Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA
1. PENGERTIAN
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napasa yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi,
batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini
hari yang umumnya bersifat revrsibel baik dengan atau tanpa pengobatan
(Depkes RI, 2009)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu (Smeltzer&Bare, 2002).
Asma Bronkial adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai
oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran
udara dan penurunan ventilasi alveolus (Huddak & Gallo, 1997).
Jadi dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan napas
obstruktif yang disebabkan oleh berbagai stimulan, yang ditandai dengan
spasme otot polos bronkiolus.

2. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkial.
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan faktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti: debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti : makanan dan obat-
obatan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, seperti :
perhiasan, logam dan jam tangan.
2) Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
3) Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga/aktifitas jasmani yang berat.
6) Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

3. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan akut asma akan disertai oleh banyak perubahan dijalan
nafas yang menyebabkan penyempitan: edema dan peradangan selaput lender,
penebalan membrane basa, hipersekresi kalenjar mucus dan yang lebih ringan
kontraksi otot polos. Perubahan histology yang sama dpat dijumpai pada
keadaan tanpa serangan akut akibat pajanan kronik derajat rendah ke satu atau
lebih pemicu asma. Melalui berbagai jalur, zat-zat pemicu tersebut
merangsang degranulasi sel mast dijalan nafas yang menyebabkan
pembebasan berbagai mediator yang bertanggung jawab untuk perubahan
yang terjadi. Mediator yang terpenting mungkin adalah leukotrien C, D dan E
tetapi terdapat bukti bahwa histamine, PAF, neuropeptida, zat-zat kemotaktik,
dan berbagai protein yang berasal dari eosinofil juga berperan penting dalam
proses ini. obstruksi menyebabkan peningkatan resistensi jala nafas (terutama
pada ekspirasi karena penutupan jalan nafas saat ekspirasi yang terlalu dini);
hiperinflasi paru; penurunan elastisitas dan frekuensi-dependent compliance
paru; peningkatan usaha bernafas dan dispneu; serta gangguan pertukaran gas
oleh paru. Obstruksi yang terjadi tiba-tiba besar kemungkinannya disebabkan
oleh penyempitan jalan nafas besar, dengan sedikit keterlibatan jalan nafas
halus, dan biasanya berespon baik terhadap terapi bronkodilator. Asma yang
menetap dan terjadi setiap hari hampir selalu memiliki komponen atau fase
lambat yang menyebabkan penyakit jalan nafas halus kronik dan kurang
berespon terhadap terapi bronkodilator saja. Eosinofil diperkirakan merupakan
sel efektor utama pada pathogenesis gejala asma kronik, dimana beberapa
mediatornya menyebabkan kerusakan luas pada stel epitel bronkus serta
perubahan-perubahan inflmatory. Walaupun banyak sel mungkin sitokin
(termasuk sel mast, sel epitel, makrofag dan eosinofil itu sendiri) yang
mempengaruhi diferensiasi, kelangsungan hidup, dan fungsi eosinofil, sel T
type TH2 dianggap berperan sentral, karena sel ini mampu mengenali antigen
secara langsung. Obstruksi pada asma biasanya tidak sama, dan defek
ventilasi-perkusi menyebabkan penurunan PaO2. Pada eksaserbasi asma terjadi
hiperventilasi yang disebabkan oleh dispneu. pada awalnya banyak keluar dan
Pa CO2 mungkin rendah namun seiring dengan semakinparahnya obstruksi,
PaCO2 meningkat karena hipoventilasi alveolus. Efek obstruksi berat yang
timbul mencakup hipertensi pulmonaris, peregangan ventrik.

4. KLASIFIKASI
a. Berdasarkan Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi
3 tipe, yaitu:
1) Ekstrinsik (alergik)
Asma ekstrinsik ditandai dengan adanya reaksi alergik yang
disebabkan oleh faktor-faktor pencetus spesifik (alergen),
seperti  serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi
serangan asthma ekstrinsik. Pasien dengan asma ekstrinsik
biasanya sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi dalam keluarganya.
2) Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3) Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Berdasarkan Derajat Penyakit
Derajat
No Gejala Gejala Malam Faal Paru Pengobatan
Asma
1 Intermitten-      Gejala <1x/minggu £ 2 kali sebulan -  VEP1  atau APE ³80% -  Inhalasi agonis B-2
-      Tanpa gejala antar serangan -  Variabilitas APE <20% jangka pendek
-      Serangan singkat
2 Persisten -      Gejala >1x/minggu tetapi > 2 kali sebulan -  VEP1  atau APE ³80% -  Bronkodilator
ringan <1x/hari -  Variabilitas APE 20-30% jangka pendek +
-      Serangan dapat mengganggu obat anti inflamasi
aktivitas dan tidur
3 Persisten -      Gejala setiap hari > 2 kali sebulan -  VEP1  atau APE 60-80% -  Setiap hari
sedang -      Serangan mengganggu -  Variabilitas APE >30% memakai agonis B-
aktivitas dan tidur 2 jangka pendek
-  Bronkodilator
jangka
pendek+kortikoster
oid
inhalasi+bronkodlat
or jangka panjang
(asma malam)
4 Persisten -      Gejala terus menerus Sering -  VEP1  atau APE £60%
berat -      Sering kambuh -  (Depkes RI, 2009; Mulia,
-      Aktivitas fisik terbatas 2000)

c. Berdasarkan derajat serangan


Parameter Klinis,
Ancaman
Fungsi Faal Ringan Sedang Berat
Henti Napas
Paru,Laboratorium
Sesak (breathless) Aktivitas: Aktivitas:Berbicara Aktivitas:Istir
Berjalan Bayi : ahat
Bayi : Tangis pendek dan Bayi :
Menangis lemah, kesulitan Tidak mau
keras menetek/makan makan/minu
m
Posisi Bisa Lebih suka duduk Duduk
berbaring bertopang
lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata

Sianosis Tidak ada Ada Ada Nyata

Wheezing Sedang, Sulit/tidak


sering hanya terdengar
pada akhir
ekspirasi
Penggunaan otot bantu Biasanya Biasanya ya Ya Gerakan
napas tidak paradok
torako-
abdominal
Retraksi Dangkal, Sedang,ditambah Dalam, Takipnu Takipnu Takipn Bradipnu
retraksi retraksi ditambah u
interkostal suprasternal napas cuping
hidung
Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi £90%
(Gina, 2006 dalam Depkes RI 2009)
5. TANDA DAN GEJALA
a. Gejala awal berupa:
- Batuk terutama pada malam atau dini hari
- Sesak napas
- Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya
- Rasa berat di dada
- Dahak sulit keluar.
- Belum ada kelainan bentuk thorak
- Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
- BGA belum patologis
b. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam
jiwa atau disebut juga stadium kronik. Yang termasuk gejala yang berat
adalah:
- Serangan batuk yang hebat
- Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
- Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
- Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
- Kesadaran menurun
- Thorak seperti barel chest
- Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
- Sianosis
- BGA Pa O2 kurang dari 80%
- Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)

Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2002) manifestasi klinis dari


asma, diantaranya:
- Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi. Serangan
asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam
dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi dan laborius.
- Sianosis karena hipoksia
- Gejala retensi CO2  : diaforesis, takikardia, pelebaran tekanan nadi.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dijumpai napas menjadi cepat dan
dangkal, terdengar bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan
sangat berat biasanya tidak lagi terdengar mengi, karena pasien sudah
lelah untuk bernapas)
b. Pemeriksaan Fungsi Paru
1) Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa
(KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1).
Pemeriksaan ini sangat tergantung kepada kemampuan pasien
sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan kooperasi pasien.
Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3
nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP1 <
80% nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%.
Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti asma, yaitu
adanya perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan, atau setelah inhalasi
bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator
oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2
minggu.Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan.
2) Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi.
Selain itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan
perbaikan nilai APE > 15 % setelah inhalasi bronkodilator, atau setelah
pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian
kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam
yang berbeda nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.
Cara pemeriksaan variabilitas APE
Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan
malam hari untuk mendapatkan nilai tertinggi.
APE malam – APE pagi
Variabilitas harian = ------------------------------------- x 100%
½ (APE malam + APE pagi)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)
c. Pemeriksaan Tes Kulit (Skin Test)
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
d. Pemeriksaan Darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.Pemeriksaan ini hanya dilakukan
pada penderita dengan serangan asma berat atau status asmatikus.
ASUHAN KEPERAWATAN DISFUNGSI SOSIAL

A. Identitas Pasien
 Nama: Tn. L No. RM :
 Usia : 64 tahun Tanggal MRS :
 Jenis Kelamin : laki-laki Tgl Pengkajian :
 Alamat : RW.01 RT.01 Sumber Informasi :
 No. Tlp : Nama Keluarga yg Dapat
 Status Pernikahan : Dihubungi :
 Agama : Status :
 Suku : Alamat :
 Pendidikan : No. Tlp :
 Pekerjaan : Pendidikan :
 Lama Bekerja :
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama:
a. Saat MRS :
b. Saat Pengkajian :
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasie mempunyai riwayat penyakit asma selama 2 tahun, keadaan dan
kebersihan rumah pasien serta lingkungannya sangat buruk.

C. Riwayat kesehatan terdahulu


1. Penyakit yang pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis dan waktu) :
b. Operasi (jenis dan waktu) :
c. Penyakit
- Kronis : asma
- Akut : tidak ada
d. Terakhir MRS

2. Alergi (obat, makanan, plester, dll)

Tipe Reaksi Tindakan


Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada

3. Kebiasaan

Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya


Merokok Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Minum Tidak ada Tidak ada
Kopi
Alkoholisme Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Lainya: Tidak ada Tidak ada Tidak ada

4. Obat-obatan yg digunakan

Jenis Lamanya Dosis


menggunakan inhaler
dengan jenis pressurized
metered dose inhaler
(pMDI)

D. Riwayat Keluarga

Genogram

E. Riwayat Lingkungan

Jenis Rumah Pekerjaan


Kebersihan buruk Tidak ada
Bahaya Kecelakaan Tidak ada Tidak ada
Polusi ada Tidak ada
Ventilasi buruk Tidak ada
Pencahayaan buruk Tidak ada
Tidak ada

Pola aktivitas atau latihan

Jenis Di Rumah Di RS
Makan/minum Mandiri Tidak ada
Mandi Mandiri Tidak ada
Berpakaian/ Mandiri Tidak ada
berdandan
Toiletting Mandiri Tidak ada
Mobilitas di Mandiri Tidak ada
tempat
Tidur
Berpindah Mandiri Tidak ada
Berjalan Mandiri Tidak ada
Naik tangga Mandiri Tidak ada
F. Pola nutrisi/metabolik

Jenis Di Rumah Di RS
Jenis diet/makanan -
Frekuensi/pola -
Porsi yang dihabiskan -
Komposisi menu -
Pantangan -
Nafsu makan -
Fluktuasi BB 6 bln terakhir -
Sukar menelan (padat/cair) -
Pemakaian gigi palsu (area) -
Riw. Mslh penyembuhan -
Luka

Pola Eliminasi

Jenis Di Rumah Di RS
BAB
Frekuensi/pola -
Konsistensi -
Warna & bau -
Kesulitan -
Upaya Mengatasi -
BAK
Frekuensi/pola -
Warna & bau -
Konsistensi -
Kesulitan -
Upaya Mengatasi -

G. Pola istirahat-Tidur

Jenis Di Rumah Di RS
Tidur siang
Lamanya -
Jam… s/d ….. -
Kenyamanan setelah tidur -
Tidur malam
Lamanya -
Jam… s/d ….. -
Kenyamanan setelah tidur -
Kebiasaan sebelum tidur -
Kesulitan -
Upaya yg dilakukan -
H. Pola kebersihan diri

Jenis Di Rumah Di RS
Mandi : Frekuensi -
Penggunaan sabun -
Keramas : Frekuensi -
Penggunaan sampo -
Gosok gigi : Frekuensi -
Penggunaan odol -
Kesulitan -
Upaya yg dilakukan -

Pola Toleransi-Koping Stres

o Pengambil Keputusan : ( ) Sendiri ()


o Masalah utama terkait dgn perawatan di RS atau penyakit :
o Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah:
o Harapan setelah menjalani perawatan:
o Perubahan yg dirasa setelah sakit:
Masalah:

A. Pola Peran-Hubungan
 Peran dalam keluarga :
 Sistem pendukung : Suami / Istri / Anak / Tetangga / Saudara / Tidak
ada /
Lain-lain,sebutkan, ()

 Kesulitan dlm keluarga : ( ) Hub dg ortu ( ) Hub dg pasangan


( ) Hub dg sanak saudara ( ) Hub dg anak
Lain-lain,sebutkan, tidak ada kesulitan

 Masalah tentang peran/hubungan dg keluarga selama perawatan di RS :


 Upaya yg dilakukan utk mengatasi :
Masalah:

B. Pola Komunikasi

o Bicara : ( ) Normal ( ) Bahasa utama :


( ) Tidak jelas ( ) Bahasa daerah :
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian :
( ) Mampu mengerti pembicaraan orla ( ) Afek :

o Tempat tinggal : ( ) Sendiri ( ) Kos/Asrama


( ) Bersama orang lain, yaitu: adiknya
o Kehidupan keluarga :
1) Adat istiadat yg dianut :
2) Pantangan adapt dan agama yg dianut :
3) Penghasilan keluarga :
( ) Dibawah Rp 1 juta
( ) Diatas Rp 1juta-2 juta
( ) Diatas 2 juta Rp -3 juta
( ) Lebih dari Rp 3 juta

C. Pola seksualitas
o Masalah dalam hubungan seksual selama sakit :
( ) Ada ( ) Tidak ada,
Ketrangan :
o Upaya yg dilakukan pasangan :
( ) Perhatian ( ) Lain-lain, seperti
( ) Sentuhan

D. Pola nilai dan kepercayaan


o Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting utk anda : ( ) Ya ()
Tidak

o Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan di rumah (jenis & frekuensi)

o Kegiatan agama/kepercayaan yg tidak dapat dilakukan di RS (jenis &


frekuensi)

o Harapan klien terhadap perawat utk melaksanakan ibadahnya :

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran :
b. Tanda-tanda vital : TD :160/100 Suhu :
RR : 27 Nadi : 98x
c. Tinggi badan :158 Berat badan : 54

2. Kepala dan leher


a. Kepala : Bentuk kepala,baik Massa , tidak ada
Distribusi rambut, lebat, bersih rapi, Warna kulit kepala, putih bersih
Keluhan pusing/sakit kepala/migrein/lainnya, tidak ada

b. Mata : Bentuk, simetris


Konjungtiva , tidak anemis
Ikterus : ( ) Ya ( ) Tidak
Pupil : ( ) Reaksi terhadap cahaya ( ) Isokor ( ) Midriasis
( ) Pin point ( ) Miosis
Fungsi penglihatan : ( ) Baik ( ) Kabur
Penggunaan alat bantu : ( ) Ya ( ) Tidak
Apabila ya menggunakan : ( ) kacamata ( ) lensa kontak
( ) Minus ( )Plus …ka/….ki
( ) Silinder ….ka/…. Ki
Pemeriksaan mata terakhir :
Riwayat operasi : tidak ada

c. Hidung : Bentuk simetris Warna, putih


Pembengkakan, tidak ada Nyeri, tidak ada
Perdarahan, tidak ada Sinus , tidak nyeri tekan
Riw. Alergi, tidak ada Cara mengatasinya tidak ada
Penyakit yg pernah terjadi , tidak ada
Frekuensi, - Cara mengatasi, tidak ada

d. Mulut dan tenggorokan


Warna bibir tidak pucat, Mukosa, baik.
Ulkus, tidak ada, Lesi tidak ada
Massa, tidak ada, Warna Lidah, merah pink
Perdarahan gusi, tidak ada, Karies, tidak ada
Kesulitan menelan tidak ada Gigi geligi , baik
Sakit tenggorokan tidak ada Gangg. bicara , tidak ada
Pemeriksaan gigi terakhir

e. Telinga : Bentuk simetris Warna , putih


Lesi, tidak ada Massa, tidak ada
Nyeri, tidak ada Fgs pendengaran , baik
Alat bantu pendengaran , tidak ada
Masalah yg pernah terjadi, tidak pernah
Upaya utk mengatasi , tidak ada
f. Leher : Kekakuan, tidak ada, Nyeri/nyeri tekan , tidak ada
Benjolan/massa, tidak ada Keterbatasan gerak , gtidak ada
Vena Jugularis, tidak terlihat. Tiroid , baik
Limfe , baik
Trakhea, baik
Keluhan , tidak ada
Upaya utk mengatasi , tidak ada

3. Dada :
Inspeksi dan palpasi dada: tidak terkaji
1) Jantung :
a. Inspeksi : tidak ada kelainan, tidak ada bejol/edema
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : batas atas – ICS II pasternal kiri
Batas kanan – ICS IV garis pasternal kanan
Batas kiri – ICS IV midclavicula kiri
d. Auskultasi : lup-dup (normal)
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus.
2) Paru

a. Inspeksi : simetris, tidak ada luka


b. Palpasi : vocal fremitus tidak sama
c. Perkusi : suara redup
d. Auskultasi : terdapat ronki
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus, tidak ada keluhan.

3) Payudara dan ketiak

Benjolan/massa, tidak ada , Nyeri/nyeri tekan , tidak ada

Bengkak, tidak ada , Kesimetrisan , ya

* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus

5) Abdomen :
a. Inspeksi : tidak ada edema dan memar
b. Auskultasi : bising usus
c. Palpasi : tidak adsa benjolan dan pasien merepon
meringis
d. Perkusi : pekak
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus

- - -
Px - -
merespon
ketika
nyeri
- - -

6. Genitalia : Inspeksi , tidak ada kelainan, tidak ada bengkak


Palpasi , tidak ada nyeri tekan
Perempuan :, menopaus
Kontrasepsi ,
Kehamilan ,
Keluhan ,

Pria : Keluhan , tidak ada


* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus

7. Ekstremitas : Kekuatan otot , 5, 5, 5, 5,

Refleks: Sensasi:

- Biseps : + - Raba/sentuhan :+
- Trisep : + - Panas :+
- Brakioradialis : - Dingin :+
- Patelar : - ( kana) - Tekanan/tusuk :+
- Achilles : - (kanan)
- Plantar (babinski) : +
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
8. Kulit dan kuku
Kulit : Warna, putih Jaringan parut , baik
Lesi, tidak ada , Suhu , hangat
Tekstur, lembut , Turgor , baik
Kuku : Warna, putih, Bentuk , baik
Lesi, tidak ada. CRT , < 2 detik
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus

F. Hasil Pemeriksaan Penunjang


• Laboratorium
• Radiologi
• EKG
• USG
• CT Kepala
• Dll

G. Pengobatan

H. Persepsi Klien terhadap Penyakitnya

I. Kesimpulan

J. Perencanaan Pulang
o Tujuan pulang : ( ) ke rumah ( ) Tidak ada tujuan
( ) Lain-lain, …………………………….
o Transportasi pulang : ( ) Mobil ( ) Taksi ( ) Lain-lain, ………
( ) Ambulans ( ) Belum dapat ditentukan sekarang
o Dukungan keluarga : ( ) Ada ( ) Tidak ada
o Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : ( ) Ada ( ) Tidak ada
o Pengobatan :
o Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah :
o Keterangan lain :

Malang, 3 Mei 2021


………………………………… Mahasiswa

Bernadeta Leviana
NIM: 1701090473

FORMAT ANALISA DATA

No. Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan


1 DS= tidak ada keluhan Peningkatan produksi Bersihan jalan napas tidak
mukus efektif
DO= pasien mempunyai
riwayat penyakit asma
selama 2 tahun
Td: 160/100 Peningkatan sekresi mukus
ND: 98x
RR: 27x
TB: 158 Rangsangan batuk
BB: 54

bersihan jalan napas tidak


efektif
NO. DIAGNOSA SLKI SIKI
BERSIHAN JALAN NAPAS Tujuan : Observasi :
TIDAK EFEKTIF Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan bersihan - Monitor pola nafas (frekuensi,
jalan nafas efektif dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
DEFINISI - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Ketidakmampuan 1= Menurun Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
membersihkan sekret atau 2= Cukup Menurun kering)
obstruksi jalan nafas untuk 3= Sedang - Monitor sputum (Jumlah, warna,
mempertahankan jalan nafas 4= Cukup Meningkat aroma)
tetap paten. 5= Meningkat Terapeutik :
- Pertahankan kepatenan jalan napas
PENYEBAB No Kriteria hasil 1 2 3 4 5 dengan head-tilt dan chin-liftn(jaw-
Fisiologis thrust jika curiga trauma servikal)
1. Spasme jalan nafas 1. Batuk efektif - Posisikan semi-Fowler atau Fowler
2. Hiperseksresi jalan - Berikan minum hangat
nafas - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
3. Disfungsi 1= Meningkat - Lakukan penghisapan lender kurang
Neuromuskuler 2= Cukup meningkat dari 15 detik
4. Benda Asing dalam 3= Sedang - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
jalan nafas No Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 4= Cukup penghisapan endotrakeal
5. Adanya jalan nafas 1 Produksi Menurun - Keluarkan sumbatan benda padat
buatan sputum 5= Menurun dengan forsep McGiII
6. Sekresi yang tertahan 2 Mengi - Berikan oksigen jika perlu
7. Hiperplasia dinding Edukasi :
3 Wheezing
jalan nafas - Anjurkan asupan cairan 2000
4 Mekonium ml/hari, jika tidak kontraindikasi
8. Proses infeksi 1= Memburuk
(pada - Ajarkan teknik batuk efektif
9. Respon allergi 2= Cukup
neonatus) Kolaborasi :
10. Efek agen Memburuk
5 Dispnea - Kolaborasi pemberian bronkodilator,
farmakologis (mis. 3= Sedang
Anestesi) 6 Ortopnea ekspektoran, mukolitik, jika perlu
4= Cukup
Situasional 7 Sulit bicara
Membaik
1. Merokok aktif 8 Sianosis 5= Membaik
2. Merokok pasif 9 Gelisah
3. Terpajan polutan

GEJALA & TANDA MAYOR No Kriteria hasil 1 2 3 4 5


Subjektif
1. Tidak tersedia 1. Frekuensi
Objektif napas
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk 2. Pola napas
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi kering
5. Mekonium di jalan
nafas (pada neonatus)

GEJALA & TANDA MINOR


Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Orthopnea
Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas
berubah
5. Pola nafas berubah

KONDISI KLINIS TERKAIT


1. Gullian Bare
Syndrome
2. Sklerosis Multipel
3. Myasthenia Gravis
4. Prosedur Diagnostik
(mis. Bronchoscopy,
Tranesophageal
Echocardiography
[TEE])
5. Depresi Sistem saraf
pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi
mekonium
10. Infeksi saluran nafas
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Indonesia.


Hudack&Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
Direktorat BIna Farmasi dan Klinik. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma.616.238 Ind P. Departemen Kesehatan RI.
Doengoes, Marilyn E, et al. 2010. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing, and Documenting Client Care 3th
Edition . Philadelphia: F. A. Davis Company
Mulia, J Meiyanti. 2000. Perkembangan Patogenesis Dan Pengobatan Asma Bronkial. Jurnal Kedokteran Trisakti Vol 19 No. 3.
Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Smeltzer & Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001

Anda mungkin juga menyukai