Anda di halaman 1dari 51

KONSELING PASIEN

ASMA
Fauziah Adriyani, S.Farm
Kelas A

Apoteker angkatan 1/2015


PROGRAM STUDI PROFESI
APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
2015

DEFINISI
Menurut NAEPP (The National Asthma Education and
Prevention Program) Asma didefinisikan sebagai Penyakit
inflamasi kronik pada saluran pernafasan di mana berbagai
sel terlibat, terutama mast cells, eosinofil, dan limfosit T,
yang dikarakterisir oleh :
1. obstruksi saluran nafas yang bersifat reversibel, baik
secara spontan maupun dengan pengobatan,
2. inflamasi jalan nafas, dan
3. hiperresponsivitas jalan nafas terhadap berbagai stimuli
Menurut Depkes RI tahun 2007 Asma merupakan inflamasi
kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan,
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag,
netrofil dan sel epitel

PATOFISIOLOGI
Penyakit
Asma
adalah
suatu
penyakit
kronik
(menahun)
yang
menyerang
saluran
pernafasan
(bronchiale)
pada paru dimana terdapat
peradangan
(inflamasi)
dinding rongga bronchiale
sehingga
mengakibatkan
penyempitan saluran nafas
yang akhirnya seseorang
mengalami sesak nafas

Pada suatu serangan asma, otot polos dari

bronki mengalami kejang dan jaringan yang


melapisi
saluran
udara
mengalami
pembengkakan karena adanya peradangan
dan pelepasan lendir ke dalam saluran
udara. Hal ini akan memperkecil diameter
dari saluran udara (bronkokonstriksi) dan
penyempitan ini menyebabkan penderita
harus berusaha sekuat tenaga supaya
dapat bernafas.

BERBAGAI MEDIATOR YANG TERLIBAT


PADA ASMA
Mediator
Major basic
protein
Histamin
Leukotriene

Prostaglandin
Tromboksan
PAF (platelet
activating
factor)
1/11/2009

Sumber

Aksi

eosinofil

kerusakan epitelial

sel mast

Kontraksi bronkus,
odema
mukosal,
Kontraksi sekresi
bronkus,
mukus
odema

Sel mast, basofil,


eosinofil,
neutrofil, makrofag, mukosal dan inflamasi
monosit
Sel mast, sel
Kontraksi bronkus,
endotelial
odema
makrofag, monosit, mukosal,
Kontraksi sekresi
bronkus,
mukus
platelet
sekresi
mukus
Sel mast, basofil,
Kontraksi bronkus,
eosinofil,
odema
neutrofil, makrofag, mukosal dan
Zullies Ikawati's Lecture es
inflamasi,
monosit,Notplatelet,
sel
sekresi mukus,
endotelial
bronchial

12

FAKTOR RISIKO/PENYEBAB
Risiko berkembangnya asma merupakan
interaksi antara faktor pejamu (host) dan
faktor lingkungan.
Faktor pejamu tersebut adalah:
-predisposisi genetik asma
-alergi
-hipereaktifitas bronkus
-jenis kelamin
-ras/etnik

Faktor lingkungan dibagi 2, yaitu :


a.
Yang
mempengaruhi
individu
dengan
kecenderungan
/predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma
b.
Yang
menyebabkan
eksaserbasi
(serangan)
dan/atau
menyebabkan gejala asma menetap.
Faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi
individu
dengan
predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma adalah :
- alergen di dalam maupun di luar ruangan, seperti mite domestik,
alergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung sari bunga
- sensitisasi (bahan) lingkungan kerja
- asap rokok
- polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
- infeksi pernapasan (virus)
- diet
- status sosioekonomi
- besarnya keluarga
- obesitas

Sedangkan
faktor
lingkungan
yang
menyebabkan
eksaserbasi dan/atau menyebabkan gejala asma menetap
adalah :
- alergen di dalam maupun di luar ruangan
- polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
- infeksi pernapasan
- olah raga dan hiperventilasi
- perubahan cuaca
- makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna
makanan)
- obat-obatan, obat inhibitor prostaglandin (NSAID) seperti
asetil salisilat, obat-obat antagonis simpatis yg 1
(antagonis reseptor beta1, adrenergik), ex: obat
hipertensi, obat jantung (propanolol)
- ekspresi emosi yang berlebihan
- asap rokok
- iritan antara lain parfum, bau-bauan yang merangsang

GEJALA
Gejala awal berupa :
batuk terutama pada
malam atau dini hari
sesak napas
napas
berbunyi
(mengi)
yang
terdengar jika pasien
menghembuskan
napasnya
rasa berat di dada
dahak sulit keluar

Gejala yang berat berupa:

Serangan batuk yang hebat

Sesak
napas
yang
tersengal-sengal

Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai


dari sekitar mulut)

Sulit tidur dan posisi tidur yang


nyaman adalah dalam keadaan duduk

Kesadaran menurun

berat

dan

BERDASARKAN PEMICUNYA
ASMA DIKATEGORIKAN MENJADI
Extrinsic atau atopic atau episodic asthma

diketahui pemicunya, yaitu alergen external


pada pasien atopic, pada usia muda.
Intrinsic

atau cryptogenic asthma pemicu


tidak diketahui, more persisten.

BERDASARKAN BERAT PENYAKIT


ASMA DIKATEGORIKAN MENJADI
Intermiten
Siang hari <2 kali
per minggu
Malam hari <2 kali
per bulan
Serangan singkat
Tidak ada gejala
antar serangan
Intensitas serangan
bervariasi

Persisten ringan
Siang hari > 2 kali per minggu,
tetapi < 1 kali per hari
Malam hari > 2 kali per bulan
Serangan dapat mempengaruhi

aktifitas

Persisten sedang
Siang hari ada gejala
Malam hari > 1 kali per
minggu
Serangan
mempengaruhi
aktifitas
Serangan >2 kali per
minggu
Serangan berlangsung
berhari-hari
Sehari-hari
menggunakan inhalasi
2-agonis short acting

Persisten berat
Siang hari terus menerus ada gejala
Setiap malam hari sering timbul gejala
Aktifitas fisik terbatas
Sering timbul serangan

DIAGNOSIS
Diagnosis asma adalah berdasarkan gejala

yang
bersifat
episodik,
pemeriksaan
fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan
dangkal dan terdengar bunyi mengi pada
pemeriksaan dada (pada serangan sangat
berat biasanya tidak lagi terdengar mengi,
karena pasien sudah lelah untuk bernapas).
Dan
yang
cukup
penting
adalah
pemeriksaan fungsi paru, yang dapat
diperiksa dengan spirometri atau peak
expiratory flow meter.

PENATALAKSANAAN ASMA
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup
agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Tujuan penatalaksanaan asma :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktivitas normal termasuk
exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara
(airflow limitation) ireversibel

NON
FARMAKOLOGI
Pola hidup
Pemberian oksigen
Pengukuran peak expiratory flow meter
Identifikasi dan mengendalikan faktor

pencetus asma

FARMAKOLO
GI
Reliever Pereda
(terapi jangka pendek
/ saat muncul gejala)

Obat
Asma

Controller
Pengontrol
(terapi jangka
panjang)

Agonis 2 selektif
reseptor
adrenergik
Merupakan bronkodilator yang paling efektif

Bekerja dengan pendudukan reseptor 2


adrenergik
Stimulasi
reseptor 2adrenergik

Aktivasi adenil
siklase

Relaksasi otot polos


Stabilisasi membran sel
mast
Stimulasi otot skelet

Peningkatan AMP
siklik intraselular

Kecepatan kerja :
1. Short
acting 2 agonist
(salbutamol), terbutaline.

(SABA)

albuterol

penanganan

episode
bronkospasmus
irregular / intermiten.
1st line therapy untuk penanganan asma
akut (mengatasi gejala).
2. Long acting 2 agonist (LABA) salmeterol, formotero
. Pengontrol tambahan jangka panjang untuk pasien

dg
pemberian
ICS
(low-medium)
sebelum
ditingkatkan.
. Tidak efektif untuk asma akut perlu 20 menit untuk
terjadi onset dan 1-4 jam untuk terjadi bronkodilatasi
maksimum.

Interaksi Obat
Obat

Interaksi dengan :
Non-cardioselective blocker (propanolol,
timolol)

Bronkokonstriksi serius

Ipratropium bromida

Glaukoma akut,
peningkatan tekanan
darah intraokular

Salbutamo
l
(albuterol) MAOIs (Monoamine
oxidase inhibitors)
Obat yang mengurangi
kalium (kortikosteroid,
diuretik, teofilin)

Efek Samping
Obat
(Salbutamol)
19

Efek

Gelisah, takikardi
Meningkatkan hipokalemia

epistaksis, peningkatan
nafsu makan, sakit
perut serta kram otot.

Kortikosteroid

Meningkatkan : - jumlah reseptor 2,


- respon terhadap
stimulasi
reseptor 2
Menurunkan : - produksi mukus,
- bronchial
hyperresponsiveness
(BHR),
- edema dan eksudasi

Kortikosteroid
Inhaler

mengobati
inflamasi
lokal;
terapi
jangka
panjang untuk asma
persisten.
Efek
merugikan
yang bersifat lokal

oropharyngeal
candidiasis diatasi
dengan penggunaan
spacer device.

Kortikosteroid Sistemik
terapi untuk asma yang
tidak merespon sepenuhnya
terhadap inhaler 2-agonist
(setiap 20 menit untuk 3
atau 4 dosis).
Penggunaan jangka pendek
short burst (3-10 hari),
dilanjutkan
dengan
kortikosteroid inhaler.
Penggunaan jangka panjang
dosis efektif terendah
toksisitas dikurangi dengan
terapi berselang.
Dosis
prednison
1-2
mg/kg/hari
(max
40-60

INTERAKSI OBAT
Obat

Kortikosteroi
d

Interaksi
dengan :
NSAID

Efek

Meningkatkan
pendarahan GI &
ulcer
Glisirizin,
Peningkatan kadar
makrolida
kortikosteroid
Antidiabetikum
Penurunan efek
obat antidiabetikum
Aminoglutemid,
Penurunan kadar
antasida,
kortikosteroid
barbiturat,
ketokonazol,
kontrasepsi oral

Kortikosteroid Inhaler

Kortikosteroid Sistemik

23

Metilxantin
Bronkodilator
Antiinflamasi

Contoh obat : Teofilin, Aminofilin


Mengurangi pelepasan mediator sel mast,
menurunkan pelepasan protein dasar eosinofil,
menurunkan proliferasi limfosit T, menurunkan
pelepasan sitokin sel T, dan mengurangi eksudasi
plasma
Tidak efektif dalam bentuk sediaan aerosol, dan
harus diberikan secara sistemik (oral / IV)
(-) Indeks terapi sempit (5 mcg/mL 15 mcg/mL)
Efek samping : nausea, takikardi, sakit kepala,
insomnia, iritabilitas, hiperglisemia, hipotensi,
aritmia jantung, menginduksi refluks esofageal.

INTERAKSI OBAT
Obat

Interaksi
dengan :

Efek

Agonis 2

Hipokalemia, kerja
jantung meningkat (dosis
tinggi)
Menghambat
metabolisme teofilin
(antagonis teofilin)
Penghambatan absorpsi
teofilin
Penurunan kadar teofilin
dalam darah
Penghambatan
metabolisme teofilin

1-blocker
Antasida
Teofili
n

Karbamazepin,
rifampisin
Asiklovir,
simetidin,

Mast Cell
Stabillizer
Mekanisme Kerja: Menginhibisi respon terhadap
paparan
alergen,
tetapi
tidak
menyebabkan
bronkodilatasi.
Indikasi profilaksis asma persisten ringan pada
anak-anak dan dewasa tanpa melihat etiologinya.
Tidak ada interaksi obat yang menimbulkan efek
yang berarti secara farmakologi dengan obat obat
golongan mast cell stabilizer
Inhalasi digunakan bagi pasien yang terbangun dari
tidur disebabkan asma, asma musiman, asma yang
disebabkan alasan yang jelas seperti olah raga
Contoh obat :
Inhaler Kromolin natrium, Nedokromil natrium
Oral Amlexanox, Ketotifen, Pemirolast, Tranilast

Modifikator
Leukotrien
1. Antagonis Reseptor Lekotrien
Zafirlukast dan Montelukast merupakan antagonis
reseptor leukotrien lokal yang mengurangi proinflamasi.
Dosis zafirlukast
dewasa: 20 mg; anak (5-11
tahun): 10 mg 2 x sehari
Dosis montelukast
dewasa: 10 mg; anak (6-14
tahun): 5 mg 1 x sehari (malam)
Obat

Interaksi
dengan

Efek

Zafirluka
st

Eritromisin

Penurunan bioavaibilitas
zafirlukast

Teofilin, aspirin Peningkatan kadar


zafirlukast

2. Inhibitor sintesis Leukotrien


Zileuton Dosis: 600 mg, 4 x sehari
Direkomendasikan 2 x 2 tablet extendedrelease (dosis total per hari 2400 mg)
Monitoring fungsi hati

Sediaan Dan Dosis Obat Untuk Mengatasi Gejala


Asma

Sediaan Dan Dosis Obat Pengontrol Asma

OBAT KOMBINASI

Kombinasi antara ICS (Inhaled Corticosteroid) +


Agonis 2
Beberapa produk kombinasi inhaler tunggal yang
mengandung :
- Flutikason propionat dan Salmeterol
- Budesonide dan Formoterol
Terapi kombinasi ini lebih efektif dibanding:
- Kortikosteroid inhaler dosis tinggi (ICS high dose)
- LTRA + ICS yang dalam mengurangi eksaserbasi
pada asma persisten
Contoh sediaan yang beredar : Flutikason propionat,
salmeterol sinapoat (seretide)

KONSELING
PASIEN

RIWAYAT PENYAKIT
PASIEN

Kapan pasien mengalami serangan asma yang pertama kali

selama ini?
Berapa kali dalam sehari, seminggu, atau sebulan terkait
serangan asmanya?
Berapa lama serangan asmanya?
Apakah pasien pernah mengalami sakit saluran pernapasan
selain asma?
Apakah pasien sudah pernah memeriksakan penyakitnya
kepada dokter? Dan apa kata dokter terkait penyakit
asmanya?
Apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit
saluran pernapasan lain selain asma?
Apakah ada faktor pencetus?
Apakah pasien sedang menderita penyakit saluran lain
selain asma seperti sinusitis, bronkitis, dll?

REKAM MEDIK PASIEN

Berapakah umur pasien?


Sejak kapan pasien menderita penyakit asma

ini?
Apa keluhan yang dirasakan selama ini?
Apakah ada di antara keluarga pasien yang
pernah merasakan penyakit yang sama
sebelumnya (asma)?

RIWAYAT SOSIAL
PASIEN

Apa latar belakang pendidikan pasien?


Apa jenis pekerjaan pasien, bekerja dimana dan
sebagai apa?
Apakah pasien merokok?
Apakah pasien batuk, sesak napas selama bekerja
tetapi keluhan hilang bila ketika sedang tidak
bekerja?
Apakah ada anggota keluarga pasien yang merokok?
Apakah pasien bertempat tinggal di daerah polusi
atau industri?
Bagaimana pola hidup dan pola makan pasien?

RIWAYAT ALERGI

Obat apa saja yang pernah digunakan dan di

konsumsi oleh pasien?


Apakah ada keluhan setelah menggunakan
atau mengkonsumsi obat tersebut?

RIWAYAT PENGOBATAN

Apakah pasien teratur dalam meminum obat?


Obat apa saja yang pernah digunakan oleh pasien?
Sudah berapa lama mengkonsusmsi obat asma?
Apakah ada keluhan setelah menggunakan obat?
Apakah ada obat penghambat/beta blocker?
Apakah pasien sering menggunakan aspirin atau

antiinflamasi nonsteroid?

PENJELASAN TERKAIT
OBAT
Salbutam
ol
Salbutamol dapat menyebabkan stimulasi terhadap

sistem saraf pusat.


Penggunaan
salbutamol pada pasien Diabetes
Mellitus memerlukan peningkatan dosis insulin atau
obat hipoglikemik oral.
Salbutamol termasuk kategori B, sehingga aman
diberikan pada wanita hamil.
Gunakan salbutamol dengan hati-hati pada pasien
dengan gangguan fungsi jantung, pasien usia lanjut,
anak di bawah umur 6 tahun, dan Diabetes Mellitus.

Teofilin
Teofilin

termasuk kategori C, sehingga hati-hati


penggunaan pada wanita hamil.
Pastikan pasien sedang tidak menyusui, karena teofilin
terdistribusi ke dalam air susu.
Tanyakan kepada pasien apakah pasien mengalami
aritmia, karena teofilin dapat menyebabkan disaritmia,
yang akan memperparah aritmia.
Hati-hati penggunaan pada pasien penyakit jantung,
hipoksemia, penyakit hati, hipertensi, gagal jantung
kongestif, pecandu alkohol, pasien lanjut usia dan bayi.
Jangan menggunakan melebihi dosis yang dianjurkan,
bila dalam 1 jam gejala tetap atau bertambah buruk,
segera hubungi dokter.

Kortikoster
oid
Penggunaan kortikosteroid inhalasi disertai perhatian

pada pasien yang telah menerima prednison.


Kortikosteroid merupakan kategori C untuk pasien
hamil, sehingga hati-hati penggunaan pada wanita
hamil
Untuk pasien yang infeksi jamur lokal yang
disebabkan oleh Candida albicans atau Aspergillus
niger, memerlukan terapi antijamur dan penghentian
aerosol steroid.
Penggunaan kortikosteroid inhalasi harus disertai
perhatian, termasuk pada pasien dengan infeksi TB
saluran pernapasan pasif atau aktif, infeksi bakteri,
parasit atau virus, atau herpes simpleks okular.

Mast Cell
Stabilizer
Pada pasien dengan gangguan ginjal/hati, dosis

harus diturunkan atau ganti dengan obat lain.


Sediaan inhalasi dapat menyebabkan batuk dan
bronkospasme pada beberapa pasien. Jika terapi
steroid inhalasi atau sistemik dihentikan, pasien
harus dimonitor.
Kategori obat untuk pemberian pasien hamil
adalah B sehinga aman diberikan.

Antagonis Reseptor
Leukotrien
Pada gangguan fungsi hati pemberian zafirlukast

hati-hati karena klirens zafirlukast menurun pada


pasien yang mengalami kerusakan fungsi hati.
Klirens zafirlukast menurun pada pasien lanjut
usia (>65 tahun), konsentrasi plasma maksimum
(Cmax) dan area bawah kurva (AUC) dua kali
lipat dibandingkan pasien lebih muda.
Zafirlukast diekskresikan pada air susu, pastikan
pasien tidak menyususi.

INFORMASI TAMBAHAN
Pasien

harus mengerti cara penggunaan


inhaler yang benar.
Penyimpanan obat : Simpan di tempat sejuk
dan kering, dalam wadah tertutup rapat
(misal dalam kotak obat dan jauh dari
jangkauan anak-anak).
Apoteker menanyakan dan memberikan
informasi apabila pasien tidak teratur dan
patuh dalam mengkonsumsi obat.
Apoteker memberi edukasi pada pasien
tentang asma.

Mengedukasi pasien mengenai fakta dasar


tentang asma :
Bedanya saluran nafas yang normal dengan
pasien asma.
Apa yang terjadi ketika serangan asma.
Mengedukasi pasien tentang pengobatan
asma.
Bagaimana obat bekerja.
Pengobatan jangka panjang dan pengobatan
serangan akut/jangka pendek.
Tekankan pada kepatuhan penggunaan obat
terutama yang mendapat terapi jangka
panjang.

Mengedukasi tentang teknik penggunaan

inhaler yang benar.


Demonstrasikan cara memakai inhaler, dan
bentuk device yang lain.
Memantau penggunaan obat pada saat
refill, dapat membantu mengidentifikasi
pasien yang kontrol asmanya kurang baik,
dan komunikasikan dengan dokternya.

Mengedukasi

pasien

untuk

memantau

kondisinya :
Bagaimana
memantau
gejala
dan
mengenal kapan kondisi memburuk,
Kapan dan bagaimana melakukan tindakan
darurat (rescue actions).
Mengedukasi pasien untuk mengidentifikasi
dan menghindari faktor pemicu.

Ada tiga bentuk aerosol yang umum digunakan:


1.Jet atau nebulizer ultrasonic
2.Metereddose inhaler (MDI)
3.Dry-powder inhaler (DPI)

Cara menggunakan MDI ini adalah:


Lepaskan penutup MDI dari bagian mulut (mouthpiece) lalu kocok
inhaler 3-4 kali.
Pegang inhaler sesuai gambar dengan bagian mulut berada di
bawah.
Keluarkan nafas perlahan-lahan dan letakkan mouth piece dalam
mulut.
Setelah mouth piece berada dalam mulut, pemakai harus
merapatkan bibir. Tarik nafas perlahan-lahan melalui mulut.
Tekan inhaler dengan kuat, sampai serbuk obat menyemprot ke
luar. Tarik nafas.
Tahan nafas 10 detik, baru kemudian keluarkan nafas secara
perlahan
Bila masih memerlukan semprotan kedua, tunggu kira-kira lima

menit lagi atau sudah lebih dari seminggu tidak menggunakan


MDI, sangat disarankan untuk membuang satu dosis dengan cara
menyemprotkan ke udara. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah MDI bekerja secara sempurna atau tidak. Kemudian
tunggu sekitar 30 detik sebelum menyemprotkannya ke mulut.

Anda mungkin juga menyukai