Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA PASIEN DENGAN ASTMA BRONCHIAL
DI RUANG TULIP RSUD DR. CHASABULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI

Disusun oleh :

KIKY RUSYANA

NIM 3720180028
PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM AS SYAFI’IYAH

JAKARTA

2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
A. PENGERTIAN ASMA
Asma merupakan suatu penyakit saluran pernapasan yang kronik dan heterogenous.
Penyakit ini dikatakan mempunyai kekerapan bervariasi yangberhubungan dengan
peningkatan kepekaan sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak
napas (breathlessness), dada tertekan, dispnea, dan batuk (cough) terutama pada
malam atau dini hari (GINA, 2014).
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus
yang berulang namun revesibel, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut
terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang yang
rentang terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang
menandakan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Solmon, 2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
brokospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada
percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimul seperti oleh
faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Irman Somarti, 2012).
Menurut (Solmon, 2015), Tipe asma berdasarkan penyebab terbagi menjadi alergi,
idiopatik, dan nonalergik atau campura (mixed) antara lain :
a) Asma alergik/Ekstrinsik

Merupakan suatu bentuk asma dengan alergan seperti bulu binatang,

debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alergi terbanyak

adalah airboner dan musiman (seasonal). Klien dengan asma alergik

biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat

pengobatan eksrim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergik akan

mencetus serangan asma. Bentuk asma ini biasanya di mulai sejak kanak-

kanak.

b) Idiopatik atau nonarelgik asma/instrinsik

Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik.

Faktor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivitas,


15

emosi/stres, dan populasi lingkungan akan mencetuskan serangan.

Beberapa agen farmakologi seperti antagonis b-adrenergik dan bahan

sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab.Serangan

drai asma idiopatik atau non nalregik menjadi lebih berat dan sering kali

berjalannya waktu dapat berkembang menjadi btis dan emfisma.Pada

beberapa kasus dapat dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk

asma in biasanya dimulai ketika dewasa (> 35 tahun).

c) Asma campuran (Mixed Asma)

Merupakan bentuk asma yang paling sering. Asma campuran

dikarateristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergik dan idiopatik

atau nonalergik.

B. KLASIFIKASI ASMA
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi

menjadi :
a. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus
terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru
dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah
mendapat pengobatan.
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang
konvensiona. status asmatikus merupakan keadaan emergensi
dan tidak langsung memberikan respon terhadap dosis umum
bronkodilator.Status Asmatikus yang dialami penderita asma
dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas
(adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut
menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi),
pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis,
respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan
tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka
suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda
bahaya gagal pernapasan.
c. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian.
2. Berdasarkan derajat astma

kli Pemeriks
Derajat Asma Gejala nis Gejala klinis Eksaserbasi an
pada siang hari pada malam hari Asma Spirometri

Singkat dan
Intermitten Kurang dari ≤2 kali setahun tidak VEP≥80% nilai
1x/minggu sering prediksi
Variabiliti
APE<20%

Persisten
Ringan >1x/minggu >2 kali sebulan Kadang-kadang VEP≥80 nilai
tetapi <1x/hari tetapi prediksi
mengganggu Variabiliti APE
tidur 20-30 %

Persisten VEP60-
Sedang Setiap hari >1x/minggu Kadang-kadang 80%
tetapi nilai prediksi
mengganggu Variabiliti
tidur APE>30%

Persisten
Berat Terus-menerus Sering Sering VEP≤60% nilai
prediksi
Variabiliti
APE>30%
Sumber : GINA, 2011
3. Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan
asma yaitu: (GINA, 2011) :
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat
berjalan, bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis
dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi,
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas,
bicara memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada
sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang
-kadang terdengar pada saat inspirasi,
c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat
dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata,
mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa
stetoskop,
d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak
kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat
serangan asma. Seorang penderita asma persisten (asma
berat) dapat mengalami serangan asma ringan. Sedangkan
asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan
serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas yang
dapat menyebabkan kematian
C. Etiologi Asma Bronkial

Menurut The Lung Association of Canada 2011, ada dua faktor yang menjadi
pencetus asma :
a. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya
saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan
peradangan. Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan
akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma
jenis intrinsik. Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan
oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu
pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran
pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah
ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara,
polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan
emosi, dan olahraga yang berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan
sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran
pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat
menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama
(kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke
tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh
melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak
dengan kulit.
Sedangkan Lewis et al. (2010) tidak membagi pencetus asma secara
spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas
saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
b. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,
bakteri dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu
makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang
mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan
(seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan
kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E
jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk
tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E
pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen
ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast
seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen
berupa asma.
a) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan
fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced
Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat setelah
latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik
tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme,
nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya
melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
b) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis
mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini
menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial
dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi
peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.
c) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi
masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka
gejala asmanya belum bisa diobati.
d) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada
sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua
gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.
e) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim
hujan, musim kemarau.
D. Patofisiologi Asma bronkial
1. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)
Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergik) akibat
pemaparan allergen. Alergen yang masuk tubih melalui saluran
pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh
makrofag dan selanjutnya akan merangsang pembentukan IgE.
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basifil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh
karena kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk
IgE. Sel eosinofil ,makrofag dan trombosit juga memiliki resepotor untuk
IgE tetapi dengan afinitas yang lemah. Orangyang sudah memiliki sel-sel
mastosit dan basofil dengan IgE pada permukaan tersebut belumlah
menunjukkan gejala.Orang tersebut sudah dianggap desentisasi atau
baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih
dengan allergen yang sama ,allergen yang masuk tubuh akan diikat oleh
IgE yang sudah ada pada permukaan mastofit dan basofil.Ikatan tersebut
akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi perubahan dalam
sel yang menurunkan kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel. Dalam
proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator
yang sudah terkandung dalam granul-granul (preformed ) di dalam
sitoplasma yang mempunyai sifat biologic,yaitu histamin, Eosinofil
Chemotactic Factor A(ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF),
trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh mediator tersebut ialah
obstruksi oleh histamin.
Hiperaktifitas bronkus yaitu brokus yang mudah sekali mengkerut
(konstriksi) bila terpapar dengan bahan/ faktor dengan kadar yang
rendah yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-apa,
misalnya polusi, asap rokok/ dapur, bau-bauan yang tajam dan lainnya
baik yang berupa iritan maupun bukan iritan. Dewasa ini telah diketahui
bahwa hiperaktifitas bronkus disebabakan oleh inflamasi bronkus yang
kronik. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil ditemukan dalam jumlah
besar dalam cairan bilaas bronkus pasien asma bronchiale sebagai
bronchitis kronik eosinofilik. Hiperreaktifitas berhubungan dengan
derajat berat penyakit.Berdasarkan hal tersebut diatas penyakit asma
dianggap secara klinik sebagai penyakit bronkospasme yang reversible,
secara patofisiologik sebagai suatu hiperreaksi bronkus dan secara
patologik sebagai suatu peradangan saluran nafas.
Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan dindingnya
,infiltrasi sel radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel silia yang
menyebabkan getaran silia dan mukus diatasnya sehingga salah satu daya
pertahanan saluran nafas menjadi tidak berfungsi lagi. Ditemukan pula
pada pasien asma bronchiale adanya penyumbatan saluran nafas oleh
mukus terutama pada cabang-cabang bronkus.Akibat dari
bronkospasme, oedema mukosa dan dinding bronkus serta hipersekresi
mukus maka terjadi penyempitan bronkus dan percabangannya sehingga
akan menimbulkan rasa sesak ,nafas berbunyi (wheezing) dan batuk yang
produktif.Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan
menyebabkan suatu keadaan stress yang akan merangsang HPA axis. HPA
axis yang terangsang akan meningkatkan adeno corticotropik hormone
(ACTH) dan kadar kortisol dalam darah akan mensupresi immunoglobin A
(IgA). Penurunan IgA menyebabkan kemampuan untuk melisis sel radang
menurun yang direspon tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi pada
bronkus sehingga menimbulkan asma bronkiale.
2. Asma bronchiale tipe non atopik (intrisik)
Asma non alergik (asma intrinsik ) terjadi bukan karena pemaparan
allergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi
saluran nafas atas ,olah raga atau kegiatan jasmani yang berat, serta
tekanan jiwa atau stress psikologik. Serangan asma terjadi akibat
ganguan saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis yaitu blockade
adrenergic beta dan hiperreaktifitas adrenergik alfa. Pada sebagian
penderita asma aktifitas adrenergic alfa diduga meningkat yang
mengakibatkan bronkokonstriksi sehingga menimbulkan sesak nafas.
3. Asma bronchiale campuran (mixed)
Pada tipe ini keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun
ekstrinsik. Secara singkat patofisilogi asma bronchiale sampai
menimbulkan masalah keperawatan dapat digambarkan sebagai berikut :

Penyebab:
-Alergen
-Non allergen/idiopatik:
Common cold,infeksi
traktus respiratorius,emosi, Kontak terhadap tubuh
latihan, dehidrasi,iritan non
spesifik
-Hipersensitif terhadap Pembentukan antibody(IgE)
penisilin

Ikatan antigen & antibody

Kurang informasi Menyerang sel-sel mast dalam paru

Kurang Pelepasan mediator (histamine, bradikinin,


pengetahuan Prostaglandin serta anafilaksis SRS-A)

Mempengaruhi otot polos & kelenjar jalan nafas

Pembengkakan membrane Bronkospasme Pembentukan mukus


mukosa yang banyak

Bersihan
jalan nafas Resiko
tidak efektif tinggi
infeksi

Penyempitan jalan nafas


Sesak nafas Expirasi lebih panjang Ketidaksamaan ventilasi
dari inspirasi dan perfusi

usah makan Pola nafas Kerusakan


Gangguan tidak efektif pertukaran gas
Resti istirahat
perubahan dan tidur
nutrisi
kurang dari Usaha nafas meningkat
kebutuhan
tubuh Cemas
Pemakaian energi meningkat

Kelemahan fisik

E. MANIFESTASI KLINIS ASMA


Intoleransi
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk
aktivitas
dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk
diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala
asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat
digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda
dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam
pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul
bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan
tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun
pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi
paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya
terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada
pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda
obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila
pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau
rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau
nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan
gejala-gejala yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama
sternokliedo mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan
darurat medis beberapa serangan asma yang berat bersifat
refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible
maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk
mengembalikan nafas ke kondisi normal.
F. KOMPLIKASI ASMA
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam
basa dan gagal nafas.
2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal,
kadang terjadireaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut
“status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA


1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinofil.
 Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral
yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang
bronkus.
 Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen
dari epitel bronkus.
 Terdapatnya neutrofil eosinofil.
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil
meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal,
walaupun terdapat komplikasi asma
 Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi
bila terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan
pH menunjukkan prognosis yang buruk.
 Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan
LDH yang meninggi.
 Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat
infeksi.
 Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE
yang meninggi pada waktu serangan, dan menurun
pada waktu penderita bebas dari serangan.
 Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor
alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma
normal. Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan
hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah, dan
pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang
terjadi adalah:
 Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus
akan bertambah.
 Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD)
menimbulkan gambaran yang bertambah.
 Bila terdapat komplikasi pneumonia maka
terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
 Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita
menujukkan penurunan tekanan sistolenya dan bila
lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan
penurunan tekanan sistolik.
 Terjadi penambahan volume paru yang meliputi
RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC selalu
menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi
pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma
dapat dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan
gambaran emfisema paru, yakni :
 Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi
deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah jarum jam.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung,
yakni tedapat RBBB.
 Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus
takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya relatif ST
depresi.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan
non farmakologik danpengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan
klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus,
serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus
serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta
diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan
drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
d. Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit
dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali
semprot dan jarak antara semprotan pertama dan
kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin,
obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak
memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan
respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid.
Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason
dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot
tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat
steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma,
khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul
empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1
mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara
oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk
aerosol dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal
kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-
pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5
mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg
bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.

PROSES KEPERAWATAN ASMA


A. Pengkajian (data Subyektif dan Obyektif)
Objektif :
 Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheezing
 Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
 Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan
 Sianosis, takikardi, gelisah, pulse paradoksus
 Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus)
 Klien tampak kepayahan
Subyektif :
 Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia
 Klien mengatakan tidak bisa tidur
 Klien mengatakan tidak tahu penyebab penyakit dan
kekambuhan
Psikososial :
 Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus
yang ditandai dengan os mengatakan batuk dan dahak sulit
keluar,sputum warna putih kental, os gelisah
2. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi
dan perfusi yang ditandai dengan os mengatakan nafas sesak , tampak
retraksi otot bantu pernafasan,RR > 20 kali /menit,PaO2 < 60 mmHg, Pa
CO2 > 40 mmHg, os tampak sianosis
3. Pola nafas tak efektif b/d bronkospasme yang ditandai os
mengatakan sesak nafas, os gelisah, terdengar suara wheezing (+),
tampak pembesaran vena leher, takikardi, berkeringat.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik yang ditandai
dengan os mengatakan badan lemah, os mengatakan nafas
sesak,berkeringat
5. Cemas b/d takut ancaman kematian yang ditandai os
gelisah, os mengatakan tidak bisa bernafas,suara wheezing (+)
6. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d susah makan
7. Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas yang
ditandai dengan os tampak payah, os mengatakan sesak nafas, os
mengatakan tidak bisa tidur ,retraksi otot dada (+)
8. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi yang ditandai
dengan os mengatakan tidak tahu faktor penyebab penyakit dan
kekambuhan
9. Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan produksi mukus

C. Rencana Tindakan

No. DX Tujuan Rencana tindakan Rasionalisasi


1. Setelah diberi - Auskultasi bunyi nafas -Mengetahui
tindakan ,catat adanya bunyi luasnya obstruksi
perawatan selama mengi, ronkhi oleh mukus
3x 24 jam jalan
nafas pasien -Pantau frekuensi -Mengetahui tanda
efektif ,dengan KE: pernafasan.catat rasio stress pernafasan
-Bunyi jalan nafas inspirasi/ expirasi
bersih/jelas
-Pasien bisa batuk -Beri posisi nyaman, -Sekresi bergerak
efektif dan misal:peninggian sesuai gaya
mengeluarkan kepala tempat gravitasi akibat
sekret tidur,duduk pada perubahan posisi
sandaran tempat tidur dan meningkatkan
kepala tempat tidur
akan memindahkan
isi perut menjauhi
diafragma sehingga
memungkinkan
diafragma untuk
berkontraksi
-Beri pasien 6-8
gelas /hari kecuali ada -Mengencerkan
indikasi lain sekret.

-Ajarkan dan berikan -Mengeluarkan


dorongan penggunaan sekret dan
teknik pernafasan meningkatkan
diafragma dan batuk patensi jalan nafas

-Lakukan drainage -Merontokkan


postural dengan sekret agar mudah
perkusi dan fibrasi dikeluarkan
pada pagi dan malam
sesuai yang diharuskan

-Instruksikan pasien
menghindari iritan - Tidak merangsang
seperti asap , asap pembentukan
rokok, aerosol, cuaca mukus lagi
dingin

-Beri bronkodilator
sesuai therapi -Memfasilitasi
pergerakan sekret.

2.Kerusakan Setelah diberi -Observasi frekuensi, -Mengetahui


pertukaran gas b/d tindakan kedalaman adekuatnya jalan
ketidaksamaan perawatan selama pernafasan,catat nafas dan
ventilasi dan perfusi 3x24 jam terjadi penggunaan otot meningkatnya kerja
yang ditandai perbaikan dalam bantu nafas,nafas pernafasan
dengan os pertukaran gas bibir,ketidakmampuan
mengatakan nafas dengan KE: bicara/ berbincang
sesak , tampak -GDA dalam
retraksi otot bantu rentang normal -Observasi tingkat -Mengetahui
pernafasan,RR > 20 -Gejala disstres kesadaran indikasi hipoksia
kali /menit,PaO2 < pernafasan tidak
60 mmHg, Pa CO2 > ada -Monitor AGD -Menentukan
40 mmHg, os -Tanda –tanda keseimbangan
tampak sianosis vital dalam batas asam basa ,dan
normal kebutuhan oksigen
-Gelisah tidak ada
-Atur pemberian -Menambah suplai
oksigen O2 sehingga
meningkatkan
pertukaran gas

-Beri posisi -Mengoptimalkan


duduk(fowler) kontraksi diafragma

-Dorong nafas dalam -Memfasilitasi


perlahan atau nafas pernafasan yang
bibir sesuai dalam sehingga O2
kemampuan yang masuk lebih
banyak

-Beri bronkodilator -Meningkatkan


sesuai therapy diameter jalan
nafas sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

-Observasi tanda vital, -Mengetahui


dan warna membrane adekuatnya suplai
mukosa kulit O2 ke paru-paru
dan jaringan

-Kolaboratif tindakan -Mempertahankan


intubasi dan ventilasi suplai O2 saat
mekanik bila perlu terjadi gagal nafas

3.Pola nafas tidak Setelah diberi -Observasi perubahan -Menentukan


efektif b/d tindakan pada RR dan dalamnya adekuatnya pola
bronkospasme perawatan selama pernafasan nafas yang berefek
yangditandai os 3x24 jam pola pada suplai O2
mengatakan sesak nafas pasien yang masuk
nafas, os gelisah, efektif, dengan KE:
terdengar suara -Tanda-tanda vital -Atur pemberian -Suplai O2 yang
wheezing (+), dalam batas oksigen cukup akan
tampak normal mengurangi kerja
pembesaran vena -Tidak terjadi pernafasan
leher, takikardi, sianosis dan tanda
berkeringat. hipoksia -Dorong nafas dalam -Memfasilitasi
-Bunyi nafas perlahan atau nafas pernafasan yang
bersih bibir sesuai dalam sehingga O2
kemampuan yang masuk lebih
banyak
-Beri bronkodilator -Meningkatkan
sesuai therapy diameter jalan
nafas sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

-Observasi tanda vital, -Mengetahui


dan warna membrane adekuatnya suplai
mukosa kulit O2 ke paru-paru
dan jaringan

-Beri posisi -Mengoptimalkan


duduk(fowler) kontraksi diafragma

4.Intoleransi Setelah diberi -Evaluasi respon pasien -Menentukan


aktivitas b/d tindakan terhadap aktivitas kemampuan pasien
kelemahan fisik perawatan selama dalam melakukan
yang ditandai 3x24 jam pasien aktivitas
dengan os menunjukkan -Catat adanya dispnea,
mengatakan badan peningkatan peningkatan kelelahan -Menentukan
lemah, os toleransi terhadap dan perubahan tanda periode istirahat
mengatakan nafas aktivitas, dengan vital selama dan pasien dan aktivitas
sesak,berkeringat KE: setelah aktivitas. yang menimbulkan
-Pasien dapat dan kelelahan pasien.
mau melakukan -Berikan kepada pasien
aktivitas sesuai aktivitas sesuai
kemampuannya kemampuannya -Memenuhi
-Tanda tanda vital kebutuhan pasien
dalam batas tanpa
normal -Pertahankan obyek menimbulkan
yang digunakan pasien kelelahan
agar mudah terjangkau
-Memudahkan
pasien dalam
penggunaan
-Bantu pasien sehingga
melakukan aktivitas mengurangi
dengan melibatkan penggunaan O2
keluarga
-Semua kebutuhan
-Observasi vital sign pasien dapat
terpenuhi

-Kaji tingkat cemas -Tanda vital yang


pasien(ringan ,sedang, normal mendukung
berat,panik) pasien untuk
5. .Cemas b/d takut beraktivitas
ancaman kematian Setelah diberi -Bantu pasien -Petunjuk
yang ditandai os tindakan menggunakan koping intervensi yang
gelisah, os perawatan 2x 30 yang efektif terapeutik
mengatakan tidak menit rasa cemas
bisa bernafas,suara pasien berkurang
wheezing (+) dengan, KE : -Bisa
-Pasien menghilangkan
mengatakan cemas ,membantu
sudah bisa -Berikan informasi pasien
bernafas tentang tindakan dan menggunakan
-Pasien prosedur therapy yang pikiran yang sehat
mengatakan dilakukan kedepan.
merasa nyaman
-Pasien tidak -Tetap disamping -Pengetahuan
gelisah dan pasien selama fase meningkat akan
merasa aman akut mengurangi cemas

-Batasi pengunjung bila -Pasien merasa


perlu aman dan
mengurangi
ketakutan

-Membantu
mengurangi rasa
cemas

6.Resiko tinggi Setelah diberikan -Lakukan prosedur -Sesak dan produksi


perubahan nutrisi tindakan terapi sesuai advis mukus berkurang
kurang dari perawatan 1x 24
kebutuhan tubuh jam pasien tidak -Beri informasi tentang -Pasien termotivasi
b/d susah makan mengalami pentingnya nutrisi untuk mau makan
perubahan nutrisi untuk pemulihan
kurang dari
kebutuhan tubuh -Anjurkan keluarga
dengan KE: untuk membantu -Kebutuhan pasien
-Pasien mau pasien makan akan nutrisi
makan terpenuhi
-Sesak nafas dan -Beri diet lunak TKTP
batuk berkurang -Makanan mudah
-Pasien tahu dicerna dan
pentingnya nutrisi kebutuhan kalori
untuk pemulihan terpenuhi

7. Gangguan Setelah diberikan -Ciptakan lingkungan -Suasana tenang


istirahat dan tidur tindakan yang nyaman dan dan pemakaian O2
b/d sesak nafas perawatan 2x 24 batasi pengunjung ruangan tidak
yang ditandai jam kebutuhan berbagi sehingga os
dengan os tampak istirahat dan tidur bisa istirahat
payah, os pasien terpenuhi
mengatakan sesak dengan KE : -Beri KIE pentingnya -Os mau untuk
nafas, os -Os mengatakan tidur untuk pemulihan istirahat dan tidur
mengatakan tidak sudah dapat tidur
bisa tidur ,retraksi -Os mengatakan -Delegatif pemberian -Melonggarkan
otot dada (+) sesak berkurang teraphy sesuai dosis jalan nafas dan
-Retraksi otot sesak berkurang
dada berkurang
-RR 16- 24 x/ -Delegatif pemberian -Suplai O2
menit O2 meningkat
sehingga sesak
berkurang
-Libatkan satu anggota
keluarga untuk -Os merasa aman
menemani sehingga bisa
istirahat dengan
tenang
8.Kurang Setelah diberikan -Beri KIE tentang -Os tahu tentang
pengetahuan b/d tindakan pengertian dan sakitnya dan tahu
kurang informasi perawatan 2 x 30 penyebab / pencetus faktor penyebab /
yang ditandai menit dari penyakit pencetus penyakit
dengan os pengetahuan
mengatakan tidak pasien bertambah -Beri KIE cara - Os tahu dan bisa
tahu faktor dengan KE : menghindari menghindari faktor
penyebab penyakit -Os tahu tentang kekambuhan seperti: pencetus kambuh
dan kekambuhan penyakitnya menghindari cuaca
-Os tahu dingin dan debu,
penyebab/ memakai baju
pencetus penyakit penghangat dan
-Os tahu cara masker hidung,
menghindari mengurangi aktivitas /
kekambuhan latihan berlebih.

-Beri KIE untuk kontrol -Os tahu


ulang penyakitnya perkembangan
 penyakit sehingga
resiko kambuh
berkurang
9 Resiko tinggi Setelah diberi -Kaji batuk dan -Mengetahui
infeksi b/d tindakan pengeluaran dahak pengurangan
peningkatan perawatan 3 x 24 selama 24 jam produksi mukus
produksi mukus jam pasien tidak
mengalami infeksi -Observasi perubahan -Dahak purulen
dengan KE: warna dahak tanda infeksi
-Batuk dan dahak
berkurang -Cek vital sign -Mengetahui tanda-
-Tidak ada dahak tanda infeksi
purulen
- Vital sign dalam -Anjurkan minum air - Dahak encer
batas normal putih 2-3 liter/ hari sehingga mudah
keluar
-Delegatif pemberian -Kuman penyakit
antibiotika tidak bisa
berkembang biak
sehingga tidak
terjadi infeksi.

4.Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai


keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Serelah
melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan sesuai
dengan rencana tujuan yaitu:
1.Bersihan jalan nafas pasien efektif
2.Pasien mengalami perbaikan dalam pertukaran gas
3.Pola nafas pasien efektif
4.Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas
5.Rasa cemas pasien berkurang.
6.Pasien tidak mengalamiperubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
7.Kebutuhan istirahat dan tidur pasien terpenuhi
8.Pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah
9.Pasien tidak mengalami infeksi

1. Pengkajian Primer Asma


a. Airway
 Peningkatan sekresi pernafasan
 Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
 Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
 Menggunakan otot aksesoris pernafasan
 Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
 Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
 Sakit kepala
 Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
 Papiledema
 Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun
strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu
maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada
gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai
gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan.
Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi,
keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah :
Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat
hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada
yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga
berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,
meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan
suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang
meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk
dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim,
serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
c. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
 Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-
otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak
retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping
hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
 Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih
daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau
lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan
irama jantung.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ASMA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


tachipnea, peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan
bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler – alveolar

3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan


bronkus..

4. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.

5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa


takut sufokasi.

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan faktor psikologis dan biologis yang
mengurangi pemasukan makanan

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor


pencetus asma.

8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten


dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan
tubuh

9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

10. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif .


C. RENCANA KEPERAWATAN ASMA

RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN (NOC)
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan NIC :
tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 jam, Airway Management
berhubungan dengan pasien mampu : · Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
tachipnea, peningkatanv Respiratory status : Ventilation jaw thrust bila perlu
produksi mukus,v Respiratory status : Airway patency · Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
kekentalan sekresi danv Aspiration Control, · Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
bronchospasme. Dengan kriteria hasil : jalan nafas buatan
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan · Pasang mayo bila perlu
suara nafas yang bersih, tidak ada · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
sianosis dan dyspneu (mampu · Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
mengeluarkan sputum, mampu
· Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
bernafas dengan mudah, tidak ada
tambahan
pursed lips)
· Lakukan suction pada mayo
v Menunjukkan jalan nafas yang paten
· Berikan bronkodilator bila perlu
(klien tidak merasa tercekik, irama
· Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
nafas, frekuensi pernafasan dalam
Lembab
rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal) · Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
v ·
Mampu mengidentifikasikan dan Monitor respirasi dan status O2
mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas

2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan NIC :


gas berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam,
dengan perubahan pasien mampu :
membran kapiler v – Respiratory Status : Gas exchange
Airway Management
alveolar v Respiratory Status : ventilation
v Vital Sign Status · Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
Dengan kriteria hasil : thrust bila perlu
v Mendemonstrasikan peningkatan · Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
ventilasi dan oksigenasi ·
yang Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
adekuat jalan nafas buatan
v Memelihara kebersihan paru paru dan · Pasang mayo bila perlu
bebas dari tanda tanda distress · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
pernafasan · Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan · Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
suara nafas yang bersih, tidak ada tambahan
sianosis dan dyspneu (mampu · Lakukan suction pada mayo
mengeluarkan sputum, mampu· Berika bronkodilator bial perlu
bernafas dengan mudah, tidak ada
· Barikan pelembab udara
pursed lips)
· Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
v Tanda tanda vital dalam rentang
keseimbangan.
normal
· Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring
· Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
· Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
· Monitor suara nafas, seperti dengkur
· Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
· Catat lokasi trakea
· Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
· Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
· Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
· Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3 Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam,
penyempitan bronkus pasien mampu :
vRespiratory status : Ventilation
Airway Management
v Respiratory status : Airway patency
v Vital sign Status · Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
Dengan Kriteria Hasil : jaw thrust bila perlu
vMendemonstrasikan batuk efektif dan · Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
suara nafas yang bersih, tidak ada · Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
sianosis dan dyspneu (mampu jalan nafas buatan
mengeluarkan sputum, mampu· Pasang mayo bila perlu
bernafas dengan mudah, tidak ada · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
pursed lips) · Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
vMenunjukkan jalan nafas yang paten · Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
(klien tidak merasa tercekik, irama tambahan
nafas, frekuensi pernafasan dalam · Lakukan suction pada mayo
rentang normal, tidak ada suara · Berikan bronkodilator bila perlu
nafas abnormal)
· Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
vTanda Tanda vital dalam rentang
Lembab
normal (tekanan darah, nadi,
· Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
pernafasan)
keseimbangan.
· Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

Vital sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

4 Nyeri akut; ulu hati Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam,
proses penyakit. pasien mampu :
v Pain Level,
Pain Management
v Pain control,
v Comfort level Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Dengan Kriteria Hasil : termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
v Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi
penyebab nyeri, mampu Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
menggunakan tehnik nonfarmakologi Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
untuk mengurangi nyeri, mencari mengetahui pengalaman nyeri pasien
bantuan) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
dengan menggunakan manajemen Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
nyeri tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
v Mampu mengenali nyeri (skala, lampau
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
v Menyatakan rasa nyaman setelah menemukan dukungan
nyeri berkurang Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
v Tanda vital dalam rentang normal seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
non farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri

Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

5 Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC :


dengan kesulitan keperawatan selama 3 x 24 jam, Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
bernafas dan rasa pasien mampu : · Gunakan pendekatan yang menenangkan
takut sufokasi. v Anxiety control · Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
v Coping pasien
v Impulse control · Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Dengan Kriteria Hasil : dirasakan selama prosedur
v Klien mampu mengidentifikasi dan · Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
mengungkapkan gejala cemas · Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
v Mengidentifikasi, mengungkapkan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk mengontol· Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
cemas tindakan prognosis
v Vital sign dalam batas normal
· Dorong keluarga untuk menemani anak
v Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
· Lakukan back / neck rub
tubuh dan tingkat aktivitas
· Dengarkan dengan penuh perhatian
menunjukkan berkurangnya
kecemasan · Identifikasi tingkat kecemasan
· Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
· Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
· Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
· Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

6 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam, Nutrition Management
kebutuhan tubuh pasien mampu : Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan v Nutritional Status : food and Fluid Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
faktor psikologis dan Intake jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
biologis yang
v Nutritional Status : nutrient Intake Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
mengurangi v Weight control Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
pemasukan makanan Dengan Kriteria Hasil : vitamin C
v Adanya peningkatan berat badan Berikan substansi gula
sesuai dengan tujuan Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
v Berat badan ideal sesuai dengan serat untuk mencegah konstipasi
tinggi badan Berikan makanan yang terpilih ( sudah
v Mampu mengidentifikasi kebutuhan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
nutrisi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
v Tidk ada tanda tanda malnutrisi makanan harian.
v Menunjukkan peningkatan fungsi Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
pengecapan dari menelan Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
v Tidak terjadi penurunan berat badan Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang berarti yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar
Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

7 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Teaching : disease Process
faktor-faktor pencetus pasien mampu : v Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
asma. v Kowlwdge : disease process pasien tentang proses penyakit yang spesifik
v Kowledge : health Behavior v Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
Dengan Kriteria Hasil : hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
v Pasien dan keluarga menyatakan dengan cara yang tepat.
pemahaman tentang penyakit, v Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
kondisi, prognosis dan program pada penyakit, dengan cara yang tepat
pengobatan v Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
v Pasien dan keluarga mampu tepat
melaksanakan prosedur yang v Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara
dijelaskan secara benar yang tepat
v Pasien dan keluarga mampu v Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
menjelaskan kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim kesehatan v Hindari harapan yang kosong
lainnya v Sediakan bagi keluarga atau pasien informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
v Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses pengontrolan
penyakit
v Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
v Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
v Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
v Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
v Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

8 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Activity Therapy
batuk persisten dan pasien mampu : v Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
ketidakseimbangan v Energy conservation dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
antara suplai oksigen v Activity tolerance v Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
dengan kebutuhan v Self Care : ADLs mampu dilakukan
tubuh. Dengan Kriteria Hasil : v Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
v Berpartisipasi dalam aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
tanpa disertai peningkatan tekanan social
darah, nadi dan RR v Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
v Mampu melakukan aktivitas sehari sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
hari (ADLs) secara mandiri diinginkan
v Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
v Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas disukai
v Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
v Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
v Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
v Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
v Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

9 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Self Care assistane : ADLs
kelemahan fisik pasien mampu : Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri
v Self care : Activity of Daily Living yang mandiri.
(ADLs) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
Dengan Kriteria Hasil : kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan
v Klien terbebas dari bau badan makan.
v Menyatakan kenyamanan terhadap Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
kemampuan untuk melakukan ADLs untuk melakukan self-care.
v Dapat melakukan ADLS dengan Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
bantuan yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
10 Resiko infeksi dengan Setelah dilakukan tindakan NIC :
faktor resiko prosedur keperawatan selama 3 x 24 jam, Infection Control (Kontrol infeksi)
invasif pasien mampu : · Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
v Immune Status · Pertahankan teknik isolasi
v Risk control · Batasi pengunjung bila perlu
Dengan Kriteria Hasil : · Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
v Klien bebas dari tanda dan gejala tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
infeksi meninggalkan pasien
v Menunjukkan kemampuan untuk · Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
mencegah timbulnya infeksi · Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
v Jumlah leukosit dalam batas normal tindakan kperawtan
v Menunjukkan perilaku hidup sehat
· Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
· Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
· Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
· Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
· Tingkatkan intake nutrisi
· Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


· Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
· Monitor hitung granulosit, WBC
· Monitor kerentanan terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· Saring pengunjung terhadap penyakit menular
· Partahankan teknik aseptic pada pasien yang
beresiko
· Pertahankan teknik isolasi k/p
· Berikan perawatan kulit pada area epidema
· Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
· Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
· Dorong masukkan nutrisi yang cukup
· Dorong masukan cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai
resep
· Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
· Ajarkan cara menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan infeksi
· Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

· Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru


untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
· Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik
Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
· Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
· GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.;Pocket Guide for Asthma
Management and Prevension In Children. www. Dimuat dalam
www.Ginaasthma.org
· Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
· Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
edisi 6 . Jakarta: EGC
· Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius
· Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification
(NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
· Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas
Diponegoro
· Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
· Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
· Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA
2005-2006. Jakarta: Prima Medika
· Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma,
JakartaDepartemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
· Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta:
Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai