Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 25

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Tutor :
dr. Anita Masidin M.S Sp.OK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Dimas Djiwandono D
Ardysyah Ariestya
Tia Okidita
Wahyudo Imami Muhammad
Rima Fairuuz Putri
Dita Nurfitri Zahir
M Tata Suharta
Vivi Miliarti
Stefen Agustinus
Dina Fatma Dwimarta
Risfandi Ahmad Taskura
Osi Rahmaini

04111401040
04121401002
04121401015
04121401016
04121401020
04121401047
04121401053
04121401061
04121401081
04121401086
04121401090
04121401106

PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
KEGIATAN TUTORIAL
SKENARIO...
KLARIFIKASI ISTILAH.
IDENTIFIKASI MASALAH..
ANALISIS MASALAH.
HIPOTESIS.
RESTRUKTURISASI / KERANGKA KONSEP...
LEARNING ISSUE
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario
B Blok 25 sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutpengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Anita Masidin M.S Sp.OK selaku tutor kelompok 1.
3. teman-teman sejawat FK Unsri,
4. semua pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita
dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 7 Mei 2015

Kelompok 1

KEGIATAN TUTORIAL
Tutor

: dr. Anita Masidin M.S Sp.OK

Moderator

: Wahyudo Imami Muhammad

Sekretaris Meja 1

: Dimas Djiwandono D

Sekretaris Meja 2

: Ardysyah Ariestya

Pelaksanaan

: 4 Mei 2015 - 7 Mei 2015

Peraturan selama tutorial

1. Sebelum nyampaikan pendapat harus mengacungkan tangan


2. Alat komunikasi dan gadget hanya boleh digunakan untuk keperluan diskusi, namun
dalam mode silent dan tidak mengganggu berlangsungnya diskusi
3. Minum diperbolehkan, namun tidak untuk makan
4. Bila ingin izin keluar, diharapkan melalui moderator

SKENARIO
Wilayah kerja Puskesmas Penatang, dengan jumlah penduduk 43.730 jiwa yang terdiri dari 6
(enam) desa, terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan junlah kasus DBD 38 orang,
dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 rag dan
tidak ada yang meninggal)
Pada bulan April 2015, petugas surveiliens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang masih
rendah yaitu 54 %. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan bak
penampungan air terbuka
Dokter Mori selaku pimpinan Puskesmas merencakanan mengadakan Lokakarya Mini awal
bulan Mei untuk membahas kasus ini , dengan tujuan mennetukan langkah penanggulangan dan
pencegahan DBD, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Puskesmas : Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
2. KLB : Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan
atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah, 1984).
3. DBD : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang mengakibatkan demam
tinggi dan dapat menimbulkan perdarahan
4. Petugas Surveilens : Petugas yang melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis data
secara terus menerus dan sistematis serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihakpihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan.
5. ABJ : Presentasi rumah atau tempat kumuh yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan
jentik, biasanya survey ini dilakukan oleh pemerintah melalui Depkes pada suatu wilayah
atau daerah
6. Administrasi Kesehatan : Kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
7. Lokakarya Mini : Upaya untuk menggalang kerjasama tim untuk penggerakan dan
pelaksanaan kesehatan di puskesmas sesuai dengan perencanaan yang telah di susun dari tiap
tiap upaya kesehatan pokok puskesmas, sehingga dapat dihindarkan terjadinya tumpeng
tindih dalam pelaksanaan kegiatan

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Wilayah kerja Puskesmas Penatang, dengan jumlah penduduk 43.730 jiwa yang terdiri
dari 6 (enam) desa, terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan junlah kasus
DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah
kasus DBD 12 rag dan tidak ada yang meninggal)
2. Pada bulan April 2015, petugas surveiliens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang
masih rendah yaitu 54 %. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan
bak penampungan air terbuka
3. Dokter Mori selaku pimpinan Puskesmas merencakanan mengadakan Lokakarya Mini
awal bulan Mei untuk membahas kasus ini , dengan tujuan mennetukan langkah
penanggulangan dan pencegahan DBD, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan

ANALISIS MASALAH
1. Wilayah kerja Puskesmas Penatang, dengan jumlah penduduk 43.730 jiwa yang
terdiri dari 6 (enam) desa, terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan
junlah kasus DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di
tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 rag dan tidak ada yang meninggal)
a. Apa yang dimaksud dengan wilayah kerja puskesmas ?
Jawab :
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota
(UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia
(Sulastomo, 2007).
Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai
tdengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah
satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar puskesmas dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan masing-

masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung


kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota (Sulastomo, 2007).
b. Apa saja fungsi dan kewajiban dari puskesmas
Jawab :
Dalam Permenkes No. 75 Th. 2014 Bab II dijelaskan mengenai prinsip
penyelenggaraan, tugas, fungsi, dan wewenang puskesmas. Mengenai tugas
puskesmas disebutkan bahwa puskesmas mempunyai

tugas

melaksanakan

kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di


wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam
melaksanakan tugas, puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam pelaksanaannya, puskesmas berwenang untuk:

melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan


melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan;


menggerakkan
masyarakat
untuk

mengidentifikasi

menyelesaikan

pada

masalah

kesehatan

setiap

dan
tingkat

perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain

terkait;
melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat


melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

Puskesmas
memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap

akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan


memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan

respon penanggulangan penyakit


.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam pelaksanaannya, puskesmas berwenang untuk:

menyelenggarakan

komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;


menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan

upaya promotif dan preventif;


menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat


menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;


menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan dengan
prinsip

koordinatif dan kerjasama inter dan antar profesi;


melaksanakan rekam medis;
melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu

dan akses Pelayanan Kesehatan


melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan
mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya


melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis

Pelayanan

Kesehatan

dasar

secara

dan Sistem Rujukan


c. Apa makna terjadinaya 38 kasus DBD dan 2 meninggal dibandingkan kasus
2014 ?
Jawab :
Dari data tersebut didapatkan bahwa kasus DBD meningkat dibanding tahun 2014,
dengan jumlah dua kali lipat yang bisa dikatakan sebagai kejadian luar biasa.
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2000 Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu.

d. Apa saja kriteria dari KLB


Jawab :
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun
2010 adalah :

Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau

tidak dikenal pada suatu daerah


Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya

Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan


periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut

jenis penyakitnya
Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah

per bulan dalam tahun sebelumnya


Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata

jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya


Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode

sebelumnya dalam kurun waktu yang sama


Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama

e. Apa saja yang harus dilakukan puskesmas untuk pencegahan terjadinya


DBD ?
Jawab :
Banyak langkah yang telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah
penderita DBD di Indonesia, mulai dari program pencegahan sampai program
case management untuk masyarakat yang telah terjangkit oleh virus dengue ini,
tahapan-tahapan program tersebut, antara lain :
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk
Definisi PSN
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan memberantas jentik
nyamuk di tempat berkembangbiaknya baik dengan cara kimia, yaitu dengan
larvasida, biologi dengan cara memelihara ikan pemakan jentik atau dengan
bakteri ataupun dengan cara fisik yang kita kenal dengan kegiatan 3M
(Menguras, Menutup, Mengubur) yakni menguras bak mandi, bak WC;
menutup TPA rumah tangga (tempayan, drum dll) serta mengubur atau
memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban dll).
Pencegahan penyakit DBD melalui metode lingkungan atau fisik untuk
mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang

Nyamuk

(PSN),

pengelolaan

sampah

padat,

modifikasi

tempat

perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan


desain rumah. Sebagai contoh :
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali

seminggu.
Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu

sekali
Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar
rumah dan lain sebagainya.

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) pada dasarnya, untuk memberantas


jentik atau mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak.
Pemberantasannya perlu peran aktif masyarakat khususnya memberantas
jentik Aedes aegypti di rumah dan lingkungannya masing-masing. Cara ini
adalah suatu cara yang paling efektif dilaksanakan karena:
a. tidak memerlukan biaya yang besar
b. bisa dilombakan untuk menjadi daerah yang terbersih
c. menjadikan lingkungan bersih
d. budaya bangsa Indonesia yang senang hidup bergotong royong dengan
lingkungan yang baik tidak mustahil, penyakit lain yang diakibatkan oleh
lingkungan yang kotor akan berkurang.
2. Program 3M Plus
Sebenarnya pelaksanaan 3M Plus merupakan upaya Pemberantasan Sarang
Nyamuk yang sederhana dan efektif. Melalui program ini, masyarakat dapat
memutus rantai perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypti. Sebagai
gambaran, beberapa hal pembersihan yang dilakukan dalam 3M Plus
merupakan upaya untuk mempersempit penyediaan sarang reproduksi bagi
hewan vektor penyakit ini dan hal ini merupakan bagian yang sangat penting
sebagai langkah awal untuk menghindari peningkatan prevalensi penderita
PBD serta menghindari terjadinya KLB pada penyakit ini. Sedangkan untuk
membasmi jumlah nyamuk dewasa yang telah dapat berkembang biak, dapat
dilakukan dengan pengasapan (fogging) digunakan untuk mengurangi jumlah
nyamuk dewasa yang dapat bertelur sebanyak 200 400 per hari. Jika
dibandingkan dari kedua langkah diatas, tentu saja program 3M Plus memiliki
peranan yang sangat penting untuk membatasi penyebaran virus penyakit ini
asalkan masyarakat melakukannya secara kontinyu dan teratur.

Permasalahan mengenai efektifitas pelaksanaan program Pemberantasan


Sarang Nyamuk melalui 3M Plus adalah kurangnya minat masyarakat untuk
melakukan semua hal tersebut. Hal ini berkaitan dengan pemahaman
masyarakat untuk terbiasa memiliki pola hidup bersih dan sehat sehingga
merasa bahwa bukan hal yang kondusif untuk hidup berdampingan dengan
nyamuk Aedes Aygepti.
Efektifitas pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk ini melalui
3M Plus ini dapat terlaksana dengan baik jika semua jajaran masyarakat
memiliki kesadaran untuk melakukannya secara serempak dan kontinyu di
seluruh bagian negara Indonesia in. Atupun dapat ditambah dengan adanya
kebijakan dari pemerintah pusat ataupun daerah mengenai pentingnya
melakukan 3M Plus yang disertai dengan pemberlakuan punishment bagi tiap
masyarakat yang tidak melakukan ataupn terlibat di dalam program
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ini. Sebagai contoh, mungkin kita
dapat mengikuti pemberlakuan kebijakan di negara Singapura dan Malaysia
yang memberikan denda bagi warganya yang kedapatan terdapat jentik
nyamuk Aedes Aegypti di rumahnya. Atupun seperti Sri Lanka menggunakan
gerakan Green Home Movement untuk tujuan yang sama yaitu menempelkan
stiker hijau bagi rumah yang memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan
termasuk bebas dari jentik nyamuk Aeds Aegypti dan menempelkan stiker
hitam pada rumah yang tidak memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan.
Bagi pemilik rumah dengan stiker hitam akan dberikan peringatan sebanyak 3
kali dan jka tidak dilakukan akan dikenai denda. Sedangkan untuk para
pejabat pemerintahan Indonesia, mungkin dapat meniru semangat Jendral
Grogas dalam membasmi penyakit ini dari Kuba pada 100 tahun yang lalu
yaitu dengan menggunakan metode pelaksanaan progam program PSN
secara serentak dan besar besaran di seluruh negeri.
Semua contoh diatas seharusnya dapat dijadikan contoh oleh tiap daerah yang
berpotensi menjadi daerah endemi DBD ketika musim penghujan datang
apalagi saat ini telah adanya otonomi daerah yang dapat memberikan
kebebasan kepada tiap derah untuk menyusun program ataupun kegiatan yang

bertujuan untuk membasmi sarang nyamuk secara benar tanpa terlupakan


adanya pengawasan dari pihak pemerintahan pusat.
3. Abatisasi (Larvasiding)
Larvasiding adalah pemberantasan jentik dengan bahan kimia dengan
menaburkan bubuk larvasida. Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan
bahan kimia terbatas untuk wadah (peralatan) rumah tangga yang tidak dapat
dimusnahkan, dibersihkan,dikurangi atau diatur. Dalam jangka panjang
penerapan kegiatan larvasiding sulit dilakukan dan mahal. Kegiatan ini tepat
digunakan apabila survelans penyakit dan vector menunjukkan adanya periode
berisiko tinggi dan di lokasi dimana wabah mungkin timbul. Menentukan
waktu dan tempat yang tepat untuk pelaksanaan larvasiding sangat penting
untuk memaksimalkan efektifitasnya.
Terdapat 2 jenis larvasida yang dapat digunakan pada wadah yang dipakai
untuk menampung air minum (TPA) yakni: temephos (Abate 1%) dan Insect
growth regulators (pengatur pertumbuhan serangga) Untuk pemberantasan
larva dapat digunakan abate 1 % SG. Cara ini biasanya digunakan dengan
menaburkan abate kedalam bejana tempat penampungan air seperti bak
mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya jentik selama 2-3 bulan.
Kegiatan larvasiding meliputi:
i. Abatisasi selektif
Abatisasi selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air
(TPA) baik didalam maupun diluar rumah pada seluruh rumah dan bangunan
di desa/kelurahan endemis dan sporadik dan penaburan bubuk abate
(larvasida) pada TPA yang ditemukan jentik dan dilaksanakan 4 kali
setahun. Pelaksana abatisasi adalah kader yang telah dilatih oleh petugas
Puskesmas.Tujuan pelaksanaan abatisasi selektif adalah sebagai tindakan
ii.

sweeping hasil penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD.


Abatisasi massal
Abatisasi massal adalah penaburan abate atau altosid (larvasida) secara
serentak diseluruh wilayah/daerah tertentu disemua TPA baik terdapat jentik
maupun tidak ada jentik di seluruh rumah/bangunan. Kegiatan abatisasi
massal ini dilaksanakan dilokasi terjadinya KLB DBD. Dalam kegiatan
abatisasi massal masyarakat diminta partisipasinya untuk melaksanakan
pemberantasan Aedes aegypti di wilayah masing-masing. Tenaga di beri

latihan dahulu sebelum melaksanakan abatisasi, agar tidak mengalami


kesalahan.
4. Fogging
Fogging merupakan suatu kegiatan penyemprotan insektisida dan PSN-DBD
serta penyuluhan pada masyarakat sekitar kasus dengan radius 200 meter,
dilaksanakan 2 siklus dengan interval 7 hari oleh petugas. Biasanya Fogging
diadakan 2 kali di suatu tempat menggunakan malathion dalam campuran
solar dosis 438 g/ha. (500 ml malathion 96%technical grade/ha). Sasaran
adalah rumah serta bangunan di pinggir jalan yang dapat dilalui mobil di desa
endemis tinggi. Alat yang dipakai swing fog SN 1 untuk bangunan dan mesin
ULV untuk perumahan. Waktu pengasapan pagi dan sore ini dengan
memperhatikan kecepatan angin dan suhu udara. Fogging dilakukan oleh tim
yang terlatih dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Pusat sesudah survei dasar.
[29] Penanggulangan fogging fokus ini dilakukan dengan maksud untuk
mencegah/membatasi penularan penyakit. Cara ini dapat dilakukan untuk
nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk dewasa saat ini dilakukan
dengan cara pengasapan (thermal fogging) atau pengagutan (colg Fogging =
Ultra

low

volume).

Pemberantasan

nyamuk

dewasa

tidak

dengan

menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena


nyamuk Ae.aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada bendabenda yang tergantung seperti kelambu dan pakaian yang tergantung. Untuk
pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang
disemprotkan yang disemprotkan kedalan kamar atau ruangan misalnya,
golongan organophospat atau pyrethroid synthetic.
Adapun syarat-syarat untuk melakukan fogging, yaitu:
1. Adanya pasien yang meninggal di suatu daerah akibat DBD.
2. Tercatat dua orang yang positif terkena DBD di daerah tersebut.
3. Lebih dari tiga orang di daerah yang sama, mengalami demam.Plus
adanya jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti.
4. Apabila ada laporan DBD di rumah sakit atau puskesmas di suatu
daerah, maka pihak rumah sakit harus segera melaporkan dalam waktu
24 jam, setelah itu akan langsung diadakan penyelidikan epidemiologi
kemudian baru fogging fokus.
5. Surveilans Epidemiologi

Surveilans Epidemiologi DBD adalah kegiatan analisis secara sistematis dan


terus menerus terhadap penyakit DBD dan kondisi yang memperbesar resiko
terjadinya, dengan maksud agar peningkatan dan penularannya dapat
dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan. Proses surveilans dibagi menjadi
dua kegiatan,yaitu:
1. Kegiatan inti; mencakup (1) surveilans: deteksi, pencatatan, pelaporan,
analisis, konfirmasi dan umpan balik (2) tindakan: respon segera
(epidemic type response) dan respon terencana (management type
response)
2. Kegiatan pendukung; mencakup, pelatihan, supervisi, penyediaan dan
manajemen sumber daya.
Program surveilans epidemiologi DBD meliputi surveilans penyakit yang
dilakukan dengan cara meminta laporan kasus dari rumah sakit dan sarana
kesehatan serta surveilans vektor yang dilakukan dengan melakukan
penelitian epidemiologi di daerah yang terjangkit DBD. Pelaksanaan
surveilans epidemiologi vektor DBD untuk deteksi dini biasanya
dilakukan penelitian di tempat-tempat umum; sarana air bersih;
pemukiman dan lingkungan perumahan; dan limbah industri, RS serta
kegiatan lain.
Kegiatan di atas dilakukan oleh petugas kesehatan, juru pemantau jentik
dan tim pemberantasan nyamuk di sekolah dan masyarakat. Sebagai
indikator keberhasilan program tersebut adalah Angka Bebas Jentik (ABJ).
Surveilans epidemiologi penyakit DBD memegang peranan penting dalam
upaya memutus mata rantai penyakit DBD. Namun, pada kenyataanya
belum berjalan dengan baik disebabkan karena faktor eksternal dan
internal, misalnya petugas puskesmas tidak menjalankan tugas dengan
sebagaimana mestinya dalam melakukan Pemantauan Jentik Berkala
(PJB)

Berdasarkan surveilans epidemiologi DBD yang telah dilakukan peningkatan dan


penyebaran jumlah kejadian penyakit DBD ada kaitannya dengan beberapa hal
berikut:
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
2. Urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali
3. Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis
4. Peningkatan sarana transportasi
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru telah mengembangkan suatu
sistem surveilen dengan menggunakan teknologi informasi (Computerize) yang
disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System ( EWORS ).
EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang
bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu
daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS (Badan Litbangkes. Depkes RI.)
secara cepat. Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat
diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat
dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD pada tahun 2004, EWORS telah
berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah,
gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh
rumah sakit DATI II di Indonesia.
2. Pada bulan April 2015, petugas surveiliens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ)
yang masih rendah yaitu 54 %. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang
menggunakan bak penampungan air terbuka
a. Bagaimana cara menghitung angka ABJ ?
Jawab :
Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui
ada tidaknya jentik.
2. Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar seperti
bak mandi, tempayan, drum dan bak penampungan air lainnya, jika
pandangan pertama tidak

menemukan

jentik

maka

harus

ditunggu

selama -1 menit untuk memastikan bahwa benar jentik tidak ada.

3. Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran kecil seperti


vas bunga, pot tanaman dan botol yang airnya keruh, maka airnya perlu
dipindahkan ke tempat lain
4. Ketika memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh,
maka digunakan senter.
Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk Aedes
aegypti adalah:
1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

2. House Index (HI)

3. Container Index (CI)

4. Breteau Index (BI)


Breteau Index (BI) adalah jumlah container dengan jentik dalam 100
rumah atau bangunan.
b. Apa Makna dari ABJ 54 %
Jawab :
Menurut Depkes RI, apabila Angka Bebas Jentik sama dengan atau lebih dari
95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Berdasarkan hasil
observasi ABJ di desa ini, ABJ baru mencapai kurang lebih setengah dari
persentasi nilai normal. Hal ini menunjukkan bahwa, desa ini masih rentan
terhadap penyebaran DBD yang lebih luas.
c. Apa intrepretasi dari ABJ 54 %
Jawab :
ABJ 54 % berarti angka bebas jentik di wilayah kerja puskesmas makmur masih
rendah (di bawah target yaitu sebesar 95%).
Misal pada wilayah tersebut ada 1000 rumah berarti baru 540 rumah yang bebas
jentik.
d. Apa hubungan dari hasil ABJ 54 % dengan penggunangan bak penampungan
air yang terbuka ?
Jawab :

Penampungan air didalam maupun disekitar rumah/bangunan, bak mandi,


tempayan dan plastic-plastik bekas, dan tempat air lainnya yang tergenangatau
terbuka merupakan vector semua jentik nyamuk dan di temukan ABJ dengan
Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x 100% / jumlah rumah yang
diperiksa dengan hasil 54% (rendah) berarti masih banyak beredar jentik nyamuk
pada air yang tergenang di desa tersebut
3. Dokter Mori selaku pimpinan Puskesmas merencakanan mengadakan Lokakarya
Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini , dengan tujuan mennetukan
langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, dengan pendekatan Administrasi
Kesehatan
a. Kapan seharusnya lokarya mini dilakukan ?
Jawab :
Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk penggalangan
dan pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan (Depkes RI,
2006).
Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni
lokakarya mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan puskesmas :
1. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas
Merupakan pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil
kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan
dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
2. Lokakarya Mini Tribulanan Puskesmas
Merupakan pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan
lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan.
b. Siapa pengolah program yang diundang dalam lokakarya mini ?
Jawab :
Untuk penyelenggaraan lokakarya mini bulanan (lintas program ) melibatkan :
Pengarah : Kepala puskesmas
Peserta : seluruh petugas puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu
dan Bidan di Desa
Untuk penyelenggaraan lokakarya mini (lintas sector) :

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Tim Penggerak PKK Kecamatan
Staf Kecamatan, antara lain: Sekcam, Unit lain yang terkait
Lintas sector di kecamatan, antara lain : Pertanian, Agama, Pendidikan,
BKKBN, Sosial
Lembaga/organisasi kemasyarakatan antara lain : TP PKK Kecamatan,
BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan (apabila sudah terbentuk)

c. Bagaimana teknik komunikasi yang digunakan kepala puskesmas untuk


melakukan lokakarya mini ?
Jawab :
Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan yang meliputi :
(1) Pendekatan kepada Camat
Memimpin lokakarya dengan menjelaskan caranya
Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan kegiatan
dan pembinaan
Mempersiapkan tempat dan penyelenggaraan lokakarya

(2) Puskesmas melaksanakan :


Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang mudah

dipahami oleh sector,antara lain dalam bentuk PWS


Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas

sektor
Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-surat
yang berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan

dengan sektor kesehatan


Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen lokarya.
Pembuatan surat-surat undangan lokarya untuk ditandatangani camat.

d. Bagaimana perencanaan yang akan dsampaikan untuk menanggulangi kasus


DBD
Jawab :
Perencanaan penanggulangan KLB dilakukan sesuai dengan Permenkes 1501
Tahun 2010 mengenai jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan
wabah

dan

upaya

penanggulangan,

bagian

ketiga.

Dijelaskan

bahwa

penanggulangan KLB dilakukan secara terpadu oleh pemerintah, pemerintah


daerah dan masyarakat.
Penanggulangan KLB berupa:

1. Penyelidikan epidemilogis.
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk
3.
4.
5.
6.
7.

tindakan karantina.
Pencegahan dan pengendalian.
Pemusnahan penyebab penyakit.
Penanganan jenazah akibat wabah.
Penyuluhan kepada masyarakat.
Upaya penanggulangan lainnya, antara lain berupa meliburkan sekolah untuk
sementara waktu, menutup fasilitas umum untuk sementara waktu,
melakukan engamatan secara intensif selama terjadi KLB serta melakukan
evaluasi terhadap upaya penanggulanggan secara keseluruhan

Upaya penanggulangan secara dini dilakukan kurang dari 24 jam terhitung sejak
daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB seperti yang dituliskan pada Permenkes
1501 Tahun 2010.

e. Bagaimana cara penyusunan perencanaan penanggulangan DBD ?


Jawab:
Kegiatan surveilans epidemiologi DBD menurut Dirjen Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia terdiri
dari :
Pengumpulan dan pencatatan data
Pengumpulan dan pencatatan dilakukan setiap hari bila ada laporan tersangka
DBD dan penderita DD,DBD, dan DSS. Data tersangka DBD dan penderita DD,
DBD, dan DSS yang diterima puskesmas dapat berasal dari Rumah Sakit atau
Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten, puskesmas sendiri atau puskesmas lain (cross
notification) dan puskesmas pembantu serta unit pelayanan kesehatan lain (Balai
Pengobatan, Poliklinik, dokter praktek swasta, dan lain-lain) dan hasil
penyelidikan epidemiologi (kasus tambahan jika sudah ada konfirmasi dari rumah
sakit / unit pelayanan kesehatan lainnya). Untuk pencatatan tersangka DBD dan
penderita DD,DBD,DSS menggunakan buku catatan harian penderita DBD yang
memuat data atau informasi tentang nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat
lengkap, tanggal mulai sakit, tanggal dirawat, tempat perawatan, hasil

laboratorium, tempat bepergian dua minggu terakhir, dan lain-lain. Data yang
sudah ada direkap mingguan atau bulanan.
Bila menemukan penderita DBD di Puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya
wajib dilaporkan 1 x 24 jam secara berjenjang dengan menggunakan formulir :

KD-RS dilaporkan 1 x 24 jam setelah penegakkan diagnosa

DP-DBD sebagai data dasar perorangan yang dilaporkan bulanan

Formulir K-DBD sebagai laporan bulanan

Formulir W-2 sebagai laporan mingguan

Formulir W-1 dilaporkan bila terjadi KLB-DBD

Adapun tujuan spesifik dari pengumpulan dan pencatatan data epidemiologi


tersebut adalah :

Untuk menentukan kelompok/ golongan populasi yang mempunyai risiko


terbesar untuk terserang penyakit

Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan


karakteristiknya

Untuk menentukan reservoir dari infeksi

Untuk memastikan keadaan yang bisa menyebabkan terjadinya transmisi


suatu penyakit

Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan

Pada saat terjadi letusan wabah, pengumpulan data bertujuan untuk


memastikan sifat dasar, sumbernya, dan cara penularan dan penyebaran
wabah.

Pengolahan dan penyajian data


Pengolahan data berupa kegiatan pengelompokan variabel tempat (place), waktu
(time), dan orang (person)serta ukuran-ukuran epidemiologi lainnya (rate,
proporsi, rasio, dan lain-lain).
Data yang diperoleh dari kegiatan surveilans masih dalam bentuk mentah (raw
data) yang perlu disusun sedemikian rupa agar data mudah dianalisa dan
disimpulkan sebagai dasar intervensi yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini data
disusun dalam bentuk tabel, grafik, atau peta (spot map). Tabel dan grafik dapat
diperinci menurut umur, jenis kelamin, waktu, dan sebagainya sehingga dapat
mengungkapkan jenis KLB danseasonal variation. Sedangkan spot map dapat
memberi gambaran tentang distribusi kasus dan akhirnya dapat dibuat suatu
kesimpulan.
Data pada buku catatan harian penderita DBD diolah dan disajikan dalam bentuk

1. Pemantauan situasi DD, DBD, DSS mingguan menurut desa/ kelurahan


Masing-masing penderita DD, DBD, DSS dijumlahkan setiap minggu dan
disajikan dalam bentuk tabel lalu berdasarkan hasil penggabungan jumlah
penderita DBD dan DSS dari data mingguan dapat dideteksi secara dini
adanya KLB DBD atau keadaan yang menjurus pada KLB DBD. bila terjadi
KLB DBD, maka perlu dilakukan tindakan sesuai dengan pedoman
penanggulangan KLB DBD dan dilaporkan segera ke Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota menggunakan formulir W1.
2. Penyampaian laporan tersangka DBD dan penderita DD, DBD, DSS
selambat-lambatnya dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan
menggunakan formulir KD/RS-DBD.
3. Laporan data dasar perorangan penderita DD,DBD, DSS
menggunakan formulir DP-DBD yang disampaikan per bulan.
4. Laporan mingguan (W2-DBD)
Penderita DBD dan DSS dijumlahkan setiap minggu menurut desa/
kelurahan kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
dengan menggunakan formulir W2-DBD.
5. Laporan bulanan
Penderita / kematian DD, DBD, DSS termasuk data beberapa kegiatan
pokok upaya pemberantasan/ penanggulangannya dijumlahkan setiap bulan
lalu dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan formulir KDBD.
6. Penentuan stratifikasi desa /kelurahan DBD
Cara penentuan stratifikasi (endemisitas) desa/ kelurahan adalah dengan
membuat tabel desa/kelurahan dengan menjumlahkan penderita DBD dan
DSS dalam 3 tahun terakhir kemudian menentukan stratifikasi masingmasing desa/ kelurahan tersebut apakah termasuk dalam kategori daerah
bebas, potensial, sporadis atau endemis DBD.
7. Distribusi penderita DBD per RW/ dusun
Distribusi penderita DBD per RW/ dusun dibuat setiap tahun. Cara membuat
distribusi yaitu dengan menjumlahkan penderita DBD dan DSS per
RW/dusun.
8. Penentuan musim penularan
Penderita DBD dan DSS dijumlahkan per bulan selama 5 tahun terakhir dan
dibuat dalam bentuk tabel lalu dibuat grafik untuk mengetahui saat sebelum
masa penularan, yaitu bulan dimana jumlah penderita DBD paling rendah
berdasarkan jumlah penderita rata-rata per bulan selama 5 tahun.
9. Mengetahui kecenderungan situasi penyakit
Mengetahui kecenderungan situasi penyakit dimaksudkan untuk mengetahui
apakah situasi penyakit DBD di wilayah puskesmas tetap, naik, atau turun.

Caranya yaitu dengan membuat garis trend yaitu membuat tabel jumlah
penderita DBD (penjumlahan DBD dan DSS) per tahun sejak kasus
ditemukan kemudian membuat grafik garis dengan sumbu mendatar adalah
tahun dan sumbu tegak adalah jumlah penderita selanjutnya dibuat garis
trend melalui grafik garis sedemikian rupa sehingga siklus yang terdapat di
atas dan di bawah garis trend tersebut lebih kurang sama.
f. Bagaimana cara melakukan penggerakan penanggulangan DBD tingkat
puskesmas dengan mengaitkan perenana serta masyarakat ?
Jawab :
Terdapat 5 kegiatan utama penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) demam
berdarah dengue (DBD), yaitu:
1. Promotif dalam bentuk penyuluhan luas ke masyarakat, melalui
berbagai sarana media yang ada
2. Preventif dalam 3 bentuk :

Melakukan 3 M plus khususnya untuk jentik

Fogging, utamanya untuk nyamuk dewasa. Balitbangkes tahun ini


melakukan penelitian tentang insektisida ini

Pendekatan spesifik seperti Bioinsektisida, a.l Biolaras yang sedang


diteliti lanjutan oleh Balitbangkes. Dasarnya adalah Bacillus
thuringiensis israelensis (Bt H-14)

3. Surveilans epidemiologi, untuk memantau keadaan secara berkala dan


tindakan yang dilakukan serta melihat kurva epidemiologi suatu KLB
4. Kuratif dalam bentuk penanganan di fasilitas pelayanan kesehatan,
baik klinik, Puskesmas maupun Rumah Sakit. Untuk ini ada 3 hal
penting

5.

diagnosis dengan kriteria klinis dan laboratoris, dapat sampai IgM dan
IgG anti Dengue

identifikasi tanda kegawatan / fase kritis

penanganan DD dan DBD secara umum

penanganan intensif pada DBD dengan tanda kegawatan (pada DBD


derajat III dan IV)

Penggerakan 3 komponen utama masyarakat :

komitmen politik pimpinan daerah

peran penting tokoh lokal masyarakat

partisipasi aktif masyarakat luas.

g. Bagaimana monitoring dan evaluasi program penanggulangan DBD ?


Jawab :
Monitoring dan evaluasi
Pemantauan kegiatan
Pemantauan dilaksanakan untuk setiap tahap kegiatan sesuai dengan rencana.
1. Pemantauan dilakukan melalui :
Sistem pencatatan dan pelaporan program
Unit pengaduan masyarakat
Kunjungan rumah
2. Tindak lanjut pemantauan dilakukan melalui :
Umpan balik
Supervisi
Bimbingan Teknis
Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan secara bertahap. Evaluasi hasil kegiatan berupa :
Jumlah penderita DBD yang diberikan pengobatan dan penyuluhan
Jumlah fogging yang dipakai
Lokasi dan jumlah pos pelayanan
Masalah pendistribusian bubuk abate
Masalah-masalah lain

HIPOTESIS
Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja puskesmas petanang
diduga terjadi karena belum ada pengerakan pelaksanaan, monitoring dan evalusasi
program penanggulangan DBD

KERANGKA KONSEP

Puskesmas
Wabah
PTP

RUK

RPK DBD

LEARNING ISSUE
ADMINISTRASI KESEHATAN

1. Administrasi
Administrasi berasal dari bahasa Latin :Ad = intensif danministrare = melayani, membantu,
memenuhi. Administrasi merujuk pada kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani,
mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan. Administrasi
adalah proses yang pada umumnya terdapat pada semua usaha kelompok, pemerintah atau
swasta, sipil atau militer, besar atau kecil (White, 1958 ). Administrasi sebagai kegiatan
kelompok yang mengadakan kerjasama guna menyelesaikan tugas bersama (Simon, 1958).
Administrasi didefinisikan sebagai bimbingan, kepemimpinan dan pengawasan usaha kelompok
individu guna mencapai tujuan bersama (Newman, 1963)
Pengertian Administrasi dalam bahasa Indonesia ada 2 (dua) :
1. Administrasi berasal dari bahasa Belanda, Administratie yang merupakan pengertian
Administrasi dalam arti sempit, yaitu sebagai kegiatan tata usaha kantor (catat-mencatat,
mengetik, menggandakan, dan sebagainya). Kegiatan ini dalam bahasa Inggris disebut :
Clerical works (FX.Soedjadi, 1989).
2. Administrasi dalam arti luas, berasal dari bahasa Inggris Administration , yaitu proses
kerjasama antara dua orang atau lebih berdasarkan rasionalitas tertentu untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditentukan (S.P. Siagian, 1973 )
Berdasarkan hal tersebut diatas, administrasi ialah proses penyelenggaraan kerja yangdilakukan
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Administrasi, baikdalam pengertian
luas maupun sempit di dalam penyelenggaraannya diwujudkan melaluifungsi-fungsi manajemen,
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,dan pengawasan.
Jadi administrasi adalah penyelenggaraannya, dan manajemen adalah orang-orang yang
menyelenggarakan kerja. Maka kombinasi dari keduanya adalah penyelenggaraan kerjayang
dilakukan oleh orang-orang secara bersama-sama (kerjasama) untuk mencapaitujuan yang yang
telah ditetapkan
DEFENISI ADMINISTRASI MENURUT PARA AHLI :
1. Leonard D white (1955: P.1) merumuskan sebaagai "administration is a process comman
to all group effort public or provaate, civil or millitaaary, large scaale or smaall scall"
(administrasi adalah suatu proses yang biasanya terdapat pada semua usaha kelompok
baik usaha pemerintah, ataupun swasta, sipil atau militer baik secara besar-besaran
ataupun kecil-kecilaan)
2. H.A.Simon (1961:P.3) "administration can be defined aas the aactivitiesa if group
cooperating to accomplish common goals" (administrasi dapat didefenisikan sebagai
kegiatan kelompok orang-orang yaang melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama)
3. Dwoght Waldo (1971:P.20) "administrasi adalah suaatu bentuk daya upaya manusia yang
kooperatif yang mempunyai tingkat rasionalaiteit yaang tinggi":
4. The Lianag Gie (1965:P.5) "administrasi adalah segenap proses penyelenggaraaaan dalam
segenap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu". defenisi

ini mendapat perubahan (1972 :P.a37) yatiu peoses penyelenggaraan diganti dengan
rangkaian penaataaan. kemudian lebih disempurnakan (1977:13) yaitu administraasi
adalah segenap rangkaian kegiatan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh
sekelompok orang dalam kerjasama mencapaai tujuan tertentu.
5. S.p siagiaan (1985:P.3) " adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia
atau lebih yang didasarkan pada rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
6. Parajudi Atmosudirjo (11975 : P) administrasi adalah pengendalian dan penggerakk dari
suatu organisasi sedemikiaan rupa sehingga organisasi itu menjadi hidup dan bergerak
menuju ketercapainya segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh administrator yakni
kepala organisasi.
7. Sedangkan ilmu administrasi didefinisikan oleh Guilick sebagai berikut: The science of
administration in thus the system of knowledge whereby men may understand
relationship, predict result, and influence outcomes in any situation where men are
organized at work together for a common purpose
8. ULBERTAdministrasi secara sempit didefinisikan sebagain penyusunan dan pencatatan
data dan informasi secara sistematis baik internal maupun eksternal dengan maksud
menyediakan keterangan serta memudahkan untuk memperoleh kembali baik sebagian
maupun menyeluruh. Pengertian administrasi secara sempit ini lebih dikenal dengan
istilah Tata Usaha
9. WH EVANS Administrasi adalah fungsi yang menyangkut manajemen dan pengarahan
semua tahap operasi perusahaan mengenai pengolahan bahan keterangan, komunikasi,
dan ingatan organisasi
10. ARTHUR GRAGER Administrasi adalah fungsi tata penyelenggaraan terhadap
komunikasi dan pelayanan warkat suatu organisasi
11. WILLIAM LEFFINGWELL dan EDWIN ROBINSON Administrasi adalah cabang ilmu
manajemen yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan perkantoran secara efisien,
kapan, dan dimana pekerjaan itu harus dilakukan
12. GEORGE TERRY Administrasi adalah perencanaan, pengendalian, dan pengorganisasian
pekerjaan perkantoran, serta penggerakan mereka yang melaksanakannya agar mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2.

Definisi Kesehatan

Menurut pernyataan dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan adalah keadaan fisik,
mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap
penyakit atau kelemahan. Kami telah memilih untuk bekerja pada industri kesehatan sebab
penghargaan kami terhadap kehidupan dan penelitian kami berkenaan dengan arti dari
keberadaan manusia.
Kesehatan adalah kondisi fisik dan batin yang seimbang, tidak kekurangan dan tidak

berlebihan dari segala zat ataupun keadaan yang biasa menjadi asupan tubuh. Dan juga
kesejahteraan fisik dan mental, dimana tubuh kita selalu merasa nyaman, segar dan baik.
Nyaman untuk beraktivitas, selalu semangat, dan dapat diajak bekerjasama.
Kesehatan adalah kondisi yang sangat mahal harganya, jika kesehatan kita sudah terganggu,
maka segala aktivitas dalam hidup kita pun akan menjadi terganggu. Kita harus berobat ke dokter
untuk memperbaiki kondisi tubuh kita. Dan itu akan membuat kita harus mengeluarkan biaya
mahal. Belum lagi jika disaat kita ada urusan yang sangat penting, kita akan kehilangan
kesempatan jika kondisi tubuh kita tidak sehat. Oleh karena itu, kita harus selalu
menjaga kesehatan tubuh dan jiwa kita. Kesehatan dapat kita jaga dengan berbagai cara, kita
dapat menjaganya dengan cara memakan makanan yang bergizi dan cukup. Kita harus banyak
berolahraga dan banyak minum air putih. Kita pun wajib menjaga kebersihan dalam diri, dan
lingkungan kita. Jika kita merasa sangat menyayangi diri kita, kita pasti akan senantiasa menjaga
kesehatan kita. Karena dalam tubuh yang kuat akan ada jiwa yang sehat. Segalanya akan berjalan
lancar.
3. Administrasi kesehatan
Administrasi kesehatan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggara pembangunan kesehatan. Dalam mengkaji
tentang administrasi dalam kesehatan masyarakat sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu
administrasi dan kesehatan masyarakat yang seharusnya dikaji satu persatu:
Pertama : Administrasi Menurut Dwight Waldo dalam bukunya The Study of Public
Administrasi(1995) disebutkan bahwa administrasi ialah kegiatan kerja sama secara rasional
yang tercermin pada pengelompokkan kegiatan menurut fungsi yang dilakukan. Sedangkan
menurut Robert D. Calkins dalam bukunya The art of Administration and and the art of science
(1959) menyebutkan administrasi sebagai kombinasi antara pengambilan keputusan dengan
pelaksanaan dari keputusan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Olehnya selanjutnya disebutkan bahwa dalam administrasi ada tiga unsur pokok yang harus
terpenuhi :
1. Menetapkan tujuan yang ingin dicapai
2. memilih jalan yang akan ditempuh atau alat yang akan dipergunakan
3. mengarahkan manusia atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut.
Kedua : Kesehatan masyarakat Pada tahun 1938 Perkin mendefinisikan sehat sebagai suatu
keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan pelbagai faktor yang
mempengaruhinya. WHO mempunyai dua definisi tentang kesehatan, definisi pertama
dirumuskan pada tahun 1947, disebutkan sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari
fisik, mental dan sosial, sedangkan definisi kedua dirumuskan pada tahun 1957 yang
menyebutkan sehat sebagai suatu keadaan atau suatu kualitas dari organ tubuh yang berfungsi
secara wajar dengan segala faktor keturunan ataupun lingkungan yang dipunyainya. Dan masih
banyak pegertian tentang kesehatan.
Dari masing pejelasan atau pengertian di atas dapat ditarik pengertian administrasi kesehatan
masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan

pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang


setinggi-tingginya.Sebenarnya penulis sebelum membaca buku tentang administrasi kesehatan
mengira bahwasanya administrasi kesehatan hanya tentang pencatatan, dokumentasi dan
pelaporan. Dan juga menurut Azrul Azwar dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi
Kesehatan 1979. mengatakan terdapat banyak orang yang jika membicarakan administrasi
kesehatan, asosiasi hanya pada kegiatan tata usaha saja, yaitu mencatat dan atau melaporkan
jumlah kasus, jumlah pengeluaran obat atau pekerjaan rutin diloket karcis sebuah balai
pengobatan misalnya.
Ternyata menurut Azrul Azwar dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi Kesehatan
mengatakan seseorang yang melaksanakan administrasi kesehatan berarti melaksanakan segala
fungsi aministrasi yakni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian dan penilaian. Sebenarnya fungsi administrasi banyak pembagiannya, tetapi
penulis mengambil pendapat Azrul Azwar dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi
Kesehatan mengatakan fungsi adaministrasi dibedakan atas 4 macam yakni :
1.
2.
3.
4.

perencanaan termasuk perencanaan pembiayaan


Pengorganisasian, yang didalamnya termasuk penyusunan staff
pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian
penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat dicapai
atau tidak.

Dalam pencapaian tujuan administrasi kesehatan ini melibatkan banyak pihak, diantaranya
pemerintah, rumah sakit, asuransi dan apotik. Namun dalam administrasi kesehatan ini tidak
hanya pelayanan pengobatan tetapi juga bersifat preventif (pencegahan). Menurut Azrul Azwar
dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi Kesehatan mengatakan karena keadaan sehat
yang ingin dicapai adalah untuk seluruh masyarakat, dan untuk itu setiap program seyogyanya
menerapkan prinsip ilmu kesehatan masyarakat, maka dalam mebicarakan administrasi
kesehatan tidak boleh pula melepaskan diri dari konsep ilmu kesehatan masyarakat.
Disebutkan oleh winslow pada tahun 1920 bahwa yang dimaksudkan dengan ilmu kesehatan
masyarakat tersebut adalah suatu ilmu dan keterampilan untuk mencegah terjangkitnya penyakit,
memperpanjang usia hidup dan memelihara kesehatan fisik, mental serta ketepat gunaan melalui
usaha-usaha masyarakat yang diorganisir dalam bidang kesehatan lingkungan, pemberantasan
penyakit menular, pendidikan dalam kebersihan perorangan, pengaturan usaha perawatan dan
kedokteran untuk diagnosa dini dan pengobatan pencegahan penyakit, serta mengembangkan
mekanisme sosial yang akan menjamin setiap orang dalam masyarakat akan capai suatu
tingkatan kehidupan yang cukup, demi tercapainya pemeliharaan kesehatannya.Jadi dalam
administrasi kesehatan tidak hanya melayani pengobatan masyarakat, tetapi banyak hal yang
mesti dilakukan sebagaimana pengertian ilmu kesehatan masyarakat yang tersebut di atas.
Fungsi administrasi kesehatan yang berkaitan dengan tujuan subsistem manajemen kesehatan
tersebut adalah :
1. Perencanaan (Planning)Suatu kegiatan atau proses penganalisisan, pemahaman sistem,
penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan demi
masa depan yang lebih baik.
2. Pengorganisasian (Organizing)Langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan, dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang serta

pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
3. Penggerakan dan Pelaksanaan (Actuating).Usaha untuk menciptakan iklim kerjasama
diantara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif
dan efisien.
4. Pengawasan dan Pengendalian (Controlling)Proses untuk mengamati secara terusmenerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan
Kesimpulan:
Berdasarkan uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa administrasi dalam kesehatan sangatlah
berperan penting lebih lebih dalam suatu pelayanan di rumah sakit. Sama halnya dengan bentuk
dan bidang usaha lain, rumah sakit pun membutuhkan tenaga administrasi yang baik untuk
mengelola kinerja para pekerja bidang kesehatan. Administrasi kesehatan lebih menekankan
pada pengaturan keuangan, kepegawaian, penerimaan pasien dan proses rawat inap.
Administrasi dalam kesehatan mengarah pada pelayan kesehatan di rumah sakit, yaitu kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban
penyelenggara pembangunan kesehatan.
DEMAM BERDARAH (DBD)
Demam Berdarah
Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD ) adalah jenis penyakit demam akut
yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus lagi dengan genus Flavivirus dikenal
dengan nama Virus dengue. Penyakit ini ditemukan manusia oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Demam berdarah
Demam berdarah disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung virus
dengue. Pada saat nyamuk aedes aegypti menggigit makan virus dengue akan masuk ke dalam
tubh , setelah masa inkubasi sekitar 3-15 hari penderita bisa mengalami demam tinggi 3hari
berturut-turut. Banyak penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala
tersebut. Untuk itu kita harus selalu mewaspadai nyamuk yang menyebarkan virus dengue
tersebut. Ciri ciri nyamuk penyebab demam berdarah seperti:

1. Badan nyamuk yang berwarna hitam dan belang-belang putih pada seluruh tubuhnya
(loreng).
2. Nyamuk ini dapat berkembang biak pada penampungan air (TPA) dan pada barangbarang yang memungkinkan untuk digenangi air seperti bak mandi, tempayan, drum, vas
bunga, barang bekas, dll.
3. Nyamuk aides aegepty tidak dapat berkembang biak di got atau selokan ataupun kolam
yang airnya langsung berhubungan dengan tanah.
4. Nyamuk penyebar virus dengue ini biasanya menggigit manusia pada pagi dan sore hari.
5. Nyamuk ini termasu jenis nyamuk yang dapat terbang hingga 100 meter.
Gejala penyakit demam berdarah ini memang tidak terduga, namun biasanya penderita
mengalami ciri seperti panas tinggi, pusing, bahkan hingga muntah darah. Ada beberapa gejala
lain yang dapat memberi tahu anda bahwa gejala tersebut adalah tanda-tanda seseorang penderita
penyakit demam berdarah dengue.
Gejala yang Timbul Karena Penyakit Demam Berdarah
1. Demam tinggi terus menerus hingga 2-7 hari, dengan penderita yang tampak lemah lesu
dan suhu badan mencapai 40 derajat celcius.
2. Adanya tanda pendarahan di mulut, hidung ( mimisan ), dan dubur (BAB berdarah).
3. Bintik-bintik merah pada kulit yang bila kulit direnggangkan bintik akan tetap terlihat
berbeda dengan gigitan nyamuk lainnya yang tidak terlihat saat kulit direnggangkan.
4. Sakit perut yang mungkin terjadi muntah.
5. Bila penyakit sudah parah penderita akan merasakan gelisah dengan ujung tangan dan
kaki yang dingin. Berkeringat pendrahan selaput lendir mukosa dan alat cerna
gastrointestinal serta tempat suntikan atau tempat lainnya.
6. Hasil tes torniquet yang positif dan berkurangnya jumlah trombosit hingga dibawah
100.000 per mm3
7. Sakit kepala berat dan Sakit kepala sendi (atralgia)
8. Nyeri pada ulu hati dan kadang kadang hingga ada pendarahan lambung.
9. Sakit pada otot (mialgia)
10. Pembesaran plasma yang ada hubungannya dengan kenaikan permeabilitas dinding
pembuluh darah yang ditandai dengan munculnya kenaikan nilai 20% dari hematokrit
atau lebih tergantung pada umur dan jemis kelamin penderita demam berdarah.
Menurunnya nilai hematokrit dari nilai daras 20% atau lebih sesudah dilakukan
pengobatan. Serta tanda-tanda pembesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipoptoteinaemia.
Apabila penderita sudah menunjukkan gejala-gejala diatas anda tidak perlu panik, anda
dapat melakukan pertolongan pertama untuk penderita dengan:
1. Memberika minum sebanyak mungkin untuk menghindari adanya dehidrasi. Saat terjadi
kebocoran harus banyak minum namun saat kebocoran sudah selesai maka dalam waktu
224 jam asupan air yang diberikan harus dikurangi.
2. Kompres dengan air agar suhu panas menurun.
3. Berikan obat penurun panas pada penderita penyakit demam berdarah dengue.
4. Jika dalam jangka waktu 3 hari demam tidak turun atau bahkan semakin naik segera
bawa penderita ke rumah sakit atau puskesmas terdekan untuk segera mendapat
pertolongan.

5. Jika penderita tidak bisa makan dan minum atau dalam artian muntah terus, kondisi yang
semakin parah, kesadaran menurun atau hilang maka penderita harus dirawat di rumah
sakit.
Nyamuk dewasa penyebab penyakit demam berdarah dapat diberantas dengan
mengupayakan membersihkan tempat-tempat yang disukai oleh nyamuk untuk
beristirahat seperti:

Pasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah anda.


Lindungi bayi anda ketika tidur di pagi dan sore hari dengan menggunakan kelambu.
Jangan menggantung baju bekas pakai karena nyamuk menyukai bau badan manusia.
Semprot rumak dengan obat nyamuk di pagi dan sore hari.
Fogging atau yang sering kita kenal dengan sebutan pengasapan yang hanya dilakukan
bila dijumpai ada penderita yang dirawat atau menginggal. Untuk pengasapan ini
diperlukan adanya laporan dari rumah sakit yang merawat penderita penyakit demam
berdarah.

Resiko terserang penyekit demam berdarah akibat virus dengue ini dibandingkan dengan orang
dewasa, bayi dan anak kecil yang menderita penyakit ini akan lebih beresiko mengalami infeksi
yang serius. Anak kecil cenderung beresiko mengalami sakit berat apabila mereka tergolong
anak-anak yang berkecukupan gisi. Berbeda dengan infeksi lain yang bisa lebih parah terjadi
pada anak-anak yang kurang gizi. Perempuan lebih cenderung terserang sakit yang lebih parah
dibanding dengan laki-laki. Virus dengue dapat mengancam jiwa seseorang pada penderita
dengan penyakit kronis dalam jangka waktu yang panjang, seperti penyakit diabetes dan asma.

KESIMPULAN
Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue kerja puskemas petanang terjadi karena
belum ada pergerakan pelaksanaan, monitoring dan evalusasi program penanggulangan

DBD dikarenakan sarana tidak mencukupi, dana yang kurang, dan kurangnya Suber data
manusia.

DAFTAR PUSTAKA
I.

Chandra, B. 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC: Jakarta.

II.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Mengenai


Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor : 492 / Menkes / Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April

III.

2010. Jakarta, Indonesia


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

IV.

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Presiden Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang

V.

Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah


Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September

VI.

1990
Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.

VII.

Jakarta, Indonesia
Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional Nomor :

VIII.

41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia


Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007.

IX.

Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta , Indonesia


Rahadin, A.E. , E. Kardena. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum

X.

diInstalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Program Studi Teknik Lingkungan
World
Health
Organization.
Dengue
Control

28
April
2015.

XI.

http://www.who.int/denguecontrol/mosquito/en/
World
Health
Organization
(WHO).
darihttp://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008

Environmental

Health.

Disitasi

Anda mungkin juga menyukai