Gambaran :
Gejala asma dapat membaik secara spontan (reversible)
atau dengan pengobatan dan mungkin tidak terjadi dlm
beberapa minggu atau bulan.
FAKTOR PEMICU ASMA :
• Olahraga
5.
Symptoms/Exacerbations
KLASIFIKASI : (GINA, 2020)
- Gejala malam tidak lebih dari 2 kali sebulan - Eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur
- Bronkodilator diperlukan bila ada serangan - Membutuhkan bronkodilator dan kortikosteroid
- Jika serangan agak berat mungkin memerlukan - APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi
kortikosteroid - Variabiliti APE atau VEP1 20-30%
- APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi
Ada 3 cara yang digunakan oleh dokter untuk mengetahui seseorang itu menghidap
1. Amnanesis
2. Pemeriksaan fisikal
1. Spirometry test.
4. Pemeriksaan arus puncak ekspresi dengan Peak Expirometry Flow Rate (PEFR).
PPOK adalah penyakit yang umum, dapat dicegah, dan dapat diobati, yang dicirikan oleh gejala pernapasa
n yang persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh kelainan saluran napas dan/atau alveol
ar. Disebabkan oleh paparan yang signifikan terhadap partikel atau gas berbahaya dan dipengaruhi oleh fak
tor
inang termasuk perkembangan paru-paru yang abnormal. Komorbiditas yang signifikan mungkin memiliki
dan berdampak pada morbiditas dan mortalitas
Pada PPOK sering dijumpai adanya bronchitis kronis dan
emphysema, baik secara tunggal atau bersamaan.
Treatment :
Mencegah atau meminimalkan perkembangan penyakit, meringankan gejala, meningkatkan toleransi
olahragameningkatkan status kesehatan, mencegah dan mengobati eksaserbasi, mencegah dan mengobati
komplikasi, dan mengurangi morbidity dan mortality.
Diagnosis PPOK
1. Anamnesis :
a. Faktor Resiko :
- Usia
- Riwayat pejanan (asam rokok, polusi udara)
2. Gejala:
- Hipersonor
3. Auskultasi :
- Fremitus melemah
- suara nafas vesikuler melemah atau normal
- ekspirasi memanjang
- mengi
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
2. Spirometri
3. Lab. Darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah terjadi hipoksia kronik)
adanya riwayat pejanan faktor resiko disertai batuk kronik dan berdahak dengan sesak nafas
terutama pada saat melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia pertengahan atau yang
lebih tua.
Kelompok A
Semua pasien diberikan terapi bronkodilator, bisa berupa
bronkodilator kerja singkat (short acting beta22 agonis (SABA) atau
short acting antimuscarinic (SAMA) atau kerja panjang (long acting
beta2 2 agonis (LABA) atau long acting antimuscarinic (LAMA). Terapi
dilanjutkan bila ditemukan manfaat perbaikan gejala.
Kelompok B
Terapi awal menggunakan bronkodilator kerja panjang karena lebih
unggul dibandingkan bronkodilator kerja singkat. Pemilihan jenis
obat bergantung pada persepsi pasien terhadap perbaikan gejala.
Untuk sesak napas berat, dapat direkomendasikan terapi awal
menggunakan 2 bronkodilator. Jika penambahan bronkodilator kedua
tidak memperbaiki gejala, sebaiknya diperiksa kemungkinan
komorbiditas (seperti penyakit kardiovaskular, dan kanker paru) yang
dapat menambah gejala dan memengaruhi prognosis.
mMRC : Modified British Medical Research Council
CAT : COPD Assessment Test
Kelompok C
Terapi awal dengan bronkodilator kerja panjang tunggal (LAMA atau LABA). LAMA lebih unggul dibanding
LABA dalam mencegah eksaserbasi, sehingga LAMA lebih direkomendasikan untuk terapi awal kelompok ini.
Kelompok D
Pada umumnya, terapi awal menggunakan LAMA yang memiliki efek pada sesak napas dan eksaserbasi
Pada pasien dengan gejala yang lebih berat (skor CAT ≥20), khususnya dengan gejala sesak napas yang
memberat dan keterbatasan aktivitas, direkomendasikan terapi awal menggunakan kombinasi LABA dan
LAMA. Penelitian menunjukkan kombinasi tersebut lebih unggul dibandingkan obat tunggal. Pada beberapa
pasien, pilihan pertama untuk terapi awal adalah kombinasi LABA dan ICS.
Kombinasi ini memiliki potensi terbesar menurunkan eksaserbasi pada pasien dengan nilai eosinofil darah ≥300
sel/μL. Kombinasi LABA dan ICS juga merupakan pilihan pertama pada pasien PPOK dengan riwayat asma.
ICS dapat menimbulkan efek samping seperti pneumonia, sehingga penggunaannya sebagai terapi awal hanya
6. Phosphodiesterase Inhibitors
Roflumilast adalah Fosfodiesterase 4 (PDE4) diindikasikan untuk mengurangi risiko eksaserbasi pada
pasien dengan PPOK berat terkait dengan bronkitis kronis dan riwayat eksaserbasi.
Antimicrobial Therapy
1. Pada PPOK eksaserbasi akut terapi antibiotik dapat diberikan jika memicu 2 dari 3 gejala berikut :
Sesak nafas meningkat
Volume sputum meningkat
2. Terapi antibiotik ini harus didasarkan pada bakteri penyebab infeksi : H. Influenzae, Moraxela catarrhalis, S. Pneumoniae, dan H.P
arainfluenzae
3. Terapi dapat dimulai dalam 24 jam dari munculnya gejala, selama 7-10 hari
4. Pada eksaserbasi tanpa komplikasi, terapi yang direkomendasikan adalah gol. Makrolida (Azithromycin/Clarithromycin),
Cefalosporin generasi II/III atau doksisiklin.
5. Pada eksaserbasi dengan komplikasi, antibiotik yang direkomendasikan amoxicillin/clavulanate, fluoroquinolone (levofloxacin/mo
xifloxacin)
6. Eksaserbasi dengan resiko Pseudomonas aeruginosa terapi yang direkomendasikan adalah Fluoroquinolone (Levofloxacin)