Anda di halaman 1dari 41

ASMA BRONKIAL

Disusun oleh :
Rietschje Johanna (12-018)
Stephanie Roseline Damanik (12-144)
Lestari Kanti Wilujeng (13-082)
Shani Qisthina 13-261)

Kepaniteraan Ilmu Farmasi & Farmakologi Terapan


Fakultas Kedokteran UKI
LAPORAN KASUS
ASMA BRONKIALE
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. B.C
• Tanggal lahir : 11 September 2007
• Umur : 10 tahun
• Berat Badan : 32kg
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Mawar Merah II RT 008/003,
Kel. Malaka Jaya
ANAMNESIS
• Keluhan utama : Sesak Nafas 
• Keluhan tambahan : Batuk berdahak

• Pasien anak BC datang dengan keluhan sesak nafas


sejak 1 jam SMRS. Sesak dirasakan pada malam hari
dan pagi hari tadi pada saat udara dingin. Pasien
belum mengkonsumsi obat apapun untuk
mengurangi keluhan. Pasien juga mengalami batuk
berdahak sejak 3 hari SMRS.
Anamnesis
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Dua minggu yang lalu pasien mengalami sesak seperti
yang dirasakan sekarang. Dalam bulan ini pasien
merasakan sesak pada malam hari sebanyak 2x. Pasien
memiliki riwayat asma. Riwayat batuk lama disangkal,
kejang demam disangkal, dan penyakit jantung juga
disangkal.
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Ibu pasien memiliki riwayat asma sejak kecil.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan saat pertama datang ke IGD.
•Keadaan umum : Tampak sakit sedang
•Kesadaran : Komposmentis
•Denyut Nadi : 125 x/menit
•RR : 35 x/menit
•Suhu tubuh : 36.8 oC
Thoraks
•Paru
• Inspeksi : Dinding dada simetris; Retraksi interkosta (+)
• Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
• Perkusi : Sonor-Sonor
• Auskultasi: Bunyi napas dasar ekspirium memanjang;
Rhonki -/-; Wheezing +/+.
•Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : Kardiomegali (-)
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler; Murmur (-);
Gallop (-)
Diagnosis
• Asma Bronkiale
Tatalaksana
Medikamentosa:
• IGD
• O2 nasal kanul 2 lpm
• Nebulizer: Salbutamol 2.5 mg + Pulmicort 0.5 mg
• Obat Pulang
Pereda:
• Ventolin Aerosol 2 inhalasi setiap 4 sampai 6 jam
Pengendali:
• Prednisolone oral 1-2mg/Kg BB/ hari
= 1(32)mg-2(32)mg/hari
= 32-64mg/ hari
Simtomatik:
• Ambroxol 0.5mg/kg bb/x minum
= 0.5(32)mg/ x minum = 16 mg /x minum
 3 x16 mg / hari
ANALISIS
PENATALAKSANAAN
TATALAKSANA
Penatalaksanaan Teori
Pemberian O2. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi rasa sesak
O2 nasal kanul
napas yang dikeluhkan.

Kortikosteroid. Pemberian terapi ini dilakukan untuk menekan


Prednisolone respons inflamasi pada mukosa brankial sebagai pencetus timbulnya
serangan asma

Mukolitik. Pemberian terapi ini untuk mengurangi gejala batuk yang


Ambroxol
sering timbul apabila terjadi asma

SABA. Ventolin merupakan short acting Β2-agonis yang berperan


Ventolin
seagai bronkodilator.

Budesonide. Kortikosteroid inhalasi yang berfungsi menghambat


Pulmicort
proses peradangan dan mengurangi sekresi mukus.
BAB I
PENDAHULUAN
Asma
• Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak
sampai dewasa dengan derajat penyakit ringan sampai
berat, bahkan beberapa kasus dapat menyebabkan
mematikan.
• Penyakit Asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil
dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas”.
• Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik
saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan
elemennya.
• Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran
napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan
atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi
dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa
pengobatan
Etiologi & Faktor Resiko
Klasifikasi Derajat
Kekambuhan Asma (GINA,
2015)
Patogenesis Kerja Obat pada Asma
Penegakan diagnosis
SERANGAN ASMA

• Nilai derajat serangan asma


• Cari riwayat asma risiko tinggi
RINGAN SEDANG
•Bicara dalam kalimat BERAT
•Lebih senang duduk daripada •Bicara dalam kata
berbaring •Duduk bertopang lengan ANCAMAN HENTI NAPAS
•Tidak gelisah •Gelisah Kriteria asma serangan
•Frekuensi napas meningkat •Frekuensi napas meningkat berat terpenuhi, ditambah
•Frekuensi nadi meningkat •Frekuensi nadi meningkat •Mengantuk/letargi
•Retraksi minimal •Retraksi jelas •Suara napas tak terdengar
•SpO2 (udara kamar): 90-95% •SpO2 (udara kamar) < 90%
•PEF>50% prediksi atau terbaik •PEF <= 50% prediksi atau terbaik
TIDAK RESPONS SEGERA
Mulai terapi awal atau MEMBURUK
•Berikan oksigen 1-2 L/menit jika SpO2 <94%
•Agonis β2 kerja pendek: Bila di IGD rumah sakit:
•Lanjutkan tatalaksana sesuai derajat
• Via nebuliser atau via MDI dan spacer (4-10
serangan
semprot)
Bila di fasyankes primer, segera rujuk ke
• Nebulisasi dapat diulang sampai 3 kali tiap 20
rumah sakit
menit dalam 1 jam
Sambil menunggu, lakukan terapi:
•Untuk nebulisasi ketiga pertimbangkan kombinasi agonis
•Nebulisasi agonis β2 kerja pendek dan
β2 kerja pendek dan ipratropium bromida
ipratropium bromida
•Pada saat serangan: steroid sistemik
•Steroid sistemik (prednisolon/prednison) 1-
(Prednisolon/prednison): 1-2 mg/kgBB/hari, maksimal 40
2mg/kgBB/hari, maksimal 40 mg IV
mg peroral (bila tidak memungkinkan, IV)
•Berikan oksigen 2 L/menit
Lanjutkan terapi dengan agonis β2 kerja pendek jika diperlukan TIDAK RESPONS
nilai respons terapi dalma 1 jam berikutnya (atau lebih cepat atau MEMBURUK

Membaik

Siapkan untuk rawat jalan


Penilaian sebelum dipulangkan •Obat pereda: lanjut sampai gejala reda/hilang
•Gejala: membaik •Obat pengendali: dimulai, dilanjutkan,
•SpO2 > 94% (udara kamar( dinaikkan sesuai dengan derajat kekerapan
•PEF membaik, dan 60-80% nilai asma
prediksi terbaik •Steroid oral: lanjutkan 3-5 hari
•Kunjungan ulang ke RS dalam 3-5 hari

Tindak lanjut
•Obat pereda: diberikan jika perlu
•Obat pengendali: lanjutkan dengan dosis yang sesuai
•Evaluasi faktor risiko: identifikasi dan modifikasi faktor risiko bila memungkinkan

Bila tidak tersedia obat-obatan lain, gunakan ADRENALIN untuk asma yang
berhubungan dengan anafilaksis dan angioderma, dosis 10 ug/kg (0,01 ml/kg adrenalin
1:1.000), maksimal 500ug (0,5 ml)
*
Pasien dengan asma serangan berat atau ancaman henti napas
yang dirujuk ke rumah sakit

Penilaian awal:
A: airway B: breathing C: circulation
Apakah ada:
Mengantuk, letargi, suara paru tak terdengar
TIDAK YA
BERAT ANCAMAN HENTI NAPAS
•Bicara dalam kata
•Duduk bertopang lengan Siapkan perawatan ICU
•Gelisah •Inhalasi agonis β2 kerja pendek
•Frekuensi napas meningkat •Oksigen
•Frekuensi nadi meningkat •Siapkan intubasi jika perlu
•Retraksi jelas
•SpO2 (udara kamar) < 90%
•PEF <= 50% prediksi atau terbaik

Mulai terapi
•Inhalasi agonis β2 kerja pendek + ipratropium bromida
•Steroid IV
•Oksigen untuk menjaga SpO2 94-98%
•Berikan aminofilin IV

Jika memburuk, kelola sebagai serangan asma dengan


ancaman henti napas dan pertimbangkan rawat ICU
Nilai kondisi klinis secara berkala
Periksa spirometri?PEF (satu jam setelah terapi awal

FEV1 atau PEF <60% dan tidak


FEV1 atau PEF 60-80% dan
terdapat perbaian gejala
terdapat perbaikan gejala
BERAT
SEDANG
Lanjutkan tatalaksana dan
Pertimbangkan rawat jalan
evaluasi berkala
Medikamentosa
Agonis β2 adrenoseptor
Antikolinergik
Xantin
• Mekanisme Kerja : Meningkatkan kadar cAMP pada
otot polos bronkial dengan cara menghambat
fosfodiesdterase, suatu enzim yang mengkatalisis
hidrolisis cAMP menjadi AMP. Peningkatan cAMP
merelaksasi otot polos, menyebabkan
bronkodilatasi

• Indikasi : Xantin digunakan pada anak-anak dengan


asma yang tidak dapat menggunakan inhaler,
pasien dewasa dengan gejala nocturnal. Obat
diberikan secara iv pada status asmatikus
• Kontra Indikasi : Penyakit jantung, hipertensi,
gangguan hati.
• Efek Samping : Mual, muntah, tremor, insomnia,
takikardi
• Interaksi Obat :
Fenobarbital menginduksi metabolisme dari teofilin
sehingga memerlukan dosis teofilin yang lebih tinggi

• Dosis:
Dewasa: 130-150 mg, jika diperlukan dapat dinaikkan
menjadi 2 kalinya.
Anak: 6-12 tahun: 65-150 mg, kurang dari 1 tahun:
65-75 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan.
Glukokortikoid
• Mekanisme Kerja : Kortikosteroid menekan respons
inflamasi pada mukosa bronchial dan mengurangi
hipersensitivitas pada bronkus. Beberapa efek
spesifik:
• Penurunan edema mukosa dan produksi mucus
• Penurunan produksi prostaglandin dan leukotrien local
dan lebih sedikit aktivasi sel inflamasi
• Up-regulasi adrenoreseptor
• Penurunan produksi sitokin sel T jangka panjang,
penurunan eosinofil dan infiltrasi sel mast pada mukosa
bronchial
• Indikasi: Kortikosteroid digunakan pada pasien dengan
gejala yang lebuih dari minimal, sering dalam
kombinasi dengan β2 agonis atau obat yang
menghambat alergi.
• Kontraindikasi : Hati-hati pada penggunaan anak yang
sedang tumbuh.
• Efek Samping:
• Jika diberikan dalam jangka panjang, efek cushinged dapat
terjadi
• Osteoporosis atau keropos tulang sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan jika digunakan pada anak-anak
dalam jangka waktu lama.
• Interaksi Obat:
• Asetaminofen meningkatkan kadar serum dari golongan
glukokortikoid

• Dosis:
• Dosis untuk eksaserbasi akut dewasa prednison 2x30 mg
selama 5 hari. Bila perlu jangka terapi dapat diperpanjang
sampai 7 hari dengan dosis yang lebih rendah
• Dosis anak 1-2mg/kgBB/hari untuk 3-10 hari (maksimal
60mg/hari)
• Kortikosteroid inhalasi selama 3-7 hari
Penanganan asma pada dewasa dan anak di
atas 5 tahun
Langkah 1 β2-agonis inhalasi kerja pendek sesuai kebutuhan
Langkah 2 β2-agonis inhalasi kerja pendek sesuai kebutuhan
Ditambah
Kortikosteroid inhalasi dosis standar reguler Atau kromoglikat reguler atau
nedokromil
Langkah 3 β2-agonis inhalasi kerja pendek sesuai kebutuhan
Ditambah
Kortikosteroid inhalasi dosis tinggi Atau dosis standar kortikosteroid inhalasi
ditambah –agonis inhalasi kerja panjang reguler
Langkah 4 β2-agonis inhalasi kerja pendek sesuai kebutuhan
Dengan
Kortikosteroid inhalasi dosis tinggi reguler
Ditambah percobaan terapeutik sekunsiel satu atau lebih dari:
Β2-agonis inhalasi kerja panjang
Teofilin oral dengan pelepasan terkendali
Ipratropium inhalasi atau, pada dewasa oksitropium
Β2-agonis oral dengan pelepasan terkendali
Bronkodilator inhalasi dosis tinggi
Langkah 5 β2-agonis inhalasi kerja pendek sesuai kebutuhan
Dengan
Kortikosteroid inhalasi dosis tinggi reguler
Dan satu atau lebih bronkodilator kerja panjang
Ditambah
Prednisolon tablet reguler
Langkah pengurangan Jika kontrol dicapai, pengurangan dosis bertahap dapat
dilakukan
Komplikasi
Prognosis
• <5000 kematian/tahun dari ± 10 juta populasi beresiko
• angka kematian pada serangan asma dengan usia tua lebih
banyak, sedangkan serangan asma yang diketahui dan
dimulai sejak kanak – kanak dan mendapat pengawasan yang
cukup kira-kira setelah 20 tahun, hanya 1% yang tidak
sembuh dan di dalam pengawasan tersebut kalau sering
mengalami serangan common cold 29% akan mengalami
serangan ulang.
• Pada penderita yang mengalami serangan intermitten angka
kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada penderita
yang dengan serangan terus menerus angka kematiannya 9%.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
• Asma bronchial adalah salah satu penyakit paru
yang termasuk dalam kelompok penyakit paru
alergi dan imunologi yang di tandai oleh tanggap
reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus
terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernapas yang
disebabkan oleh penyempitan secara menyeluruh
dari saluran napas.
Kesimpulan
• Prinsip utama penatalaksanaan asma adalah
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup
agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
• Pengobatan jangka panjang yang paling efektif
untuk mengontrol asma adalah dengan
kortikosteroid inhalasi. Penggunaan steroid inhalasi
dapat menghasilkan perbaikan faal paru,
menurunkan hiperesponsif jalan nafas, mengurangi
gejala, mengurangi frekuensi dan berat serangan
sehingga dapat mempertahankan kualitas hidup.
TERIMA KASIH

Daftar Pustaka
• Simatupang, Abraham. Crash Course Pharmacology. Ed 1. Elsevier Singapore
Pte Ltd. 2017
• Pedersen S,etal.2017.Pocket Guide For Asthma Management and
Prevention(For Adults and Children Older than 5 Years).
www.ginaasthma.org. (diunduh pukul 08:20 WIB)
• Departemen Kesehatan RI.2009.Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
• Ratnawati. J Respirologi Indonesia.2011 31(4):172-5. Epidemiologi Asthma.
http://jurnalrespirologi.org/editorial-epidemiology-of-asthma/. (diunduh
pukul 09:15 WIB)
• The Global Asthma Report 2014. Auckland, New Zealand: Global Asthma
Network, 2014.
• Idrus IS, Yunus F, Andriani SL, Setiawati A. Perbandingan Efek Salbutamol
dengan Salbutamol yang Diencerkan dengan NaCl 0,9% pada Pasien Dewasa
dengan Asma Akut Sedang di RS Persahabatan.Respir Indo 2012; 32(3).
• Bateman ED, Hurd SS, Barnes PJ, Bousquet J, Drazen JM,
Fitzgerald M, et al. Global strategy for asthma management and
prevention : GINA executive summary. Eur Respir J.
2010;31:143-78.
• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pendahuluan. Dalam:
Asma.Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007.p.1-69.
• Morris MJ. Asthma. [updated 2011 June 13; cited 2011 June 29].
Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/296301-
overview#showall
• Partridge MD. Examining The Unmet Need In Adults With Severe
Asthma. Eur Respir Rev 2007; 16: 104, 67–72
• Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma: ACT
NOW!. Jakarta. 2009 May 4th. Available from:
http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?
option=com_content&task=view&id=13&Itemid=5
• Pratama S, Juniety E, Zairus D, Rassuna V, Yunus F. Profile of
asthmatic patients at Persahabatan Hospital outpatients
clinics in 2007. J Respir Indo 2009;29(4).
• Atmoko W, Faisal HKP, Babian ET, Adismoro MW, Yunus F.
Prevalence of Uncontrolled Asthma and factors associated
with level of asthma Control at asthma Clinic Persahabatan
Hospital, Jakarta.J Respir Indo 2011; 31(2).
• Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1023/MENKES/SK/XI/2008 TentangPedoman Pengendalian
Penyakit Asma. Jakarta. 3 Nopember 2008.
• Suryanto E, Purnomo J. Mekanisme Seluler dalam Patogenesis
Asma dan Rinitis. J Respir Indo 2009;29(3).
• Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial.
Majalah Kedokteran Indonesia. Nopember 2008; 58(11): 444-
51.

Anda mungkin juga menyukai