Anda di halaman 1dari 38

GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL

Disusun Oleh:
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Psikiatri
Periode 26 November – 31 Desember 2018

1. Ratih Haerany R 04054821719159 13. Deanita Rahmanda P 04084821719225


2. Margaretha Carolina 04054821719160 14. Sharah Aqila 04084821719226
3. Siti Farahhiyah D.M. 04054821719161 15. Muhammad Rusdi 04084821719227
4. Andini Fatma Trinata 04084821719183 16. Fira Andriani 04084821719228
5. Kms.M.Afif Rahman 04084821719184 17. Bianca Theodeanna 04084821719229
6. Atika Amaliah 04084821719185 18. Afkur Mahesa N 04084821719230
7. Nur Haniyyah 04084821719186 19. Muhammad Ihsan 04084821719231
8. Darian Davin 04084821719187 20. Muhammad Emir AS 04084821719232
9. M. Rizky Rasyadi 04084821719188 21. Nicho Saputra 04054821820134
10. Anindya Ayu P. 04084821719201 22. Riska Mareta 04054821820135
11. K.Muhammad Tasrif 04084821719202 23. Dika Dwiyasa 04054821820136
12. Sandy Prasaja 04084821719203 24. Muhammad Galih W 04084881820003

Pembimbing
dr. Deddy Soestiantoro, SpKJ, M.Kes
PENDAHULUAN
 Gangguan kepribadian antisosial, awalnya menunjukkan kelompok perilaku kriminal yang terjadi. Secara harafiah
psikopatik berarti sakit jiwa-berasal dari kata psyche artinya jiwa dan pathos artinya penyakit. Masyarakat awam
menyebutnya “gila”. Pada tahun 1952 dalam psikiatri terjadi revisi nomenklatur kepribadian psikopatik menjadi
kepribadian sosiopatik.
 Tahun 1968, terminologi kepribadian sosiopatik berubah menjadi bentuk gangguan kepribadian antisosial, yang
dipakai sampai sekarang ini
 Gangguan kepribadian Antisosial memiliki ciri berikut : perkembangan moral mereka terhambat, mereka tidak
mampu mencontoh perbuatan-perbuatan yang diterima masyarakat (socially desirable behavior), kurang dapat
bergaul dan kurang tersosialisasi, dalam arti tidak mampu mengembangkan kesetiaan pada orang, kelompok,
maupun nilai-nilai sosial yang berlaku, maka mereka sering bentrok dengan masyarakat.
 Penilaian gangguan kepribadian antisosial penting untuk dilakukan dalam menegakkan diagnosis multiaksial.
Dalam menentukan diagnosis yang baik, diperlukan pemahaman mengenai gangguan kepribadian Antisosial
terhadap pasien. Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan untuk memahami lebih lanjut mengenai gangguan
kepribadian antisosial.
DEFINISI

 Kepribadian merupakan sebuah karakteristik individu akan afek, pengaturan emosi, perilaku, motivasi, kognisi, dan interaksi individu
dengan yang lainnya yang bersifat menetap dan muncul sejak awal fase dewasa (adolescence).

 Aspek kpribadian mencakup cara individu berpikir tentang dirinya sendiri, cara berinteraski dengan orang disekitarnya, cara individu
memahami kejadian dalam lingkungan tertentu , dan rekasi emosional individu terhadap situasi tertentu.

 American Psychiatric Association (APA) menuliskan bahwa gangguan kepribadian ditandai oleh "pola penyimpangan perilaku dan
pengalaman individu yang memunculkan penyimpangan pada kebiasaan individu, bersifat lama, pervasif dan menetap, dan tidak stabil.

 Gangguan kepribadian antisosial adalah ketidakmampuan untuk memenuhi norma sosial yang asalnya mengatur banyak aspek
perilaku remaja dan dewasa seseorang. Meskipun ditandai dengan tindakan antisosial atau criminal yang terus-menerus, gangguan ini
tidak sama dengan kriminalitas.
Tokoh Teori tentang Kepribadian

 Gordon W.Allport kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik indvidu yang
menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas.
 George Kelly kepribadian adalah cara unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
 Sigmund Freud menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id,
ego, dan super ego, sedangkan tingkahlaku lain merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem
kepribadian tersebut.
 Browner kepribadian adalah corak tingkahlaku sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini
dan sikap seseorang. Perilaku ada yang bersifat tampak dan ada pula yang tidak tampak.
Pembagian Kepribadian

 Galenus sehingga menggolongkan manusia menjadi empat tipe berdasarkan temperamennya, yaitu Koleris,
Melankolis, Phlegmatis, dan Sanguinis.
 koleris mempunyai sifat khas yaitu hidup, besar semangat, daya juang besar, hatinya mudah terbakar, dan optimis.
 Sedangkan seorang melankolis mempunyai sifat mudah kecewa, daya juang kecil, muram dan pesimistis.
 Sifat khas phlegmatis tidak suka terburu-buru (calm, tenang), tak mudah dipengaruhi dan setia.
 Seorang sanguinis mempunyai sifat khas hidup, mudah berganti haluan, ramah, lekas bertindak tapi juga lekas
berhenti.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian

 Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian, yaitu:


 Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam seseorang itu sendiri. Biasanya merupakan
faktor genetis atau bawaan. Maksudnya faktor genetis yaitu faktor yang berupa bawaan sejak lahir
dan meruapakn pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua
orangtuanya atau bisa juga gabungan atau kombinasi dari sifat orangtuanya.
 Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini biasanya pengaruh
yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini biasanya pengaruh yang berasal dari lingkungan anak
dimana anak mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan dunia sosialnya yaitu teman-temannya.
Faktor-Faktor yang Menghambat Pembentukan Kepribadian

 Adapun faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian juga terdapat faktor


yang menghambat pembentukan kepribadian antara lain:
 Faktor Biologis
 Faktor Sosial
 Faktor kebudayaan
 Nilai-nilai (Values)
 Adat dan Tradisi
 Pengetahuan dan Keterampilan
 Bahasa
 Milik Kebendaan (material possessions)
Aspek-Aspek Kepribadian

 Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek


kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
 Karakter
 Temperamen
 Sikap
 Stabilitas Emosi
 Responsibilitas
 Sosiabilitas
Perkembangan Kepribadian
 Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan
dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-
sifat kepribadian yang bersifat menetap. Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk
pada usia sekitar 5-6 tahun yaitu:
 Tahap oral
 Tahap anal: 1-3 tahun
 Tahap phalic: 3-6 tahun
 Tahap laten: 6-12 tahun
 Tahap genital: 12-18 tahun
 Tahap dewasa
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
 Perkembangan Kepribadian menurut Erikson
 Perkembangan kepribadian dalam teori psikoanalisis Erickson
 Trust VS Mistrust (0-1/1,5 tahun).
 Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu ( early chilhood : 1/1,5-3 tahun).
 Inisiatif VS Rasa Bersalah (late chilhood:3-6th).
 Industri VS Inferiority ( usia sekolah:6-12 tahun).
 Identitas & Penolakan VS difusi Identitas (masa remaja: 12-20 tahun).
 Intimasi dan Solidaritas VS Isolasi (Early adulthood : 20-35 th).
 Generativitas VS Stagnasi/ mandeg ( middle adulthood : 35-65 th ).
 Integritas VS Keputusasaan (later years: diatas 65 th).
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
 Perkembangan Kepribadian ( Harry Stack Sullivan)
Harry membagai perkembngan kepribadian menjadi beberapa masa.
 1. Masa bayi : Kebutuhan akan rasa aman dalam mengembangkan rasa percaya yang mendasar (basic
trust).
 2. Masa kanak-kanak awal: belajar berkomunikasi
 3. Pra sekolah : mengembangkan body image
 4. Usia sekolah : mengembangkan hubungan dengan sebaya, melalui kompetisi, kompromi dan
kooperatif.
 5. Remaja : mengembangkan kemandirian,melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.
 6. Dewasa : belajar untuk saling tergantung, tanggung jawab terhadap orang lain.
Karakter Kepribadian
 Model Lima Faktor (FFM) adalah taksonomi karakter kepribadian yang paling banyak diteliti ciri-ciri di
seluruh dunia dalam model ini, sejumlah besar sifat digabungkan menjadi lima dimensi sifat luas yang
memuat ke orthogonal. Faktor-faktor dan ciri-ciri deskriptif untuk masing-masing adalah disediakan
dalam Tabel 1.
Ciri Kepribadian Sehat
 Kepribadian seseorang mempunyai ciri-ciri tertentu sehingga tahu mana kepribadian yang sehat dan
kepribadian yang tidak sehat, Samsu menjelaskan bahwa kepribadian yang sehat di tandai dengan:
 Mampu menilai diri secara realistik
 Mampu menilai situasi secara realistik
 Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik
 Menerima tanggung jawab.
 Kemandirian (autonomy).
 Dapat mengontrol emosi.
 Berorientasi tujuan.
 Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar (ekstrovert).
 Penerimaan sosial.
 Memiliki filsafat hidup.
 Berbahagia.
 Selanjutnya menurut Samsu kepribadian yang tidak sehat antara lain:
 Mudah marah (tersinggung).
 Menunjukan kekhawatiran dan kecemasan.
 Sering merasa tekanan (stres atau depresi).
 Bersikap kejam atau senang menganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang (hewan).
 Ketidak mampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah di peringati atau di hukum.
 Mempunyai kebiasaan berbohong.
 Hiperaktif
 Bersikap memusuhi terhadap semua otritas
 Senang mengkriktik/mencemooh orang lain.
 Sulit tidur.
 Kurang memiliki rasa tanggung jawab.
 Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat organis).
 Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama.
 Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.
 Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.
EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi ASPD 2-3% populasi di Amerika. Mereka Gabbard, 2005 ditemukan di daerah tengah kota yang
miskin, banyak yang drop out dari sekolah. Populasi ASPD di penjara kira-kira 75%. Perbandingan laki dan
perempuan bervariasi dari 4:1 hingga 7,8:1. Onset terjadinya sebelum usia 15 tahun. Pada laki-laki dapat
lebih awal.

 Antisosial dapat timbul pada perempuan. Perempuan yang menarik, menggairahkan dengan pesona
interpersonal, manipulatif sering dianggap histeria, histrionik dan borderline. Setiap orang akan
memberinya keuntungan tanpa ragu-ragu. Pola familial, 5 kali lebih sering pada sanak saudara first degree
dari laki-laki.
ETIOLOGI

 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik terlibat pada gangguan


kepribadian ini. Disfungsi atau kerusakan otak dapat dijumpai pada kelainan ini, seperti
perinatal head injury, trauma kepala, dan encephalitis. Riwayat diabaikan orang tua atau
abuse sering dijumpai. Hukuman yang berulang, sewenang-wenang, atau keras oleh orang
tua diperkirakan sebagai faktor
DIAGNOSIS
Pedoman Diagnostik (PPDGJ II)
A. Usia sekurang-kurangnya 18 tahun
B. Timbulnya gejala sejak usia di bawah 15 tahun dan dinyatakan oleh riwayat penyakit yang menunjukkan sekurang- kurangnya tiga atau
lebih dari hal-hal berikut ini:
1. Sering membolos
2. Kenakalan kanak-kanak/remaja (ditangkap atau diadili pengadilan anak, karena tingkah lakunya)
3. Dikeluarkan atau diskors dari sekolah oleh karena berkelakuan buruk
4. Sering kali lari dari rumah (minggat) dan bermalam di luar rumahnya
5. Selalu berbohong
6. Berulang-ulang melakukan hubungan seks, walaupun hubungannya belum akrab
7. Sering kali mabuk atau menyalahgunakan zat
8. Sering kali mencuri
9. Sering kali merusak barang milik orang lain
10. Prestasi di sekolah yang jauh di bawah taraf kemmpuan kecerdasan (iq) sehingga dpt berakjbat tidak naik kelas
11. Sering kali melawan aturan-aturan di rumah dan atau di sekolah (selain membolos)
12. Sering kali memulai perkelahian
C. Setelah usia 18 tahun, manifestasi gangguan ini sekurang-kurangnya ada empat dari hal-hal berikut ini:
1. Tidak mampu bekerja tetap seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
a. Sering kali berganti pekerjaan yang tidak oleh sifat pekerjaan, keadaan ekonomi atau kerja musiman
b. Sering kali menganggur (misalnya enam atau lebih dalam lima tahun, padahal ia mampu & mempunyai kesempatan
untuk bekerja)
c. Sering kali absen bekerja
d. Sering kali berhenti bekerja tanpa alasan (Catatan: perilaku yang serupa dapat pula terjadi selama beberapa tahun
terakhir, apabila individu itu bersekolah atau kuliah dan tidak bekerja)

2. Tidak mampu berfungsi sebagai orang tua dan bertanggung jawab, sehingga anak-anaknya terlantar yang dinyatakan oleh
paling sedikit satu dari:
a. Kekurangan gizi pada anak-anaknya
b. Anak-anaknya sakit yang diakibatkan kurang dipenuhinya standar higiene
c. Menelantarkan anak yang sakit berat
d. Menelantarkan anak-anaknya sehingga anakanaknya bergantung kepada tetangga atau kepada siapa saja untuk
memperoleh makan atau perlindungan
e. Tidak mencari pengasuh bagi anaknya yang berusia di bawah 6 tahun apabila ia pergi
f. Sering kali menghamburkan uang keperluan rumah tangga untuk kebutuhan diri sendiri
3. Tidak menuruti norma-norma sosial dan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku, seperti: berulang- ulang mencuri,
melakukan pekerjaan yang tidak sah (pelacuran, menjual obat terlarang, muncikari/germo), sering kali berurusan dan ditangkap
polisi, berhubungan dengan kelompok penjahat
4. Tidak mampu memelihara hubungan dengan pasangannya, seperti sering kali bercerai atau berpisah, meninggalkan
pasangannya, atau bertukar pasangan (promiskuitas)
5. Iritabilitas dan agresivitas, seperti sering berkelahi atau memukul orang lain ( bukan karna hal itu memang pekerjaannya atau
membela orang lain, atau diri sendiri), termasuk pasangannya ataupun pada anak-anak nya
6. Kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab keuangan, misalnya: sering kali berhutang tanpa membayar kembali dan tidak
bertanggung jawab terhadap kebutuhan ekonomi keluarganya secara teratur
7. Impulsif, atau tidak mempunyai perencanaan untuk masa depan, seperti: sering berpergian dr satu tempat ke tempat lain tanpa
direncanakan sebelumnya, atau tanpa perincian kerja atau tujuan yang jelas, atau tak jelas bilamana kepergiannya itu akan
berakhir, atau tak ada alamat yang tetap selama paling sedikit satu bulan
8. Sering kali berbohong, melakukan praktek penipuan, sering memakai nama-nama samaran (palsu)
9. Sering kali melakukan tlndakan seenaknya sendiri tanpa mengindahkan peraturan, seperti: mengebut atau mengendarai
kendaraan dalam keadaan intoksikasi
D. Terdapatnya pola tingkah laku antisosial yang terus menerus berupa pelanggaran hak-hak orang lain, tanpa selang waktu remisi (bebas gejala)
paling sedikit lima tahun sesudah berusia 15 tahun sampai sekarang (dewasa), (kecuali apabila selang waktu itu dilewatkan dalam penjara atau
rumah sakit)
E. Tingkah laku antisosial itu tidak diakibatkan oleh retardasi mental berat, skizofrenia, atau episode manik.
DIAGNOSIS
Tabel 1 Kriteria Diagnostik DSM-5-TM untuk Gangguan Kepribadian Antisosial
A.Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh 3 (atau lebih) hal berikut :
(1).Gagal mengikuti norma sosial yang ditunjukkan dengan perilaku patuh hukum, seperti yang ditunjukkan dengan melakukan tindakan berulang yang dapat
menjadi dasar penangkapan.
(2).Penipuan seperti yang ditunjukkan dengan berbohong berulang menggunakan nama palsu atau melawan orang lain untuk keuntungan atau kesenangan pribadi.
(3).Impulsivitas atau kegagalan untuk memiliki rencana ke depan.
(4).Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan dengan perkelahian atau penyerangan fisik berulang.
(5).Mengabaikan keselamatan diri atau orang lain dengan ceroboh.
(6).Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti yang ditunjukkan dengan kegagalan berulang utnuk mempertahankan perilaku kerja atau menghargai
kewajiban keuangan.
(7).Tidak ada rasa menyesal, seperti yang ditunjukkan dengan bersikap acuh terhadap atau merasionalisasi perilaku menyakiti, salah memperlakukan atau mencuri
dari orang lain.
B. Orang tersebut setidaknya berusia 18 tahun.
C. Terdapat bukti gangguan tingkah laku sebelum onset usia 15 tahun.
D.Adanya perilaku antisocial tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan skizofrenia atau episode manic.

Dikutip dari Diagnostic and Statical Manual of Mental Disorder 5th Ed. Text rev:Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2013.
PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ-III
Tabel 2 Pedoman Diagnostik PPDGJ-III untuk Gangguan Kepribadian Antisosial

Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan
ditandai oleh :
(a).Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
(b).Sikap yang amat tidak bertangguang jawab dan berlangsung terus menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban
sosial.
(c).Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya.
(d).Toleransi terhadap frustasi sngat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan.
(e).Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman.
(f).Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat.
*Untuk diagnosis paling sedikit 3 dari di atas.

Dikutip dari Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; copyright 2003.
GAMBARAN KLINIS
 Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali tampak normal dan menarik, namun riwayat
hidupnya menunjukkan riwayat membohong, menipu, melarikan diri dari rumah, membolos, mencuri,
berkelahi, penyalahgunaan zat serta berperilaku melanggar hukum yang seringkali berawal sejak masa
kanak-kanak. Tidak mengalami waham dan pikiran tidak rasional, mudah sekali menjebak orang lain untuk
ikut dalam aktivitasnya, mudah mencari uang atau mencapai ketenaran.1

 Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial ini juga tidak mempunyai standar moral, sering promiskuis,
melakukan kekerasan terhadap pasangan dan anak-anak, sering menyetir kendaraan dalam keadaan
mabuk. Secara khas, tidak ada rasa penyesalan terhadap perbuatannya dan nampak tidak ada hati nurani.
DIAGNOSIS BANDING

 Diagnosis Gangguan Kepribadian Antisosial tidak bisa diberikan kepada individu


berusia kurang dari 18 tahun dan diberikan hanya jika ada riwayat gejala gangguan
perilaku sebelum individu berusia 15 tahun. Untuk individu berusia lebih dari 18
tahun, diagnosis gangguan perilaku diberikan hanya jika tidak memenuhi kriteria
Gangguan Kepribadian Antisosial
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Penyalahgunaan Zat

Gangguan Skizofrenia dan Bipolar

Perilaku Kriminal yang Tidak Berhubungan


dengan Gangguan Kepribadian
GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT

 Ketika perilaku antisosial pada orang dewasa berhubungan dengan Gangguan Penyalahgunaan Zat, tidak
dapat ditegakkan diagnosis Gangguan Kepribadian Antisosial kecuali tanda-tanda Gangguan Kepribadian
Antisosial juga muncul pada masa kanak-kanak dan berlanjut sampai dewasa.

 Ketika penyalahgunaan zat dan perilaku antisosial muncul pada masa kanak-kanak dan berlajut sampai
dewasa, harus didiagnosis sebagai Gangguan Penyalahgunaan Zat dan Gangguan Kepribadian Antisosial
jika memenuhi kriteria untuk keduanya, meskipun beberapa perilaku antisosial merupakan akibat dari
Gangguan Penyalahgunaan Zat seperti: penjualan obat-obatan secara ilegal, mencuri uang untuk
membeli obat-obatan.
GANGGUAN SKIZOFRENIA DAN BIPOLAR

 Perilaku antisosial yang muncul hanya pada saat Skizofrenia atau Gangguan
Bipolar tidak dapat didiagnosis sebagai Gangguan Kepribadian Antisosial
GANGGUAN KEPRIBADIAN LAINNYA
 Gangguan kepribadian lain mungkin sulit dibedakan dengan Gangguan
Kepribadian Antisosial karena terdapat beberapa sifat yang mirip, sehingga
penting untuk membedakan gangguan kepribadian tersebut berdasarkan
perbedaan pada sifat khas.

 Jika individu memiliki sifat kepribadian yang memenuhi satu atau lebih
gangguan kepribadian selain Gangguan Kepribadian Antisosial, dapat
didiagnosis sebagai keduanya.
GANGGUAN KEPRIBADIAN LAINNYA

 Individu dengan Gangguan Kepribadian Antisosial dan Gangguan Kepribadian Narsisistik sama-sama
memiliki kecenderungan untuk berpikiran keras, lincir mulut, superfisial, ekploitatif, dan kurang empati.

 Gangguan Kepribadian Narsisistik tidak memiliki karakter impulsif, agresif, dan penuh tipu daya.

 Individu dengan Gangguan Kepribadian Antisosial mungkin tidak tampak membutuhkan pujian dan rasa iri
dari orang lain.

 Individu dengan Gangguan Kepribadian Narsisistik biasanya tidak memiliki riwayat gangguan perilaku pada
masa kanak-kanak atau perilaku kriminal pada masa dewasa
GANGGUAN KEPRIBADIAN LAINNYA
 Individu dengan Gangguan Kepribadian Antisosial dan Gangguan Kepribadian Histrionik sama-sama
memiliki kecenderungan untuk menjadi impulsif, superfisial, mencari kesenangan, gegabah, menggoda, dan
manipulatif.

 Individu dengan Gangguan Kepribadian Histrionik cenderung berlebihan dalam menampakkan emosi dan
tidak menampakkan ciri perilaku antisosial.

 Individu dengan Gangguan Kepribadian Histrionik dan Borderline cenderung manipulatif untuk
mendapatkan pengasuhan/kasih sayang, sedangkan individu dengan Gangguan Kepribadian Antisosial
cenderung manipulatif untuk mendapatkan keuntungan, kekuasaan, atau kepuasan material lainnya
 Individu dengan Gangguan Kepribadian Antisosial cenderung untuk kurang stabil secara emosi dan lebih
agresif dibanding individu dengan Gangguan Kepribadian Borderline.
PERJALANAN PENYAKIT

Gangguan kepribadian antisosial memiliki perjalanan tanpa remisi, dengan


puncak pada masa remaja akhir. Onset yang lebih awal mengakibatkan
prognosis yang lebih buruk.
FREUD MEMBAGI 3 STRUKTUR DALAM PIKIRAN
• merupakan personality dan ada sejak lahir, bekerja berdasarkan prinsip
kesenangan. Dorongan yang agresif harus segera direspon langsung: “jika
ID seseorang membuatmu marah, bunuhlah”

• diperoleh dengan mengikuti urutan tingkah laku tertentu, misalnya, sebuah mobil
baru membutuhkan uang, berarti membutuhkan perkerjaan layak, dengan
Ego pendidikan/latihan tertentu. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas.

• batasan pemenuhan keinginan dipaksakan oleh superego. Dalam diri orang normal,
Super superego yang dewasa berkembang menjadi parental values dan larangan-larangan
diinternalisasi sebagai conscience/kesadaran/hati nurani dan ego ideal.
ego
MENURUT BUKU PSIKOLOGI ABNORMAL KARYA NEVID
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial melakukan pelanggaran
terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum

Identik dengan perilaku tidak bermoral dan asosial, impulsif serta


kurang memiliki penyesalan dan rasa malu

Pola perilaku yang menandai gangguan kepribadian antisosial dimulai


dari masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut hingga dewasa dan
menurun seiring usia
Kepribadian yang mendasari gangguan antisosial-trait seperti
egosentrisitas; manipulatif; kurangnya empati; kurangnya rasa
bersalah atau penyesalan; dan kekejaman pada orang lain  Stabil
seiring bertambahnya usia

Pasien jenis psikopat yang bersamaan dengan gangguan kepribadian


antisosial biasanya resisten terhadap terapi
GIBBENS MENYIMPULKAN
• kepribadian psikopat tidak dapat disamakan dengan prognosis antisosial tanpa
psikopat

• Psikopat yang agresif memiliki prognosis yang lebih buruk dibanding dengan
psikopat inadekuat

• Psikopat agresif memiliki lebih banyak rekonsiliasi dan berkomitmen untuk


melakukan pelanggaran yang lebih agresif, seperti kerusakan yang disengaja
dan serangan akibat mabuk.
TATALAKSANA
Tujuan terapi  mengurangi gangguan pola pikir pasien  memfokuskan pada perubahan dari pemikiran
global dan sugestif ke pemikiran yang metodik, sistematik dan terstruktur atas suatu masalah 
meningkatkan kemampuan individu dengan gangguan kepribadian anti sosial agar dapat menyelesaikan
masalah sendiri dengan lebih baik.
 Terapi kelompok :
untuk membantu individu dengan gangguan kepribadian anti sosial agar dapat memperbaiki hubungan
interpersonal, yaitu belajar untuk dapat mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman.
 Terapi keluarga :

untuk dapat lebih terbuka pada anggota keluarga dibanding menghindari mereka. Dukungan dari
keluarga yang memberikan individu dengan kepribadian antisosial dapat menjadi dorongan yang kuat
bagi individu tersebut untuk menghadapi perilaku merusak diri sendiri.
 Terapi kognitif dan analisa secara menyeluruh terhadap lingkungan dan keluarga
 Dirumah sakit penderita mampu menjalani psikoterapi
 Kelompok yang menolong diri sendiri (selfhelp group) akan lebih berguna
 Terapi farmakologis dan terapi individual tidak efektif bagi antisosial murni.
 Antisosial dan perilaku agresif pada remaja yang menunjukkan CU trait disarankan
memakai metode terapi fisik seperti electric shock.
 Bila gangguan sangat berat dapat dilakukan prefrontal lobotomy, topectomy dan
transorbital lobotomy.
 Multisystemic Therapy (MST), melibatkan individu, keluarga dan lingkungan/extrafamilial
(peer, sekolah, tetangga). Target utama MST adalah mengurangi aktivitas kriminal remaja,
menurunkan perilaku antisosial bentuk lain seperti drug abuse, mengurangi pengeluaran
biaya dengan menurunnya penahanan.
PROGNOSIS
 Prognosis tidak terlalu baik
 Dipengaruhi oleh dua faktor : gagal dalam menyesuaikan diri
dengan norma-norma masyarakat dan kurangnya insight tentang
gangguan yang dialami.
 Namun, gejala dari gangguan kepribadian antisosial, termasuk
agresifitas dan perilaku kriminal akan berkurang sejalan dengan
usia.
KESIMPULAN
 Suatu ekspresi dan perasaan yang dialami secara subjektif oleh seseorang yang dapat diamati, menunjuk
pada keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku dalam usaha penyesuaian diri yang terus menerus
dan dipengaruhi oleh factor keturunan, factor badaniah, psikologik dan sosial, terutama pada masa
kanak-kanak.
 Gangguan kepribadian anti social adalah perilaku maladaptive yang ditandai tindakan anti social atau
kriminal yang terus menerus atau ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial
 Gangguan kepribadian anti sosial harus dibedakan dari perilaku kriminal. Untuk mendiagnosis harus
mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosio ekonomi, latar belakang kultural, dan jenis
kelamin pada manifestasinya, selain itu diagnosis tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia, atau
mania dapat menjelaskan gejala.
 Prognosis gangguan kepribadian anti sosial adalah bervariasi. Seperti gangguan somatisasi, keluhan fisik
multiple, depresif, alkohol dan penyalahgunaan zat
 Penatalaksanaan berupa psikoterapi dan farmakoterapi untuk menghadapi gejala seperti kecemasan,
penyerangan dan depresi.

Anda mungkin juga menyukai