Anda di halaman 1dari 23

KASUS KANKER NASOFARING

Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Askep Pernafasam II


Dosen Pengampu : Syamsidar, S.Kep, Ns, M.Kes

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

Abdul Razak Dungga


Yonas Mangare
Irpan mopangga
Moh. Fajri H. Takuloe
Ade Irma Laiya
Tica Maabu
Dewi Sayedi
Siti Roslina Laibu
Dita Muliaty A. Manoppo
Sartika Ndeki

DIV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
2019
KASUS KANKER FARING
Seorang laki-laki berusia 45 tahun, dirawat di ruang onkologi Rumah Sakit Sentosa dengan
keluhan nyeri hebat disekitar hidung disertai perdarahan berulang dari hidung. Hasil
pengkajian didapatkan pasien sulit menelan sejak 4 bulan terakhir. BB SMRS 52 Kg, BB
Sekarang 45 Kg dengan tinggi badan 155 cm..
Setahun SMRS, Pasien mulai merasakan adanya sumbatan didaerah hidung sebelah kanan
yang membuat Pasien sulit bernafas sehingga kadang bernafas lewat mulut. Gejala memberat
dua pekan terakhir. Selain didaerah hidung, Pasien sering merasakan nyeri didaerah telinga,
rasa penuh dan sering berdengung. Pasien melaporkan kadangkadang merasakan nyeri kepala
hebat hingga vertigo.Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan Pasien biasanya minum obat
pereda nyeri yang dibeli dari warung. TD: 138/100 mmHg; RR 30x/menit.
Hasil pemeriksaan terdapat pembesaran Kelenjar Betah Bening Leher hingga ke fossa
supraclavicula. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 8,9gr/dl, Leukosit 12,3x10^3/μL,
Eritrosit 2,83x106/μL. Hasil pemeriksaan patologi Anatomi dari biopsi nasofaring terdapat
karsinoma sel skuamosa. CT Scan : massa dan erosi pada dasar otak. Dokter mendiagnosa
Pasien mengalami Kanker Nasofaring stadim III dan direkomendasikan menjalani
kemoterapi.
Pasien bekerja sebagai buruh pabrik, memiliki satu orang istri dan 4 orang anak. Istri pasien
bekerja sebagai buruh cuci. 3 orang anak pasien masih duduk di bangku sekolah. Sejak
mengalami sakit, pasien tidak mampu lagi bekerja dengan maksimal.
Tugas
1. Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan dan lakukan pengelompokan
data berdasarkan subkategori diagnosis keperawatan
2. Lakukan penegakan diagnosis keperawatan pada kasus tersebut dan urutkan sesuai
prioritas
3. Susun rencana keperawatan meliputi diagnosis, luaran dan intervensi keperawatan
Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan dan lakukan pengelompokan data
berdasarkan subkategori diagnosis keperawatan

\
Kategori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

Ds :
- Pasien mengatakan, setahun SMRS pasien mulai
merasakan adanya sumbatan didaerah hidung sebelah
kanan.
- Pasien mengatakan sulit bernafas sehingga kadang
Respirasi bernafas lewat mulut.
- Pasien mengeluh nyeri hebat disekitar hidung
-
Do :
- Pasien mengalami pendarahan berulang dari hidung
- RR : 30x/menit
- Hasil pemeriksaan patologi anatomi dari biopsi
nasofaring terdapat karsinoma sel skaumosa
- Pasien nampak batuk tidak berlendir
- Pasien nampak tidak mampu batuk secara efektif
- Terdengar suara nafas abnormal, berupa ronkhi kering

Fisiologis Ds :
-
Sirkulasi Do :
- Hb : 8,9 gr/dl
- Leukosit : 12,3 × 103 /µL
- Eritrosit 2,83 × 106 /µL
- TD : 138/100 mmHg
- CT Scan : massa dan erosi pada dasar otak

Ds :
Nutrisi dan - Pasien mengalami kesulitan menelan sejak 4 bulan
Cairan terakhir
- Pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan
sejak 6 bulan terakhir
- Pasien mengatakan, biasanya makan 3 suap, sudah
merasakan kenyang.
Do :
- BB SMRS 52 Kg
BB sekarang 45 Kg dengan tinggi badan 155 cm
Berat badan pasien menurun 10% dibawah rentang ideal
- Otot menguyah pasien lemah
- Otot menelan pasien lemah
- Membran mukosa pasien nampak pucat
Eliminasi

Aktivitas dan
Istirahat

Ds :
- Pasien mengalami kesulitan menelan sejak 4 bulan
Neurosensori terakhir .
Do :
- Pasien mengalami batuk sebelum makan
- Pasien kadang batuk setelah makan ataupun minum
- Pasien sering tersedak ketika makan

Reproduksi dan
Seksualitas

Ds :
- Pasien mengeluh nyeri hebat disekitar hidung
- Selain didaerah hidung, pasien juga mengatakan sering
merasakan nyeri didaerah telinga.
- Pasien melaporkan kadang - kadang merasakan nyeri
Nyeri dan kepala hebat hingga vertigo.
Kenyamanan - Pasien mengatakan merasa tertekan dengan penyakit
Psikologis kanker nasofaring stadium III yang dideritanya.
Do :
- Pasien tampak meringis
- Pasien terlihat gelisah
- Pasien sudah tidak mampu menuntaskan aktivitas karena
kanker yang dideritanya.
- TD : 138/100 mmHg
- Hasil pemeriksaan terdapat pembesaran kelenjar getah
bening leher hingga ke fossa supraclavicula.
- Hasil pemeriksaan patologi anatomi dari biopsi
nasofaring terdapat karsinoma sel skaumosa.
- CT Scan : massa dan erosi pada dasar otak.

Integritas Ego Ds :
- Pasien merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
penyakit yang dideritanya.
- Pasien mengatakan sulit untuk berkosentrasi
- Pasien merasa bingung tentang kondisi yang
dihadapinya.
Do :
- Pasien terlihat gelisah
- Pasien nampak sering merasakan tegang ketika dokter
akan memeriksanya.
- TD : 138/100 mmHg

Pertumbuhan
dan
Perkembangan
Perilaku
Kebersihan Diri

Penyuluhan dan
Pembelajaran
Relasional Interaksi Sosial
Ds :
- Pasien mengatakan, merasa tidak puas karena tidak bisa
menjalankan peran sebagai kepala rumah tangga secara
maksimal.
- Pasien merasa harapannya tidak akan terpenuhi karena
penyakit yang dideritanya.
- Pasien merasa bersalah kepada istrinya yang harus
menanggung beban ekonomi keluarga.
Do :
- Sejak mengalami sakit, pasien tidak mampu lagi bekerja
dengan maksimal
- Adptasi pasien terhadap penyakit yang dideritanya tidak
adekuat
- Strategi koping tidak efektif.

Lingkungan Keamanan dan


Proteksi
Lakukan analisis data untuk menegakkan diagnosis keperawatan

Data Subjektif dan Objektif Analisis Data* Masalah keperawatan

Ds : Nyeri kronis
- Pasien mengeluh nyeri  Pekerjaan, infeksi,makanan,
hebat disekitar hidung genetik ,ekonomi
- Selain didaerah hidung,  Virus Ebstein Barr (EBV)
pasien juga mengatakan
sering merasakan nyeri
didaerah telinga. Terinfeksi pada sel di nasofaring
- Pasien melaporkan
kadang - kadang
merasakan nyeri kepala Pembelahan sel abnormal tidak
hebat hingga vertigo. terkontrol
- Pasien mengatakan
merasa tertekan dengan Diferensiasi dan pol ferasi
penyakit kanker protein laten (EBNA-1)
nasofaring stadium III
yang dideritanya.
Do : Pertumbuhan sel kanker pada
- Pasien tampak meringis nasofaring
- Pasien terlihat gelisah
- Pasien sudah tidak
mampu menuntaskan Metastase sel – sel kanker ke
aktivitas karena kanker kelenjar getah bening melalui
aliran limfe
yang dideritanya.
- TD : 138/100 mmHg
- Hasil pemeriksaan Pertumbuhan dan perkembangan
terdapat pembesaran sel – sel kanker
kelenjar getah bening
leher hingga ke fossa
supraclavicula. Pembesaran kelenjar limfa
- Hasil pemeriksaan
patologi anatomi dari
biopsi nasofaring Penekanan jaringan saraf oleh
terdapat karsinoma sel sel-sel kanker
skaumosa.
- CT Scan : massa dan Nyeri kronis
erosi pada dasar otak.

Ds : Bersihan Jalan Nafas Tidak


- Pasien mengatakan,  Pekerjaan, infeksi,makanan, Efektif
setahun SMRS pasien genetik ,ekonomi
mulai merasakan adanya  Virus Ebstein Barr (EBV)
sumbatan didaerah
hidung sebelah kanan.
- Pasien mengatakn sulit Terinfeksi pada sel di nasofaring
bernafas sehingga
kadang bernafas lewat
mulut. Pembelahan sel abnormal tidak
- Pasien mengeluh nyeri terkontrol
hebat disekitar hidung
Do : Diferensiasi dan pol ferasi
- Pasien mengalami protein laten (EBNA-1)
pendarahan berulang dari
hidung
- RR : 30x/menit Pertumbuhan sel kanker pada
- Hasil pemeriksaan nasofaring
patologi anatomi dari
biopsi nasofaring
terdapat karsinoma sel Terjadinya pendarahan
skaumosa
- Pasien nampak batuk Hidung tersumbat
tidak berlendir
- Pasien nampak tidak
mampu batuk secara Kesulitan bernafas
efektif
- Terdengar suara nafas
abnormal, berupa ronkhi Bersihan Jalan Nafas Tidak
kering Efektif

Ds : Defisit Nutrisi
- Pasien mengalami  Pekerjaan, infeksi,makanan,
kesulitan menelan sejak genetik ,ekonomi
4 bulan terakhir  Virus Ebstein Barr (EBV)
- Pasien mengatakan
mengalami penurunan
nafsu makan sejak 6 Terinfeksi pada sel di nasofaring
bulan terakhir
- Pasien mengatakan,
biasanya makan 3 suap, Pembelahan sel abnormal tidak
sudah merasakan terkontrol
kenyang.
Do : Diferensiasi dan pol ferasi
- BB SMRS 52 Kg protein laten (EBNA-1)
BB sekarang 45 Kg
dengan tinggi badan 155
cm Pertumbuhan sel kanker pada
Berat badan pasien nasofaring
menurun 10% dibawah
rentang ideal
- Otot menguyah pasien Metastase sel – sel kanker ke
kelenjar getah bening melalui
lemah
aliran limfe
- Otot menelan pasien
lemah
- Membran mukosa pasien
nampak pucat Pertumbuhan dan perkembangan
sel – sel kanker

Pembesaran kelenjar limfa

Penekanan jaringan saraf oleh


sel-sel kanker

Kesulitan menelan

Defisit nutrisi

Ds : Resiko Perfusi Serebral


-  Pekerjaan, infeksi,makanan, Tidak Efektif
Do : genetik ,ekonomi
- Hb : 8,9 gr/dl  Virus Ebstein Barr (EBV)
- Leukosit : 12,3 × 103 /µL
- Eritrosit 2,83 × 106 /µL
- TD : 138/100 mmHg Terinfeksi pada sel di nasofaring
- CT Scan : massa dan
erosi pada dasar otak
Pembelahan sel abnormal tidak
terkontrol

Diferensiasi dan pol ferasi


protein laten (EBNA-1)

Pertumbuhan sel kanker pada


nasofaring

Metastase sel – sel kanker ke


kelenjar getah bening melalui
aliran limfe

Pertumbuhan dan perkembangan


sel – sel kanker

Pembesaran kelenjar limfa

Menembus kelenjar dan


mengenai otak dibawahnya
Terdapat massa dan erosi pada
dasar otak

Eritrosit 

Perfusi Jaringan Serebral Tidak


Efektif

Ds : Penampilan Peran Tidak


- Pasien mengatakan,  Pekerjaan, infeksi,makanan, Efektif
merasa tidak puas genetik ,ekonomi
karena tidak bisa  Virus Ebstein Barr (EBV)
menjalankan peran
sebagai kepala rumah
tangga secara maksimal. Terinfeksi pada sel di nasofaring
- Pasien merasa
harapannya tidak akan
Pembelahan sel abnormal tidak
terpenuhi karena terkontrol
penyakit yang
dideritanya.
- Pasien merasa bersalah Diferensiasi dan pol ferasi
kepada istrinya yang protein laten (EBNA-1)
harus menanggung
beban ekonomi
keluarga. Pertumbuhan sel kanker pada
Do : nasofaring
- Sejak mengalami sakit,
pasien tidak mampu lagi
Metastase sel – sel kanker ke
bekerja dengan kelenjar getah bening melalui
maksimal aliran limfe
- Adptasi pasien terhadap
penyakit yang
dideritanya tidak Pertumbuhan dan perkembangan
adekuat sel – sel kanker
- Strategi koping tidak
efektif.
Pembesaran kelenjar limfa

Perubahan presepsi sensori

Pola perilaku berubah

Penampilan Peran Tidak Efektif


Ds :  Pekerjaan, infeksi,makanan, Ansietas
- Pasien merasa khawatir genetik ,ekonomi
dengan akibat dari  Virus Ebstein Barr (EBV)
kondisi penyakit yang
dideritanya.
- Pasien mengatakan sulit Terinfeksi pada sel di nasofaring
untuk berkosentrasi
- Pasien merasa bingung
tentang kondisi yang Pembelahan sel abnormal tidak
terkontrol
dihadapinya.
Do :
- Pasien terlihat gelisah Diferensiasi dan pol ferasi
- Pasien nampak sering protein laten (EBNA-1)
merasakan tegang ketika
dokter akan
memeriksanya. Pertumbuhan sel kanker pada
- TD : 138/100 mmHg nasofaring

Metastase sel – sel kanker ke


kelenjar getah bening melalui
aliran limfe

Pertumbuhan dan perkembangan


sel – sel kanker

Pembesaran kelenjar limfa

Perubahan presepsi sensori

Cemas dengan kondisi

Ansietas

Keterangan:
*) Untuk keperluan pembelajaran, analisis data dibuat alur secara skematis yang menggambarkan mekanisme
dari etiologi/faktor risiko, proses patofisiologi hingga munculnya masalah keperawatan
Susun rencana keperawatan meliputi diagnosis, luaran dan intervensi keperawatan

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No* Diagnosis Keperawatan** Luaran Keperawatan*** Intervensi Keperawatan****

1. Nyeri Kronis b.d massa tumor dan Setelah dilakukan intervensi keperawatan
Intervensi utama :
progresivitas selama 1x8 jam maka tingkat nyeri 1. Manajemen nyeri
Definisi : Pengalaman sensorik atau menurun dengan kriteria hasil : Observasi :
emosional yang berkaitan dengan - Identifikasi lokasi, karakteritik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
kerusakan jaringan actual atau  Kemampuan menuntaskan aktivitas
- Identifikasi respons nyeri non verbal
fungsional dengan onset mendadak atau 5 - Identifikasi faktor yang memperberat
lambat dan berintensitas ringan hingga  Keluhan nyeri 5 dan memperingan nyeri.
berat yang berlangsung lebih dari 3  Meringis 5 - Identifikasi pengetahuan dan
bulan  Sikap protektif 5 keyakinan tentang neyri.
No Dx.0078 - Monitor efek samping penggunaan
 Kesulitan tidur 5
Kategori : Psikologi analgetik.
 Diaforesis 5 Terapeutik :
Sub Kategori : Nyeri dan Kemanyanan
 Perasaan takut mengalami cedera - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
MAYOR : mengurangi rasa nyeri
berulang 5
Subjektif - Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
 Anoreksia 5
 Mengeluh nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
 Frekuensi nadi 5 nyeri
 Merasa depresi (tertekan)
Objectif  Tekanan darah 5 Edukasi :
 Tampak meringis  Proses berpikir 5 - Jelaskan penyebab, periode, dan
 Fokus 5 pemicu nyeri.
 Tidak mampu menuntaskan
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
aktivitas  Nafsu makan 5
- Anjurkan menggunakan analgetik
MINOR : secara tepat
Subjektif - Anjrkan teknik nonfarmakologis untuk
 Merasa takut mengalami mengurangi nyeri.
cedera berulang. Kolaborasi :
Objektif - Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
 Bersikap protektif
Intervensi tambahan :
 Waspada
1. Aromaterapi
 Pola tidur berubah
2. Dukungan Hipnosis Diri
 Anoreksia
3. Dukungan Pengungkapan Kebutuhan
 Fokus menyempit
4. Edukasi Efek Samping Obat
 Berfokus pada diri sendiri
5. Edukasi Kemoterapi
6. Edukasi Kesehatan
7. Edukasi Manajemen Nyeri
8. Edukasi Teknik Nafas
9. Konsultasi
10. Manajemen Kenyamanan Lingkungan
11. Manajemen Mood
12. Manajemen Stress
13. Pemantauan Nyeri
14. Pemberian Analgesik

Keterangan:
*) Nomor menggambarkan urutan prioritas diagnosis keperawatan
**) Penulisan Diagnosis Keperawatan sesuai dengan SDKI. Dituliskan dengan format PES (aktual) atau PE (risiko)
***) Penulisan Luaran Keperawatan sesuai dengan SLKI. Dituliskan memenuhi prinsip SMART (Spesific, Measurable, Attainable, Realistic, Timely)
****) Penulisan Intervesi Keperawatan sesuai dengan SIKI. Dituliskan dengan 4 tipe tindakan (observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi)
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No* Diagnosis Keperawatan** Luaran Keperawatan*** Intervensi Keperawatan****

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi utama :
obstruksi jalan nafas akibat sekresi selama 1x8 jam maka ketidakefektifan 1. Latihan batuk efektif
yang tertahan. bersihan jalan napas meningkat dengan Observasi :
Definisi : Ketidakmampuan kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan batuk
membersihkan sekret atau obstruksi  Batuk efektif 5 - Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran napas
jalan nafas untuk mempertahankan jalan  Produksi sputum 5 Terapeutik :
nafas  Mengi 5 - Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
No Dx.0001  Wheezing 5 Edukasi :
Kategori : Fisiologis  Mekonium 5 - Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
Sub Kategori : Respirasi efektif
 Dispnea 5
MAYOR : Kolaborasi :
 Ortopnea 5 - Kolaborasi pemberian mukolitik atau
Subjektif
 Sulit bicara 5 ekspektoran jika perlu.

 Gelisah 5 2. Manajemen jalan nafas
Objectif
 Frekuensi napas 5 Observasi :
 Batuk tidak efektif - Monitor pola nafas (frekuensi,
 Tidak mampu batuk  Pola napas 5
kedalaman, usaha nafas)
 Sputum berlebihan - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
 Mengi, weezing, dan/atau Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
bronkhi kering kering)
MINOR : Terapeutik :
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
Subjektif
dengan head-tilt dan chin-lift(jaw-
 Dispnea thurst jika curiga trauma servikal)
 Sulit bicara - Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Ortophnea Edukasi :
Objektif - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
 Gelisah jika tidak kontradiksi
 Sianosis - Anjurkan teknik battuk efektif
Kolaborasi :
 Bunyi nafas menurun
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
 Frekuensi nafas berubah ekspektoran, mukolitik jika perlu
 Pola nafas berubah Intervensi tambahan :
1. Dukungan kepatuhan program pengobatan
2. Edukasi pengukuran respirasi
3. Pencegahan aspirasi
4. Pengaturan posisi
5. Penghisapan jalan nafas
6. Stabilisasi jalan nafas

Keterangan:
*) Nomor menggambarkan urutan prioritas diagnosis keperawatan
**) Penulisan Diagnosis Keperawatan sesuai dengan SDKI. Dituliskan dengan format PES (aktual) atau PE (risiko)
***) Penulisan Luaran Keperawatan sesuai dengan SLKI. Dituliskan memenuhi prinsip SMART (Spesific, Measurable, Attainable, Realistic, Timely)
****) Penulisan Intervesi Keperawatan sesuai dengan SIKI. Dituliskan dengan 4 tipe tindakan (observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi)
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No* Diagnosis Keperawatan** Luaran Keperawatan*** Intervensi Keperawatan****

3. Defisit nutrisi b.d asupan nutrisi yang Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama :
tidak adelkuat dan kesulitan menelan keperawatan selama 1x8 jam maka 1. Manajemen nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup status nutris membaik dengan kriteria Observasi :
untuk memenuhi kebutuhan hasil : - Identifikasi status nutrisi
metabolisme - Identifikasi makanan yang disukan
- Identifikasi kebutuhan kalori dan junis
No Dx.0019  Porsi makan yang dihabiskan 5
nutrien
Kategori : Fisiologis  Kekuatan otot pengunyah 5 - Monitor asupan makanan
Sub Kategori : Nutrisi dan Cairan  Kekuatan otot menelan 5 - Monitor berat badan
MAYOR :  Verbalisasi keinginan untuk Terapeutik :
Subjektif meningkatkan nutrisi 5 - Sajikan makanan secara menarik dan
Objectif suhu yang sesuai
 Pengetahuan tentang standar
 Berat bedan menurun, minimal - Berikan makanan tinggi kalori dan
asupan nutrisi yang tepat 5 tinggi protein
10% dibawah rentang ideal  Sikap terhadap - Berikan suplemen makanan, jika
MINOR : makanan/minuman sesuai perlu
Subjektif dengan tujuan kesehatan. 5 Edukasi :
 Cepat kenyang setelah makan - Anjurkan diet yang diprogramkan
 Perasaan cepat kenyang 5
 Keram atau nyeri abdomen Kolaborasi :
 Berat badan 5 - Kolaborasi pemberian medikasi
 Nafsu makan menurun
 Indeks masa tubuh 5 sebelum makan, jika perlu.
Objektif
 Frekuensi makan 5 - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Otot pengunyah lemah
 Nafsu makan 5 menentukan jumlah kalori dan jenis
 Otot menelan lemah nutrient yang dibutuhkan , jika perlu.
 Membran mukosa pucat 2. Promosi berat badan
Observasi :
- Identifikasi kemungkinan penyebab
BB kurang
- Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari – hari.
- Monitor berat badan.
Terapeutik :
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
dengan kondisi pasien
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan suplemen, jika perlu,
Edukasi :
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namu tetap terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan.
Intervensi tambahan :
1. Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan
2. Edukasi Kemoterapi
3. Konseling Nutrisi
4. Konsultasi
5. Manajemen Kemoterapi
6. Pemantauan Cairan
7. Pemantauan Nutrisi
8. Manajemen Cairan
9. Manajemen Energy
10. Manajemen Gangguan Makan
11. Pemantaun Tanda Vital
12. Pemberian Makanan
13. Pemberian Makanan Enternal
14. Pemberian Makanan Parenteral
15. Pemberian Obat Intravena
16. Terapi Menelan

Keterangan:
*) Nomor menggambarkan urutan prioritas diagnosis keperawatan
**) Penulisan Diagnosis Keperawatan sesuai dengan SDKI. Dituliskan dengan format PES (aktual) atau PE (risiko)
***) Penulisan Luaran Keperawatan sesuai dengan SLKI. Dituliskan memenuhi prinsip SMART (Spesific, Measurable, Attainable, Realistic, Timely)
****) Penulisan Intervesi Keperawatan sesuai dengan SIKI. Dituliskan dengan 4 tipe tindakan (observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi)
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No* Diagnosis Keperawatan** Luaran Keperawatan*** Intervensi Keperawatan****

4. Resiko perfusi serebral tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama :
b.d pertumbuhan massa dan erosi keperawatan selama 1x8 jam maka 1. Manajemen Peningkatan Tekanan
pada masa otak perfusi serebral meningkat dengan Intrakranial
Definisi : Beresiko mengalami kriteria hasil : Observasi :
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
penurunan sirkulasi darah ke otak
(mis. Tekanan darah meningkat,
No Dx.0017  Tingkat kesadaran 5 tekanan nadi melebar, pola naffa
Kategori : Fisiologis  Kognitif 5 irreguler, kesadaran menurun)
Sub Kategori : Sirkulasi  Tekanan intrakranial 5 Terapeutik :
 Sakit kepala 5 - Berikan posisi semi fowler
- Cegah terjadinya kejang
 Gelisah 5
Kolaborasi :
 Kecemasan 5 - Kolaborasu pemberian sedasi, jika
 Nilai rata – rata tekanan darah 5 perlu
 Kesadar 5 Intervensi Tambahan :
 Refleks saraf 5 1. Edukasi program pengobatan
2. Edukasi prosedur tindakan
3. Pemantauan tanda vital
4. Pencegahan pendarahan
5. Perwatan sirkulasi

Keterangan:
*) Nomor menggambarkan urutan prioritas diagnosis keperawatan
**) Penulisan Diagnosis Keperawatan sesuai dengan SDKI. Dituliskan dengan format PES (aktual) atau PE (risiko)
***) Penulisan Luaran Keperawatan sesuai dengan SLKI. Dituliskan memenuhi prinsip SMART (Spesific, Measurable, Attainable, Realistic, Timely)
****) Penulisan Intervesi Keperawatan sesuai dengan SIKI. Dituliskan dengan 4 tipe tindakan (observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi)
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No* Diagnosis Keperawatan** Luaran Keperawatan*** Intervensi Keperawatan****

5. Penampilan peran tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama :
kondisi kronis keperawatan selama 1x8 jam maka 1. Dukungan Penampilan Peran
Definisi : Pola perilaku yang berubah penampilan peran membaik dengan Observasi :
atau tidak sesuai dengan harapan, kriteria hasil : - Identifikasi berbagai peran dan
periode transisi sesuai tingkat
norma, dan lingkungan.
perkembangan
No Dx.0125  Verbalisasi harapan terpenuhi 5 - Identifikasi peran yang ada dalam
Kategori : Relasionaal  Verbalisasi kepuasan peran 5 keluarga
Sub Kategori : Interaksi Sosial  Verbalisasi harapan terpenuhi - Identifikasi adanya peran yang tidak
MAYOR :  Adaptasi peran terpenuhi.
Subjektif Terapeutik :
 Strategi koping yang efektif 5
 Merasa bingung menjalankan - Fasilitasi adaptasi peran keluarga
 Dukungan sosial 5 terhadap perubahan peran yang tidak
peran
 Tanggung jawab peran 5 diinginkan
 Merasa harapan tidak terpenuhi Edukasi :
 Verbalisasi perasaan bingung
 Merasa tidak puas dalam - Diskusikan perubahan peran yang
menjalankan peran 5
menjalankan peran diperlukan akibat penyakit atau
 Konflik peran 5 ketidakmampuan.
Objectif
 Konflik peran - Diskusikan strategi positif untuk
 Adaptasi tidak adekuat mengelola perubaan peran
Kolaborasi :
 Strategi koping tidak efektif
- Rujuk dalam kelompok untuk
MINOR : mempelajari pasien baru.
Subjektif Intervensi Tambahan :
 Merasa cemas 1. Dukungan Kelompok
Objektif 2. Konseling
 Depresi 3. Manajemen Mood
 Dukungan sosial kurang 4. Mediasi Konflik
 Kurang bertanggung jawab 5. Promosi Citra Tubuh
menjalankan peran. 6. Promosi Harapan
7. Promosi Harga Diri
8. Promosi Kepercayaan Diri
9. Promosi Koping

Keterangan:
*) Nomor menggambarkan urutan prioritas diagnosis keperawatan
**) Penulisan Diagnosis Keperawatan sesuai dengan SDKI. Dituliskan dengan format PES (aktual) atau PE (risiko)
***) Penulisan Luaran Keperawatan sesuai dengan SLKI. Dituliskan memenuhi prinsip SMART (Spesific, Measurable, Attainable, Realistic, Timely)
****) Penulisan Intervesi Keperawatan sesuai dengan SIKI. Dituliskan dengan 4 tipe tindakan (observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi)
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No* Diagnosis Keperawatan** Luaran Keperawatan*** Intervensi Keperawatan****

6. Ansietas b.d kondisi kronis Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama :


Definisi : Pola perilaku yang berubah keperawatan selama 1x8 jam maka 1. Reduksi Ansietas
atau tidak sesuai dengan harapan, tingkat ansietas menurun dengan Observasi :
norma, dan lingkungan. kriteria hasil : - Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
No Dx.0080
- Monitor tanda – tanda ansietas (verbal
Kategori : Psikologis  Verbalisasi kebingungan 5 dan nonverbal
Sub Kategori : Integritas Ego  Verbalisasi khawati akibat Terapeutik :
MAYOR : kondisi yang dihadapi 5 - Ciptakan suasana terapeutik untuk
Subjektif  Perilaku gelisah 5 menumbuhkan kepercayaan
 Merasa bingung - Temani pasien untuk mengurangi
 Perilaku tegang 5
 Merasa khawatir dengan akibat kecemasan, jika memungkinkan
 Frekuensi pernafasan 5 - Pahami situasi yang membuat ansietas
dari kondisi yang dihadapi  Frekuensi nadi 4 - Dengarkan dengan penuh perhatian.
 Sulit berkonsentrasi - Gunakan pendekatan yang tenang dan
 Tekanan darah 5
Objectif meyakinkan.
 Konsetrasi 5
 Tampak gelisah Edukasi :
 Tampak tegang - Informasikan secara faktual
MINOR : mengenani diagnosis, pengobatan, dan
Subjektif prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
 Mengeluh pusing
bersama pasien, jika perlu
 Anoreksia - Latih kegiatan pengalihan untuk
 Merasa tidak berdaya mengurangi ketegangan
Objektif - Latih teknik relaksasi
 Frekuensi napas meningkat Kolaborasi :
 Frekuensi nadi meningkat - Kolaborasi pemberian obat
 Tekanan darah menikat antiansietas, jika perlu.
 Kontak mata buruk 2. Terapi Relaksasi
Observasi :
- Identifikasi teknik teralksasi yang
pernah efektif digunakan
- Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
- Monitor respon terhadap terapi
relaksasi.
Terapeutik :
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi.
- Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama.
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat, dan batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia (mis.
Musik, meditasi, napasa dalam,
relaksasi otot progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih.
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering menulangi atau
melatih teknik yang dipilih.
Intervensi Tambahan :
1. Dukungan Emosi
2. Dukungan Hipnosis Diri
3. Dukungan Kelompok
4. Dukungan Keyakinan
5. Dukungan Pelaksanaan Ibadah
6. Dukungan Pengungkapan Kebutuhan
7. Konseling
8. Teknik Distraksi
9. Terapi Hipnosis
10. Terapi Musik

Keterangan:
*) Nomor menggambarkan urutan prioritas diagnosis keperawatan
**) Penulisan Diagnosis Keperawatan sesuai dengan SDKI. Dituliskan dengan format PES (aktual) atau PE (risiko)
***) Penulisan Luaran Keperawatan sesuai dengan SLKI. Dituliskan memenuhi prinsip SMART (Spesific, Measurable, Attainable, Realistic, Timely)
****) Penulisan Intervesi Keperawatan sesuai dengan SIKI. Dituliskan dengan 4 tipe tindakan (observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi)

Anda mungkin juga menyukai