Anda di halaman 1dari 15

STUDI KASUS FARMASI RUMAH SAKIT

Asma Pada Dewasa

Dosen Pengampu
Dr. apt. Opstaria Saptarini, M.Si.

Nama Anggota
1 Nia Aisyah (2120424758)
2 Octaria Santy (2120424763)

KELOMPOK 1
KELAS: B4

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
1. Definisi Asma
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas
yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan
atau tanpa pengobatan.
Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak
mengganggu aktivitas tetapi dapat eksaserbi dengan gejala ringan sampai berat bahkan
dapat menimbulkan kematian (Kemenkes RI)
2. Patofisiologi asma
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain allergen, virus,
dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma dini atau
EAR (early asthma reaction) dan reaksi asma lambat atau LAR (late asthma reaction). Setelah
kedua reaksi ini, proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi sub-akut atau kronik. Pada
keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan sekitarnya, berupa infiltrasi sel-sel inflamasi
terutama eosinophil dan monosit dalam jumlah besar ke dinding dan lumen bronkus.
Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma merupakan suatu hal yang kompleks.
Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak ditemukan di permukaan
bronkus, lumen jalan napas dan di bawah membrane basal. Berbagai faktor pencetus dapat
mengaktivasi sel mast. Selain sel mast, sel lain yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel
makrofag alveolar, eosinophil, sel epitel, jalan napas, netrofil, platelet, limfosit dan monosit.
Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan serangan asma,
melalui sel efektor sekunder seperti eosinophil, netrofil, platelet, dan limfosit. Sel-sel limfosit ini
juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti lektriens, tromboksan, PAF dan protein sitotoksik
yang memperkuat reaksi asma. Keadaan ini menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan
hiperaktivitas bronkus.
3. Faktor resiko asma
a. Faktor genetik
1. Hiperaktivitas
2. Atopi/alergi bronkus
3. Faktor yang memodifikasi penyakit genetic
4. Jenis kelamin
5. Ras/etnik
b. Faktor lingkungan
1. Alergen di dalam ruangan (tungau, debu, kucing, dll)
2. Alergen di luar ruangan
3. Makanan (bahan penyedap, pengawet, kacang, susu sapi, telur, dll)
4. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, dll)
5. Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum)
6. Ekspresi emosi berlebih
7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Perubahan cuaca
4. Klasifikasi asma
a. Asma saat tanpa serangan
Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar ruangan, terdiri dari : intermitten,
persisten ringan, persisten sedang, dan persisten berat. Klasifikasi ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
b. Asma saat serangan
Dalam melakukan penilaian berat-ringannya serangan asma, tidak harus lengkap
untuk setiap pasien. Penggolongannya harus diartikan sebagai sebagai prediksi dalam
menangani pasien asma yang datang ke fasilitas kesehatan dengan keterbatasan yang ada.
Penilaian tingkat serangan yang lebih tinggi harus diberikan jika pasien memberikan
respon yang kurang terhadap terapi awal, atau serangan memburuk dengan cepat, atau
pasien beresiko tinggi. Klasifikasi asma menurut derajat serangan dapat dilihat pada tabel
berikut:

5. Tata laksana pasien asma


Tata laksana pasien asma aalah manajemen kasus untuk meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol). Tujuan:
 Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
 Mencegah eksaserbi akut
 Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
 Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
 Menghindari efek samping obat
 Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara
 Mencegah kematian karena asma
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasi menjadi 2 yaitu:
1. Penatalaksanaan asam akut (saat serangan)
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui oleh
pasien. Penanganan harus cepat dan disesuaikan dengan derajat serangan. Penilaian
beratnya serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala, pemeriksaan fisik dan
sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan
cepat. Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah bronkodilator (β2 agonis
kerja cepat dan ipratropium bromide) dan kortikosteroid sistemik.
Pada serangan ringan, obat yang digunakan hanya β2 agonis kerja cepat yang
sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak memungkinkan dapat diberikan
secara sistemik. Pada dewasa dapat diberikan kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral.
Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat berat sebelumnya) kortikosteroid oral
(metilprednisolon) dapat diberikan dalam waktu singkat 3-5 hari. Pada serangan sedang
diberikan β2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan
ipratropium bromide inhalasi, aminofilin IV (bolus atau drip). Pada serangan berat pasien
dirawat dan diberikan oksigen, cairan IV, β2 agonis kerja cepat ipratropium bromide
inhalas, kortikosteroid IV, dan aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja
cepat tidak tersedia dapat digantikan dengan adrenalin subkutan.
2. Penatalaksanaan asma jangka panjang
Bertujuan untuk mengontrol asma dan mencegah serangan. Pengobatan asma jangka
panjang disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma. Prinsip pengobatan jangka
panjang meliputi: edukasi, obat asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran.
Obat asma terdiri dari pengontrol dan pelega. Obat pelega diberikan saat serangan
asma, sedangkan pnegontrol ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan
dalam jangka panjang dan terus menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti
inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara
lain:
 Inhalasi kortikosteroid
 β2 agonis kerja panjang
 antileukotrien
 teofilin lepas lambat
Selain edukasi dan obat-obatan diperlukan juga menjaga kebugaran antara lain
dengan melakukan senam asma. Pada dewasa, dengan Senam Asma Indonesia yang teratur, asma
terkontrol akan tetap terjaga.

KASUS 1 STUDI
KASUS ASMA DEWASA
Ny. intan usia 60 tahun datang ke RSUD OKU pada 25 juni 2019, datang dengan keluhan
utama sesak napas yang timbul sejak 1 hari yang lalu. Sesak memberat sejak pagi hari. Sesak
disertai dengan suara napas berbunyi ngik-ngik (mengi) jika sesak nafas berat. Sesak dirasakan
sering timbul saat pagi hari, setelah aktivitas yang berat dan merasa kelelahan. Dalam 1 bulan ini
pasien mengalami serangan asma sebanyak 4-5 kali dalam 1 bulan. Demam disangkal, nyeri
dada disangkal pasien, nyeri perut disagkal, buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)
tidak ada keluhan yang dirasakan. Pasien tidak memiliki alergi makanan dan obat. Ia dengan
rutin meminum jamu beras kencur dan kunir asem dan ia memiliki kebiasaan mengemut permen
Ketika sedang menjahit
Riwayat penyakit dan keluarga
- Pasien memiliki riwayat asma sejak 2 tahun yang lalu. Namun untuk bulan bulan sebelumnya
gejala sesak pada pasien jarang kambuh.
- Ayah pasien juga memiliki riwayat asma.
- Suami pasien merokok berat tapi Pasien tidak merokok.
- Pasien sering menjahit baju sehingga berhubungan dengan kain. Pasien seorang penjahit yang
terkadang bekerja dalam waktu yang cukup lama hingga lembur
- Dirumah pasien sekarang sedang dilakukan renovasi rumah dan banyak terdapat debu.
- Pada malam hari pasien sering memakai kipas angin dan terkadang hingga pagi hari.
Hasil pemeriksaan saat masuk rumah sakit:
Pada pemeriksaan Fisik :
- Penampilan normal, tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis dengan nilai GCS
(Glasgow Coma Scale) 15.
- Berat badan 62 kg, dan tinggi badan 160 cm, dengan IMT 24,2 (overweight).
- Tekanan darah 150/95 mmHg
- GDS puasa 222 mg/dL
- nadi 84x/menit,
- frekuensi napas 32x/menit
- suhu tubuh 36,50C.
- Pada regio thorax didapati dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+), penggunaan otot
bantu pernapasan (+), pada palpasi didapati ekspansi dada simetris, nyeri tekan (-), fremitus taktil
sama pada kedua lapang paru, hasil perkusi didapati bunyi sonor pada kedua lapang paru, dan
pada auskultasi didapati wheezing pada kedua paru sepanjang ekspirasi.
- Cor: Batas Jantung normal, Bunyi Jantung 1 dan 2 normal, mumur (-), gallop (-)
- Pemeriksaan pada regio abdomen: cembung, BU 8x/menit, nyeri tekan (-), organomegali (-),
timpani. Pada ekstremitas didapati edem (-), akral hangat, CRT<2
- SaO2: 90%
- FEV1: 84%
Diagnosa:
Asma Eksaserbi persisten
Pengobatan yang didapat di IGD
1. Nebulisasi combivent 1x selama 15 menit
2. Salbutamol 2 mg/ 8 jam (reliever)
3. Inhalasi glukokortikosteroid 200 mcg (controller)

Pertanyaan :
1. Kumpulkan data subjektif dan objektif pasien
Jawab:
 Data subjektif
Ny. intan usia 60 tahun datang ke RSUD OKU pada 25 juni 2019, datang dengan
keluhan utama sesak napas yang timbul sejak 1 hari yang lalu. Sesak memberat sejak pagi hari.
Sesak disertai dengan suara napas berbunyi ngik-ngik (mengi) jika sesak nafas berat. Sesak
dirasakan sering timbul saat pagi hari, setelah aktivitas yang berat dan merasa kelelahan. Dalam
1 bulan ini pasien mengalami serangan asma sebanyak 4-5 kali dalam 1 bulan. Demam
disangkal, nyeri dada disangkal pasien, nyeri perut disagkal, buang air besar (BAB) dan buang
air kecil (BAK) tidak ada keluhan yang dirasakan. Pasien tidak memiliki alergi makanan dan
obat. Ia dengan rutin meminum jamu beras kencur dan kunir asem dan ia memiliki kebiasaan
mengemut permen ketika sedang menjahit
Riwayat penyakit dan keluarga
- Pasien memiliki riwayat asma sejak 2 tahun yang lalu. Namun untuk bulan bulan
sebelumnya gejala sesak pada pasien jarang kambuh.
- Ayah pasien juga memiliki riwayat asma.
- Suami pasien merokok berat tapi Pasien tidak merokok.
- Pasien sering menjahit baju sehingga berhubungan dengan kain. Pasien seorang penjahit
yang terkadang bekerja dalam waktu yang cukup lama hingga lembur
- Dirumah pasien sekarang sedang dilakukan renovasi rumah dan banyak terdapat debu.
- Pada malam hari pasien sering memakai kipas angin dan terkadang hingga pagi hari.
Hasil pemeriksaan saat masuk rumah sakit:
Pada pemeriksaan Fisik : Penampilan normal, tampak sakit sedang
 Data Objektif
- Kesadaran compos mentis dengan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) 15.
- Berat badan 62 kg, dan tinggi badan 160 cm, dengan IMT 24,2 (overweight).
- Tekanan darah 150/95 mmHg
- GDS puasa 222 mg/dL
- nadi 84x/menit,
- frekuensi napas 32x/menit
- suhu tubuh 36,50C.
- Pada regio thorax didapati dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+),
penggunaan otot bantu pernapasan (+), pada palpasi didapati ekspansi dada simetris,
nyeri tekan (-), fremitus taktil sama pada kedua lapang paru, hasil perkusi didapati
bunyi sonor pada kedua lapang paru, dan pada auskultasi didapati wheezing pada
kedua paru sepanjang ekspirasi.
- Cor: Batas Jantung normal, Bunyi Jantung 1 dan 2 normal, mumur (-), gallop (-)
- Pemeriksaan pada regio abdomen: cembung, BU 8x/menit, nyeri tekan (-),
organomegali (-), timpani. Pada ekstremitas didapati edem (-), akral hangat, CRT<2
- SaO2: 90%
- FEV1: 84%

2. Pada pengobatan yang diberikan pasien menjadi sering kencing dan lemah, ternyata ia
mengalami hipokalemia. Dokter akan mengganti obat yang diberikan.. beri saran anda
sebagai apotekernya.
Jawab: Sebaiknya obat salbutamol dihentikan karena dapat menyebabkan hypokalemia.
Cukup menggunakan aminofilin untuk mengobati asma dari pasien.

3. Analisis DRP yang terjadi pada pasien, tulis pada form PTO
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
Asma dewasa
Nama pasien : Ny. Intan Tanggal masuk RS : 25 Juni 2019

Umur : 60 tahun TB/BB : 160cm/62kg

Alamat : -

Sex : perempuan

Pendidikan : -

Cara masuk rumah sakit : tidak dijelaskan pada kasus

Riwayat pasien masuk rumah sakit

Pasien mengalami sesak nafas berat sejak 1 hari yang lalu. Sesak disertai dengan suara napas
berbunyi ngik-ngik (mengi) jika sesak nafas berat, dirasakan sering timbul saat pagi hari,
setelah aktivitas yang berat dan merasa kelelahan. Dalam 1 bulan ini pasien mengalami
serangan asma sebanyak 4-5 kali dalam 1 bulan. Demam disangkal, nyeri dada disangkal
pasien, nyeri perut disagkal, buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) tidak ada
keluhan yang dirasakan.pasien memiliki riwayat asma sejak 2 tahun lalu.

Anamnese dokter

- Tekanan darah 150/95 mmHg, GDS puasa 222 mg/dL, nadi 84x/menit, frekuensi napas
32x/menit, suhu tubuh 36,50C. Pada regio thorax didapati dinding dada simetris, retraksi
dinding dada (+), penggunaan otot bantu pernapasan (+), pada palpasi didapati ekspansi dada
simetris, nyeri tekan (-), fremitus taktil sama pada kedua lapang paru, hasil perkusi didapati
bunyi sonor pada kedua lapang paru, dan pada auskultasi didapati wheezing pada kedua paru
sepanjang ekspirasi.

Cor: Batas Jantung normal, Bunyi Jantung 1 dan 2 normal, mumur (-), gallop (-). Pemeriksaan
pada regio abdomen: cembung, BU 8x/menit, nyeri tekan (-), organomegali (-), timpani. Pada
ekstremitas didapati edem (-), akral hangat, CRT<2, SaO2: 90%, FEV1: 84%

Diagnosa

Asma eksaserbi persisten

Riwayat penyakit terdahulu

Asma sejak2 tahun yang lalu.

Riwayat pengobatan

1. Nebulisasi combivent 1x selama 15 menit

2. Salbutamol 2 mg/ 8 jam (reliever)

3. Inhalasi glukokortikosteroid 200 mcg (controller)


DRP
1. Pemberian aminophillin tepat indikasi
2. Pasien mengalami tekanan darah tinggi, diberikan captropil terapi tepat indikasi
3. Pemberian paracetamol dihentikan karena terapi tanpa indikasi
4. Pemberian salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia
5. Penggunaan ranitidine dihentikan karena tidak tepat indikasi
6. Pasien memiliki glukosa dalam darah di atas nilai normal, dan belum diberikan terapi

Plan
1. Penggunaan aminopilin dilanjutkan
2. Pemberian captropil tetap dilanjutkan
3. Penggunaan paracetamol dihentikan
4. Penggunaan salbutamol dihentikan
5. Penggunaan ranitidine dihentikan
6. Pemberian terapi non farmakologi untuk menurunkan gula darah pasien, yaitu bisa
dengan menjaga pola makan, menghitung jumlah kalori, rutin berolahraga, dll.
4. Apakah pasien mengalami rekonsiliasi obat?? Kapan??
Jawab: Pasien mengalami rekonsiliasi obat karena pasien memiliki riwayat penyakit
terdahulu sekitar 2 tahun yang lalu sehingga kemungkinan pasien pernah menerima terapi asma
tersebut tetapi tidak dijelaskan pasien sedang menjalankan terapi tersebut.
5. Monitoring, Edukasi dan informasi apa yang dapat diberikan ke pasien?
Jawab:
Monitoring
1. Efek samping dari obat yang digunakan
2. Tekanan darah pasien
3. Gula darah pasien, nadi dan frekuensi nafas pasien
4. Pemeriksaan rutin regio throx
5. Saturasi oksigen dan FEV1 pasien

Edukasi
Pada faktor biologi terdapat risiko ayah pasien yang menderita asma. Dari segi gaya hidup pasien
sering menjahit terlalu lama dan kurang istirahat jika ada pesanan dalam jumlah banyak.
Seharunya pasien bekerja dan dalam kondisi terduduk disarankan kurang dari 8 jam/hari.
Lingkungan rumah pasien sedang dilakukan renovasi yang menjadi penyebab sumber debu dan
dapat menimbulkan serangan asma pada pasien. Perlunya modifikasi lingkungan agar debu dari
renovasi rumah tidak menumpuk. Hal ini berkaitan dengan ventilasi dan penempatan/
penyusunan barang-barang di dalam rumah, hal ini dilakukan agar sirkulasi udara di dalam
rumah cukup dan debu tidak menumpuk, sehingga dapat memicu kekambuhan asma pada pasien.
Edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai jenis aktivitas fisik/olahraga yang dapat
dilakukan oleh pasien. Dengan melakukan olahraga yang tepat, dapat bermanfaat dalam
mengurangi inflamasi jalan napas, mengurangi hipersensitivitas bronkus, memperbaiki
kebugaran, menurunkan gula darah pasien, dan meningkatkan toleransi terhadap kegiatan fisik
serta kualitas hidup pasien. Intervensi edukasi dan evaluasi cara pemakaian obat. Agar obat yang
digunakan lebih efektif dan dapat mengontrol asma pasien dengan dosis yang tepat. Selain itu
edukasi tentang kepatuhan pasien untuk berobat rutin juga penting dalam mengontrol asma yang
diderita pasien. Pasien juga perlu menjaga pola makan dan menghitung jumlah kalori agar dapat
menurunkan gula darah pasien.

Infomasi
Pasien dapat menghindari faktor risiko terjadinya kekambuhan, perlu meningkatkan kesadaran
dan motivasi untuk melakukan pengelolaan penyakit asma, dan menjaga pola makan gizi
seimbang serta mengindari makanan yang dapat mencetuskan serangan.

DAFTAR PUSTAKA
Mayasari, D. dan Nicolas, A. 2020. Penatalaksanaan Asma dengan Faktor Risiko Debu Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga. AGROMEDICINE UNILA, 7(1), 58-66
Lorensia, A., Canggih, B., & Wijaya, RI. 2013. Analisis reaksi obat yang merugikan pada pasien
asma di suatu rumah sakit, Surabaya. Jurnal Farmasi Indonesia , 6 (3), 142-150.
Kemenkes RI. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3
UCs4eUJ0dVBndz09/2018/04/Keputusan_Menteri_Kesehatan_RI_Tentang_Pedoman_P
engendalian_Asma1.pdf&ved=2ahUKEwjXuPmYg9nyAhUKAXIKHdQtDRQQFnoEC
AMQAQ&usg=AOvVaw1kB04s7H1GxYdsnc_ZYEnp. Diakses pada tanggal 30
Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai