( Anastasia Anna )
1.1 Asma
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne :
2001).
Asma bronkial adalah penyakit yang ditandai dengan bronkokonstriksi akut yang
menyebabkan pernapasan yang singkat, batuk, sesak napas, mengi dan pernapasan yang
cepat (Mary J.Mycek, 2001). Gejala akut ini dapat sembuh dengan spontan atau lebih
sering memerlukan terapi.
Dari keempat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa asma adalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas
Obstruksi saluran napas pada asma disebabkan oleh konstriksi bronkus karena otot
polos bronkus, inflamasi dinding bronkus, dan peningkatan sekresi mukus. Serangan
asma dapat berhubungan dengan paparan paling akhir dengan alergen, menghirup zat
iritan yang menyebabkan hiperaktivitas bronkial dan peradangan pada mukosa saluran
napas. Gejala gejala asma dapat diobati secara efektif dengan beberapa obat, tetapi tidak
ada satupun dari obat yang yang dapat menyembuhkan penyakit obstruksi saluran napas
ini.
Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Pembengkakan membran bronkus.
1
Patofisiologi
Lingkungan
Polutan
Substansi
alergik
Obat-obatan
Makanan
Aspirin
NSAID
(ibuprofen)
eksternal
internal
kelembaban
emosi
asap
Partikel bulu
hewan
Perubahan
tekanan udara
sterss
Polusi udara
(mobil,industri)
Tanaman,pohon
bunga-bungaan
Perubahan
temperatur
Parfum
kerja
kontraksi otot-otot
polos
oedema mukosa
hipersekresi
2
Sekresi mukus
Produksi mukus
Batuk
Obstruksi sal.
Napas
wheezing
Dahak
mukoliti
k
Tidak
berdahak
ekspektora
n
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita
bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma
1) Tingkat I :
a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
2) Tingkat II :
a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya
tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3) Tingkat III :
a) Tanpa keluhan.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4) Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5) Tingkat V :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.
Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan,
sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi
Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronkhiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.
Obat-obat untuk bronkodilator seperti golongan beta agonis adrenergik, xantin, dan
antikolinergik
Obat-obat antiinflamasi seperti golongan kortikosteroid, kromolin, nedokromil, dan
golongan antimikroba
Bronkhodilator
Obat-obat ini bereaksi cepat karena beraksi pada otot saluran pernapasan,
mengendurkan dan melebarkannya. Obat ini disebut bronkodilator, dapat berupa beta
agonis seperti ventolin (pemicu aktivitas simpatis) atau antikolinergik seperti atrovent
(pengurang aktivitas simpatis). Biasanya berbentuk inhaler, tetapi dapat juga berbentuk
sirup atau tablet. Obat-obatan yang memiliki masa kerja singkat bekerja cepat dan
mengurangi gejala selama tiga sampai enam jam. Obat ini di konsumsi melalui inhaler
dan harus sesuai dosis. Obat-obatan ini memiliki masa kerja panjang mengurangi gejala
untuk lebih dari 12 jam dan sering di konsumsi pada malam hari. Obat ini dapat dihirup
maupun di konsumsi dalam bentuk tablet dan tidak dianjurkan untuk anak-anak. Obatobat semacam ini bagi penderita asma sedang hingga parah, terutama jika gejalanya
membuat kita terjaga pada malam hari dan bagi penderita asma yang dipicu olahraga.
1. Simpatomimetik : Agonis alfa dan 2-adrenergik
otot polos pada bronkioli dikendalikan oleh susunan saraf simpatis.reseptor -2
berespon terhadap rangsangan adrenergic dengan mengendurkan otot,sehingga
ventilasi bertambah.
Substansi yang mula-mula dipakai yaitu adrenalin,isoprenalin,dan efedrin,bersifat
non-selektif dan bekerja pada berbagai bagian tubuh,juga mengakibatkan takikardi
dan palpitasi.
Obat-obat ini berupa tablet,sirup,suntikan dan aerosol. Keunggulan bentuk
aerosol : dosis kecil,dan langsung pada jaringan terkait,sehingga kemungkinan reaksi
obat yang merugikan sangat kecil,dan kerjanya lebih cepat, yang amat penting untuk
orang yang sedang mengalami sesak napas.
Lama kerja agens ini (kecuali Fenoterol) adalah 6-8 jam, sehingga perlu 3-4
dosis perhari. Fenoterol bekerja labih lama dan hanya perlu 2-3 dosis perhari.
5
Mekanisme kerja
Simpatomimetik meningkatkan siklik AMP, menyebabkan dilatasi bronkhiolus.
Pada akut bronkhospasme karena anapilaksis dari reaksi alergi ephinephrin
simpatomimetik non selektif (adrenalin) yang merupakan agonis alpha, beta 1 dan
beta2, diberikan secara subkutan untuk meningkatkan bronkho dilatasi dan
meningkatrkan tekanan darah. Epinephjrin diberikan dalam keadaan gawat darurat
untuk memulihkan sirkulasi dan meningkatkan kelancaran (terbukanya) saluran udara.
Untuk bronkhospasme yang berhubungan dengan asma menahun atau COPD,
agonis beta2 adrenergik selektif diberikan melalui aerosol atau tablet. Obat-obat ini
terutama bekerja pada reseptor beta2, karena itu efek sampingnya kurang berat
dibandingkan dengan epinephrin yang bekerja pada reseptor alfa, beta1 dan beta2.
Agen beta adrenergik pertama yang dipakai untuk bronkho spasme adalah
isoproterenol (isuprel) yang mulai diperkenalkan tahun 1941. Obat ini tidak
memiliki sifat agonis alfa, tetapi merupakan suatu agonis beta non selektif, karena
obast ini merangsang baik reseptor beta1 maupun beta2. Karena resepter beta1
terangsang, denyut jantung meningkat dan bisa terjadi takhikardi. Perangsangan beta2
meningkatkan bronkhodilator. Isoproterenol tidak bisa diberikan secara oral, karena
zat ini dimetabolisasi dalam saluran pencernaan. Bisa diberikan secara sublingual,
melalui inhalasi menggunakan inhaler atau nebulizer aerosol, atau intravena untuk
serangan asma berat, lama kerjanya pendek.
Agen beta adrenergik2 adalah meta proterenol (alupent, metaprel) yang pertama
kali dipasarkan pada tahun 1961, zat ini memiliki sedikit efek beta1 tetapi terutama
dipakai sebgai agen beta2, obat ini dapat diberikan secara oral atau melalui inhalasi
dengan inhaler atau nebulizer, Melalui stimulasi dari reseptor 2 di trachea dan
bronchi, yang berakibat
aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat
pengubahan adenosintoposfat (ATP) yang kaya akan energy, menjadi cyclic
adenosinomonofosfat (cAMP) dengan pembebasan energy yang digunakan untuk
proses-proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP dalam sel menghasilkan
beberapa efek melalui enzim fosfokinase, antara lain bronchodilatasi dan
penghambatan pelepasan mediator-mediator oleh mast cells.
Farmakokinetik
Diabsorpsi dengan baik dalam saluran gastrointestinal. Persentase ikatan
protein dan waktu paruhnya tidak diketahui. Dimetabolisasi oleh hati dan dikeluarkan
dalam air kemih.
Farmakodinamik
Metaprotenol membalikan keadaan bronkopasme dengan merelaksasikan otot
polos bronchial. Obat ini bekerja pada reseptor beta2 meningkatkan timbulnya
bronkodilatasi dan meningkatkan siklik AMP. Karena memiliki sedikit sifat beta1,zat
ini dapat juga menimbulkan tremor,kecemasan,jantung berdebar,dan meningkatkan
denyut jantung bila diberikan dalam dosis besar.Ada beberapa interaksi obat yang
6
DOSIS
Epinefrin (Adrenalin,
Primatene
Mist
Bronkaid Mist)
1-2 inhalasi
(Isuprel)
1-2 inhalasi
Isoetarin
sebagian betal. Mula kerja cepat (1-5 menit); masa kerja singkat
(4 jam).
1-2 inhalasi
Terbutaline
1-2 inhalasi
(Brethine Bricanyl)
(Bronkosol)
D: SK: 0,25-0,5 mg
Albuterol (Proventil,
Ventolin)
KUNC/: D: dewasa; A: anak-anak; PO: per oral; SK: subkutan; SL: sublingual;
DOSIS
Aminofilin
Quibron,
Phyllin,
Slo-
ELixophyllin)
Okstrifilin
(Choledyl)
2.
3.
4.
5.
meningkatkan ekskresi air dan elektrolit dengan efek mirip diuretik tiazid.
10
Ini adalah obat anti inflamasi, atau steroid yang mencegah saluran pernapasan
meradang. Obat ini dapat dihisap, diminum dalam bentuk tablet atau pada kasus yang
parah di suntikkan. Steroid inhalasi yang paling umum.
Kortikosteroid-steroid yang bekerja pendek- mencegah saluran pernapasan
meradang. Obat ini hanya bekerja jika teratur digunakan. Kortikosteroid dibentuk dari
hormon alami tubuh, kortisol, yang di hasilkan kelenjar adrenal. Steroid sangat efektif
pada asma untuk menghentikan inflamasi dan penimbunan lendir di paru-paru
sehingga mengurangi reaksi alergi.
Steroid aman karena hanya digunakan dalam jumlah sedikit dan dalam dosis yang
diresepkan dan langsung bereaksi di paru-paru. Untuk mengefektifkan, pencegah
harus digunakan secara teratur, dua kali sehari. Ini mungkin tampak menarik bagi para
penderita, tetapi steroid harus digunakan dengan tepat karena jika menggunakannnya
lebih dari dosis, atau diresepkan dosis berlebih selama waktu tertentu akan
menimbulkan efek samping.
Steroid dapat dihirup, di telan dalam bentuk tablet untuk meredakan serangan akut
atau menangani asma yang parah, atau disuntikkan untuk serangan akut yang parah.
Steroid inhalasi digunakan bersama inhaler (puffer), spacer, inhaler bubuk kering,
atau terkadang nebulizer. Obat yang paling sering digunakan adalah budesonida,
beklometason, dan flutikason.
Tidak seperti bronkodilator yang digunakan sebagai pereda, steroid inhalasi harus
digunakan setiap hari, bahkan jika kita merasa sehat. Obat ini akan mengurangi
inflamasi dari waktu ke waktu. Jika kita berhenti mengonsumsinya saat merasa sehat,
gejala akan muncul lagi. Sangat penting untuk mengurangi dosis saat asma membaik.
Pengaturan dosis minimum penting untuk mencegah gejala muncul lagi.
Ada beberapa efek samping serius dari dosis standar, tetapi kita mungkin merasa
serak dan terinfeksi candida, jamur seperti ragi di mulut yang menyebabkan batuk.
Salah satu tablet steroid yang paling sering digunakan di Australia dan Selandia Baru
adalah prednisolon. Di Afrika Selatan, prednison yang paling umum.
Tablet diresepkan saat inhaler tidak berfungsi lagi. Dokter mungkin menyarankan
untuk jangka waktu pendek (lebih dari satu atau dua minggu) jika kita menderita
serangan mendadak, atau di gunakan untuk jangka waktu panjang (lebih dari beberapa
bulan) untuk menangani asma.
5. Mukolitik
Mukolitik bekerja untuk mencairkan dan mengencerkan sekret mukosa yang kental
sehingga dapat dikeluarkan. Asetilsisteid atau mukomyst diberikan diberikan dengan
cara nebulisasi. Obat ini tidak boleh dicampur dengan obat-obat lain. Pengobatan
harus diberikan bersama-sama dengan bronkhodilator untuk klien dengan asma atau
penyakit saluran pernapasan hiperaktif. Efek sampingnya meliputi mual dan muntah,
stomatitis, dan hidung berair.
6. Ekspektoran
11
Intervensi
Berikan obat isuproterenol secara sublingual dan inhaler
Rasional: lama kerja isuproterenol pendek , pemberian secara sublingual dan
inhaler mempercepat efek obat.
2 Observasi ketat tanda-tanda efek samping
Rasional ; pemberian obat golongan efineprin harus dipantau dengan ketat karena
menyebabkan reaksi efek samping seperti tremor, takikardi, jantung berdebar dan
angina.
3 Ajarkan pasien mengkonsumsi obat sesuai aturan
Rasional : penggunaan yang berlebihan dapat mengganggu lapisan halus saluran
pernapasan,jika tidak sesuai aturan maka serangan asma akan semakin parah.
4 Informasikan klien untuk tidak mengkonsumsi isuproterenol secara oral.
Rasional : Isuprel dimetabolisme di saluran pencernaan sehingga efeknya tidak
akan sampai pada saluran pernapasan yang menyempit dengan cepat, dan akan
terlambat untuk melegakan saluran napas.
Beta adrenergik 2
Metaproterenol (Alupent, Metaprel), Albuterol, Terbutalin, salbutamol.
Pengkajian
12
14
DAFTAR PUSTAKA
Rowlands, Barbara. 2010. Jawaban-jawaban alternatif untuk asma dan alergi. PT Citra Aji
Parama: Yogyakarta
NANDA Internasional. 2005. NANDA : Nursing diagnose: Definitions and
Classification:2005-2006. Philadelphia: NANDA International.
Irman Somantri, 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan,
Edisi 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Ernst Mutschler,1999,Dinamika Obat: Buku Ajar Farmakologi dan Toksiologi, ITB
Bandung.
Kee and Heyes, 1996. Farmakologi, pendekatan proses Keperawatan, Alih bahasa : Peter
Anugerah, Jakarta EGC.
15
16