Anda di halaman 1dari 51

TATALAKSANA ASMA

PADA
ANAK
Diagnosis and Classification of
Asthma in Children
Definisi Asma

• Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan


dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan
obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori
dengan derajat bervariasi
• Gejala asma adalah batuk, mengi, sesak napas,
dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau
berulang, reversibel, cenderung memberat pada
malam atau dinihari, dan biasanya timbul jika ada
pencetus.
• Chronic recurrent cough (batuk kronik berulang,
BKB) dapat menjadi petunjuk awal untuk
membantu diagnosis asma
Diagnosis

• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisis
• Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik

• Gejala asma:
– Tanpa gejala
– Ada gejala: batuk, sesak,
wheezing, ekspirasi Allergic shiner
memanjang
• Tanda alergi:
– Dermatitis atopik, rinitis alergi
– Allergic shiners, geographic
tongue
Geographic tongue
Klasifikasi

Klasifikasi kekerapan dibuat pada kunjungan-kunjungan


awal dan dibuat berdasarkan anamnesis :
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu
Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan
Persisten
>1x/minggu, namun tidak setiap hari
sedang
Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi

Kesetaraan klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015


adalah:
PNAA 2004 PNAA 2015
Episodik Jarang Intermiten
Episodik Sering Persisten Ringan
Persisten Sedang
Persisten
Persisten Berat
Tatalaksana serangan
akut
Serangan asma

• Adalah episode peningkatan yang progresif


(perburukan) dari gejala-gejala batuk, sesak
napas, mengi, rasa dada tertekan, atau
berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut
• Mencerminkan gagalnya tata laksana asma
jangka panjang, atau adanya pajanan dengan
pencetus
Tujuan tata laksana serangan asma

• Mengatasi penyempitan saluran respiratori


secepat mungkin
• Mengurangi hipoksemia
• Mengembalikan fungsi paru ke keadaan
normal secepatnya
• Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana
jangka panjang untuk mencegah kekambuhan
Patofisiologi serangan asma
Penilaian derajat serangan asma

Asma serangan Serangan asma dengan


Asma serangan berat
ringan-sedang ancaman henti napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk
• Lebih senang duduk • Duduk bertopang lengan • Letargi
daripada berbaring • Gelisah • Suara napas tak
• Tidak gelisah • Frekuensi napas terdengar
• Frekuensi napas meningkat
meningkat • Frekuensi nadi
• Frekuensi nadi meningkat
meningkat • Retraksi jelas
• Retraksi minimal • SpO2 (udara kamar) <
• SpO2 (udara kamar): 90 90%
– 95% • PEF < 50% prediksi atau
• PEF > 50% prediksi atau terbaik
terbaik
Tahapan tata laksana serangan asma

Di rumah Di rumah sakit


Tata laksana serangan asma di rumah (1)

• Oleh pasien atau keluarga dengan pendidikan


cukup dan riwayat terapi teratur
• Inhalasi β2-agonis kerja pendek 2 kali  respon
tidak baik  dokter
• Tidak boleh tata laksana di rumah, harus segera
dibawa fasyankes, bila:
– Risiko tinggi
– Sesak berat
Tata laksana serangan asma di rumah (2)

Berikan inhalasi β2-agonis kerja pendek


Via nebulizer Via MDI + spacer
• Berikan 2-agonis kerja • Berikan serial β2 agonis kerja
pendek, lihat responsnya  pendek via spacer dengan
dosis: 2 – 4 semprot
gejala menghilang  cukup • Berikan satu semprot diikuti 6
diberikan satu kali – 8 tarikan napas, lalu
• Jika gejala belum membaik diberikan semprotan
dalam 30 menit  ulangi berikutnya dengan siklus yang
sama
pemberian sekali lagi • Jika membaik dengan dosis 2-4
• Jika dengan 2 kali pemberian semprot, inhalasi dihentikan.
2-agonis kerja pendek via • Jika gejala tidak membaik
nebuliser belum membaik  dengan dosis 4 semprot,
segera bawa ke fasyankes segera bawa ke fasyankes
Tata laksana serangan asma di fasyankes (1)
Tata laksana serangan asma di fasyankes (2)

Bila tidak tersedia obat-obatan lain, ADRENALIN untuk asma yang berhubungan dengan anafilaksis
dan angioedema, dosis 10 ug/kg (0,01 ml/kg adrenalin 1:1.000), maksimal 500 ug (0,5 ml)
Tata laksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD (1)
Tata laksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD (2)
Tata laksana di ruang rawat sehari

• Oksigen yang telah diberikan saat pasien


masih di UGD tetap diberikan
• Setelah pasien menjalani dua kali nebulisasi
dalam 1 jam dengan respons parsial di UGD 
teruskan dengan nebulisasi 2-agonis +
ipratropium bromida setiap 2 jam
• Berikan steroid sistemik oral berupa prednison
atau prednisolon hingga 3-5 hari. Jika dalam
12 jam klinis tetap baik, maka pasien
dipulangkan dan dibekali obat
Tata laksana di ruang rawat inap (1)

• Pemberian oksigen diteruskan


• Jika ada dehidrasi dan asidosis maka berikan cairan
intravena dan koreksi asidosisnya
• Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8 jam,
dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari
• Nebulisasi 2-agonis + ipratropium bromida dengan
oksigen dilanjutkan setiap 1−2 jam. Jika dalam 4-6 kali
pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak
pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam.
Tata laksana di ruang rawat inap (2)
• Aminofilin diberikan secara intravena dengan dosis:
– Bila pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya,
aminofilin dosis awal (inisial) sebesar 6-8 mg/kgBB, yang
dilarutkan dalam dekstrosa atau garam fisiologis sebanyak 20
ml, dan diberikan selama 30 menit, dengan infusion pump
atau mikroburet
– Bila, respons belum optimal dilanjutkan dengan pemberian
aminofilin dosis rumatan sebanyak 0,5-1 mg/kgBB/jam
– Jika pasien telah mendapat aminofilin (kurang dari 8 jam),
dosis diberikan separuhnya, baik dosis awal (3-4 mg/kgBB)
maupun rumatan (0,25-0,5 mg/kg/jam)
– Bila memungkinkan, sebaiknya kadar aminofilin diukur dan
dipertahankan 10-20 mcg/ml
Tata laksana di ruang rawat inap (3)

• Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi


diteruskan setiap 6 jam hingga mencapai 24 jam,
dan steroid serta aminofilin diganti dengan
pemberian per oral
• Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien
dapat dipulangkan dengan dibekali obat:
– 2-agonis (hirupan atau oral) setiap 4-6 jam selama
24-48 jam
– Selain itu, steroid oral dilanjutkan hingga pasien
kontrol ke klinik rawat jalan dalam 3-5 hari untuk
reevaluasi tata laksana
Tata laksana di ruang rawat intensif

• Ancaman henti napas


– Hipoksemia tetap terjadi meskipun sudah diberi
oksigen
– Tidak ada respons sama sekali terhadap tata
laksana awal di UGD dan/atau perburukan asma
yang cepat
– Adanya kebingungan, disorientasi, dan tanda lain
ancaman henti napas, atau hilangnya kesadaran.
– Tidak ada perbaikan dengan tata laksana baku di
ruang rawat inap
Obat pereda (reliever)

• Obat untuk meredakan serangan atau gejala


asma bila sedang timbul
• Digunakan seperlunya, bila gejala reda obat
dihentikan
• β2-agonis kerja pendek, ipratropium bromida,
steroid sistemik
β2-agonis kerja pendek

• Gejala asma ringan sedang memberikan


respon yang cepat terhadap inhalasi β2-
agonis kerja pendek
• Salbutamol, terbutalin, prokaterol
• Inhalasi diberikan lewat MDI dengan/tanpa
spacer atau nebuliser
• Dosis sesuai beratnya serangan dan respon
pasien
Ipratropium bromida (1)

• Kombinasi β2-agonis kerja pendek dan


ipratropium bromida (antikolinergik) pada
serangan asma ringan sedang hingga berat
menurunkan risiko rawat inap dan
memperbaiki PEF dan FEV1 dibandingkan
dengan β2-agonis saja
TATALAKSANA JANGKA
PANJANG
Tujuan tata laksana

• Mencapai kendali asma sehingga menjamin


tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara
optimal
– Aktivitas pasien berjalan normal, termasuk bermain dan
berolahraga
– Gejala tidak timbul pada siang maupun malam hari
– Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada
serangan
– Efek samping obat dapat dicegah untuk tidak atau sesedikit
mungkin terjadi, terutama yang memengaruhi tumbuh
kembang anak
• Apabila tujuan ini belum tercapai maka tatalaksananya
perlu dievaluasi kembali
The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Garis besar tatalaksana asma

• Penghindaran pencetus, termasuk


pengelolaan lingkungan
• Tatalaksana medikamentosa
• KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
• Rencana aksi (action plan)
Obat asma

Obat pereda (reliever) Obat pengendali (controller)


• Meredakan serangan atau • Mengatasi masalah dasar asma
gejala asma bila sedang yaitu inflamasi respiratori
timbul kronik
• Digunakan seperlunya, bila • Mencegah serangan asma
gejala reda obat dihentikan • Jangka waktu lama
• β2-agonis kerja pendek, • Steroid inhalasi, antileukotrien,
antikolinergik, steroid kombinasi steroid inhalasi-ß2-
sistemik agonis kerja panjang, teofilin
lepas lambat, anti-
imunoglobulin E

Mark FitzFerald, M. H. R., MD (2012). "Global Strategy for Asthma Management and Prevention Update 2012." GINA.
Pemilihan alat inhalasi
• Obat asma dianjurkan dalam bentuk inhalasi

Efikasi obat Kenyamanan

Keamanan Biaya
Jenis alat inhalasi sesuai usia
Umur Alat inhalasi
 Nebulizer dengan masker
<5 tahun  MDI dengan spacer: aerochamber,
pocketchamber, babyhaler

 Nebulizer dengan mouth piece


5−8 tahun  MDI dengan spacer
 DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler
 Nebulizer dengan mouth piece

>8 tahun  MDI dengan atau tanpa spacer


 DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler

Barry PW, Fouroux B, Pederson S, O’Callaghan C. Nebulizers in childhood. Eur Respir Rev 2000; 10: 527−35.
Pemakaian spacer

• Mengurangi deposisi obat dalam mulut (orofaring)


• Jumlah obat yang akan tertelan berkurang sehingga
mengurangi efek sistemik
• Sebaliknya, deposisi obat dalam saluran respiratori
bawah lebih baik sehingga didapatkan efek
terapeutik yang baik
• Spacer dapat dibuat menggunakan gelas plastik atau
botol plastik dengan volume 500 ml yang sama
efektifnya dengan spacer konvensional
Zar HJ, Asmus MJ, Weinberg EG. A 500-ml plastic bottle: An effective spacer for children with asthma. Pediatr Aleergy Immunol 2002;13:217-22.
Zar HJ, Streun S, Levin M, Weinberg EG, and Swingler GH. Randomised controlled trial of the efficacy of a metered dose inhaler with bottle
spacer for bronchodilator treatment in acute lower airway obstruction. Arch Dis Child 2007;92:142-6.
Jenjang dalam pengendalian asma

• Keterangan gambar: ICS (inhaled corticosteroids, steroid inhalasi); LTRA


(Leukotriene Receptor Antagonist); SABA (short acting beta agonist, β2-agonis kerja
pendek); LABA (long acting beta agonist, β2-agonis kerja panjang)
Jenjang 1
Asma Intermiten

• Pasien pada kondisi terkendali, baik dengan atau tanpa


obat pengendali, hanya mengalami gejala ringan ≤ 2 kali /
minggu dan di antara serangan pasien tidak mengalami
gangguan tidur maupun aktivitas sehari hari.
• Pada saat ini pasien hanya memerlukan obat pereda
berupa inhalasi 2-agonis kerja pendek apabila mengalami
serangan atau gejala asma.
• Sebagai alternatif bisa diberikan obat inhalasi kombinasi
2-agonis kerja pendek dengan ipratropium bromida, 2-
agonis kerja pendek oral, teofilin oral.
• Pasien yang memiliki faktor risiko dapat dipertimbangkan
pemberian steroid inhalasi dosis rendah
Jenjang 2
Asma Persisten Ringan
• Pasien mendapatkan obat pengendali asma
berupa steroid inhalasi dosis rendah atau
antileukotrien
• Antileukotrien diberikan pada pasien asma yang
tidak memungkinkan menggunakan steroid
inhalasi atau pada pasien yang menderita asma
disertai rinitis alergi.
• Teofilin lepas lambat kurang disarankan karena
efikasinya lebih rendah dan lebih sering
menimbulkan efek samping  tidak disarankan
untuk usia <12 thn
Jenjang 3
Asma Persisten Ringan
• Pilihan utama untuk anak berusia > 5 tahun
ialah kombinasi steroid-2-agonis kerja
panjang
• Alternatif lain ialah dengan menaikkan dosis
steroid inhalasi menjadi dosis menengah
• Dapat diberikan kombinasi steroid inhalasi
dosis rendah dan antileukotrien atau
kombinasi steroid-teofilin lepas lambat.
Jenjang 4
Asma Persisten Berat
• Untuk kategori asma sulit (difficult–to-treat asthma)
• Pilihan pertama : kombinasi steroid inhalasi dosis sedang 2-
agonis kerja panjang atau steroid inhalasi dosis tinggi.
• Menaikkan dosis steroid inhalasi dari dosis sedang ke dosis
tinggi hanya memberikan sedikit perbaikan
• Keputusan ini bisa dilaksanakan setelah pemberian steroid
inhalasi dosis sedang-2-agonis kerja panjang diberikan selama
6-8 minggu.
• Pilihan lain ialah kombinasi steroid inhalasi dosis sedang-
antileukotrien atau kombinasi steroid inhalasi dosis sedang-
teofilin lepas lambat
• Penambahan anti-imunoglobulin E (omalizumab) dapat
memperbaiki pengendalian asma yang disebabkan karena alergi
Jenjang 5
• Pada jenjang ini semua pasien harus dirujuk sehingga
tatalaksana pada jenjang ini tidak dituliskan dalam
gambar
• Mulai dipertimbangkan pemberian steroid oral sebagai
obat pengendali asma
• Pasien harus dijelaskan tentang kemungkinan efek
samping yang timbul akibat pemberian steroid oral
jangka panjang dan berbagai alternatif pilihan
pengobatan
• Penambahan anti-imunoglobulin E (omalizumab) dapat
memperbaiki pengendalian asma yang disebabkan
karena alergi
Pemantauan

• Pengendalian asma harus dimonitor teratur


setiap bulan dan pencapaian perbaikan
setelah 8-12 minggu
• Selain jenis obat, dosis obat, cara pemberian
obat dan kepatuhan, pasien asma perlu
dipantau upaya penghindaran faktor pencetus
dan penyakit penyerta asma
• Penurunan dosis steroid dipertimbangkan
setiap 8-12 minggu, sebesar 25 – 50%
Program KIE pada anak (1)

1. Penjelasan tentang mekanisme inflamasi pada asma dan cara


pengendalian asma
2. Komunikasi antara pasien dan dokter untuk mengetahui
keluhan pasien dan menetapkan rencana pengobatan bersama
3. Mengikuti rencana aksi tertulis terutama pada anak dengan
asma persisten, kendali asma yang jelek, atau anak dengan
riwayat serangan yang sering
4. Mengidentifikasi, mengendalikan serta menghindari faktor-
faktor yang memperburuk gejala asma dan pencetus serangan
5. Mampu menangani apabila timbul gejala atau perburukan
gejala
6. Mampu mengetahui kapan dan kemana mencari pertolongan
National Heart, Lung, and Blood Institute. National asthma education and prevention program expert panel report 3: guidelines for the diagnosis
and management of asthma full report 2007.
Program KIE pada anak (2)

7. Penjelasan steroid hirupan sebagai obat pengendali asma


8. Penjelasan penggunaan obat minum dan terapi inhalasi
yang tepat dan benar
9. Mendorong anak mandiri dalam penatalaksanaan asma
10. Menghilangkan persepsi yang salah tentang asma dan
pengobatannya
11. Penjelasan dan cara memakai PFM, inhaler, dan spacer
berkatup
12. Monitor gejala dengan nilai PFM
13. Menerapkan pola hidup sehat

National Heart, Lung, and Blood Institute. National asthma education and prevention program expert panel report 3: guidelines for the diagnosis
and management of asthma full report 2007.
Program KIE pada keluarga

1. Membina suasana keluarga


2. Menerapkan pola hidup sehat, misalnya tidak merokok dan
berolahraga
3. Menjaga kesehatan anak dan kesehatan pernapasan anak
4. Mengenali dan mengendalikan faktor pencetus serangan
5. Mengenal tanda-tanda awal serangan asma, antara lain batuk,
mengi (wheezing), rasa dada tertekan, dan napas yang pendek
6. Menyediakan dan memberi obat dengan waktu, cara, dan
lamanya dengan tepat
7. Mengetahui kapan harus membawa ke dokter
8. Memantau kemajuan atau kemunduran asma anaknya dengan
Peak Flow Monitoring.
Asthma self-management goals for children 9 years and younger. [Diakses 3 Mei 2013]. Diunduh dari:
http://www.chcs.org/usr_doc/Self_Management_Goals_for_Children.pdf
Program KIE pada sekolah (1)
1. Koordinasi penatalaksanaan asma anak oleh koordinator Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS)
2. Meminta formulir RAA ketika mendaftar di sekolah dan menggunakannya
3. Komunikasi antara guru dengan anak yang menderita asma
4. Pelatihan tentang pengertian asma, penatalaksanaan, faktor pencetus, serta
pengenalan tanda kegawatan asma kepada pegawai sekolah
5. Kebijakan sekolah yaitu lingkungan bebas asap rokok
6. Protokol kegawatdaruratan untuk anak dengan gangguan pernapasan jika
tidak mempunyai RAA
7. Kebijakan yang memastikan bahwa siswa mempunyai akses cepat terhadap
pengobatannya kapan saja serta mengijinkan siswa menatalaksana sendiri
sesuai dengan RAA
8. Penanganan terhadap siswa yang sering absen, sering ke UKS, kunjungan ke
unit gawat darurat, atau ke rumah sakit akibat asmanya
9. Memunyai akses dengan tenaga kesehatan
10. Meminimalisasi polusi seperti kecoa, tungau debu, jamur, hewan,
penggunaan kapur, debu, parfum dan bau-bauan yang kuat, kadar ozon yang
tinggi, temperatur ekstrim,dan kadar SO2 yang tinggi
Wheeler LS, Bartholomew LK, Boehm R, Brasler M, Constante C, Goldberg E, dkk. Managing asthma a guide for schools. 2003 Maryland State
Department of Education Student Services and Alternative Programs Branch. Management of student with asthma in school maryland state
school health services guideline. 2006
Program KIE pada sekolah (2)
11. Lingkungan sekolah bebas makanan alergi
12. Tidak melakukan pembatasan olahraga atau latihan fisis dengan syarat tetap
mengikuti kaidah:
13. Melakukan pemanasan dan pendinginan
14. Olahraga yang bersifat aerobik
15. Hindari berolahraga di tempat terbuka yang terlalu dingin, terlalu panas, atau
berpotensi alergen
16. Selalu melibatkan anak dalam setiap aktivitas sekolah
17. Memodifikasi aktivitas yang melibatkan anak asma
18. Komunikasi staf sekolah dengan orangtua/petugas kesehatan yang menangani
anak asma tentang perkembangan penyakitnya
19. Menghindari kolam renang dengan kadar klorin yang tinggi di tempat tertutup
(ventilasi udara harus baik)
20. Menyediakan obat-obatan
21. Melakukan pembatasan olahraga jika anak baru mengalami serangan asma
atau anak yang mengalami infeksi saluran respiratori

Wheeler LS, Bartholomew LK, Boehm R, Brasler M, Constante C, Goldberg E, dkk. Managing asthma a guide for schools. 2003 Maryland State
Department of Education Student Services and Alternative Programs Branch. Management of student with asthma in school maryland state
school health services guideline. 2006
Program KIE pada sekolah (2)
11. Lingkungan sekolah bebas makanan alergi
12. Tidak melakukan pembatasan olahraga atau latihan fisis dengan syarat tetap
mengikuti kaidah:
13. Melakukan pemanasan dan pendinginan
14. Olahraga yang bersifat aerobik
15. Hindari berolahraga di tempat terbuka yang terlalu dingin, terlalu panas, atau
berpotensi alergen
16. Selalu melibatkan anak dalam setiap aktivitas sekolah
17. Memodifikasi aktivitas yang melibatkan anak asma
18. Komunikasi staf sekolah dengan orangtua/petugas kesehatan yang menangani
anak asma tentang perkembangan penyakitnya
19. Menghindari kolam renang dengan kadar klorin yang tinggi di tempat tertutup
(ventilasi udara harus baik)
20. Menyediakan obat-obatan
21. Melakukan pembatasan olahraga jika anak baru mengalami serangan asma
atau anak yang mengalami infeksi saluran respiratori

Wheeler LS, Bartholomew LK, Boehm R, Brasler M, Constante C, Goldberg E, dkk. Managing asthma a guide for schools. 2003 Maryland State
Department of Education Student Services and Alternative Programs Branch. Management of student with asthma in school maryland state
school health services guideline. 2006
Rencana Aksi Asma (RAA)
Asthma Action Plan (AAP)
• Mencapai kemandirian program KIE 
Catatan harian gejala dan penilaian PFM (Peak
Flow Meter) diisi anak atau orang tua
• RAA berisi :
– Instruksi kapan, bagaimana cara, dan lamanya
meningkatkan dosis pengobatan
– Penentuan kapan harus mencari pertolongan
medis
Rencana Aksi Asma (RAA) (1)
Rencana Aksi Asma (RAA) (2)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai