TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2) Obat-obat Antikolinergik
Obat-obat antikolenergik bekerja memblokir reseptor
muskarinik dari saraf-saraf kolinergik di otot polos bronki,
hingga aktivitas saraf antikolinergik menjadi dominan
dengan efek bronkodilatasi. Biasanya digunakan terutama
untuk terapi pemeliharaan HRB, juga untuk berfungsi
meniadakan serangan asma akut.
Obat-obat ini efek samping yang dapat menghentikan
dahak dan takikardia, sehingga mengganggu terapi. Efek
lain yang terjadi adalah mulut kering, obstipasi, sukar
berkemih, dan penglihatan buram. Sebagai contoh
ipratropium, deptropin, dan tiazinamium.
3) Derivat Xantin
Daya bronkorelaksasinya diperkirakan berdasarkan
blockade reseptor adenosin. Contoh obatnya adalah teofilin,
aminofilin.
Penggunaannya secara terus-menrus pada terapi
pemeliharaan ternyata efektif mengurangi frekuensi serta
hebatnya serangan. Pada keadaan akut (injeksi aminopilin
dapat dikombinasi dengan obat asma lainnya, terapi
kombinasi β2- mimetika hendaknya digunakan dengan hati-
10
c. Obat-obat kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti
peradangan dan gatal-gatal. Obat ini menghambat mekanisme
kegiatan alergen yang melalui IgE dapat menyebabkan degranulasi
sel mast, juga meningkatkan kepekaan reseptor β2 hingga efek beta
mimetika diperkuat.
Penggunaanya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat
infeksi virus atau apada inveksi bakteri yang menimbulkan
peradangan. Untuk mengurangi HRB bronki, zat-zat ini dapat
diberikan perinhalasi atau peroral. Dalam kasus gawat dan
asmatikus, obat ini dapat diberikan secara intravena, lalu disusul
dengan pemberian oral. Penggunaan oral untuk jangka panjang
hendaknya dihindari, karena dapat menekan fungsi anak ginjal.
Contoh obatnya adalah hidrokortison, prednisone, deksametason,
beklometason, budenosidan, dan lain-lain.
e. Obat-Obat Antihistaminika
Obat ini memblokir reseptor-histamin, sehingga mencegah efek
bronkokonstriksinya. Namun, efek pada asma umunya terbatas dan
kurag memuaskan, karena antihistaminika tidak melawan efek
bronkokonstriksi dari mediator lain yang dilepaskan sel mast.
Contoh ketotifen, oksatomida, dan lain-lain.
f. Zat-Zat Antileukotrien
Pada penderita asma, leukotrien turun menimbulkan
bronkokonstriksi dan sekresi mulkus. Kerja antileukotrien bisa
berdasarkan penghambatan sintesis LT dengan jalan blokade enzim
lipooksigenase atau atas dasar blokade LT. sebagai contoh
zileutcon, setirizin, loratadin, azelastin, ebastin, zafirlukast,
pranlukast, dan lain-lain. (1,2,6)
2.2.1 Klasifikasi
Golongan broonkodilator, simpatomimetik, agonis β2 (agonis β2
adrenergik). (7)
Tabel 2.2
Bentuk sediaan dan nama dagang sabutamol (8)
Bentuk Sediaan Komposis Nama Dagang
Tablet 2 mg, 4 mg Asmacare
Fartolin
Lasal
Pritasma
Salbuven
12
Suprasma
Vanasma
Ventolin
Aerosol 90 mcg/ puff Glisend
Glisend
Salbuven
Sirup 2 mg/ 5 ml
Suprasma
Ventolin
2 mg, 4 mg Bronchosal
Kapsul
(“microfine”)
Hivent
Nebu 2.5 mg. 5 mg
Ventolin
Lasal
Injeksi 500 mcg
Ventolin
2.2.3 Indikasi
Mencegah dan terapi bronkospasme reversibel pada asma dan
penyakit obstuksi pulmonari lain.
Indikasi lain : terapi ajungtif penderita hiperkalemia setelah dialisis. (7)
1. Oral
Anak dibawah 2 tahun 200 mcg/kg BB 4 kali sehari, 2-6 tahun
1-2 mg 3-4 kali sehari, 6-12 tahun 2 mg.
Anak >12 tahun dan dewasa 2-4 mg 3-4 kali sehari, 2 mg
untuk pasien lanjut usia dan pasien yang sensitive dosis awal 2
mg 3-4 kali sehari, dosis tunggal maxsimal 8 mg.
2. Inhalasi
Inhalasi Aerosol :
100-200 mcg (1-2 hisapan). Untuk gejala yang persisten 3-4
kali sehari, anak 100 mcg (1 hisapan) dapat dinaikan menjadi
200 mcg (2 hisapan) bila perlu. Profilaksis untuk
bronkospasme akibat latihan fisik, 200 mcg (2 hisapan), anak
100 mcg (1 hisapan).
Inhalasi Nebulezer :
Dewasa dan anak diatas 18 bulan 2,5 mg, diberikan sampai 4
kali sehari atau 5 kali bila perlu, tetapi terapi ini harus segera
dipantau hasilnya, karena kemungkinan diperlukan alternatif
terapi lain.
3. Parenteral
Injeksi subkutan atau intamuskular :
500 mcg diulang 4 jam bila perlu
Injeksi intravena :
250 mcg, diulang bila perlu
Infus intravena :
Awal 5 mcg/menit, lalu disesuaikan dengan respond an denyut
jantung, lazimnya antara 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu.
2.2.6 Kontraindikasi (7)
14
a. Pemakaian
Oral digunakan 1 jam sebelum dan 2 jam sesudah makan
Inhalasi, digunkan dengan cara dihisap secara perlahan dan
menahan nafas selama 10 detik sesudahnya. Untuk inhalasi
kedua minimal 1 menit setelah inhalasi pertama.
b. Penyimpanan
Inhalasi nebulezer, sirup dan tablet : pada suhu 2-30° C,
kecuali kalau sebaliknya ditentukan oleh pabrik, terlindung
dari cahaya matahari langsung dan pembekuan.
Inhalasi aerosol : pada suhu 15-30° C, kecuali kalau
sebaliknya ditentukan oleh pabrik, terlindung dari cahaya
matahari langsung dan pembekuan.
Pemakaian :
16