Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKHIAL
Disusun untuk memenuhi tugas Dinas Pernafasan

Dosen Pengampu : Syamsidar, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun Oleh :

Dita Muliaty A. Manoppo

NIM L 751430116010

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKHIAL
- Definisi

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran dafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap suatu rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara (Nurarif, 2012).

Asma merupakan kelainan berupa inflamasi kronik saluran nafas yang

menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat

menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak nafas, dan dada terasa berat terutama

pada malam hari yang pada umumnya bersifat reversible baik dengan atau

tanpa pengobatan (Depkes RI).

Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat

reversible dimana trakhea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap

stimuli tertentu yang di tandai dengan penyemptitan jalan napas, yang

mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan asma merupakan

penyakit pada saluran napas yang mengalami penyempitan yang di sebabkan

oleh hiperaktivitas bronkus oleh berbagai rangsangan dengan di tandai seperti

batuk, sesak napas, mengi, yang bersifat reversible.

- Etiologi

Sebagai pemicu timbulnya serangan serangan dapat berupa infeksi

(infeksi virus), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan

(debu, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap,
uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji bijian,

tomat) obat (aspirin) kegiatan fisik (olah raga berat, tertawa terbahak-bahak),

dan emosi (Nurarif, 2012).

Menurut Andra & Yessi (2013) etiologi asma di bagi menjadi 3 yaitu :

a. Asma ekstrinsik/alergi Asma yang di sebabkan oleh alergen yang di

ketahui masanya sudah terdapat semenjak anak-anak seperti alergi

terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu

b. Asma intrinsik/idopatik Asma yang tidak di temukan factor pencetus

yang jelas, tetapi adanya factor-faktor non spesifik seperti : flu,

latihan fisik atau emosi yang sering memicu serangan asma. Asma

ini sering muncul atau timbul sesudah usia 40 tahun setelah

menderita infeksi sinus/cabang traceobronkial.

c. Asma campuran Asma yang terjadi atau timbul karena adanya

komponen ekstrinsik dan intrinsik.

- Tanda dan gejala

Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak

di dada, di sertai dengan pernafasan lambat, mengi dan laborius. Ekspirasi

selalu lebih susah dan panjang di bandingkan dengan inspirasi, yang

mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-otot

aksesori pernapasan. Jalan nafas yang tersumbat akan menyebabkan dispnea,

batuk awalnya susah dan kering , tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder

terhadap hipoksia hebat. Selain itu juga terdapat tanda-tanda seperti

berkeringat, takikardi, dan pelebaran tekanan nadi.


Serangan asma dapat berlangsung sekitar 30 menit sampai dengan

beberapa jam dan dapat hilang dengan spontan. Meski serangan asma jarang

yang fatal tetapi sering terjadi reaksi kontinou yang lebih berat, yang di sebut

asmatikus. Kondisi ini yang dapat mengancap hidup. Serangan asmatik dapat

terjadi secara periodik setelah pemajanan terhadap alergen, seperti obat-obat

tertentu, latihan fisik yang berlebih dan kegairahan emosional (Andra & Yessi,

2013).

a. Tanda-tanda asma

1) Perubahan dalam pola pernapasan

2) Bersin-bersin

3) Perubahan suasana hari (moodines)

4) Batuk

5) Gatal-gatal pada tenggorokan

6) Sulit tidur

7) Turunnya toleransi tubuh terhadap aktivitas olahraga

b. Gejala asma

1) Napas berat

2) Mengi

3) Napas pendek dan tersengal-sengal

4) Sesak dada
- Pemeriksaan Penunjang Dan Terapi Medis

Pemeriksaan Penunjang :

a. Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum ditemukan :

1) Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinofil.

2) Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder

sel-sel cabang-cabang bronkus

3) Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

4) Terdapatnya neutrofil eosinofil

b. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,

sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat

komplikasi asma

1) Gas analisa darah

2) Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat

peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis

yang buruk

3) Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi

4) Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi

5) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada

waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari

serangan.
6) Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai

alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma

atopik.

c. Foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada

serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa

rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta

diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan

yang terjadi adalah:

1) Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah

2) Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran

yang bertambah.

3) Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat

pada paru.

4) Pemeriksaan faal paru

5) Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan

tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien

menunjukkan penurunan tekanan sistolik.

6) Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada

seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering

terjadi pada asma yang berat.


d. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat

dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru,

yakni:

1) Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan

dan rotasi searah jarum jam

2) Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB

3) Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan

VES atau terjadinya relatif ST depresi.

Terapi Medis

Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non

farmakologik dan pengobatan farmakologik.

a. Pengobatan non farmakologik

1) Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien

tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari

faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan

berkonsoltasi pada tim kesehatan.

2) Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma

yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan


mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup

bagi klien.

3) Fisioterapi

Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran

mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan

fibrasi dada.

b. Pengobatan farmakologik

1) Agonis beta

Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan

jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang

termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).

2) Metil Xantin

Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini

diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang

memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali

sehari.

3) Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang

baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol

( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap

hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping

maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin

Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-

anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

5) Ketotifen

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.

Keuntunganya dapat diberikan secara oral.

6) Iprutropioum bromide (Atroven)

Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol

dan bersifat bronkodilator.

c. Pengobatan selama serangan status asthmatikus

1) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam

2) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

3) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit

dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20

mg/kg bb/24 jam.

4) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

5) Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

6) Antibiotik spektrum luas.


KONSEP DASAR KEPERAWATAN
No Diagnosa Luaran Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi utama :
Definisi : Inspirasi atau ekspirasi selama 1x8 jam maka pola napas meningkat 1. Manajemen jalan nafas
yang tidak memberikan ventilasi dengan kriteria hasil : Observasi :
secara adekuat  Ventilasi semenit 5 - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
No Dx.0005  Kapasitas vital 5 nafas)
Kategori : Fisiologis  Diameter thoraks anterior-posterior Terapeutik :
Sub Kategori : Respirasi 5 - Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-
MAYOR :  Tekanan ekspirasi 5 tilt dan chin-lift(jaw-thurst jika curiga trauma
Subjektif  Tekanan inspirasi 5 servikal)
 Dispnea  Dispnea 5 Edukasi :
Objectif - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
 Penggunaan otot bantu napas 5
 Penggunaann otot bantu kontradiksi
 Pemanjangan fase ekspirasi 5
pernafasan Kolaborasi :
 Ortopnea 5
 Fase ekspirasi memanjang - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
 Pernapasan pursed-lip 5
 Pola nafas abnormal (mis. mukolitik jika perlu
 Pernapasan cuping hidung 5
Takipnea, hiperventilasi, 2. Pemantauan respirasi
 Frekuensi napas 5
kussmaul, cheyne-stokes)  kedalaman napas 5 Observasi :
MINOR :  Ekskursi dada 5 - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
Subjektif nafas
 Ortophnea Terapeutik :
Objektif - Atur interval respirasi sesuai kondisi pasien
 Pernafasan pursed-lip Edukasi :
 Pernafasan cuping hidung - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Diameter thoraks anterior- Intervensi tambahan :
posterior meningkat 1. Dukungan emosional
 Ventilasi semenit menurun 2. Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Kapasitas vital menurun 3. Dukungan ventilasi
 Tekanan ekspirasi menurun 4. Edukasi pengukuran respirasi
 Tekana inspirasi menurun 5. Manajemen energy
 Ekskursi dada berubah 6. Manajemen jalan nafas buatan
7. Manajemen medikasi
8. Pemberian obat inhalasi
9. Pencegahan aspirasi
10. Pengaturan posisi
11. Perawatan selang dada
12. Manajemen ventilasi mekanik
13. Pemantaun neurologis
14. Pemberian analgesic
15. Pemberian obat
16. Reduksi ansietas
17. Stabilisasi jalan nafas
18. Terapi relaksasi otot progresif
19. Dukungan berhenti merokok
20. Dukungan ventilasi
21. Edukasi berhenti merokok
22. Edukasi fisioterapi dada
23. Fisioterapi dada
24. Manajemen ventilasi mekanik
25. Pencegahan aspirasi
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi Utama :
Definisi : Kelebihan atau kekurangan selama 1x8 jam maka pertukaran gas 1. Pemantauan respirasi
oksigenasi dan eliminasi meningkat dengan kriteria hasil : Observasi :
karbondioksida pada membrane Tingkat kesadaran - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
alveolus kapiler nafas
No Dx.0003  Dispnea 5 Terapeutik :
Kategori : Fisiologis  Bunyi napas tambahan 5 - Atur interval respirasi sesuai kondisi pasien
Sub Kategori : Respirasi  Pusing 5 Edukasi :
MAYOR :  Prnglihatan kabur 5 - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Subjektif  Diaforesis 5 Intervensi tambahan :
 Dispnea  Gelisah 5 1. Dukungan berhenti merokok
Objectif 2. Dukungan ventilasi
 Napas cuping hidung 5
 PCO2 meningkat atau 3. Edukasi berhenti merokok
menurun 4. Edukasi fisioterapi dada
 PO2 menurun 5. Fisioterapi dada
 Takikardia 6. Insersi jalan nafas buatan
 pH arteri meningkat atau 7. Manajemen ventilasi mekanik
menurun 8. Pencegahan aspirasi
 Bunyi nafas tambahan 9. Pemberian obat
10. Manajemen asam-basa
MINOR : 11. Manajemen asam-basa: alkalosis respiratorik
Subjektif 12. Manajemen asam-basa: asidosis repiratorik
 Pusing 13. Manajemen energy
 Penglihatan kabur 14. Manajemen jalan nafas
Objektif 15. Manajemen jalan nafas buatan
 Sianosis 16. Pemberian obat oral
 Diaforesis 17. Pengaturan posisi
 Gelisah 18. Pengambilan sampel darah arteri
 Nafas cuping hidung 19. Perawatan emboli paru
 Pola nafas abnormal (cepat 20. Perawatan selang dada
atau lambat, reguler atau 21. Reduksi ansietas
ireguler, dalam atau
dangkal)
 Warna kulit abnormal (mis.
Pucat kebiruan)
 Kesadaran menurun
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi utama :
Definisi : Ketidakmampuan selama 1x8 jam maka ketidakefektifan 1. Latihan Batuk Efektif

membersihkan sekret atau obstruksi bersihan jalan napas meningkat dengan Observasi :

jalan nafas untuk mempertahankan kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan batuk

jalan nafas  Batuk efektif 5 - Monitor adanya retensi sputum


- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
No Dx.0001  Produksi sputum 5
- Monitor input dan ouput cairan
Kategori : Fisiologis  Mengi 5
Terapeutik :
Sub Kategori : Respirasi  Wheezing 5
MAYOR : - Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Mekonium 5
Subjektif - Buang sekret pada tempat sputum
 Dispnea 5
 Edukasi :
 Ortopnea 5
Objectif - Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Sulit bicara 5
 Batuk tidak efektif Kolaborasi :
 Sianosis 5
 Tidak mampu batuk - Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
 Gelisah 5
 Sputum berlebihan jika perlu.
 Frekuensi napas 5
 Mengi, weezing, dan/atau 2. Manajemen Jalan Nafas
 Pola napas 5 Observasi :
bronkhi kering
 Mekonium jalan nafas - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha

(neonatus) nafas)
MINOR : - Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
Subjektif mengi, wheezing, ronkhi kering)
 Dispnea Terapeutik :
 Sulit bicara - Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-
 Ortophnea tilt dan chin-lift(jaw-thurst jika curiga trauma
Objektif servikal)
 Gelisah - Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Sianosis Edukasi :
 Bunyi nafas menurun - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
 Frekuensi nafas berubah kontradiksi
 Pola nafas berubah - Anjurkan teknik battuk efektif
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik jika perlu
3. Pemantauan Respirasi
Observasi :
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
nafas
Terapeutik :
- Atur interval respirasi sesuai kondisi pasien
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Intervensi tambahan :
1. Dukungan kepatuhan program pengobatan
2. Edukasi fisioterapi dada
3. Edukasi pengukuran respirasi
4. Fisioterapi dada
5. Manajemen asma
Observasi :
- Monitor polfrekuensi dan kedalaman nafas
- Monitor tanda dan gejala hipoksia
- Meonitor bunyi nafas tambahan
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik :
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan oksigen 6 – 15 L via sungkup untuk
mempertahankan SpO2
Edukasi :
- Anjurkan bernafas lambat dan dalam
- Ajarkan mengidentifikasi dan menghindari
pemicu
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator sesuai
indikasi
6. Manajemen alergi
7. Manajemen anafilaksis
8. Manajemen isolasi
9. Manajemen ventilasi mekanik
10. Manajemen jalan nafas buatan
11. Pemberian obat inhalasi
12. Pemberian obat nasal
13. Pencegahan aspirasi
14. Pengaturan posisi
15. Penghisapan jalan nafas
16. Penyapihan ventilasi mekanik
17. Perawatan trakheostomi
18. Stabilisasi jalan nafas
19. Terapi oksigen

4. Intoleran Aktivitas Setelah dilakukan intervensi selama 1x8 jam Intervensi Utama:
Definisi : Ketidakcukupan energy maka intoleran aktivitas meningkat dengan 1. Management Energy
Observasi
untuk melakukan aktivitas sehari-hari kriteria hasil :
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
No Dx.0056  Frekuensi nadi 5
mengakibatkan kelelahan
Kategori : Fisiologis  Saturasi oksigen 5
 Kemudahan dalam melakukan - Monitor pola dan jam tidur
Sub Kategori : Aktivitas atau istirahat
aktivitas sehari - hari 5 - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
MAYOR :  Keluhan lelah 5
melakukan aktifitas
Subjektif  Dispnea saat aktivitas 5
Terapeutik
 Mengeluh lelah  Dispnea setelah aktivitas 5
 Perasaan lemah 5 - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Objektif
 Aritmia saat aktivitas 5 - Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
 Frekuensi jantung meningkat  Sianosis 5 - Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
>20% dari kondisi istrahat  Frekuensi nafas 5
berpindah atau berjalan
MINOR :
Edukasi
Subjektif
- Anjurkan tirah baring
 Dispnea saat/setelah aktivitas
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
 Merasa tidak nyaman setelah
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
beraktivitas
 Merasa lemah kelelahan
Objektif Kolaborasi
 Tekanan darah berubah >20% - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
dari kondisi istrahat
Intervensi pendukung :
 Gambaran EKG 1. Dukungan ambulasi
menunjukkan aritmia 2. Dukungan kepatuhan program pengobatan
saat/setelah aktivitas 3. Dukungan meditasi
 Gambaran EKG 4. Dukungan pemeliharaan rumah
menunjukkan iskemia 5. Dukungan perawatan diri
 Sianosis 6. Dukungan spiritual
Kondisi klinis terkait 7. Edukasi latihan fisik
 Anemia 8. Edukasi tehnik ambulasi
 Gagal jantung kongesif 9. Edukasi pengukuran nadi radialis
 Penyakit jantung koroner 10. Management aritmia
11. Management lingkungan
12. Management medikasi
13. Management nutrisi
14. Management program latihan
15. Pemantau TTV
16. Pemberian obat
17. Pemberian obat inhalasi
18. Pemberian obat oral
19. Penentuan tujuan bersama
20. Promosi berat badan
21. Promosi dukungan keluarga
22. Promosi latihan fisik
23. Rahabilitas jantung
24. Terapi aktivitas
25. Terapi oksigen
26. Terapi relaksasi otot progresif

Anda mungkin juga menyukai