Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOTERAPI OBAT ASMA

( Anastasia Anna )

1.1 Asma
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne :
2001).
Asma bronkial adalah penyakit yang ditandai dengan bronkokonstriksi akut yang
menyebabkan pernapasan yang singkat, batuk, sesak napas, mengi dan pernapasan yang
cepat (Mary J.Mycek, 2001). Gejala akut ini dapat sembuh dengan spontan atau lebih
sering memerlukan terapi.
Dari keempat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa asma adalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas
Obstruksi saluran napas pada asma disebabkan oleh konstriksi bronkus karena otot
polos bronkus, inflamasi dinding bronkus, dan peningkatan sekresi mukus. Serangan
asma dapat berhubungan dengan paparan paling akhir dengan alergen, menghirup zat
iritan yang menyebabkan hiperaktivitas bronkial dan peradangan pada mukosa saluran
napas. Gejala gejala asma dapat diobati secara efektif dengan beberapa obat, tetapi tidak
ada satupun dari obat yang yang dapat menyembuhkan penyakit obstruksi saluran napas
ini.
Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Pembengkakan membran bronkus.
1

3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

Patofisiologi

Lingkungan

Polutan

Substansi
alergik

Obat-obatan

Makanan

Aspirin
NSAID
(ibuprofen)

eksternal

internal

kelembaban

emosi

asap

Partikel bulu
hewan

Perubahan
tekanan udara

sterss

Polusi udara
(mobil,industri)

Tanaman,pohon
bunga-bungaan

Perubahan
temperatur

Parfum

kerja

Peningkatan substansi vasoaktif(histamin,bradikinin,anafilatoksin)


kontraksi otot-otot
polos
permeabilitas kapiler
corticosteroid
Bronkho spasme

kontraksi otot-otot
polos
oedema mukosa
hipersekresi
2

Sekresi mukus

Produksi mukus

Batuk
Obstruksi sal.
Napas
wheezing

Dahak

mukoliti
k

Tidak
berdahak

ekspektora
n

Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita
bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma
1) Tingkat I :
a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
2) Tingkat II :
a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya
tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3) Tingkat III :
a) Tanpa keluhan.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4) Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5) Tingkat V :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.
Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan,
sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi
Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronkhiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :


a. Pengobatan dengan obat-obatan, Seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi
nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian

agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan


perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien
sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

1.2 Farmakologi untuk Asma


Terdapat golongan obat-obat dalam pengobatan asma yaitu :
a
b

Obat-obat untuk bronkodilator seperti golongan beta agonis adrenergik, xantin, dan
antikolinergik
Obat-obat antiinflamasi seperti golongan kortikosteroid, kromolin, nedokromil, dan
golongan antimikroba

Bronkhodilator
Obat-obat ini bereaksi cepat karena beraksi pada otot saluran pernapasan,
mengendurkan dan melebarkannya. Obat ini disebut bronkodilator, dapat berupa beta
agonis seperti ventolin (pemicu aktivitas simpatis) atau antikolinergik seperti atrovent
(pengurang aktivitas simpatis). Biasanya berbentuk inhaler, tetapi dapat juga berbentuk
sirup atau tablet. Obat-obatan yang memiliki masa kerja singkat bekerja cepat dan
mengurangi gejala selama tiga sampai enam jam. Obat ini di konsumsi melalui inhaler
dan harus sesuai dosis. Obat-obatan ini memiliki masa kerja panjang mengurangi gejala
untuk lebih dari 12 jam dan sering di konsumsi pada malam hari. Obat ini dapat dihirup
maupun di konsumsi dalam bentuk tablet dan tidak dianjurkan untuk anak-anak. Obatobat semacam ini bagi penderita asma sedang hingga parah, terutama jika gejalanya
membuat kita terjaga pada malam hari dan bagi penderita asma yang dipicu olahraga.
1. Simpatomimetik : Agonis alfa dan 2-adrenergik
otot polos pada bronkioli dikendalikan oleh susunan saraf simpatis.reseptor -2
berespon terhadap rangsangan adrenergic dengan mengendurkan otot,sehingga
ventilasi bertambah.
Substansi yang mula-mula dipakai yaitu adrenalin,isoprenalin,dan efedrin,bersifat
non-selektif dan bekerja pada berbagai bagian tubuh,juga mengakibatkan takikardi
dan palpitasi.
Obat-obat ini berupa tablet,sirup,suntikan dan aerosol. Keunggulan bentuk
aerosol : dosis kecil,dan langsung pada jaringan terkait,sehingga kemungkinan reaksi
obat yang merugikan sangat kecil,dan kerjanya lebih cepat, yang amat penting untuk
orang yang sedang mengalami sesak napas.
Lama kerja agens ini (kecuali Fenoterol) adalah 6-8 jam, sehingga perlu 3-4
dosis perhari. Fenoterol bekerja labih lama dan hanya perlu 2-3 dosis perhari.
5

Mekanisme kerja
Simpatomimetik meningkatkan siklik AMP, menyebabkan dilatasi bronkhiolus.
Pada akut bronkhospasme karena anapilaksis dari reaksi alergi ephinephrin
simpatomimetik non selektif (adrenalin) yang merupakan agonis alpha, beta 1 dan
beta2, diberikan secara subkutan untuk meningkatkan bronkho dilatasi dan
meningkatrkan tekanan darah. Epinephjrin diberikan dalam keadaan gawat darurat
untuk memulihkan sirkulasi dan meningkatkan kelancaran (terbukanya) saluran udara.
Untuk bronkhospasme yang berhubungan dengan asma menahun atau COPD,
agonis beta2 adrenergik selektif diberikan melalui aerosol atau tablet. Obat-obat ini
terutama bekerja pada reseptor beta2, karena itu efek sampingnya kurang berat
dibandingkan dengan epinephrin yang bekerja pada reseptor alfa, beta1 dan beta2.
Agen beta adrenergik pertama yang dipakai untuk bronkho spasme adalah
isoproterenol (isuprel) yang mulai diperkenalkan tahun 1941. Obat ini tidak
memiliki sifat agonis alfa, tetapi merupakan suatu agonis beta non selektif, karena
obast ini merangsang baik reseptor beta1 maupun beta2. Karena resepter beta1
terangsang, denyut jantung meningkat dan bisa terjadi takhikardi. Perangsangan beta2
meningkatkan bronkhodilator. Isoproterenol tidak bisa diberikan secara oral, karena
zat ini dimetabolisasi dalam saluran pencernaan. Bisa diberikan secara sublingual,
melalui inhalasi menggunakan inhaler atau nebulizer aerosol, atau intravena untuk
serangan asma berat, lama kerjanya pendek.
Agen beta adrenergik2 adalah meta proterenol (alupent, metaprel) yang pertama
kali dipasarkan pada tahun 1961, zat ini memiliki sedikit efek beta1 tetapi terutama
dipakai sebgai agen beta2, obat ini dapat diberikan secara oral atau melalui inhalasi
dengan inhaler atau nebulizer, Melalui stimulasi dari reseptor 2 di trachea dan
bronchi, yang berakibat
aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat
pengubahan adenosintoposfat (ATP) yang kaya akan energy, menjadi cyclic
adenosinomonofosfat (cAMP) dengan pembebasan energy yang digunakan untuk
proses-proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP dalam sel menghasilkan
beberapa efek melalui enzim fosfokinase, antara lain bronchodilatasi dan
penghambatan pelepasan mediator-mediator oleh mast cells.
Farmakokinetik
Diabsorpsi dengan baik dalam saluran gastrointestinal. Persentase ikatan
protein dan waktu paruhnya tidak diketahui. Dimetabolisasi oleh hati dan dikeluarkan
dalam air kemih.
Farmakodinamik
Metaprotenol membalikan keadaan bronkopasme dengan merelaksasikan otot
polos bronchial. Obat ini bekerja pada reseptor beta2 meningkatkan timbulnya
bronkodilatasi dan meningkatkan siklik AMP. Karena memiliki sedikit sifat beta1,zat
ini dapat juga menimbulkan tremor,kecemasan,jantung berdebar,dan meningkatkan
denyut jantung bila diberikan dalam dosis besar.Ada beberapa interaksi obat yang
6

perlu diperhatikan.Jika meteprotenol diminum dengan beta-adrenergik bloker,efeknya


berkurang.Agen-agen simpatometik lainnya meningkatkan efek obat ini.
Awitan kerja untuk oral dan inhalasi metapropenol adalah cepat dan lama
kerjanya pendek.Pemakaian yang berlebihan dari obat ini melalui inhalasi dapat
menimbulkan keadaan toleransi dan bronkokontriksi paadoks.
Obat-obatan beta adrenergic untuk asma yang terbaru adalah lebih selektif
terhadap resftor beta2..Dosis tinggi atau pemakaian yang berlebihan dari agen beta2adrenergik untuk asma bisa menimbulkan respon seperti Beta1 seperti kecemasan
,tremor dan peningkatan denyut jantung.Agonis Beta2 yang ideal adalah yang
memiliki awitan kerja yang cepat,lama kerjanya yang panjang,dan sedikit efek
sampingnya.Albuterol (Proventil,Ventolin) adalah obat beta2 selektif yang efektif
untuk mengobati dan mengontrol asma dengan menimbulkan bronkhodilatasi.
Efek samping
Beta1-adrenergik (Epinefrin)
Efek samping dan reaksi yang merugikan dari epinefrin mencangkup
tremor,hipertensi,takikardi,jantung berdebar,disaritmia,dan angina. Klien harus
diawasi (pantau) dengan berhati-hati bila diberi epinefrin.
Beta2-adrenergik
Efek samping yang berkaitan dengan obat beta2adrenergik mencangkup
tremor,sakit kepala,kecemasan,meningkatkan denyut jantung,berdebar (dosis
tinggi),dan sedikit menurunkan tekanan darah. Agonis 2 dapat meningkatkan kadar
gula darah,penderita diabetes yang memakai obat beta 2 harus diajarkan untuk
memantau kadar gula darah serumnya secara cermat. Efek samping agonis beta 2
dapat hilang setelah satu minggu atau lebih. Efek bronkhodilatasinya dapat berkurang
bila dipakau terus-menerus.Bisa jadi terjadi toleransi terhadap obat ini,dosisnya
mungkin perlu ditingkatkan. Gagalnya berespons terhadap dosisnya efektif
sebelumnya bisa menunjukanperburukan asma,perlu dievaluasi ulang sebelum dosis
ditingkatkan.
TABEL SIMPATOMIMETIK: BRONKODILATOR ADRENERGIK
OBAT

DOSIS

PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN

Epinefrin (Adrenalin,
Primatene
Mist
Bronkaid Mist)

D: SK: 0,1-0,5 mg atau mL dari


lar 1:1000 Inhal:1-2 semprotan
dari 1:100

Untuk bronkokonstriksi akut. Obat adrenergik nonselektif


(alfa, beta1, beta2). Sering dipakai sebagai nebulizer.

Bronkodilator Adrenergik-Beta Oral dan Hidung


Isoproterenol

1-2 inhalasi

(Isuprel)

D: SL: 10-20 mg, setiap 6-8 jam

Untuk bronkokonstriksi. Nonselektif--betai dan beta2. Efek


beta, menyebabkan denyut jantung meningkat.

A: SL: 5-10 mg setiap 6-8 jam


Metaproterenol

1-2 inhalasi

Untuk bronkokonstriksi. Kebanyakan efek beta2 dan

D: PO: 20 mg, t.i.d. q.i.d.


(Alupent, Metaprel)

Isoetarin

sebagian betal. Mula kerja cepat (1-5 menit); masa kerja singkat
(4 jam).
1-2 inhalasi

Untuk bronkokonstriksi. Kebanyakan efek beta2 dengan efek


beta, yang ringan. Mula kerja cepat (1-6 menit); masa kerja
singkat (1- 3 jam).

Terbutaline

1-2 inhalasi

(Brethine Bricanyl)

D: PO: 2,5-5 mg, t.i.d.

Untuk bronkokonstriksi. Kebanyakan efek beta2 dengan efek


beta, yang ringan. Mula kerja lambat (5-30 menit; masa kerja
panjang (3-6 jam).

(Bronkosol)

D: SK: 0,25-0,5 mg
Albuterol (Proventil,

D: PO: 2-4 mg, t.i.d. atau q.i.d.;

Ventolin)

maksimum 8 mg, q.i.d.

Untuk bronkokonstriksi. Efek betaz. Mula kerja lambat (15


menit); masa kerja panjang (3-6 jam).

KUNC/: D: dewasa; A: anak-anak; PO: per oral; SK: subkutan; SL: sublingual;

2. Golongan Derivat metilsantin (xantin)


Golongan bronkodilatator derivat metilsantin (xantin) mencakup teofilin,
aminofilin, dan kolinteofilinat. Daya bronkhorelaksasinya dianggap berdasarkan
penghambatan enzim fosfodiesterase, hingga aktivasi cAMP terhambat dan kadar
dalam sel meningkat.
Cara kerja teofilin merelaksasikan otot polos bronkus, bronkiolus dan pembuluh
darah pulmoner dengan cara menghambat enzim fosfodiesterase, menyebabkan
peningkatan siklik AMP; yang menimbulkan bronkodilatasi. Teofilin memiliki indeks
terapeutik yang rendah dan kadar terapeutik yang sempit, yaitu dari 10 sampai 20
mikrogram/mL. Kadar teofilin dalam serum atau plasma harus dipantau dengan
berulang untuk menghindari efek samping yang berat. Toksisitas mungkin akan
timbul apabila kadarnya lebih besar dari 20 mikrogram/mL. Preparat teofilin tertentu
dapat diberikan dengan agen simpatomimetik (adrenergik), tetapi dosisnya perlu
disesuaikan.
OBAT

DOSIS

PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN

Aminofilin

D: IV: dosis pembebanan 6 mg/kg

IV untuk serangan asma akut. Untuk


pemakaian IV, obat harus diencerkan.
Preparat oralnya adalah tablet atau eliksir.
Lihat teks untuk efek sampingnya.

PO: 200-30Q.mg, setiap 6-8 jam

Teofilin (Theo Dur,

D: PO: 100-200 mg, setiap 6-12 jam,

Quibron,
Phyllin,

atau 1-3 mg/kg, setiap 8 jam, dosis


individual

Slo-

ELixophyllin)

A: PO: 50-100 mg, setiap 6-12 jam

Okstrifilin
(Choledyl)

D: PO: 200 mg, q.i.d. atau setiap 6


jam

Untuk asma. Obat tersedia dalam bentuk


tablet, tablet timed-release, cairan, eliksir,
suspensi, dan dalarn kombinasi dengan
obat-obat lain. Pantau kadar teofilin serum.
Lihat teks untuk efek sampingnya.
Untuk asma dan COPD.

A (6-12 th): 4 mg/kg, setiap 6 jam


Difilin
(Dyline,
Dilor Lufyllin)

D: P0: 200-800 mg, q.i.d.

Untuk asma dan COPD.

atau setiap 6 jam

KUNCI: D: dewasa, A: anak-anak; IV: intravena; PO: per oral.

Reaksi merugikan xantin oral adalah mual dan muntah,karenanya sebaiknya


diminum sesudah makan.Reaksi merugikan xantin intravena bila terlalu cepat
disuntukan
adalah
sakit
kepala,wajah
kemerahan,palpitasi,pusing,aritmia,takikardi,hipotensi,dan nyeri perikordial.
Farmakokinetik
Teofilin biasanya diabsorpsi dengan baik setelah diberikan secara oral,tetapi di
absorpsi dapat bervariasi sesuai dengan bentuk dosis.Teofilin juga diabsorpsi dengan
baik dalam bentuk cairan yang diminum dan tablet polos nyang tak diselaput
gula.Bentuk dosis yang dilepas perlahan-lahan akan diabsorpsi dengan lambat.
Makanan dan antasida dapat menurunkan tingkat absorpsi.Cairan dalam jumlah besar
dan makanan berprotein tinggi dapat meningkatkan absorpsi.Tingkat absorpsi juga
dapat dipengaruhi oleh ukuran dosis,dimana dosis besar diabsorpsi lebih
lambat.Teofilin dapat diberikan secara intravena.
Obat-obat teofilin dimetabolisme oleh enzim hati,dan 90% dari obat ini
dikeluarkan melalui ginjal.Merokok meningkatkan metabolisme teofilin,sehingga
mengurangi waktu paruhnya. Wakti paruhnya menjadi lebih pendek pada perokok dan
anak-anak.Dengan waktu paruh pendek,teofilin segera dikeluarkan oleh ginjal,dan
dosis obat mungkin perlu ditingkatkan untuk mempertahankan kadar terapeutik
dalam serum. Pada perokok atau orang tua, bayi premature, dan klien dengan penyakit
hati,rata-rata waktu paruh teofilin adalah 7 sampai 9 jam,dan dosis yang diperlukan
mungkin berkurang.Pada perokok dan anak-anak ,waktu paruhnya adalah 4 sampai 5
jam dan dosis yang diperlukan bisa meningkat.
Farmakodinamik
Teofilin meningkatkan kadar siklik AMP, menyebabkan terjadinya
bronkhodilatasi. Waktu rata-rata yang diperlukan sampai terjadi onset kerja untuk
teofilin oral adalah 30 menit, untuk kapsul yang pelepasannya dihambat adalah 1
sampai 2 jam. Lama kerja untuk bentuk yang pelepasannya dihambat adalah 8 sampai
24 jam, dan untuk teofilin oral dan intravena,kira-kira 6 jam.
Efek teofilin yang terpenting adalah :
1.

perangsang SSP yang kuat, lebih kuat dari kafein;

2.

merangsang pusat napas di medula oblongata;

3.

memperkuat kontraktilitas diafragma;

4.

mempunyai efek inotropik positif pada jantung;


9

5.

merelaksasi kuat otot polos bronkus yang menyebabkan meningkatriya

kapasitas vital; dimanfaatkan sebagai bronkodilator pada asma bronkial;


6.

meningkatkan ekskresi air dan elektrolit dengan efek mirip diuretik tiazid.

Efek samping dan reaksi merugikan


Efek samping dan reaksi merugikan mencangkup mual dan muntah,nyeri
lambung karena peningkatan sekresi asam lambung,perdarahan usus,disritmia
jantung,dan palpitasi (berdebar), hiperrefleks, dan kejang. Keracunan teofilin
kemungkinann besar akan terjadi apabila kadarnya dalam serum melampaui 20/mL.
Teofilin dapat menyebabkan hiperglikemia,menurunkan waktu pembekuan darah,
meningkatkan jumlah sel darah putih (lekositosis).
Interaksi obat
Beta bloker, simetidin, propanolol dan eritromisin menurunkan metabolisme hati
dan meningkatkan waktu paruh dan efek teofilin:,barbiturate dan karbamazepin
menurunkan efeknya. Pada masing-masing keadaan dosis teofilinharus disesuaikan,
Teofilin meningkatkan kerja digitalis,dan menurunkan kerja fenitoin (Dilantin) dan
litium.
3. Golongan antikolinergik
Salah satu cara mencegah reflex bronkokontriksi adalah memakai obat
antikolinergik (mirip atropine) seperti ipratropium ( Attrovent) yang dapat berupa
aeorosol.Yang termasuk golongan ini adalah oksifenonium,tiazinanium dan
ipratropium.
Didalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sisitem adrenergic dan
system kolinergik. Bila karena suatu sebab resptor-resptor 2-dari sitem adrenergic
terhambat,maka system kolinergik akan berkuasa dengan hasil penciutan
bronchi.Antikolinergika memblok reseptor muskarin dari sarf-saraf kolinergik diotot
polos bronchi,hingga aktivitas saraf-saraf adrenergic menjadi dominan dengan efek
bronhodilatasi.
Efek samping
Efek samping yang tak dikehendaki adalah sifat mengentalkan dahak dan
takikardi,yang tak jarang menghambat terapi. Terkenal pula efek-efek atropine seperti
mulut kering,obstipasi,sukar kencing dan penglihatan buram akibat gangguan
akomodasi. Penggunaan secara inhalasi banyak meringankan efek samping ini.
4. Terapi steroid

10

Ini adalah obat anti inflamasi, atau steroid yang mencegah saluran pernapasan
meradang. Obat ini dapat dihisap, diminum dalam bentuk tablet atau pada kasus yang
parah di suntikkan. Steroid inhalasi yang paling umum.
Kortikosteroid-steroid yang bekerja pendek- mencegah saluran pernapasan
meradang. Obat ini hanya bekerja jika teratur digunakan. Kortikosteroid dibentuk dari
hormon alami tubuh, kortisol, yang di hasilkan kelenjar adrenal. Steroid sangat efektif
pada asma untuk menghentikan inflamasi dan penimbunan lendir di paru-paru
sehingga mengurangi reaksi alergi.
Steroid aman karena hanya digunakan dalam jumlah sedikit dan dalam dosis yang
diresepkan dan langsung bereaksi di paru-paru. Untuk mengefektifkan, pencegah
harus digunakan secara teratur, dua kali sehari. Ini mungkin tampak menarik bagi para
penderita, tetapi steroid harus digunakan dengan tepat karena jika menggunakannnya
lebih dari dosis, atau diresepkan dosis berlebih selama waktu tertentu akan
menimbulkan efek samping.
Steroid dapat dihirup, di telan dalam bentuk tablet untuk meredakan serangan akut
atau menangani asma yang parah, atau disuntikkan untuk serangan akut yang parah.
Steroid inhalasi digunakan bersama inhaler (puffer), spacer, inhaler bubuk kering,
atau terkadang nebulizer. Obat yang paling sering digunakan adalah budesonida,
beklometason, dan flutikason.
Tidak seperti bronkodilator yang digunakan sebagai pereda, steroid inhalasi harus
digunakan setiap hari, bahkan jika kita merasa sehat. Obat ini akan mengurangi
inflamasi dari waktu ke waktu. Jika kita berhenti mengonsumsinya saat merasa sehat,
gejala akan muncul lagi. Sangat penting untuk mengurangi dosis saat asma membaik.
Pengaturan dosis minimum penting untuk mencegah gejala muncul lagi.
Ada beberapa efek samping serius dari dosis standar, tetapi kita mungkin merasa
serak dan terinfeksi candida, jamur seperti ragi di mulut yang menyebabkan batuk.
Salah satu tablet steroid yang paling sering digunakan di Australia dan Selandia Baru
adalah prednisolon. Di Afrika Selatan, prednison yang paling umum.
Tablet diresepkan saat inhaler tidak berfungsi lagi. Dokter mungkin menyarankan
untuk jangka waktu pendek (lebih dari satu atau dua minggu) jika kita menderita
serangan mendadak, atau di gunakan untuk jangka waktu panjang (lebih dari beberapa
bulan) untuk menangani asma.
5. Mukolitik
Mukolitik bekerja untuk mencairkan dan mengencerkan sekret mukosa yang kental
sehingga dapat dikeluarkan. Asetilsisteid atau mukomyst diberikan diberikan dengan
cara nebulisasi. Obat ini tidak boleh dicampur dengan obat-obat lain. Pengobatan
harus diberikan bersama-sama dengan bronkhodilator untuk klien dengan asma atau
penyakit saluran pernapasan hiperaktif. Efek sampingnya meliputi mual dan muntah,
stomatitis, dan hidung berair.
6. Ekspektoran
11

Ekspektoran melunakkan sekret bronkhus sehingga dapat dihilangkan dengan


batuk, obat ini dapat dipakai dengan atau tanpa agen farmakologi lain. Efek
sampingnya, mual, pusing dan rasa mengantuk. Hidrasi (banyak cairan, misalnya air
minum yang banyak) adalah ekspektoran terbaik.

PROSES KEPERAWATAN pada PEMBERIAN OBAT ASMA


3.1 GOLONGAN BETA ADRENERGIK
Beta adrenergik 1(Isoproterenol)
Pengkajian
Kaji tanda-tanda vital klien
Rasional : Isuprel merangsang reseptor beta1 dan deta2, dimana bila reseptor beta1
terangsang akan meningkatkan denyut jantung dan bisa terjadi takikardi.
1

Intervensi
Berikan obat isuproterenol secara sublingual dan inhaler
Rasional: lama kerja isuproterenol pendek , pemberian secara sublingual dan
inhaler mempercepat efek obat.
2 Observasi ketat tanda-tanda efek samping
Rasional ; pemberian obat golongan efineprin harus dipantau dengan ketat karena
menyebabkan reaksi efek samping seperti tremor, takikardi, jantung berdebar dan
angina.
3 Ajarkan pasien mengkonsumsi obat sesuai aturan
Rasional : penggunaan yang berlebihan dapat mengganggu lapisan halus saluran
pernapasan,jika tidak sesuai aturan maka serangan asma akan semakin parah.
4 Informasikan klien untuk tidak mengkonsumsi isuproterenol secara oral.
Rasional : Isuprel dimetabolisme di saluran pencernaan sehingga efeknya tidak
akan sampai pada saluran pernapasan yang menyempit dengan cepat, dan akan
terlambat untuk melegakan saluran napas.
Beta adrenergik 2
Metaproterenol (Alupent, Metaprel), Albuterol, Terbutalin, salbutamol.
Pengkajian

Kaji tingkat kecemasan


Rasional : Obat beta adrenergik2 mempunyai sedikit efek beta1 yang dapat
menyebabkan kecemasan.
Kaji denyut jantung dan tekanan darah klien
Rasional : Obat beta adrenergik2 mempunyai sedikit efek beta1 yang dapat
meningkatkan denyut jantung, jantung berdebar, hipertensi
Kaji apakah klien menderita penyakit DM

12

Rasional : Agonis beta-2 dapat meningkatkan gula darah sehingga dengan


pemantauan mencegah kadar gula serumnya meningkat.
Intervensi
1

Observasi tanda-tanda vital secara cermat


Rasional: Pemberian obat dihentikan bila terjadi efek samping dan reaksi yang
merugikan
Observasi kadar gula darah klien
Rasional : Agonis beta-2 dapat meningkatkan gula darah sehingga pada klien DM
perlu pemantauan gula darah secara cermat untuk mencegah kadar gula serumnya
meningkat.
3 Berikan dan anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi metaproterenol bersama
dengan beta-adrenergik bloker.
Rasional : Interaksi antara dengan beta-adrenergik bloker akam mengurangi efek
obat.
4 Informasikan dan anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi obat ini (inhalasi)
secara berlebihan
Rasional : Over dosis obat ini dapat menyebabkan brokokonstriksi paradoks.
5 Lakukan teknik relaksasi (latihan napas dalam) dan distraksi.
Rasional : obat beta2 megakibatkan kecemasan. Teknik relaksasi dapat
mengurangi kecemasan.
Rasional : Isuprel dimetabolisme di saluran pencernaan sehingga efeknya tidak
akan sampai pada saluran pernapasan yang menyempit.
GOLONGAN DERIVAT METHYLXANTINE (XANTIN)-TEOFILIN
Pengkajian
1. Kaji tanda-tanda vital klien (TD, HR)
Rasional : efek dari teofilin dapat menyebabkan hipotensi, sehingga bila tekanan
darah klien rendah tidak di berikan teofilin.
2. Kaji kadar leukosit dan glukosa klien
Rasional : Teofilin meningkatkan jumlah sel darah putih (leukositosis) dan
menyebabkan hiperglikemia.
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital klien secara cermat
Rasional: teofilin mengakibatkan efek samping dan reaksi yang merugikan,
pemantauan secara cermat dapat mengurangi efek samping dan mencegah
perparahan.
2. Anjurkan klien untuk tidak meminum Teofilin bersama dengan makanan atau
antasida.
Rasional : Makanan dan antasida dapat menurunkan tingkat absorbsi Teofilin.
3. Informasikan klien untuk tidak merokok.
Rasional : Metabolisme Teofilin akan meningkat dengan merokok sehingga
mengurangi waktu paruhnya.
13

4. Berikan Teofilin 2-3 jam setelah makan.


Rasional : Teofilin mengakibatkan mual dan muntah,
5. Anjurkan klien untuk tidak minum kopi, teh, dan minuman bersoda.
Rasional : Teofilin mengakibatkan peningkatan sekresi asam lambung. Pemberian
kopi, teh, dan minuman bersoda akan memperparah peningkatan asam lambung
sehingga terjadi nyeri lambung.
6. Anjurkan klien untuk tidur/istirahat setelah minum obat.
Rasional : Efek dari teofilin bisa mengakibatkan terjadi hipotensi sehingga klien
bissa sakit kepala, jadi lebih baik klien istirahat setelah minum obat ini.
7. Berikan Teofilin sesuai dosis yang tepat.
Rasional : penggunaan dosis tinggi bisa memicu peningkatan denyut jantung dan
bisa berakibat kematian
8. Lakukan teknik relaksasi (latihan napas dalam) dan distraksi.
Rasional : Teofilin megakibatkan kecemasan. Teknik relaksasi dapat mengurangi
kecemasan.

GOLONGAN ANTIKOLINERGIK (IPTATROPIUM BROMIDA/ATROPIN)


Pengkajian
1.
Pantau tanda-tanda vital
Rasional : pemakaian dosis tinggi pada golongan anti kolinergik dapat
menyebabkan takhikardi, dapat terlihat dari jumlah nadi yang meningkat dan
tekanan darah.
2.
Kaji bising usus
Rasional : obat antikolinergik dapat menyebabkan penurunan motilitas gastro
intestinal.
3.
Kaji jumlah cairan yang masuk dan keluar dari tubuh.
Rasional : antikolinergik dapat menyebabkan retensi urin.
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui adanya takhikardi, melalui pemeriksaan jumlah nadi
dan tekanan darah.
2. Kaji bising usus.
Rasional : mengetahui adanya konstipasi melalui jumlah bising usus.
3. Anjurkan klien makan makanan yang tinggi serat dan minum cairan cukup
banyak.
Rasional : mencegah terjadinya konstipasi.

14

DAFTAR PUSTAKA

Rowlands, Barbara. 2010. Jawaban-jawaban alternatif untuk asma dan alergi. PT Citra Aji
Parama: Yogyakarta
NANDA Internasional. 2005. NANDA : Nursing diagnose: Definitions and
Classification:2005-2006. Philadelphia: NANDA International.
Irman Somantri, 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan,
Edisi 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Ernst Mutschler,1999,Dinamika Obat: Buku Ajar Farmakologi dan Toksiologi, ITB
Bandung.
Kee and Heyes, 1996. Farmakologi, pendekatan proses Keperawatan, Alih bahasa : Peter
Anugerah, Jakarta EGC.
15

16

Anda mungkin juga menyukai