Anda di halaman 1dari 40

ASMA

Anggota Kelompok:
Dewi Marisa (1700085)
Pijuan Gurning (1700095)
Santa Eni Br Sidabutar (1700100)
Rini Andriani (1700099)
Defenisi Asma
Asma merupakan gangguan
inflamasi kronis pada saluran napas
yang melibatkan banyak komponen
sel dan elemennya, menyebabkan
peningkatan hiper-responsivitas
jalan napas yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak nafas, dada terasa
berat dan batuk-batuk terutama
pada malam atau dini hari.
Prevalensi

Gambar Prevalensi Asma Tahun 2007


Lanjutan...

Gambar Prevalensi Asma Tahun 2013


Etiologi dan Faktor Resiko
Faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).

Faktor ekstrinsik (alergik) :


reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.

Faktor intrinsic (non-alergik) :


tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold,infeksi traktus respiratorius,
latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.

Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik
Lanjutan...

Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma
:

Pemicu Asma (Trigger) Penyebab Asma (Inducer)

• Pemicu asma mengakibatkan • Penyebab asma dapat menyebabkan


mengencang atau menyempitnya peradangan (inflamasi) dan sekaligus
saluran pernapasan hiperresponsivitas (respon yang
(bronkokonstriksi). Pemicu tidak berlebihan) dari saluran pernapasan.
menyebabkan peradangan. Trigger Inducer dianggap sebagai penyebab
dianggap menyebabkan gangguan asma yang sesungguhnya atau asma
pernapasan akut, yang belum berarti jenis ekstrinsik.
asma, tetapi bisa menjurus menjadi • Umumnya penyebab asma adalah
asma jenis intrinsik. alergen, yang tampil dalam bentuk
• Umumnya pemicu yang ingestan (alergen yang masuk ke
mengakibatkan bronkokonstriksi tubuh melalui mulut), inhalan
adalah perubahan cuaca, suhu udara, (alergen yang dihirup masuk tubuh
polusi udara, asap rokok, infeksi melalui hidung atau mulut), dan
saluran pernapasan, gangguan emosi, alergen yang didapat melalui
dan olahraga yang berlebihan. kontakdengan kulit (VitaHealth,
2006).
Lanjutan...

Menurut Lewis et al. (2000) secara umum pemicu asma adalah:

Faktor predisposisi
• Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.

Faktor presipitasi
• Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1.Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang
mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor,
kromolin).
3.Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan

Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen utama
yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig
E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan
degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat
respon alergen berupa asma.
Lanjutan...

Faktor presipitasi

• Olahraga.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas
• Infeksi bakteri pada saluran napas.
Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan
mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
hiperresponsif pada sistem bronkial.
• Stres.
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
• Gangguan pada sinus.
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya
rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan
inflamasi membran mukus.
• Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim
hujan, musim kemarau.
Klasifikasi Asma
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru
I. Intermitten Bulanan APE≥80%
 Gejala <1x / minggu  ≤2x sebulan  VEP1≥80% nilai prediksi
 Tanpa gejala diluar  APE ≥80% nilai terbaik
serangan  Variabiliti APE < 20%
 Serangan singkat

II. Persiten Ringan Mingguan APE≥80%

 Gejala >1x / minggu,  >2 kali sebulan  VEP1≥80% nilai prediksi


tetapi < 1x / hari  APE ≥80% nilai terbaik
 Serangan dapat  Variabiliti APE 20-30%
mengganggu aktviti dan
tidur
Lanjutan...

III. Persisten Sedang Harian APE 60-80%

 Gejala setiap hari  >1x / seminggu  VEP160-80% nilai prediksi


 Serangan menggangu  APE 60-80% nilai terbaik
aktivitas dan tidur  Varibiliti APE > 30%
 Membutuhkan
bronkodilator setiap hari

IV. Persisten Berat Kontinyu APE ≤60%

 Gejala terus menerus  Sering  VEP1≤60% nilai prediksi


 Sering kambuh  APE ≤60% nilai terbaik
 Aktivitas fisik terbatas  Variabiliti APE > 30%
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma:
(GINA, 2006)

1. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat


berjalan, bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada
sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi,

2.Serangan asma sedang dengan pengurangan


aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih suka duduk,
tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi
dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,

3.Serangan asma berat dengan aktivitas hanya


istirahat dengan posisi duduk bertopang lengan,
bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi
sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop.
Patofisiologi Asma
Gejala Asma

Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang di
timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari, sesak
napas/susah bernapas, bunyi saat bernapas (whezzing atau mengi) rasa tertekan
di dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas atau susah bernapas.
Gejala ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang (Brunner & Suddarth,
2001).

Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan, seperti berhadapan


dengan bulu binatang, uap kimia, perubahan temperature, debu, obat (aspirin,
beta-blocker), olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi, asap rokok dan
stress (GINA, 2006).
TERAPI
Terapi non Farmakologi
• Edukasi pasien
Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit
asma sendiri).
• Pengukuran peak flow meter
Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat.
• Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
• Pemberian oksigen
• Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak
• Kontrol secara teratur
• Pola hidup sehat, misalnya berhenti merokok, menghindari kegemukan,
dan kegiatan fisik misalnya senam asma.
• Bronchial thermoplasty
Merupakan metode pengobatan baru bagi pasien dengan asma
persisten atau asma berat.
Terapi Farmakologi

• Agonis β2 (Bronkodilator)
Agonis β2 merupakan bronkodilator yang paling efektif.
Mekanisme kerjanya yaitu dengan menstimulasi reseptor
β2-Adrenergik untuk mengaktivasi adenil siklase sehingga
terjadi peningkatan AMP siklik intraselular yang
menyebabkan relaksasi otot polos, stabilisasi membrane
sel mast dan stimulasi otot skelet.
Pemberian secara aerosol meningkatan
bronkoselektivitas dan menyediakan respon yang lebih
cepat serta perlindungan yang lebih baik terhadap
provokasi yang menginduksi bronkospasmus (seperti
latihan fisik, adanya allergen) dibandingkan pemberian
sistemik.
Terdapat dua jenis Agonis β2 berdasarkan durasinya yakni :

• Agonis β2 kerja pendek (short-acting Agonis β2)


Diindikasikan untuk penanganan episode bronkospasmus irregular dan merupakan pilihan pertama
dalam penanganan asma parah akut karena agonis β2 kerja pendek ini tidak meningkatkan kontrol
gejala jangka panjang namun pemakaiannya digunakan sebagai ukuran kontrol asma dan hanya
digunakan untuk mengatasi gejala.
Pada penderita asma parah akut, terapi lanjutan agonis β2 kerja pendek menggunakan nebulizer harus
diberikan dalam dosis tinggi dengan interval pemberian sering atau melalui inhalasi dosis terukur
(metered dose inhaler/MDI) jika pemberian dengan aerosol setelah tiga dosis penggunaan agonis β2
(tiap 20 menit) responnya tidak memuaskan dan potensial bagi pasien yang awalnya menunjukkan
adanya PAF/ Platelet-Activating Faktor (Faktor Peangaktivasi Platelet) atau FEV1/Forced Expiratory
Volume in 1 second/Forced Vital Capacity less than 80% dengan nilai < 30% dari perkiraan normal.
Asma parah akut karena latihan fisik/ Bronkospasmus yang diinduksi karena latihan fisik. Agonis β2
kerja pendek  memberikan perlindungan penuh selama paling sedikit 2 jam setelah dihirup.
Contoh obatnya seperti albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin, metaproterenol, isoetarin dan
isoproterenol.
• Agonis β2 kerja panjang (long-acting Agonis β2).
Diindikasikan sebagai kontrol tambahan jangka panjang untuk pasien yang mengkonsumsi inhalasi
kortikosteroid dosis rendah hingga sedang sebelum ditingkatkan menjadi dosis sedang atau tinggi. Pada
penderita asma parah akut penggunaan agonis β2 kerja panjang tidaklah efektif karena memerlukan 20
menit agar terjadinya onsetdan 1-4 jam untuk terjadinya brokodilasi maksimum setelah dihirup.
Lanjutkan penggunaan agonis β2 kerja pendek jika keadaan memburuk dalam kondisi akut.
Asma parah akut karena latihan fisik/ Bronkospasmus yang diinduksi karena latihan fisik Agonis β2 kerja
panjang  memberikan perlindungan signifikan 8-12 jam pada awal pemberian, tetapi durasi ini akan
berkurang pada pemakaian rutin.
Pada penderita asma nokturnal/asma yang timbul pada malam hari lebih baik menggunakan inhalasi
agonis β2 kerja panjang dibandingkan agonis β2 lepas lambat oral atau teofilin sustained-release sekali
semalam. Bagaimanapun juga asma nokturnal dapat menjadi salah satu indikator dari penanganan
asma yang kurang memadai.
Contoh obatnya seperti formoterol dan salmeterol.
Salbutamol/ albuterol

I Meredakan bronkospasme pada asma dan obstruksi saluran napas reversibel


lainnya
KI Hipersensitif terhadap salbutamol
P Hati-hati pada penyakit hipertiroid, kardiovaskular, aritmia, peka terhadap
perpanjangan interval QT, hipertensi, DM
ES Tremor, ketegangan, sakit kepala, kram otot, palpitasi, takikardi, aritmia,
vasodilatasi perifer, gangguan tidur dan tingkah laku.
S Tablet/ kaps 2mg; 4mg: Astharol, Azmacon, Brondisal, Fartolin, Grafalin, Lasal,
Suprasma, Salbiven
Nebule 2,5 mg: Ventolin Nebules; Inhaler 00 mcg/puff: Ventolin Inhaler

Agonis β2 kerja pendek


Fenoterol HBr
I Sebagai pengobatan gejala episode asma akut; sebagai profilaksi asma yang
dipicu olahraga; sebagai pengobatan gejala asma bronkial dan kondisi lainnya
dengan penyempitan jalan napas yang reversibel
KI Kardiomiopati obstruksi hipertrofi, takiaritmia
P DM yang tidak terkontrol, infark miokard yang belum lama terjadi, penyakit
jantung organik atau gangguan vaskular yang berat, hipertiroid,
feokromositoma, perburukan dispnea akut yang cepat, hamil trisemester 1,
laktasi
ES Tremor halus pada otot rangka, sakit kepala, pusing, takikardia, palpitasi, batuk,
iritasi lokal, mual, muntak, berkeringat, otot lemah, mialgia, kram, otot
S Inhaler 100 mcg/ semprot: Berotec
Larutan inhalasi 0,1 %: Berotec

Agonis β2 kerja pendek


Terbutalin Sulfat
I Sebagai bronkodilator pada asma bronkial, bronkospasme pada bronkitis
kronik, emfisema, dan penyakit paru lainnya dengan komplikasi
bronkokontriksi
KI Hipersensitif
P Hati hati pada hipertiroid, kardiovaskular, aritmia, peka terhadap perpanjangan
interval QT, hipertensi, DM, Hamil trimester 1, dan laktasi
ES Tremor, ketegangan, sakit kepala, kram otot, palpitasi, takikardi, aritmia,
vasodilatsi perifer,gangguan tidur, dan tingkah laku
S Tablet/ kaplet 2,5 mg: Lasmalin, Nairet, Neosma, Tismali, Yarisma
Syrup ,5 mg/5ml: Nairet,Sedakter
Sediaan Injeksi: Ampul 0,5 mg/ ml: Nairet, Relivan
Sediaan Inhalasi: Bricasma Turbuhalet (serbuk inhalasi) 0,5 mg/ dosis
Bricasma Respule ( cairan inhalasi) 2,5 mg/ml

Agonis β2 kerja pendek


Formoterol Fumarat

I Asma dan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).


KI Hipersensitif
P Hati hati pada tirotoksikosis, feokromositoma, obstruksi
hipertrofikardiomiopati, stenosis aorta subvalvular idiopatik, hipertensi berat,
aneurisma, sirosis hati.
ES Gangguan SSP: sakit kepala, gangguan tidur, agitasi, lemah
Gangguan kardiovaskular: palpitasi, takikardi, spasme bronkus, tremor, kram
otot
S Kombinasi formoterol dan budesonide: Symbicort

Agonis β2 kerja panjang


Salmeterol
I Asma, obstruksi saluran napas reversibel lain yang memerlukan bronkodilator
jangka panjang, digunakan dalam kombinasidengan anitiinflamasi
KI Hipersensitif
P Hati hati pada hipertiroid, kardiovaskular,aritmia,peka terhadap perpanjangan
interval QT, hipertensi, DM

ES Tremor, ketegangan, sakit kepala, kram otot, palpitasi,takikardi, aritmia,


vasodilatasiperifer, gangguan tidur, dan tingkah laku.

S Inhaler Seretide 50: Salmeterol 25 mcg + Fluticasone 50 mcg


Inhaler Seretide 125: Salmeterol 25 mcg + Fluticasone 125 mcg
Inhaler Seretide 100: Salmeterol 50 mcg + Fluticasone 100 mcg
Inhaler Seretide 250: Salmeterol 50 mcg + Fluticasone 250 mcg
Inhaler Seretide 500: Salmeterol 50 mcg + Fluticasone 500 mcg

Agonis β2 kerja panjang


Kortikosteroid

Kortikosteroid memiliki mekanisme kerja yang


meningkatkan jumlah reseptor β-adrenergik
dan meningkatkan respon terhadap stimulasi β-
adrenergik yang mengakibatkan penurunan
produksi mucus dan hipersekresi; mengurangi
hiperresponsivitas bronkus; mencegah dan
mengembalikan perbaikan jalur nafas.
Kortikosteroid Inhaler
• Kortikosteroid inhaler merupakan terapi kontrol jangka panjang paling efektif
untuk asma persisten tanpa memperhitungkan keparahan dan merupakan satu-
satunya terapi yang menunjukkan penurunan resiko kematian yang disebabkan
asma meski dalam dosis relatif kecil.
• Toksisitas sistemik terhadap pada dosis inhaler rendah hingga sedang hampir
tidak ada.
• Obat ini dapat menimbulkan kandidiasis orofaringeal, menimbulkan iritasi pada
bagian saluran napas atas dan dapat memberikan efek sistemik, menekan kerja
adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast (GINA, 2005).

Kortikosteroid Sistemik
• Kortikosteroid sistemik direkomendasikan untuk penanganan pasien dengan asma
parah akut yang sepenuhnya tidak merespon pada pemberian agonis β2 inhaler
secara agresif (setiap 20 menit untuk tiga atau empat dosis). Selain itu
kortikosteroid ini juga direkomendasikan untuk penanganan episode asma akut
yang tidak dapat ditangani dengan terapi bronkodilator.
• Terapi secara intravena tidak memberikan nilai tambah dibandingkan dengan
pemberian secara oral. Pemberian dengan dosis berulang diberikan sebagai terapi
awal jika keadaan memburuk secara akut.
Lanjutan...
Budesonide

I Asma Bronkial
KI Hipersensitif
P Hati-hati pada tuberkulosis, kehamilan, laktasi

ES Suara serak, kandidasis orofaring, bronkospasme

S Turbohaler 200 mcg/ dosis: Pulmicort


Respule 0,25 mg/ ml: 0,5 mg/ml: Pulmicort Respule
Lanjutan...
Fluticasone Propionat

I Profilaksi asma, mengatasi eksaserbasi asma akut


KI Hipersensitif. Kontraindikasi relatif: DM, tukak peptik,infeksi berat, hipertensi,
gangguan vaskular.
P Hati-hati pada tuberkulosis, kehamilan, laktasi

ES Suara serak, kandidasis orofaring, bronkospasme

S Cairan inhalasi(nebule): 0,5 ng/ 2ml: 2mg/ml : Flixotide


Anti Kolinergik (Bronkodilator)

• Anti kolinergik merupakan bronkodilator efektif tetapi


tidak sekuat agonis β2. Mekanisme kerjanya yakni
dengan menekan tetapi tidak memblok allergen-atau
penggunaan-yang memicu terjadinya asma dalam satu
dosis- bergantung caranya. Contoh obat dari golongan ini
adalah ipatropium bromida dan tiotropium bromida.
Keduanya merupakan inhibitor ompetitif reseptor
muskarinik yang menghasilkan brokodilatasi hanya pada
brokokontriksi yang dimediasi kolinergik.
• Inhalasi ipratropium bromide hanya diindikasikan
sebagai terapi tembahan pada asma parah akut yang
tidak merespons sepenuhnya terhadap agonis β2 saja.
antikolinergik Ipratropium Bromida
I Bronkospasme, asma, penyakit paru obstruktif kronik yang tidak dapat diatasi
dengan beta agonis
KI Hipersensitif terhadap ipratropium atau turunan atropin lainnya, obstruksi
hipertropi kardimiopati, takiaritmia
P Hati-hati pada glaukoma sudut sempit, nyeri mata, midriasis, peningkatan
tekanan intraokular, infark miokardial, penyakit jantung iskemik, aritmia jantung,
penyakit kardiovaskular atau jantung organik berat, hipotiroid, feokromositoma,
hipertropi prostat atau obstruksi kandung kemih, hipokalemia, fibrosis kistik,
ketidakteraturan motilitas saluran cerna, anak
ES Gangguan motilitas saluran cerna, mulut kering, sakit kepala, takikardi, palpitasi,
takikardi supraventrikular, fibrilasi atrial, gangguan akomodasi mata, mual,
retensi urin, batuk, iritasi lokal, reaksi alergi
S Inhaler: 20mcg/ semprot: Atrovent
Larutan inhalasi 0,025% (0,25mg/ ml): Atrovent
Kombinasi ipratropium bromida 0,5 mg & salbutamol sulphate 2,5 mg (dalam 1
ampul 2,5 ml): Combivent,Farbivent
antikolinergik Tiotropium Bromida
I Terapi pemeliharaan obstruksi paru kronik termasuk bronchitis dan emfisema
kronik dan dispnea yang menyertainya
KI Hipersensitif terhadap atropin dan derivatnya
P Tidak digunakan untuk terapi awal pada bronkospasme akut, penderrita
glaukoma sudut sempit, hiperplasia prostat, obstruksi leher kandung kemih,
kehamilan dan menyusui
ES Pusing, sakit kepala, insomnia, penglihatan kabur, peningkatan tekanan
intraokular, glaukoma, takikardi, palpitasi, takikardi supraventikular, atrial
fibrilasi, bronkospasme, epitaksis, laringitis, faringitis, sinusitis, mulut kering.
S Kapsul untuk inhalasi 18 mcgg/kapsul: Spiriva
Inhaler 2,5 mcg/puff: Spiriva Respiramat
Penstabil Membran Sel Mash (Kromolin Natrium dan Nedokromil
Natrium)
• Mekanisme kerjanya dengan menginhibisi respon terhadap paparan
allergen seperti EIB (exercise-inducted bronchospasm) tetapi tidak
menyebabkan bronkodilatasi . Penstabil membran sel mash ini efektif
jika dihirup dan tersedia sebagai obat inhalasi/inhaler dosis terukur,
kromolin juga tersedia dalam larutan nebulizer. Tidak ada agen yang
seefektif inhaler kortikosteroid dalam mengontrol asma persisten.
Contoh obat dari golongan ini adalah kromolin natrium dan nedokromil
natrium.
• Kromolin natrium dan nedokromil natrium tidak toksik. Efek samping
dapat mengakibatkan batuk dan bersin, rasa tidak enak dan sakit kepala
untuk nedokromil natrium. Diindikasikan untuk profilaksis asma
persisten ringan pada anak-anak dan dewasa tanpa melihat etiologinya.
Kromolin

I Profilaksis asma, alergi makanan, konjungtivitis alergi, rinitis alergi


KI Hipersensitif
P Dihentikan jika pneumonia eosinofilik terjadi

ES batuk, bronkospasme sementara, dan iritasi tenggorokan, sangat jarang reaksi


hipersensitivitas (termasuk angioedema), rhinitis dan sakit kepala.
S Inhalasi Na Kromolin 5 mg/inhalasi: Intal
Nedocromil Sodium

I Profilaksis asma
KI Hipersensitif
P Dihentikan jika pneumonia eosinofilik terjadi

ES batuk, bronkospasme sementara, dan iritasi tenggorokan, sangat jarang reaksi


hipersensitivitas (termasuk angioedema), rhinitis dan sakit kepala.
S Inhalasi Na Nedocromil25 mg/inhalasi: Tilade
Modifikator Leukotrien/ Antagonis Reseptor
Leukotrien
• Merupakan antagonis reseptor leukotrien
local yang mekanisme kerjanya yakni
dengan mengurangi proinflamasi
(peningkatan permeabilitas mikrovaskular
dan edema jalur udara) dan efek
brokokonstriksi leukotrien D4.
• Contoh obatnya montelukast (singulair).
I Pencegahan asma dan sesak yang dicetuskan oleh aktivitas fisik serta
mengobati rhinitis alergika (flu akibat alergi).
Pencegahan asma dan pengobatan rhinitis alergi
KI Hipersensitivitas terhadap montelukast atau bahan apa pun dalam formulasi
P Jangan mengkonsumsi lebih dari 1 tablet dalam kurun waktu 24 jam.
Jangan digunakan pada pasien yang memiliki riwayat alergi dengan aspirin.
ES Sakit kepala, influenza, sakit perut, batuk

S Tablet 10 mg: Monarin


Metilxantine (Bronkodilator)

• Teofilin
Mekanisme kerja teofilin yaitu dengan menginhibisi
fosfodiesterase, yang juga dapat menghasilkan antiinflamasi
dan aktivitas nonbrokodilatasi lain melalui penurunan
pelepasan mediator sel mast, penurunan protein dasar
eosinofil, penurunan proliferasi limfosit T, penurunan
pelepasan sitokin sel T dan penurunan eksudasi plasma.
Teofilin juga menginhibisi permeabilitas vaskular ,
meningkatkan klirens mukosiliar dan memperkuat kontraksi
diafragma yang kelelahan.
• Efek samping teofilin adalah dapan menyebabkan mual dan
muntah baik dalam penggunaan secara oral, parenteral
maupun rektal.
I Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut dan berat
KI Hipersensitif, porfiria
P Hati-hati pada penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak lambung,
gangguan fungsi hati, epilepsi, kehamilan, menyusui, lansia, demam
ES Takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala,
stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi
S Kapsul 130 mg : Bufabron, Bronchophylin, Theobron
Tablet 150 mg : Bronsolvan
Tablet Retard 250 mg : Euphyllin Retard
Tablet Retard mite 125 mg : Euphyllin Retard Mite
Aminofilin

• Merupakan garam yang di dalam darah membebaskan


teofilin kembali. Bersifat basa dan sangat merangsang
selaput lendir sehingga penggunaan secara oral sering
mengakibatkan gangguan lambung (mual, muntah),
penggunaan suppositoria dan injeksi IM (nyeri). Pada
serangan asma, obat ini digunakan dalam bentuk
sediaan IV. Pada pasien yang asma parah akutnya
memburuk tidak direkomndasikan untuk diberikan
agonis β2 dan aminofilin.
I Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut dan berat
KI Hipersensitif, porfiria
P Hati-hati pada penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak lambung,
gangguan fungsi hati, epilepsi, kehamilan, menyusui, lansia, demam
ES Takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala,
stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi
S Sediaan injeksi: ampul 24 mg/ml ( 1 ampul= 10 ml)
Kombinasi Terapi Kontrol

• Kombinasi kortikosteroid inhaler dan agonis


β2 inhaler kerja panjang direkomendasikan
pada pasien yang menderita asmapersisten
sedang tahap 3. Kombinasi ini lebih kuat
dari pada menduplikasi dosis kortikosteroid
inhaler atau menambahkan antagonis
leukotrien+kortikosteroid inhaler.
Omalizumab

• Merupakan antibody anti-IgE yang digunakan


untuk pengobatan asma yang tidak dapat
ditangani dengan baik oleh kortikosteroid hirup
dosis tinggi. Obat ini hanya diindikasikan untuk
pasien atopik bergantung kortikosteroid yang
memerlukan kortikosteroid oral atau
mengkonsumsi kortikosteroid dosis tinggi
dengan berlanjutnya gejala dan kadar IgE tinggi.

Anda mungkin juga menyukai