKSASERBASI
52
Eksaserbasi dikatikan dengan peningkatan produksi sputum
Perubahan warna sputum menjadi purulen peningkatan jumlah bakteri didalam sputum
Gejala biasanya timbul selama 7 - 10 hari.
Setelah 8 minggu 20% pasien belum kembali ke kondisi sebelum eksaserbasi
Eksaserbasi PPOK berkontribusi dalam perburukan penyakit
53
MANAJEMEN PENATALAKSANAAN PPOK
EKSASERBASI DI LAYANAN PRIMER
Pasien Terapi O2
eksaserbasi Indikasi Rawat
datang ke rawat inap inap
IGD
Penilaian
Penanganan
di IGD
54
TAMPILAN KLINIS EKSASERBASI PPOK
55 55
Nilai gejala, AGD, Ro Thoraks
Bronkodilator
PENANGA-
NAN KASUS
Pertimbangkan kortikosteroid oral
EKSASER-
BASI BERAT
Pertimbangkan antibiorik oral NAMUN
TIDAK
Pertimbangkan ventilasi mekanin non invasif MENGAN-
CAM NYAWA
Selalu: monitor keseimbangan cairan, pertimbangkan
56 antikoagulan, identifikasi dan penatalaksanaan gejala lain
Gejala berat
57
POIN KUNCI PENANGANAN EKSASERBASI
Methylxantines
Inhalasi β2 agonis (tidak
direkomendasikan)
58
TATALAKSANA FARMAKOLOGIS
59
TATALAKSANA TAMBAHAN
Rehabilitasi Nutrisi
60
TATALAKSANA FARMAKOLOGIS
61
BRONKODILATOR
62
GLUKOKORTIKOID
63
ANTIBIOTIK
64
KRITERIA
KELUAR DAN
FOLLOW UP
65
66
PROGNOSIS FAKTOR-FAKTOR OUTCOME
EKSASERBASI PPOK BURUK
- Usia tua
- IMT rendah
Prognosis jangka - Komorbid
panjang setelah rawat - Rawat inap sebelumnya u/
inap buruk eksaserbasi PPOK
mortalitas dalam 5 - Indeks keparahan klinis
tahun 50% eksaserbasi
- Kebutuhan terapi O2 jangka
panjang
67
PERBANDINGAN GINA 2019 & GOLD 2019
ASMA PPOK
68
ASMA PPOK
PERBANDINGAN GINA
69 2019 & GOLD 2019
THANK YOU