Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

OBAT SISTEM PERNAPASAN


PENDAHULUAN
Istilah CARA atau Chronic Respiratory Affection, mencakup semua penyakit saluran pernafasan
yang mempunyai ciri penyumbatan bronchi karena pengembangan mukosa atau sekresi sputum
(dahak) berlebihan, serta kontraksi otot polos saluran napas (bronchi) berlebihan.
Gejala utama yang terjadi antara lain : sesak napas (dyspenea) baik saat mengeluarkan tenaga
maupun pada saat beristirahat. Penyebab penyakitnya adalah :
1. Hiperraktifitas Bronki (HRB)
Hiperraktifitas bronki adalah meningkatnya kepekaan bronki terhadap zat-zat perangsang
non-spesifik dibandingkan dengan keadaan kondisi normal. Sebagian penderita asma juga
mengalami kepekaan yang berlebihan terhadap stimulasi spesifik, yang pada orang sehat
tidak memberikan reaksi.
Ada beberapa jenis pemicu :
a. Rangsangan fisika : perubahan suhu, dingin, dan kabut
b. Rangsangan kimia : polusi udara, gas buang, sulfur dioksida, ozon, asap rokok
c. Rangsangan fisik : pengerahan tenaga, hiperventilasi
d. Rangsangan psikis : emosi dan stres
e. Rangsangan farmakologi : histamine, serotonin, asetilkolin, beta bloker, asetosal
(OAINS).
2. Alergi
Tubuh akan membentuk antibodi terhadao antigen (allergen) tertentu yang memasuki
tubuh. Ada 2 jenis allergen yaitu :
a. Alergen inhalasi masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, misalnya debu yang
mengandung tungau, bulu binatang peliharaan, sari bunga, dan lainnya.
b. Alergen oral dan lokal yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut atau kulit, misalnya
bahan makanan dan obat-obatan.
3. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran napas dapat menyebabkan peradangan yang pada penderita asma dan
PPOK, memperkuat hiperaktivitas bronkus (HRB) dan bronkikinstriksi serta
mempermudah penetrasi alergen.
Jenis-jenis gangguan yang terjadi pada saluran pernapasan antara lain :
a. Asma bronkial (asthma bronchiale)
b. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
c. Batuk
d. Rhinitis alergi

ASMA (ASTHMA BRONCHIALE)


Asma (asthma bronchiale) atau bengek adalah suatu penyakit alergi yang ditandai dengan
inflamasi kronis yang menyebabkan serangan sesak napas akut secara berkala yang disertai
batuk dan hipersekresi dahak. Pada serangan yang hebat, penyaluran udara ke darah sedemikian
lemah sehingga penderita membiru kulitnya (cyanosis). Sebaliknya pengeluaran nafas dipersulit
dengan meningkatnya kadar CO2 dalam darah.
Status asmatikus adalah serangan asma hebat dengan penciutan bronki lebih kuat dan bertahan
lama secara abnormal (hingga lebih dari 24 jam). Ciri lainnya adalah takikardia dan tidak dapat
beerbicara dengan lancar (tersengal-sengal).
Umumnya jenis asma yang bersifat alergi sudah dimulai dari masa kanak – kanak dan didahului
oleh gejala alergi lain, khusunya ekzema. Faktor keturunan memegang pernana penting pada
terjadinya sama. Pasien asma memiliki kepekaan terhadap infeksi saluran napas, akibatnya
dalah peradangan bronchi yang dapat menimbulkan serangan asma.

A. Tindakan Umum Pencegahan Serangan Asma


1. Mencegah timbulnya reaksi antigen – antibodi dan serangan asma.
2. Sanitasi
Menjauhkan semua faktor pemicu rangsangan seperti debu, binatang peliharaan,
juga melindungi diri dari faktor non-spesifik seperti penurunan suhu, hawa dingin,
asap dan kabut, obat pembebas histamin.
3. Tidak merokok
Asap rokok aktif maupun pasif dapat memicu timbulnya bronkokonstriksi.
4. Fisioterapi
Latihan pernapasan, relaksasi, menepuk-nepuk bagian dada untuk mempermudah
pengeluaran dahak.
5. Hiposensibilisasi
Hal ini dilakukan bila kontak dengan alergen tidak bisa dihindari. Untuk mengurangi
hipersensitasi terhadap alergen tersebut pasien diberi injeksi ekstrak alergen dalam
kadar meningkat.
6. Pencegah infeksi-virus
Tindakan pencegah infeksi dilakukan dengan cara vaksinasi, misalnya vaksinasi
influenza atau menggunakan obat-obatan yang dapat meningkatkan ketahanan
tubuh.
7. Pencegahan infeksi bakteri
Umumnya diberikan amoksisilin atau doksisiklin selama 10-14 hari. Penggunaannya
harus hati-hati untuk menghindari resistensi antibiotik.
8. Pencegahan prenatal
Ibu yang sedang mengandung harus menghindari zat-zat pemicu alergi yang dapat
memengaruhi janin.

B. Pengobatan
Pengobatan asma dan bronchitis dapat dibagi atas 3 karagori, yaitu terapi serangan akut,
status asmathicus dan terapi pencegahan.
1. Terapi serangan akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang
bronchi. Sebagai obat piligan ialah Salbutamol atau Terbutalin, sebaiknya secara
inhalasi (efek 3 – 5 menit). Kemudian dibantu dengan Aminophillin dalam bentuk
suppositoria. Obat pilihan lain ialah Efedrin dan Isoprenalin, dapat diberikan sebagai
tablet, hanya saja efeknya baru kelihatan setelah kurang lebih 1 jam.
Inhalasi dapat diulang setelah 15 menit sebelum memberikan efek. Bila yang kedua
ini juga belum memberikan efek, perlu diberikan suntikan i.v. Aminophillin atau
Salbutamol, Hidrokortison atau Prednison. Sebagai tindakan akhir dengan Adrenalin
i.v. dengan diulangi 2 kali dalam 1 jam.
2. Status asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Keadaan ini perlu
diobati secara khusus di rumah sakit dengan pemberian oksigen dan minum banyak
air, hidrokortison i.v dan bila perlu bikarbonat.
Pengobatan dengan suntikan i.v. Salbutamol atau Aminophillin dan Hidrokortison
dosis besar. Bila serangan tidak bisa dihentikan dengan adrenalin, lengkah terakhir
yang bisa dilakukan adalah memberikan injeksi i.v novokain 2% atau lidokain.
3. Terapi pemeliharaan
Dilakukan dengan secara bertingkat. Obat antiradang perlu digunakan sedini
mungkin, mengingat asma merupakan suatu penyakit peradangan.
Tingkat-tingkat pengobatan sebagai berikut :
a. Asma ringan (serangan < 1x sebulan)
Diobati dengan β2-mimetikum, misalnya salbutamol atau terbutalin (1-2
inhalasi/minggu)
b. Asma sedang (serangan 1-4x sebulan)
Diobati dengan obat menekan peradangan saluran napas, yaitu kortikosteroid
inhalasi seperti beklometason, flutikason atau budesonida 200-800 mcg/hari. Bila
perlu dikombinasi dengan salbutamol atau terbutalin 3-4 inhalasi/hari. Untuk
anak-anak dengan asma bercirikan alergi, dapat diberikan per oral ketotifen atau
oksatomida.
c. Asma agak serius (serangan >1-2x seminggu)
Diobati dengan kortikosteroid 800-1200 mcg/hari dikombinasikan dengan
ipratropium.
d. Asma serius (serangan >3x seminggu)
Diobati dengan β2-mimetikum kerja panjang (salmeterol, formoterol) secara
inhalasi. Bila perlu dikombinasi dengan teofilin dalam bentuk lepas lambat (slow-
release).

Bentuk sediaan inhalasi pada penderita asma akan menghasilkan efek yang lebih
menguntungkan dibandingkan pengobatan per oral. Inhalasi merupakan cara
terpilih bagi kebanyakan obat yang memerlukan efek langsung pada saluran
pernapasan, khususnya penderita asma dan CPOD. Inhalasi akan memberikan
efek yang lebih cepat, dengan dosis jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke
dalam darah sehingga efek samping sistemiknya lebih ringan.

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)


Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah gangguan pada pernapasan yang dahulu lebih
dikenal dengan istilah bronkitis kronis dan emfisema. Pada bronkitis kronis, terjadi kelebihan
produksi dan inflamasi yang membuat saluran napas menyempit. Sedangkan pada emfisema,
terjadi kerusakan pada membran alveoli. Angka mortalitas penderita PPOK secara global
mengalami peningkatan sedangkan penyakit kardiovaskuler mengalami penurunan.
1. Bronkitis kronis
Adalah gangguan pernapasan dengan ciri-ciri batuk menahun disertai pengeluaran
banyak dahak, tanpa sesak napas atau hanya ringan. 80% kasus atau disebabkan infeksi
akut saluran pernapasan oleh virus, misalnya Haemophilus influenzae atau infeksi
bakteri, misalnya Streptococcus pneumoniae.
Pada infeksi bakteri, biasanya diberikan antibiotik minimal selama 10 hari, agar infeksi
tidak berulang/kambuh. Obat pilihannya : amoksisilin, eritromisin, sefradin dan
sefaklor.
2. Emfisema paru
Adalah gangguan pernapasan yang ditandai dengan terjadinya dilatasi dan destruksi
sehingga terjadi sesak napas terus-menerus dan semakin hebat, bila banyak
mengeluarkan tenaga. Penderita sering kali merasa letih dan tidak bergairah.
Penyebab emfisema adalah bronkitis kronis dengan batuk menahun dan asma.
Emfisema dapat dianggap fase terakhir asma dan bronkitis yang tidak dapat
disembuhkan lagi.

A. Penyebab PPOK
Faktor utama dari timbulnya PPOK :
1. Merokok
2. Polusi udara

B. Tindakan Umum Penanganan PPOK


Tindakan umum relatif sama dengan penanganan terhadap asma, langkah mutlak yang
harus dilakukan yaitu berhenti merokok dan menghindari zat pemicu lainnya.

C. Obat Asma dan PPOK


Berdasarkan mekanismenya, kerja obat asmadan PPOK dapat dibagi dalam beberapa
golongan, yaitu :
1. Antialergika
Adalah zat – zat yang bekerja menstabilkan mastosit supaya tidak pecah dan
melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan
rhinitis alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat. β-2
adrenergika dan antihistamin seperti ketotifen dan oksatomida juga memiliki efek ini.
2. Bronchodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga
memberikan efek bronkodilatasi. Golongan obat yang termasuk ke dalam kategori ini
adalah :
a. Β-Adrenergika
Zat ini bekerja selektif terhadap reseptor β-2 (bronchospasmolitik),
Khususnya β-2 simpatomimetika (β-2-mimetik), dan tidak bekerja terhadap
reseptor β-1 (stimulasi jantung). Kelompok β-2-mimetik seperti Salbutamol,
Fenoterol, Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sedangkan
yang bekerja terhadap reseptor β-2 dan β-1 adalah Efedrin, Isoprenalin,
Adrenalin, dll.
b. Antikolinergika
Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan
kolinergik. Bila reseptor β-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem
kolinergik menjadi dominan, sehingga terjadi penciutan bronki.
Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot polos
bronki sehingga aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek
bronkodilatasi.
Efek samping : takikardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi, sukar
kencing, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan
pemberian inhalasi. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah
Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium.
c. Derivat xantin
Mempunyai daya bronkodilatasi berdasarkan penghambatan enzim
fosfodiesterase. Selain itu, Teofilin juga mencegah pengingkatan
hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi dengan
Efedrin praktis tidak memperbesar bronkodilatasi, sedangkan efek takikardia
diperkuat. Oleh karena itu, kombinasi tersebut dianjurkan. Contoh obat :
Teofilin, Aminofilin dan Kolinteofinilat
3. Antihistaminika
Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah bronchokonstriksi. Banyak
antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedatif. Contoh obat : Ketotifen,
Oksatomida, Tiazinamium dan Deptropin.
4. Kortikosteroida
Daya bronkodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor β-2, melawan
efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutama pada serangan asma
akibat infeksi virus atau bakteri. Penggunaan jangka lama hendaknya dihindari,
berhubung efek sampingnya, yaitu osteoporosis, borok lambung, hipertensi dan
diabetes. Efek samping dapat dikurangi dengan pemberian inhalasi. Contoh obat :
Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Betametason.
5. Ekspektoransi dan Mukolitik
Mekanisme kerja ekspektoran adalah mencairkan dahak sehingga mudah
dikeluarkan. Pada serangan akut, obat ini berguna terutama bila lendir sangat kental
dan sukar dikeluarkan. Contoh obat : KI (Kalium Iodida), NH4Cl (Ammonium
Klorida), dan GG (Gliseril Guaiakolat).
Mukolitik bekerja dnegan cara memecah serat mukopolisakarida sehingga muku
(dahak) menjadi lebih encer dan gampang dikeluarkan. Sedangkan Asetilsistein
mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan disulfida
sehingga viskositas lendir berkurang. Contoh obat : Bromheksin, Asetilsistein dan
Ambroxol.

BATUK
A. Fisiologi Batuk
Batuk adalah suatu reflek fisiologi yang dapat berlangsung baik dalam keadaan sehat
maupun sakit. Reflek tersebut terjadi lazimnya karena adanya rangsangan pada selaput
lendir pernapasan yan terletak di beberapa bagian dari tenggorokan dan cabang-
cabangnya. Reflek batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh yang
berfungsi mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari zat- zat
stimulannya.

B. Penyebab Batuk
Reflek batuk dapat ditimbulkan oleh karena radang (infeksi saluran pernapasan, alergi),
sebab-sebab mekanis (debu), perubahan suhu yang mendadak dan rangsangan kimia
(gas, bau-bauan). Batuk (penyakit) terutama disebabkan oleh infeksi virus, misal virus
influenza dan bakteri.Batuk dapat pula merupakan gejala yang lazim pada penyakit
tifus, radang paru- paru, tumor saluran pernapasan, dekompensasi jantung, asam atau
dapat pula merupakan kebiasaan.

C. Pengobatan
Pengobatan batuk pertama- tama hendaknya ditunjukan pada mencari dan mengobati
penyebabnya. Selanjutnya dilakukan pengobatan simptomatiknya, yang harus dibedakan
dahulu antara batuk produktif (batuk yang mengeluarkan dahak) dengan batuk yang non
produktif.
Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi
mengeluarkan zat asing (kuman, debu dan lainnya) dan dahak dari tenggorokan. Maka
pada azasnya jenis batuk ini tidak boleh ditekan. Terhadap batuk demikian, digunakan
obat golongan ekspektoransia yang berguna untuk mencairkan dahak yang kental dan
mempermudah pengeluarannya dari saluran nafas.
Sebaliknya batuk yang tidak produktif, adalah batuk yang tidak berguna sehinggga
harus ditekan. Untuk menekan batuk jenis ini digunakan obat golongan pereda batuk,
yang berkhasiat menekan rangsangan batuk yang bekerja sentral ataupun perifer.
Untuk batuk yang disebabkan alergi, digunakan yang dikombinasi dengan
ekspektoransia. Misalnya sirup Chlorphemin, mengandung antihistaminika
Promethazine dan Diphenhidramin. Kadang –kadang diperlukan ekspektoransia dan
pereda batuk dalam suatu kombinasi, untuk maksud mengurangi frekuensi batuk, dan
tiap kali batuk cukup dapat dikeluarkan dahak yang kotor.

D. Penggolongan Obat Batuk


Obat batuk dapat dibagi dalam dua golongan besar :
1. Zat – zat yang bekerja sentral
Zat – zat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum
lanjutan (medula) dan mungkin juga bekerja di otak dengan efek menenangkan.
Zat ini terbagi atas :
a. Zat – zat adiktif, yaitu Pulvis Opii, Pulvis Doveri dan Codein. Karena dapat
menimbulkan ketagihan, penggunaannya harus hati – hati.
b. Zat – zat non adiktif, yaitu Noskapin, Dekstrometorfan, Pentoksiverin,
Prometazin dan Diphenhidramin.
2. Zat – zat yang bekerja perifer
Obat ini bekerja di luar SSP, dan dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :
a. Emolliensia
Zat ini memperlunak rangsangan batuk, memperlicin tenggorokan sehingga
tidak kering dan melunakkan selaput lendir yang teriritasi. Contohnya Syrup
Thymi, zat – zat lendir (seperti infus carrageen), akar manis.
b. Ekspetoransia
Zat ini memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan mengurangi
kekentalannya sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
Termasuk kedalamnya adalah Kalium Iodida, Amonium klorida, Kreosot,
Guaiakol, Ipeka dan minyak – minyak atsiri.
c. Mukolitika
Zat ini bekerja mengurangi viskositas dahak (mengencerkan dahak) dan
mengeluarkannya. Zat ini efektif digunakan untuk batuk dengan dahak yang
kental. Contohnya Asetilkarbosistein, Bromheksin, Mesna, Ambroksol.
d. Zat – zat pereda (cough suppressant)
Zat ini meredakan batuk dengan cara menghambat reseptor sensibel di saluran
napas. Contohnya oksolamin dan Tipepidin.

Obat batuk juga sering kali dibedakan berdasarkan jenis batuk yang diobati,
yaitu obat-obat untuk batuk produktif dan batuk nonproduktif. Batuk produktif
diobati dengan obat-obatan yang membantu mengeluarkan dahak, baik dari
kelompok ekspektoran, maupun mukolitik, sedangkan untuk batuk
nonproduktif, pengobatannya menggunakan obat-obatan penekan batuk
(antitusif).
Obat-obat antitusif terbagi lagi menjadi dua golongan, yaitu bekerja sentral
dan bekerja di perifer. Di sentral, obat antitusif bekerja dengan menekan
reflex batuk di medulla oblongata, sedangkan di perifer antitusif bekerja di
saraf vagal aferen.

E. Obat Tersendiri
1. Kreosot
Zat cair kuning muda ini hasil penyulingan kayu sejenis pohon di Eropa, mengandung
kira-kira 70 % Guaiakol sebagai zat aktifnya. Zat ini mengurangi pengeluaran lendir
pada bronchi dan membantu menyembuhkan radang yang kronis, disamping
khasiatnya sebagai bakterisida.
Berhubung baunya tidak enak dan merangsang mukosa lambung, maka lebih banyak
digunakan guaiakol dalam bentuk esternya yaitu guaiakol karbonat, kalium guaiakol
sulfonat dan gliseril guaiakolat. Dalam usus, ester tersebut terurai menjadi guaiakol
bebas. Kreosot dapat pula digunakan sebagai obat sedotan (inhaler) dengan uap air.
2. Ipecacuanhae Radix
Akar dari tanaman Psychotria ipecacuanha (Rubiaceae) ini mengandung antara lain
alkaloida emetin dan sefalin. Zat-zat itu bersifat emetic, spasmolitik terhadap kejang-
kejang saluran pernafasan dan mempertinggi secara reflektoris sekresi bronkial.
Penggunaan utamanya sebagai emetika pada kasus keracunan. Sebagai
ekspektoransia hanya digunakan terkombinasi dengan obat batuk lainnya.
3. Ammonium klorida
Obat ini mampu memecah mukus (sekretolitik) dan mengencerkannya. Biasanya
diberikan dalam bentuk sirup, misalnya OBH. Pada dosis tinggi menimbulkan
perasaan mual dan muntah karena merangsang lambung.
4. Kalium Iodida
Menstimulir sekresi cabang tenggorokan dan mencairkan dahak, sehingga banyak
digunakan dalam obat asma. Efek sampingnya berupa gangguan tiroid, jerawat
(akne), gatal-gatal (urticaria) dan struma.
5. Minyak atsiri (minyak terbang)
Seperti minyak kayu putih, minyak permen, minyak anisi dan terpenten. Berkhasiat
mempertinggi sekresi dahak, melawan kejang (spasmolitika), anti radang, dan
bakteriostatistik lemah.Minyak terpenten digunakan sebagai ekspektoransia dengan
cara inhalasi, yang dihirup bersama uap air, ternyata amat bermanfaat pada radang
cabang tenggorokan.
6. Liquiritie Radix
Akar kayu manis dari tanaman Glycyrrhiza glabra, mengandung saponin yaitu sejenis
glukosida yang bersifat aktif di permukaan. Mekanisme kerjanya adalah dengan
merangsang selaput lender dan mempertinggi sekresi zat lender.
7. Kodein
Alkaloida candu ini paling banyak digunakan untuk mengobati batuk, berdasarkan
aktivitasnya terhadap pusat batuk. Efek sampingnya antara lain, menimbulkan adiksi
dan sembelit. Codipront (Mack) mengandung kodein dan antihistaminika
Feniltoloksamin, keduanya terikat pada suatu resin dengan tujuan memperoleh
khasiat yang lebih lama.
Etil morfin (dionin) memiliki khasiat pereda batuk sama dengan kodein, sehingga
sering digunakan dalam sirup obat batuk. Disamping itu juga digunakan sebagai
analgetika. Karena khasiatnya dapat menstimulasi sirkulasi pembuluh darah mata,
maka juga digunakan untuk menghilangkan udema konjungtiva (pembengkakan di
mata).
8. Dekstrometrorfan
Khasiatnya sama dengan kodein, tetapi tidak bersifat analgetik dan adiktif.
9. Bromheksin
Turunan sikloheksil ini bersifat mukolitik, yaitu dapat memotong rantai
mukopolisakarida pada dahak yang kental, sehingga mudah dikeluarkan dengan
batuk. Efek sampingnya berupa gangguan lambung usus, pusing dan berkeringat.

RINITIS ALERGI
Rinitis adalah radang membran mukosa hidung yang ditandai dnegan bersin, gatal, hidung berair,
dan tersumbat. Rhinitis dapat terjadi karena adanya alergen seperti debu, bulu binatang dan asap.
Alergen berinteraksi dengan sel mast sehingga merangsang pelepasan histamine yang mampu
mengakibatkan penyempitan/konstriksi pada bronkus, radang dan urtikaria.
Rhinitis dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap serbuk sari (pollen), tungau, debu rumah,
spora jamur, serpihan kulit hewan, atau bahan makanan. Terapi untuk rhinitis utamanya adalah
pemberian antihistamin oral yang dikombinasi dengan dekongestan.
Pengobatan rhinitis alergi :
1. Alntihistamin
Digunakan pada pengobatan rhinitis adalah antihistamin yang menghambat reseptor H1.
Contoh : astemizol, terfenadin, setirizin, loratadin.
2. Dekongestan
Obat ini seringkali disebut obat pelega pernapasan. Dekongestan bekerja dnegan
konstriksi arteriola di mukosa hidung sehingga mengurangi infiltrasi cairan dari
pembuluh darah ke jaringan sekitar yang dapat menyebabkan edema. Selain itu,
dekongestan juga dapat menyebabkan relaksasi bronkus sehingga menyebabkan
berkurangnya gangguan aspirasi udara masuk ke paru-paru. Contoh : fenilefrin,
pseudoefedrin, oksimetazolin.
3. Kortikosteroid
Dalam dosis rendah seringkali digunakan sebagai spray. Contoh : beklometason,
budesonide, flutikason.

Spesialite Obat Saluran Pernapasan

No
Nama Generik Spesialite Pabrik
.
Efedrin HCl + Teofilin + Klirfeniramin Westmont,
1. Asmasolon
Maleat Medifarma
2. Salbutamol (sulfat) Salbuven Pharos
3. Terbutalin Sulfat Bricasma Astra Zeneca
4. Fenoterol HBr Berotec M.A Boehringer Ingelheim
Salmeterol Sinapoat + Flutikason
5. Seretide Glaxo Wellcome
Propionat
6. Prokaterol HCl Hemihidrat Meptin Otsuka
7. Teofilin Kalbron Dankos
8. Teofilin Etlendiamin Aminophyllinum Ethica
9. Asetil Sistein Fluimucyl Zambon spa
10 Asetil SIstein + Parasetamol Sistenol Dexa Medica
11. Pseudoefedrin + Terfenadin Rhinofed Dexa Medica
12. Budesonid + Formoterol Fumarat Symbicort Astrazeneca
13. Prednison 5 mg Pehacort Phapros
14. Ambroksol Mucopect Boehringer
15. Bromheksin Bisolvon Boehringer

Anda mungkin juga menyukai