Anggota Kelompok:
Dewi Marisa (1700085)
Pijuan Gurning (1700095)
Santa Eni Br Sidabutar (1700100)
Rini Andriani (1700099)
Defenisi Asma
Asma merupakan gangguan
inflamasi kronis pada saluran napas
yang melibatkan banyak komponen
sel dan elemennya, menyebabkan
peningkatan hiper-responsivitas
jalan napas yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak nafas, dada terasa
berat dan batuk-batuk terutama
pada malam atau dini hari.
Prevalensi
Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik
Lanjutan...
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma
:
Faktor predisposisi
• Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Faktor presipitasi
• Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1.Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang
mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor,
kromolin).
3.Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen utama
yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig
E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan
degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat
respon alergen berupa asma.
Lanjutan...
Faktor presipitasi
• Olahraga.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas
• Infeksi bakteri pada saluran napas.
Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan
mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
hiperresponsif pada sistem bronkial.
• Stres.
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
• Gangguan pada sinus.
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya
rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan
inflamasi membran mukus.
• Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim
hujan, musim kemarau.
Klasifikasi Asma
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru
I. Intermitten Bulanan APE≥80%
Gejala <1x / minggu ≤2x sebulan VEP1≥80% nilai prediksi
Tanpa gejala diluar APE ≥80% nilai terbaik
serangan Variabiliti APE < 20%
Serangan singkat
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang di
timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari, sesak
napas/susah bernapas, bunyi saat bernapas (whezzing atau mengi) rasa tertekan
di dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas atau susah bernapas.
Gejala ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang (Brunner & Suddarth,
2001).
• Agonis β2 (Bronkodilator)
Agonis β2 merupakan bronkodilator yang paling efektif.
Mekanisme kerjanya yaitu dengan menstimulasi reseptor
β2-Adrenergik untuk mengaktivasi adenil siklase sehingga
terjadi peningkatan AMP siklik intraselular yang
menyebabkan relaksasi otot polos, stabilisasi membrane
sel mast dan stimulasi otot skelet.
Pemberian secara aerosol meningkatan
bronkoselektivitas dan menyediakan respon yang lebih
cepat serta perlindungan yang lebih baik terhadap
provokasi yang menginduksi bronkospasmus (seperti
latihan fisik, adanya allergen) dibandingkan pemberian
sistemik.
Terdapat dua jenis Agonis β2 berdasarkan durasinya yakni :
Kortikosteroid Sistemik
• Kortikosteroid sistemik direkomendasikan untuk penanganan pasien dengan asma
parah akut yang sepenuhnya tidak merespon pada pemberian agonis β2 inhaler
secara agresif (setiap 20 menit untuk tiga atau empat dosis). Selain itu
kortikosteroid ini juga direkomendasikan untuk penanganan episode asma akut
yang tidak dapat ditangani dengan terapi bronkodilator.
• Terapi secara intravena tidak memberikan nilai tambah dibandingkan dengan
pemberian secara oral. Pemberian dengan dosis berulang diberikan sebagai terapi
awal jika keadaan memburuk secara akut.
Lanjutan...
Budesonide
I Asma Bronkial
KI Hipersensitif
P Hati-hati pada tuberkulosis, kehamilan, laktasi
I Profilaksis asma
KI Hipersensitif
P Dihentikan jika pneumonia eosinofilik terjadi
• Teofilin
Mekanisme kerja teofilin yaitu dengan menginhibisi
fosfodiesterase, yang juga dapat menghasilkan antiinflamasi
dan aktivitas nonbrokodilatasi lain melalui penurunan
pelepasan mediator sel mast, penurunan protein dasar
eosinofil, penurunan proliferasi limfosit T, penurunan
pelepasan sitokin sel T dan penurunan eksudasi plasma.
Teofilin juga menginhibisi permeabilitas vaskular ,
meningkatkan klirens mukosiliar dan memperkuat kontraksi
diafragma yang kelelahan.
• Efek samping teofilin adalah dapan menyebabkan mual dan
muntah baik dalam penggunaan secara oral, parenteral
maupun rektal.
I Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut dan berat
KI Hipersensitif, porfiria
P Hati-hati pada penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak lambung,
gangguan fungsi hati, epilepsi, kehamilan, menyusui, lansia, demam
ES Takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala,
stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi
S Kapsul 130 mg : Bufabron, Bronchophylin, Theobron
Tablet 150 mg : Bronsolvan
Tablet Retard 250 mg : Euphyllin Retard
Tablet Retard mite 125 mg : Euphyllin Retard Mite
Aminofilin