Disusun Oleh:
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Psikiatri
Periode 31 Desember 2018 – 4 Februari 2019
Pembimbing
dr. Deddy Soestiantoro, SpKJ, M.Kes
Judul
Oleh:
Catherine Ienawi 04054821719159
Ezra Hans Soputra 04054821719160
Azillah Syukria Novitri 04054821719161
Rosyila 04084821719183
M. Rifki Al Ikhsan 04084821719184
Thalia Triatikah 04084821719185
Erika Sandra Nor Hanifah 04084821719186
Maulia Sari Khairunnisa 04084821719187
Alia Salvira M 04084821719188
Dimas Djiwandono Daryanto 04084821719201
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 31 Desember 2018 – 4 Februari 2019.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka dengan judul
“Gangguan Kepribadian Skizoid” untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen
Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Deddy Soestiantoro, Sp.KJ, M.Kes selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan ajaran dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikian lah penulisan tugas
ilmiah ini, semoga bermanfaat.
Tim Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
ii
KATA PENGANTAR........................................................................................
iii
DAFTAR ISI......................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
..................................................................................4
2.1. Definisi Kepribadian................................................................. 4
2.2. Tokoh Teori tentang Kepribadian.............................................. 5
2.3. Pembagian Kepribadian............................................................ 5
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian 9
2.5. Faktor-Faktor yang Menghambat Pembentukan Kepribadian. . 10
2.6. Aspek-Aspek Kepribadian........................................................ 12
2.7. Perkembangan Kepribadian .................................................... 13
2.8. Karakter Kepribadian................................................................ 17
2.9. Ciri Kepribadian Sehat ............................................................. 18
2.10. Definisi Gangguan Kepribadian ............................................... 23
2.11. Epidemiologi Gangguan Kepribadian ...................................... 23
2.12. Etiologi .................................................................................. 24
2.13. Gambaran Klinis ...................................................................... 24
2.14. Diagnosis .................................................................................. 25
2.15. Diagnosis Banding.................................................................... 26
2.16. Tatalaksana ............................................................................... 27
2.17. Perjalanan Gangguan dan Prognosis ........................................ 29
BAB III KESIMPULAN…............................................................................. 30
4
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 31
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
filsafat atau seni. Tidak heran, jika pada penderita gangguan kepribadian skizoid
mempunyai masalah dalam mengekalkan suatu hubungan jangka panjang sesama
manusia di masyarakat. Pengobatan untuk gangguan kepribadian skizoid juga
jarang ditemukan melainkan sudah terbentuknya gangguan pada Aksis I.
Dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kepribadiam skizoid kurang dari
2% dimana prevalensi ini sedikit lebih kecil pada perempuan dibanding laki-laki.
Angka komorbiditas tertinggi pada gangguan kepribadian skizotipal, menghindar,
dan paranoid. Kemungkinan terbesar karena kesamaan kriteria diagnostik pada
empat kategori tersebut. Kriteria diagnostik bagi gangguan kepribadian skizoid
juga sama dengan beberapa simtom fase prodormal (sebelum terjadinya penyakit)
dan residual (setelah terjadinya penyakit) skizofrenia.
Konsep gangguan kepribadian skizoid sangat berikatan dengan konsep
spektrum skizofrenia. Dalam suatu penelitian yang dilakukan di Belanda pada
orang-orang yang lahir selama masa kelaparan di tahun 1944-1946, ditemukan hal
yang menarik mengenai kemungkinan faktor risiko dari perkembangan gangguan
kepribadian. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa kekurangan gizi
selama di kandungan menjadi faktor risiko perkembangan gangguan kepribadian
skizoid sampai usia 18 tahun.
Pengobatan untuk gangguan kepribadian skizoid berfokus pada
keterampilan orang tersebut meningkat sosial, kontak sosial dan perasaannya.
Terapis bertindak sebagai model ekspresi perasaan untuk klien sehingga
membantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya sendiri.
Beberapa terapis merekomendasikan terapi kelompok untuk orang dengan
gangguan kepribadian skizoid untuk melatih keterampilan dalam membangun
hubungan interpersonal dan keterampilan sosial yang baru secara langsung pada
orang lain.
Penilaian gangguan kepribadian skizoid penting untuk dilakukan dalam
menegakkan diagnosis multiaksial. Dalam menentukan diagnosis yang baik,
diperlukan pemahaman mengenai gangguan kepribadian skizoid terhadap pasien.
Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan untuk memahami lebih lanjut
mengenai gangguan kepribadian skizoid.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
b. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni
manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk
juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat,
peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku
dimasyarakat itu. Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan
orang-orang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah
keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting
dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan
11
c. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-
masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di
mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang
sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian
antara lain:
1. Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang
dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam
kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu
masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
2. Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping
menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya,
juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang
akan berdampak pada kepribadian seseorang.
12
g) Hiperaktif
h) Bersikap memusuhi terhadap semua otritas
i) Senang mengkriktik/mencemooh orang lain.
j) Sulit tidur.
k) Kurang memiliki rasa tanggung jawab.
l) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan
bersifat organis).
m) Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama.
n) Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.
o) Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.
2.12. Etiologi
Penelitian telah dijalankan untuk mengetahui etiologi dan patologi
dari gangguan kepribadian skizoid. Secara teori dikatakan gangguan ini
terjadi hasil dari perilaku dan ciri-ciri kepribadian orang tua seperti
menyendiri, emosi dingin, dan tidak peduli (detachment) yang menjadi
contoh atau role model kepada anak-anak. Namun, tidak ada penelitian
khusus dijalankan untuk menegakkan hipotesis ini.
Gangguan kepribadian skizoid juga mempunyai varian dari patologik
gangguan psikotik skizofrenia. Perbedaan secara simptomatis gangguan
psikotik skizofrenia adalah melalui gejala-gejala positif dan negative.
Gejala-gejala positif mencakup halusinasi, waham, afek
inappropriate dan asosiasi longgar. Gejala-gejala negatif termasuk afek
datar, alogia, anhedonia dan avolisi. Gangguan kepribadian skizoid
memiliki ciri-ciri varian dari gejala-gejala negatif dari gangguan psikotik
skizofrenia yaitu, afek datar, anhedonia dan avolisi (menyendiri dan
mengisolasi diri). Dikatakan juga terdapat hubungan gen yang kuat antara
gangguan kepribadian skizotipal dan skizofrenia tetapi, hubungan gen
antara skizoid dan skizofrenia tidak kuat.
2.14. Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian
skizoid dapat tampak sakit dalam keadaan istirahat di tempat. Mereka
jarang mengadakan kontak mata, dan pewawancara dapat menduga bahwa
pasien ingin sekali menyudahi wawancara. Afek terbatas, menyendiri, atau
tidak tepat serius, tetapi di balik sikap acuh tak acuh, dokter yang sensitif
dapat mengenali ketakutan.
Pasien-pasien ini sulit untuk menjadi ceria. Upaya pada humor
mungkin tampak remaja dan melenceng. Kemampuan bicara mereka
26
2.16. Tatalaksana
Pengobatan pada gangguan kepribadian skizoid fokus pada
keterampilan orangtersebut meningkat sosial, kontak sosial dan kesadaran
ini atau perasaannya sendiri. Terapis mungkin menggunakan model
ekspresi perasaan untuk klien akan membantu klien mengidentifikasi dan
mengungkapkanperasaannya sendiri. Pelatihan keterampilan sosial,
dilakukan melalui tugas pekerjaan rumah dimana klien mencoba keluar
keterampilan sosial yang baru dengan orang lain, merupakan komponen
penting dari terapi kognitif. Beberapa terapi merekomendasikan terapi
kelompok untuk orang dengan gangguan kepribadian skizoid. Dalam teks
sesi kelompok, anggota kelompok dapat menggunakan model hubungan
28
A. Psikoterapi
Tatalaksana pasien dengan gangguan kepribadian skizoid mirip
dengan penanganan pada orang dengan gangguan kepribadian
paranoid. Pasien dengan skizoid cenderung mengarah introspeksi,
bagaimanapun juga, kecenderungan ini bersifat konsisten dengan
harapan psikoterapis, dan pasien menjadi sangat setia. Seiring
berkembangnya kepercayaan, pasien dengan skizoid dapat dengan
kegaduhan yang hebat, menunjukkan fantasi yang sangat banyak,
teman imaginer, dan ketakutan atas ketergantungan yang tidak
tertahankan meskipun bersatu dengan terapis.
Dalam keadaan terapi kelompok, pasien dengan gangguan
kepribadian skizoid dapat diam untuk waktu yang lama; meskipun
demikian, mereka nantinya akan berpartisipasi. Pasien harus
dilindungi terhadap serangan agresif dari anggota kelompok karena
kecenderungannya untuk diam. Seiring waktu, anggota kelompok
akan menjadi penting bagi pasien dengan skizoid dan menumbuhkan
satu-satunya interaksi sosial dalam kehidupannya yang terisolasi.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi dengan dosis kecil anti-psikotik, anti-depresan,
dan psikostimulan memberikan keuntungan bagi beberapa pasien.
Agen serotonergik membuat pasien kurang sensitif terhadap
penolakan. Benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan
interpersonal.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
38
Alex, Sobur. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka
Setia. h. 35-37 .
Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. 2014. Buku Ajar
Psikiatri: Gangguan Kepribadian. Edisi ke 2. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI. Hal 329-334.
Sujanto, A., Lubis, H., & Hadi, T. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi
Aksara. Hal. 213.