Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA


. A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Pengertian
a.

Asma

adalah

penyakit

jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon
dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Keperawatan Medikal
Bedah; Brunner & Suddarth; Volume 1).
b.

Asma

adalah

penyakit

yang ditandai dengan variasi luas dalam periode waktu yang pendek daripada
hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai
serangan berulang batuk, mengi, yang dipisahkan oleh interval bebas (Definisi
Scadding dan Pengalaman Klinis Godfray).
c.

Asma

adalah

penyakit

dengan karakteristik meningkatnya reaksi antara bronkus oleh berbagai


macam pencetus disertai dengan adanya penyempitan luas salauran nafas
bagian bawah yang dapat berubah-ubah

derajatnya secara spontan atau

dengan pengobatan
2. Epidemiologi/ Insiden kasus
Usia dibawah 30 tahun sekitar 70% menderita asma yang disebabkan oleh
hipersensitivitas terhadap serbuk sari tanaman dan pada usia diatas 30 tahun
penyebabnya hipersensitivitas terhadap bahan iritan nonalergik di udara
seperti iritan pada kabut atau debu. Sekitar 5000 orang meninggal setiap
tahunnya karena asma.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia. Sekitar setengah dari kasus
terjadi pada anak nak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Hampir 17% dari semua rakyat Amerika mengalami asma dalam suatu kurun
waktu tertentu dalam kehidupan mereka.
3. Penyebab
Faktor Ekstrinsik :

Reaksi antigen-antibodi karena inhalasi alergen(debu, serbuk, bulu


binatang).

Faktor Intrinsik :

Infeksi : parainfluenza virus , pneumonia, mycoplasmal

Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

Iritan : kimia

Polusi udara ; CO, asap rokok, parfum

Emosional : takut, cemas dan tegang

Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

4. Manifestasi Klinis

Dispnea dengan ekspirasi memanjang.

Mengi ekspirasi,

Pernafasan cuping hidung

Batuk produktif, kering.

Memakai otot pernafasan tambahan

Sianosis

Retraksi dada

Wheezing

Pernapasan dalam dan cepat.

ukuran diameter anteroposterior meningkat(barrel chest)

Terjadi retensi karbon dioksida sehingga pasien berkeringat dan


takikardi.

5. Stadium

Asma

1) Tingkat I :
a)

Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.

b)

Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial di laboratorium.

2) Tingkat II :
a)

Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru


menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

b)

Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3) Tingkat III :
a) Tanpa keluhan.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4) Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5) Tingkat V :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai.
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel.
Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :
Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita
tampak letih, takikardi.
6. Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma berdasarkan frekuensi munculnya:

Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1


kali dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam
sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih
baik.

Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu
dan serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala

asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal
paru relatif menurun.

Persisten sedang, yaitu gejala asma terjadi setiap hari dan serangan
sudah mengganggu aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala
asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru menurun.

Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering


terjadi. Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya
faal paru sangat menurun.

Klasifikasi asma berdasarkan berat ringannya gejala:

Serangan asma akut ringan, dengan gejala:


- Rasa berat di dada,
- Batuk kering ataupun berdahak,
- Gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas,
- Mengi tidak ada atau mengi ringan,

Serangan Asma akut sedang, dengan gejala:


- Sesak dengan mengi agak nyaring,
- Batuk kering/berdahak,
- Aktivitas terganggu,

Serangan Asma akut berat, dengan gejala:


- Sesak sekali,
- Sukar berbicara dan kalimat terputus-putus,
- Tidak bisa berbaring, posisi mesti 1/2 duduk agar dapat bernapas,

7. Patofisiologi terjadinya penyakit


Asma disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor alergen, emosi,
lingkungan, dimana faktor tersebut menyebabkan penurunan sistem imun.
Seseorang yang alergi mempunyai kecendrungan untuk membentuk sejumlah
antibodi IgE yang abnormal dalam jumlah besar,antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila mereka bereaksi dengan antigen spesifiknya. Pada asma
antibodi terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada paru yang
berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila seseorag
menghirup sesuatu yang menyebabkan alergi bagi orang tersebut (IgE orang

tersebut akan meningkat), alergen tersebut bereaksi dengan antibodi yang


melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini mengeluarkan berbagai
macam zat (histamin, bradikinin, prostaglandin) yang menyebabkan
bronkospame,

pembengkakan

membran

mukosa,

dan

peningkatan

pembentukan mukus. Bronkospasme dan pembengkakan membran mukosa


menyebabkan penyempitan jalan napas sehingga suplai oksigen ke darah
menurun sehingga menyebabkan hipoksia dan penderita pun tidak bisa
melakukan aktivitasnya secara normal. Sedangkan peningkatan pembentukan
mukus mengakibatkan terhambatnya

jalan napas sehingga penderita

mengalami hiperventilasi. Hiperventilasi (napas melalui mulut) akan


menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dan akhirnya mengakibatkan
penderita kekurangan volume cairan. Selain itu hiperventilasi juga akan
mengakibatkan sesak nafas sehingga penderita mengalami gangguan pola
pernapasan.
8. Komplikasi
1.

Status

2.

Bronkhitis

asmatikus
kronik,

bronkhiolus

3. Ateletaksis : lobari segmental karena obstruksi bronchus oleh lender


4. Pneumo thoraks
Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asam tidak
sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan
untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus,
dan m ukus yang kental. Situasi ioni dapat menimbulkan pneumothoraks
akibat besarnya teklanan untuk melakukan ventilasi
5. Kematian
9. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : pasien terlihat kesulitan bernapas, berkeringat, batuk, sianosis
sekunder
- Auskultasi : gerakan udara selama inspirasi dan ekspirasi, kepekaan
terhadap reaksi asma dan wheezing.
10. Pemeriksaan diagnostik

a.

Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada satu tes yang bisa menegakkan diagnosis asma, tetapi riwayat
kesehatan yang lengkap, termasuk keluarga, lingkungan, riwayat pekerjaan,
dapat mengungkapkan faktor-faktor atau substansi yang mencetuskan
serangan asma. Pemeriksaan sputum dan darah dapat dilakukan untuk melihat
kenaikan kadar eosinofil, terjadi peningkatan terhadap serum IgE pada asma
alergik, pemeriksaan gas darah arteri menunjukan hipoksia dan serangan akut.

b.

Radiologi
Selama episode akut rontgen dada dapat menunjukkan hiperinflasi dan
pendataran diafragma.

c.

Uji faal paru


Untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi menilai hasil
pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan menguji
faal paru adalah peak flowmeter. caranya adalah anak disuruh meniup
flowmeter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalalui mulut
kemudian menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil yang terbaik.

d. Foto toraks
Terutama pada anak yang baru berkunjung pertama kali ke poliklinik untuk
menyingkirkan kemungknana ada penyakit lain. pada pasien asma yang telah
kronik akan terlihat jelas adanya kelainaan berupa hiperinflasi atau atelektasis.
e.

Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung.

11. Terapi/ tindakan penanganan


Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit

asma,

baik

pengobatannya

maupun

tentang

perjalanan

penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang


diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:

Memberikan penyuluhan

Menghindari faktor pencetus

Pemberian cairan

Fisiotherapy

Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai
pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin
ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke

dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak
dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering)

12. Prognosis.
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir
menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko
yang berjumlah kira-kira 10 juta. Namun, angka kematian cenderung
meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas.
Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik
ditemukan pada 50 sampai 80 persen pasien, khususnya pasien yang
penyakitnya ringan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang
menderita asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosis pertama bervariasi dari
26 sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan tetapi persentase
anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah (6 sampai 19 persen).
Tidak seperti penyakit saluran napas yang lain seperti bronchitis kronik, asma
tidak progresif. Walaupun ada laporan pasien asma yang mengalami
perubahan fungsi paru yang irreversible, pasien ini seringkali memiliki
tangsangan komorbid seperti perokok sigaret yang tidak dapat dimasukkan
salam penemuan ini. Bahkan bila tidak diobati, pasien asma tidak terus
menerus berubah dari penyakit yang ringan menjadi penyakit yang berat
seiring berjalannya waktu. Beberapa penelitian mengatakan bahwa remisi
spontan terjadi pada kira-kira 20 persen pasien yang menderita penyakit ini di
usia dewasa dan 40 persen atau lebih diharapkan membaik dengan jumlah dan
beratnya serangan yang jauh berkurang sewaktu pasien menjadi tua.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Keluhan sesak napas, keringat dingin.
3. Riwayat kesehata:n masa lalu :

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit sebelumnya.


Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
4. Aktivitas
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tidur dalam posisi duduk tinggi.
5. Pernapasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan,
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.
6. Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah.
Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
Kemerahan atau berkeringat.
7. Integritas ego
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
8. Asupan nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
Penurunan berat badan karena anoreksia.
9. Hubungan sosal
Keterbatasan mobilitas fisik.
Susah bicara atau bicara terbata-bata.
Adanya ketergantungan pada orang lain.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan fisiologis (asma)


di tandai dengan batuk yang tidak efektif, perubahan frekuensi napas,
perubahan irama napas dan dispnea.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan RR> 20x/menit, menggunakan otot bantu pernapasan dan pernapasan
cuping hidung.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asma) ditandai dengan
melaporkan nyeri secara verval, gangguan tidur dan perubahan tekanan darah.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolarkapiler ditandai dengan sianosis, pH arteri abnormal dan AGD abnormal.
5. Keletihan berhubungan dengan fisiologis akibat kondisi fisik buruk ditandai
dengan klien tampak lesu, kurang energi, klien tampak lemah.

Anda mungkin juga menyukai