Anda di halaman 1dari 6

1. Apa hubungan anak umur 7 th dengan keluhan utama yang diderita?

2. Bagaimana patofisiologi diplopia?


Jawab: Mekanisme Diplopia
Dua
mekanisme
utama
diplopia
adalah
misalignment
aberasiokuler (misal defek

kornea, iris,

lensa,

okuler

atau retina). Kunci

dan
paling

penting untukmengidentifikasi mekanisme diplopia adalah dengan menentukan terma


sukdiplopia monokuler atau diplopia binokuler. Misalignment okuler pada
pasiendengan

penglihatan

binokuler

yang

normal

akan

menimbulkan

diplopiabinokuler. Misalignment okuler menyebabkan terganggunya kapasitas


fusionalsistem binokuler. Koordinasi neuromuskuler yang normal tidak dapat
menjagakorespondensi visual objek pada retina kedua mata. Dengan kata lain,
sebuahobjek yang sedang dilihat tidak jatuh pada fovea kedua retina, maka objek
akantampak pada dua tempat spasial berbeda dan diplopia pun terjadi.
Pada hampir semua keadaan, diplopia monokuler disebabkan oleh aberasilokal pada
kornea, iris, lensa, atau yang jarang yaitu retina. Diplopia monokuler tidak pernah
disebabkan oleh misalignment okuler.
Mekanisme diplopia yang ketiga dan jarang terjadi adalah disfungsi korteksvisual
primer atau sekunder. Disfungsi ini akan menimbulkan diplopiamonokuler bilateral
dan harus dipertimbangkan saat tidak ditemukan aberasiokuler pada pasien.
Terakhir, diplopia yang terjadi tanpa penyebab patologis, biasa disebutdiplopia
fungsional/ fisiologis. Pasien dengan diplopia fungsional juga seringmengeluhkan
berbagai gejala somatik atau neurologis.
Pembagian Diplopia1.
Diplopia Monokuler
Diplopia monokuler adalah penglihatan ganda yang timbul padamata yang sakit saat
mata yang lain ditutup.
Diplopia monokuler merupakan keluhan yang dapat diberikan oleh penderita dan
sebaiknyadiperhatikan adalah adanya kelainan refraksi. Bila terjadi gangguanpembias
an sinar pada mata, maka berkas sinar tidak homogen sampaidi makula yang
akan menyebabkan keluhan ini.
Aberasi optik dapat terjadi pada kornea yang ireguler akibatmengkerutnya jaringan
kornea atau permukaan kornea yang tidak teratur.
Hal ini juga terjadi pada pemakaian lensa kontak lama atautekanan kalazion. Diplopia
monokuler sering dikeluhkan oleh penderitakatarak dini. Hal ini juga akibat berkas
sinar tidak difokuskan dalam satuper satu. Kadang-kadang iridektomi sektoral juga
memberikan keluhan diplopia.

Kelainan di luar bola mata yang dapat menyebabkan diplopiamonokuler adalah bila
melihat melalui tepi kaca mata, koreksiastigmatisme tinggi yang tidak sempurna,
sedang kelainan optik di dalam mata yang memberikan keluhan diplopia monokuler
adalah

miopia

tinggi,

astimati

reguler, dislokasi lensa, udara atau benda transparan dalam mata, spasme ireguler dari
badan silier dan megalokornea, makulopatia, ablasi retina, iridodialis, ireguler tear
film, dan katarak
Diplopia binokuler adalah penglihatan ganda terjadi bila melihatdengan kedua mata
dan menghilang bila salah satu mata ditutup. Padaesotropia atau satu mata bergulir ke
dalam maka bayangan di retinaterletak sebelah nasal makula dan benda seakan-akan
terletak

sebelahlateral

strabismuskonvergen

mata
didapatkan

tersebut
diplopia

sehingga
tidak

pada

esotropia

bersilang

atau

(uncrossed)

atauhomonimus. Sedang pada eksotropia atau strabismus divergensebaliknya diplopia


bersilang (crossed) atau heteronimus.
Penyebab diplopia binokuler dapat terjadi karena miastenia gravis,parese atau
paralisis otot penggerak mata ekstraokuler. Saraf kranial III yang mengenai satu otot
kemungkinan adalah lesi nuklear.
3. Apa dampak menonton TV terlalu dekat pada anak-anak?
Televisi memancarkan sinar biru yang berbahaya bagi anak. Sinar biru menyebabkan
degenerasi (kerusakan) retina. Ada dua hal yang mempengaruhi jumlah sinar biru
yang diterima anak, yaitu lamanya menonton tv dalam satu hari dan jarak saat
menonton tv. bahwa semakin lama waktu menonton tv, skor fungsi retina semakin
rendah. Mata anak sangat rentan akibat sinar biru, karena lensa mata mereka relative
jernih sehingga tidak dapat meredam sinar biru dengan maksimal. Mereka
menyimpulkan bahwa lama total waktu menonton tv sehari yang disarankan adalah 60
menit untuk anak berumur 6-9 tahun, dan 90 menit untuk anak berumur 9-13 tahun.
Selain itu, jarak menonton tv juga berpengaruh terhadap fungsi retina anak. Meski
tidak signifikan secara statistik, ada tendensi bahwa semakin dekat jarak menonton tv,
skor fungsi retina semakin menurun. Maka dari itu, peneliti menganjurkan jarak
menonton tv lebih dari 4 meter, karena anak-anak yang menonton tv dengan jarak
lebih dari 4 m memiliki skor fungsi retina lebih baik.
Menyebabkan anak dapat menderita rabun dekat serta mata silinder pada anak.
4. Bagaimana cara pemeriksaan:

a. Kedudukan bola mata


Pergerakan bola mata :
bola mata dapat bergerak karena adanya 6 otot penggerak bola mata (otot ekstra
okuler), yaitu:
m. rektus superior,
m. rektus lateral,
m. rektus inferior,
m. rektus medial,
m. oblikus superior, dan
m. oblikus inferior.
Otot ekstra okuler masing-masing memainkan peran dalam menentukan
kedudukan bola mata karena adanya 3 (tiga) sumbu rotasi (yaitu sumbu vertikal,
transversal, dan sagital), dan keseimbangan posisi tarikan keenam otot tersebut.
Pada arah pandang (direction of gaze) tertentu, otot agonis berkontraksi dan
menggulir mata kearah tersebut, sedangkan otot antagonisnya mengendor. Gerak
horizontal pada sumbu vertikal meliputi gerak adduksi dan abduksi. Gerak
vertikal pada sumbu transversal meliputi gerak elevasi dan depresi, sedangkan
gerak pada sumbu sagital menyebabkan siklorotasi bola mata berupa insikloduksi
dan eksikloduksi.
Gerak bola mata berfungsi untuk menempatkan stimuli visual dari lapang
pandangan perifer (retina perifer) ke titik pusat yang mempunyai tajam
penglihatan paling baik (fovea), dan juga mempertahankan fiksasi fovea pada
obyek yang bergerak. Fungsi ini bersama dengan fungsi mempertahankan
bayangan obyek di fovea serta stabilisasi bayangan di fovea selama gerakan
kepala adalah merupakan fungsi dasar gerakan mata pada manusia.
Gerak bola mata dikendalikan lewat pengaturan supranuklear yang berpusat di
korteks frontalis, korteks oksipitoparietalis, jalur dari kedua korteks tadi ke batang
otak, formatio retikularis paramedian pontis (FRPP) di batang otak, dan fasikulus
longitudinalis medialis (FLM) di batang otak. FLM menghubungkan nukleus
ketiga saraf penggerak bola mata (N III, IV dan VI) baik antara nuklei homolateral
maupun kontra lateral, sehingga gerakan bola mata dapat terkoordinasi dengan
baik dan maksud gerak bola mata seperti tersebut diatas dapat terlaksana
Cara melakukan pemeriksaan gerak bola mata :
gerak bola diperiksa satu persatu / monokuler (duksi) dimulai mata kanan lebih
dahulu. Setelah masing-masing bola mata selesai diperiksa, dilakukan
pemeriksaan gerak dua mata / binokuler

secara bersama-sama (versi).

Pemeriksaan dilakukan dengan cara penderita duduk berhadapan dengan

pemeriksa. Penderita diminta mengikuti obyek pemeriksaan (penlight / ujung jari


pemeriksa) ke beberapa arah tanpa menggerakkan kepala.
Arah gerak obyek pada pemeriksaan adalah 9 posisi primer yaitu : atas, kanan
atas, kanan, kanan bawah, bawah, kiri bawah, kiri, kiri atas, dan pandangan lurus
ke depan. Pada pemeriksaan dua mata bersama sama, perhatikan arah kedua mata
ketika melihat jauh dan melihat dekat, normal pada saat melihat jauh kedua mata
mempunyai posisi lurus sejajar, sedang saat melihat dekat akan terjadi
konvergensi (kedua mata saling mendekat).
b. Pemeriksaan Funduskopi
Tujuan: Tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli
Dasar: Cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan memberikan refleks
fundus.Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar.
Alat:
1. Oftalmoskop
2. Obat melebarkan pupil- tropicamide 0.5%-1% (mydriacyl)- fenilefrin
hidroklorida 2.5% (kerja lebih cepat)
Perhatian: Sebaiknya sebelum melebarkan pupil diukur tekanan bola mata
terlebih dahulu.Sebaiknya melakukan pemeriksaan dengan pupil dilebarkan,
kecuali bila :
-Bilik mata yang dangkal
-Trauma kepala
-Implan fiksasi pada iris
-Pasien pulang mengendarai kendaraan sendiri
-Pasien glaukoma sudut sempit
Tehnik Oftalmoskopi direk
Mata kanan pasien dengan mata kanan pemeriksa, mata kiri pasien dengan mata
kiri pemeriksa kecuali bila pasien dalam keadaan tidur dapat dilakukan dari atas.
Mula-mula diputar roda lensa oftalmoskop sehingga menunjukkan angka +12 D
Oftalmoskop diletakkan 10 cm dari mata pasien. Pada saat ini fokus terletak
padakornea atau pada lensa mata.

Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terlihat bayangan yanghitam
pada dasar yang jingga.( oftalmoskop jarak jauh)
Selanjutnya oftalmoskop lebih didekatkan pada mata pasien dan roda
lensaoftalmoskop diputar, sehingga roda lensa menunjukkan angka mendekati nol.
Sinar difokuskan pada papil saraf optik.
Diperhatikan warna, tepi, dan pembuluh darah yang keluar dari papil saraf optik.
Mata

pasien

diminta

melihat

sumber

cahaya

oftalmoskop

yang

dipegang pemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea pasien
Dilakukan pemeriksaan pada seluruh bagian retina.
Oftalmoskopi indirek
Pemeriksa menggunakan kedua mata
Alat diletakkan tepat didepan kedua mata dengan bantuan pengikat di sekeliling
kepala
Pada

celah

oftalmoskop

dipasang

lensa

konveks

+4D

yang

menghasilkan bayangan jernih bila akomodasi diistirahatkan


Jarak dengan penderita kurang lebih 40cm
Pemeriksaan juga membutuhkan suatu lensa tambahan , disebut lensa
objektif yang berkekuatan S +13 D, ditempatkan 7-10 cm didepan mata penderita
Bila belum memproleh bayangan yang baik, lensa objektif ini digeser
mendekatdan menjauh.
Direk

Indirek

Sifat bayangan
Pembesaran
Lapangan pandang
Hal-hal khusus

Tegak
15x
Kecil
Reflex macula dan detail

Terbalik
4-5x
Lebih besar
General view

retina lebih jelas


Non streoskopik

Stereoskopik, penting pada

Tidak berfungsi pada

ablation retina

kekeruhan media

Masih dapat memperlihatkan


gambaran

fudus

media keruh
Nilai
Dapat dilihat keadaan normal dan patologik pada fundus mata kelainan yang
dapat dilihat
1. Pada papil saraf optic

Papiledema (normal C/D ratio 0,3-0,5)

Hilangnya pulsasi vena saraf optic

Eksavasi papil saraf optic pada glaucoma

Atrofi saraf optic

2. Pada retina

Perdarahan subhialoid

Perdarahan intra retina, lidah api, dots, blots

Edema retina

Edema macula

3. Pembuluh darah retina

How to diagnose:
Epidemiologi:
Prognosis:

Perbandingan atau ratio arteri vena (normal=2:3)

Perdarahan dari arteri atau vena

Adanya mikroaneurisma dari vena

meskipun

Anda mungkin juga menyukai