Anda di halaman 1dari 12

Askep Teori pada pasien PPOK

Asuhan Keperawatan pada Klien PPOK

a. Pengkajian
1. Biodata
Penyakit PPOK (Asma bronkial) terjadi dapat menyerang seagala usia
tetapi lebih sering di jumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum
usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Predisposisi laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang
kemudian sama pada usia 30 tahun.
2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan sama bronkial
adalah dispnea (bias sampai berhari-hari atau berbulan-
bulan),batuk,dan mengi (pada beberapa kasus lebih banyak
paroksismal).
 Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi
timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwyat alergi dan
riwayat penyakit saluran napas bagian bawah ( rhinitis, urtikaria,
dan eksim).
 Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali di dapatkan adanya riwayat
penyaakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak di
temukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.

3. Pengkajian diagnostic COPD


 Chest X- Ray :dapat menunjukkan hyperinflation paru,
flattened diafragma, peningkatan ruangan udara retrosternal,
penurunan tanda vascular / bullae ( emfisema ), peningkatan
suara bronkovaskular ( bronchitis ), normal ditemukan saat
periode remisi ( asma ).
 Pemeriksaan fungsi paru : dilakukan untuk menentukan
penyebab dispnea, menentukan abnormalitas fungsi tersebut
apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat
disfungsi, dan mengevaluasi efek dari terapi, misalnya
bronkodilator.
 Total lung capacity (TLC ) : meningkat pada bronkitis berat
dan biasanya pada asma, namun menurun pada emfisema.
 Kapasitas inspirasi : menurun pada emfisema.
 FEV1/FVC : rasio tekanan volume ekspirasi ( FEV ) terhadap
tekanan kapasitas vital ( FVC ) menurun pada bronkitis dan
asma.
 Arterial blood gasses (ABGs) : menunjukan prose penyakit
kronis, sering kali PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau
meningkatkan ( bronkitis kronis dan emfisema ), terapi sering
kali menurun pada asma, Ph normal atau asidosis, alkalosis
respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi ( emfisema
sedang atau asma).
 Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronki saat
inspirasi, kolabs bronkial pada tekanan ekspirasi( emfisema ),
pembesaran kelenjar mucus( brokitis).
 Darah lengkap : terjadi peningkatan hemoglobin ( emfisema
berat) dan eosinophil (asma).
 Kimia darah : alpha 1-antitripsin kemungkinan kurang pada
emfisema perimer.
 Skutum kultur : untuk menentukan adanya infeksi dan
mengidentifikasi pathogen, sedangkan pemeriksaan sitologi
digunakan untuk menentukan penyakit keganasan/ elergi.
 Electrokardiogram (ECG) : diviasi aksis kanan, glombang P
tinggi ( asma berat), atrial disritmia ( bronkitis), gelombang P
pada leadsII, III, dan AVF panjang, tinggi( pada bronkitis dan
efisema) , dan aksis QRS vertical (emfisema).
 Exercise ECG , stress test :membantu dalam mengkaji tingkat
disfungsi pernafasan, mengevaluasi keektifan obat
bronkodilator, dan merencanakan/ evaluasi program.

4. Pemeriksaan fisik
 Objektif
a) Batuk produktif/nonproduktif
b) Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada
kedua fase respirasi semakin menonjol.
c) Dapat disertai batuk dengan sputum kental yang sulit di
keluarka.
d) Bernapas dengan menggunakan otot-otot napas tambahan.
e) Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus.
f) Fase ekspirasi memanjang diseratai wheezing( di apeks dan
hilus )
g) Penurunan berat badan secara bermakna.

 Subjektif
Klien merasa sukar bernapas,sesak dan anoreksia
 Psikososial
a) Cemas, takut, dan mudah tersinggung.
b) Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi
penyakitnnya
c) Data tambahan (medical terapi)
 Bronkodilator
Tidak digunakan bronkodilator oral, tetapi dipakai secara inhalasi
atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan
simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan Aminophilin seacara
parenteral, sebab mekanisme yang berlainan, demikian pula
sebaliknya, bila sebelmnya telah digunakan obat golongan Teofilin
oral, maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik
secara aerosol atau parenteral.
Obat obatan bronkodilator golongan simpatomimetik bentuk
selektif terhadap adrenoreseptor ( orsiprendlin, salbutamol,
terbutalin, ispenturin, fenoterol) mempunyai sifat lebih efektif dan
masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan
dengan bentuk non selektif (adrenalin, Efedrin, Isoprendlin)
a. Obat-obat bronkodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan
efek samping sistemiknya lebih kecil. Baik digunakan untuk
sesak napas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mula
deberikan dua sedotan dari Metered Aerosol Defire
(AfulpenMetered Aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat
diulang setiap empat jam, jika tidak ada perbaikan dalam 10-15
menit setelah pengobatan, maka berikan Aminophilin intravena
b. Obat-obat bronkodilator simpatomimetik memberi efek
samping takikardi, penggunaan parenteral pada orang tua harus
hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler,
dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan
epinefrin 1 : 1000 secara subkutan. Pada anak-anak 0,01 mg
/KgBB subkutan (1 mg per mil) dapat diulang setiap 30 menit
untuk 2-3 kali sesuai kebutuhan .
c. Pemberian Aminophilin secara intravena denagn dosis awal 5-6
mg/KgBB dewasa/ anak-anak, disuntikkan perlahan dalam 5-10
menit, untuk dosis penunjang dapat diberikan sebanyak 0-9
mg/kgBB/jam secara intravena. Efek sampingnya tekanan
darah menurun bila tidak dilakukan secara perlahan.

 Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan
perbaikan, maka bisa dilanjutkan deagan pengobatan
kortikosteroid, 200 mg hidrokortison secara oral atau dengan dosis
3-4 mg/KgBB intravena sebagai dosis permulaan dan dapat diulang
2-4 jam secara parental sampai serangan akut terkontrol,dengan
diikuti pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2
mg/KgBB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis
dikurangi secara bertahap
 Pemberian oksigen
Oksigen dialirkan melalui kanul hidung dengan kecepatan
2-4 liter/menit , menggunakan air (humidifier) untuk memberiakan
pelembapan. Obat eksfektoran seperti gliserolguaiakolat juga dapat
digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, oleh karena itu intake
cairan per oral infus harus cukup sesuai dengan prinsip.
 Beta Agonis
 Beta agonis ( β–adrenergic agents) merupakan pengobatan awal
yang digunakan dalam penatalaksanaan penyakit asma,
dikarenakan obat ini berekrja dengan cara mendilatsikan otot
polos ( vasedilator). Andrenerigic agent juga meningkatkan
pergerakan siliari , menurunkan mediator kimia anafilaksis, dan
dapat meningkatan efek bronkodilatasi dari kortikosteroid.
Andrenergic yang sering digunakan antara lain epinefrin,
albuterol, metaproterenol, isoproterenol, isoetarin, dan
terbutalin. Biasanya diberikan secara parenteral atau inhalasi.
Jalan inhalasi merupakan salah satu pilihan dikarenakan dapat
mempengaruhi secara langsung dan mempunyai efek samping
yang lebih kecil.

Intervensi dan rasional pada penyakit ini didasarkan pada


konsep Nursing Interventien Classification (NIC) dan Nursing
Outcome Classification (NOC).

Diagnosis Keperawatan Perencanaan


No. Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas Status respirasi: a. Manajemen jalan Adanya
perubahan
tidak efektif kepatenan jalan napas.
fungsi respirasi
berhubungan dengan nafas dengan skala b. Penurunan dan penggunaan
otot tambahan
 Bronkospasme. (1-5) setelah kecemasan
menandakan
 Peningkatan diberikan c. Aspiration kondisi penyakit
yang masih
produksi secret perawatan precautions.
harus
(secret yang selama…hari, d. Fisioterapi dada. mendapatkan
penanganan
bertahan, kental) dengan kriteria: e. Latih batuk
penuh.
 Menurunya  Tidak ada efektif
Ketidakmampua
energi/fatigue demam f. Terapi oksigen.
n mengeluarkan
 Tidak ada g. Pemberian posisi. mukus
menjadikan
Ditandai dengan: cemas h. Monitoring
timbulnya
 Klien mengeluh  RR normal respirasi. kongesti
berlebih pada
sulit bernafas.  Irama nafas i. Monitoring tanda
saluran
 Perubahan normal vital. pernapasan .
kedalaman/jumla  Pergerakan Posisi semi/
h napas, sputum keluar high fowler
memberikan
penggunaan otot dari jalan nafas kesempatan
bantu pernafasan.  Bebas dari paru-paru
berkembang
 Suara nafas suara nafas secara maksimal
abnormal seperti tambahan. akibat diafragma
turun ke bawah.
wheezing, ronchi, Batuk efektif
dan cracles. mempermudah
ekspektorasi
 Batuk mukus.
(presisten)dengan
Klien dalam
/tanpa produksi kondisi sesak
sputum. cenderung untuk
bernapas
melalui mulut
yang pada
akhirnya jika
tidak
ditindaklanjuti
akan
mengakibatkan
stomatis.
2. Gangguan pertukaran Status respirasi a. Manajemen asam
Kelemahan,
gas yang berhubungan pertukaran gas basa tubuh
iritable, bingung
dengan: dengan skala….(1- b. Manajemen jalan dan somnolen
dapat
 Kurangnya suplai 5) setelah diberikan napas
merefleksikan
oksigen (obstruksi perawatan c. Latihan batuk adanya
hipoksemia/pen
jalan napas oleh selama… hari efektif
urunan
secret, d. Tingkatkan oksigenasi
bronkospasme, air dengan kriteria : aktivitas serebral.
trapping);  Status e. Terapi oksigen
 Destruksi alveoli mental f. Monitoring Mencegah
kelelahan dan
Ditandai dengan dalam batas respirasi
mengurangi
 Dyspnea normal g. Monitoring tanda konsumsi
oksigen untuk
 Confusion,lemah;  Bernapas vital
memfasilitasi
 Tidak mampu dengan resolusi infeksi.

mengeluarkan mudah Pemberian


secret;  Tidak ada terapi oksigen
untuk
 Nilai ABGs sinosis memelihara
abnormal (hipoksia  Pao paco PaO2 di atas 60
mmHg, oksigen
dan hiperkapnea) dalam batas yang diberikan
normal sesuai dengan
 Perubahan tanda
toleransi dari
vital  Saturnasi O klien.
 Menurunya dalam
Untuk
toleransi terhadap rentang mengikuti
normal kemajuan proses
aktivitas
penyakit dan
memfasilitasi
perubahan
dalam terapi
oksigen.

3 Ketidakseimbangan Status nutrisi; a. Manajemen


Meningkatkan
nutrisi : intake cairan dan cairan
kenyamanan
Kurang dari kebutuhan makanan gas b. Monitoring flora normal
mulut, sehingga
tubuh yang berhubungan dengan skala......(1- cairan
akan
dengan : 5) setelah diberikan c. Status diet meningkatkan
perasaan nafsu
 Dispea, perawatan d. Manajemen
makan.
fatique selama…. Hari gangguan
Meningkatkan
 Efek dengan kriteria; makan
intake makanan
samping  Asupan e. Manajemen dan nutrisi klien
terutama kadar
pengobatan makanan nutrisi
protein tinggi
 Produksi adekuat f. Kolaborasi akan
meningkatkan
dengan skala.. dengan ahli
sputum (1-5) gizi untuk mekanisme
tubuh dalam
 Anoreksia,  Intake cairan memberikan
proses
nausea/vomit per oral terapi nutrisi penyembuhan.
ing. adekuat, g. Konseling
Menentukan
Ditandai dengan dengan skala nutrisi kebutuhan
nutrisi yang
 Penurunan …(1-5) h. Kontroling
tepat bagi klien.
berat badan  Intake cairan nutrisi Mengontrol
keefektifan
 Kehilangan adekuat dilakukan
tindakan
masa otot, dengan untuk terutama dengan
kadar protein
tonus otot skala… (1-5) memenuhi
darah.
jelek diet pasien.
Meningkatkan
 Dilaporkan Status nutrisi intake i. Terapi
komposisi tubuh
adanya nutrien gas dengan menelan akan kebutuhan
vitamin dan
perubahan skala … (1-5) j. Monitoring
nafsu makan
sensasi rasa setelah diberikan tanda vital klien.

 Tidak perawatan k. Bantuan

bernafsu untuk selama… untuk

makan, tidak  Intake kalori peningkatan

tertarik makan adekuat,denga BB


n skala.. (1-5) l. Manajemen

 Intake protein, berat badan

karbohidrat,
dan lemak
adekuat,
dengan skala
…(1-5)

Control berat badan


dengan skala … (1-
5) setelah diberikan
perawatan selama
… hari dengan
kriteria:
 Mampu
memelihara
intake kalori
secara optimal
(1-5)
(menunjukkan)
 Mampu
memelihara
keseimbangan
cairan (1-5)
(menunjukkan)

 Mampu
mengontrol
asupan makanan
secara adekuat
(1-5)
(menunjukkan)

No. Diagnosa Perencanaan


keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
4. Intoleransi aktifitas  Berpartisipasi  Kolaborasi Mengurangi stres dan
b.d dalam aktivitas dengan tenaga stimulasi yang
ketidakseimbagan fisik tanpa rehabilitasi berlebihan,
antara suplai dan disertai medik dalam meningkatkan
kebutuhan oksigen. peningkatan merencanaakan istirahat
darah, nadi dan program terapi
RR. yang tepat Klien mungkin
 Mampu  Bantu klien merasa nyaman
melakukan untuk dalam kepala dalam
aktivitas sehari- mengidentifikas keadaan evalasi, tidur
hari (ADLs) i aktivitas yang di kursi atau istiirahat
secara mandiri. mampu pada meja dengan
 Tanda-tanda dilakukan. bantuan bantal
vital normal.  Bantu utuk
 Energi memilih Meminimalkan
psikomotor. aktivitas yang kelelahn dan
 Level sesuai dengan menolong
kelemahan. kemampuan menyeimbangkan

 Mampu fisik, sosial dan suplai oksigen dan

berpindah: psikologi. kebutuhan.

dengan atau  Bantu utuk


menggunakan mengidetifikasi
alat. dan
 Status mendapatkan
kardiopulmoari sumber yang
adekuat. diperlukan

 Sirkulasi status untuk aktivitas

baik. yang diinginkan

 Status respirasi:  Bantu klien

pertukara gas da untuk

vetilasi adekuat. mendapatkan


alat bantuan
aktivitas seperti
kursi roda, krek
 Bantu untuk
mengidentifikas
i aktivitas yang
disukai
 Bantu klien
membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikas
i kekurangan
dalam
beraktivitas
 Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon
fisik,emosi,
sosial dan
spiritual.
5. Risiko tinggi  Tidak muncul  Monitor vital  Selama peride
penyebaran infeksi tanda tanda sign, terutama ini, potensial
yang b.d penyakit infeksi pada proses berkembang
kronis . sekunder. terapi. menjadi
 Klien dapat  Demonstrasikan komplikasi
mendemonstrasi teknik mencuci yang lebih
kan kegiatan yang benar. fatal( hipotens
untuk  Ubah posisi dan i / shock ).
menghindarkan berikan  Sangat efektif
infeksi. pulmonari toilet untuk
yang baik. mengurangi
 Batasi penyebaran
pengunjung atas infeksi .
indikasi.  Meningkatkan
 Lakukan isolasi ekspektorasi,
sesuai dengan membersihka
kebutuhan n dari infeksi.
individual.  Mengurangi
 Anjurkan untuk paparan
istirahat secara dengan
adekuat organisme
sebanding patogen lain.
dengan  Isolasi
aktifitas, mungkin
tingkatkan dapat
intake nutrisi mencegah
secara adekuat. penyebaran
atau
memproteksi
klien dari
proses infeksi
lainya.
 Memvasilitasi
proses
pengembuhan
dan
meningkatkan
pertahanan
tubuh alami.

Anda mungkin juga menyukai