Anda di halaman 1dari 16

ASMA BROCHIALE

A. DEFINISI
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.( Smeltzer, 2002 : 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)
Penyakit obstruksi jalan nafas atau lebih dikenal dengan penyakit paru obstruktif
menahun (PPOM) secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Obstruksi jalan nafas reversibel, terutama asma brochiale
b. Obtruksi jalan nafas non reversibel , penyakti obstruksi paru menahun ( brochitis
kronis dan emfisema )
Pengertian asma sendiri adalah sindrom obtruksi jalan nafas yang terjadi berulang yang
ditandai dengan adanya konstriksi otot polos, hipersekresi mukus dan inflamasi.

B. ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui, sehingga tidak ada pengobatan kausal
asma. Beberapa faktor pencetus yang diketahui saat ini :
a. faktor intrinsik antara lain perawatan sehari-hari.
b. Faktor ekstrinsik
1. Alergi debu rumah
2. Rumah antigen akibat dari reaksi antigen –antibody uarema
Dua faktor diatas merupakan faktor-faktor yang sering ditemui di masyarakat tetapi
sampai saat ini berbagai teori tentang mekanisme timbulnya asma bronchial sangat
heterogen dan terus berkembang, serta tidak selamanya dapat mencakup semua jenis
penderita asma.
Oleh karena itu dalam penanganan asma dan pemeliharaan penderita asma, penting sekali
untuk mengetahui faktor pencetus timbulnya asma pada masing-masing individu daripada
mencari penyebab yang belum pasti.

C. PATHWAY
Terlampir

D. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi
(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis
dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
a. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau
keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul
bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di
laboratorium.
b. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan.
Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
c. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan
tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit
tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
d. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan
keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin
banyak antara lain :
1). Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
2). Sianosis
3). Silent Chest
4). Gangguan kesadaran
5). Tampak lelah
6). Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi
apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal

E. KOMPLIKASI.
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal
nafas
2. Chronic persisten bronchitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah tepi ( sekret hidung )
b. Pemeriksaan IGE
c. Pemeriksaan rontgen thorak biasanya ujung depan kosta terangkat dan puncak dada
lebar. Pemeriksaan alergi tes untuk menentukan jenis alergen pencetus asma.
d. Pemeriksan uji faal paru dengan spirometri akan membantu menunjukkan adanya
obstruksi saluran pernafasan
e. Pada saat serangan asma kadang-kadang dilakukan tindakan pemeriksaan gas darah.

G. PENATALAKSANAAN
 Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma baik
cara pengobatannya maupun perjalanan penyakitnya sehingga penderita dapat ikut
bekerjasama dan mengerti tujuan pengobatan yang akan diberikan.
Untuk serangan asma akut dapat diberikan golongan obat adrenergik beta atau teofilin.
Untuk status asmatikus dimana dengan pengobatan agonis beta dan teofilin tidak
mengalami regrakter maka untuk mengembalikan fungsinya diperlukan kortikosteroid
dan tindakan lanjut selain memberikan oksigen ialah pemasangan infus.
Urutannya adalah sebagai berikut :
a. Oksigen 2-4 liter per menit
b. Infus cairan 2 – 3 liter / hari, penderita boleh minum
c. Aminophilin 5 – 6 mg / kg BB / IV, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 0,5 – 0,9
mg / kg BB / jam
d. Kortikostereoid : hidrokortison 4 mg / kg BB / IV atau deksametason 10 – 20 mg.
setelah tampak perbaikan kortikosteroid intravena dapat diganti dengan bentuk oral
e. Obat adrenergik beta, bila ada lebih disukai nebulizer diberikan tiap 4 – 6 jam
f. Antibiotik bila ada tanda-tanda infeksi
Sedangkan untuk asma kronis prinsip pengobatannya :
a. Mengenal, menyingkirkan dan atau menghindari faktor-faktor pencetus serangan
seperti alergi, iritan, infeksi, kegiatan jasmani, lingkungan kerja, obat-obatan,
perubahan cuaca yang ekstrim
b. Menggunakan obat-obatan
 Pada penyempitan saluran pernafasan timbul akibat-akibat sebagai berikut :
a. Gambaran aliran udara nafas merupakan gangguan ventilasi ( hipoventilasi )
b. Distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru
c. Gangguan difusi gas ditingkat alveoli
Ketiga hal ini akan menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia pada asma dan asidosis
pernafasan tahap yang sangat lanjut. Identifikasi obstruksi jalan nafas pada asma tidak
hanya beredar pada sesak nafas dan bunyi mengi (wheezing) saja tetapi sangat
dipengaruhi oleh :
a. Kecepatan terjadinya obstruksi, akut atau kronis
b. Tingkat berat ringan aktivitas seseorang
 Cara menentukan obstruksi jalan nafas adalah bila pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan:
a. Ekpirasi dan atau inspirasi memanjang
b. Rasio inspirasi / ekspirasi yang abnormal, lebih besar dari 1 : 3
c. Waktu ekspirasi paksa yang memanjang

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.
4. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus.
5. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.
9. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pemasangan infus.
10. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan
DAFTAR PUSTAKA

- Arif Mansjoer, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
- Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima Medika
- Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC Jakarta, 1996
- Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby-Year Book,
1996
- Judith M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention
and NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey, 2005
- Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan, EGC, 1998
- Marion Johnson, Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby-Year Book, 2000
- Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIALE

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
efektif berhubungan dengan 3 x 24 jam, pasien mampu : Airway Management
tachipnea, peningkatan  Respiratory status : Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
produksi mukus, kekentalan  Respiratory status : Airway patency thrust bila perlu
sekresi dan bronchospasme.  Aspiration Control,  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Dengan kriteria hasil :  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
 Mendemonstrasikan batuk nafas buatan
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak  Pasang mayo bila perlu
ada sianosis dan dyspneu (mampu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Menunjukkan jalan nafas yang
 Lakukan suction pada mayo
paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang  Berikan bronkodilator bila perlu
normal, tidak ada suara nafas abnormal)  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
 Mampu mengidentifikasikan  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
dan mencegah factor yang dapat keseimbangan.
menghambat jalan nafas  Monitor respirasi dan status O2

2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :


berhubungan dengan 3 x 24 jam, pasien mampu : Airway Management
perubahan membran kapiler –  Respiratory Status : Gas exchange  Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
alveolar  Respiratory Status : ventilation thrust bila perlu
 Vital Sign Status  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Dengan kriteria hasil :  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
 Mendemonstrasikan nafas buatan
peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang  Pasang mayo bila perlu
adekuat  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Memelihara kebersihan paru  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
paru dan bebas dari tanda tanda distress  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
pernafasan  Lakukan suction pada mayo
 Mendemonstrasikan batuk  Berika bronkodilator bial perlu
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak  Barikan pelembab udara
ada sianosis dan dyspneu (mampu  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
mengeluarkan sputum, mampu bernafas keseimbangan.
dengan mudah, tidak ada pursed lips)  Monitor respirasi dan status O2
 Tanda tanda vital dalam
rentang normal Respiratory Monitoring
 Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
 Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
 Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
 Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
 Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
berhubungan dengan batuk 3 x 24 jam, pasien mampu : Activity Therapy
persisten dan  Energy conservation  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
ketidakseimbangan antara  Activity tolerance dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
suplai oksigen dengan  Self Care : ADLs  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
kebutuhan tubuh. Dengan Kriteria Hasil : mampu dilakukan
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
tanpa disertai peningkatan tekanan dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
darah, nadi dan RR  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
 Mampu melakukan aktivitas sehari hari sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
(ADLs) secara mandiri diinginkan
 Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
4 Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
3 x 24 jam, pasien mampu : Airway Management
berhubungan dengan
 Respiratory status : Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
penyempitan bronkus  Respiratory status : Airway patency thrust bila perlu
 Vital sign Status  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Dengan Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas buatan
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan  Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pursed lips)
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
 Lakukan suction pada mayo
tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang  Berikan bronkodilator bila perlu
normal, tidak ada suara nafas abnormal)  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
 Tanda Tanda vital dalam rentang normal  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
(tekanan darah, nadi, pernafasan) keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen
 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
 Pertahankan jalan nafas yang paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
5 Nyeri akut; ulu hati Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
berhubungan dengan proses 3 x 24 jam, pasien mampu : Pain Management
penyakit.  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 Pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 Comfort level kualitas dan faktor presipitasi
Dengan Kriteria Hasil :  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
nyeri, mampu menggunakan tehnik mengetahui pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mencari bantuan)  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
dengan menggunakan manajemen nyeri tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
 Mampu mengenali nyeri (skala,  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) menemukan dukungan
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
berkurang seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Tanda vital dalam rentang normal  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)

6 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :


berhubungan dengan 3 x 24 jam, pasien mampu : Self Care assistane : ADLs
kelemahan fisik  Self care : Activity of Daily Living  Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
(ADLs) mandiri.
Dengan Kriteria Hasil :  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
 Klien terbebas dari bau badan kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan
 Menyatakan kenyamanan terhadap makan.
kemampuan untuk melakukan ADLs  Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
 Dapat melakukan ADLS dengan bantuan untuk melakukan self-care.
 Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
 Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

7 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :


kesulitan bernafas dan rasa 3 x 24 jam, pasien mampu : Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
takut sufokasi.  Anxiety control  Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Coping  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
 Impulse control  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
Dengan Kriteria Hasil : selama prosedur
 Klien mampu mengidentifikasi  Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
dan mengungkapkan gejala cemas  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
 Mengidentifikasi, mengurangi takut
mengungkapkan dan menunjukkan tehnik  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
untuk mengontol cemas tindakan prognosis
 Vital sign dalam batas normal
 Dorong keluarga untuk menemani anak
 Postur tubuh, ekspresi wajah,
 Lakukan back / neck rub
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan  Dengarkan dengan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
8 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
berhubungan dengan faktor- 3 x 24 jam, pasien mampu : Teaching : disease Process
faktor pencetus asma.  Kowlwdge : disease process  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
 Kowledge : health Behavior tentang proses penyakit yang spesifik
Dengan Kriteria Hasil :  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
 Pasien dan keluarga menyatakan ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, cara yang tepat.
prognosis dan program pengobatan  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan secara benar  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim tepat
kesehatan lainnya  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
 Hindari harapan yang kosong
 Sediakan bagi keluarga atau pasien informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
9 Resiko infeksi dengan faktor Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
resiko prosedur invasif 3 x 24 jam, pasien mampu : Infection Control (Kontrol infeksi)
pemasangan infus.  Immune Status  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
 Risk control  Pertahankan teknik isolasi
Dengan Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila perlu
 Klien bebas dari tanda dan gejala  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
infeksi saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan
 Menunjukkan kemampuan untuk pasien
mencegah timbulnya infeksi  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
 Jumlah leukosit dalam batas  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
normal kperawtan
 Menunjukkan perilaku hidup  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
sehat  Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
alat
 Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingkatkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap penyakit menular
 Partahankan teknik aseptic pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kulit pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
10 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh 3 x 24 jam, pasien mampu : Nutrition Management
berhubungan dengan faktor  Nutritional Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
psikologis dan biologis yang Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
mengurangi pemasukan  Nutritional Status : nutrient kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
makanan Intake  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Weight control  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
Dengan Kriteria Hasil : vitamin C
 Adanya peningkatan berat  Berikan substansi gula
badan sesuai dengan tujuan  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
 Berat badan ideal sesuai untuk mencegah konstipasi
dengan tinggi badan  Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
 Mampu mengidentifikasi dengan ahli gizi)
kebutuhan nutrisi  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
 Tidk ada tanda tanda harian.
malnutrisi  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Menunjukkan peningkatan  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
fungsi pengecapan dari menelan  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat yang dibutuhkan
badan yang berarti Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
 Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nuntrisi
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

Anda mungkin juga menyukai