Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN

KEPERAWATAN
DENGAN ASMA
KELOMPOK 7
NADYA RACHMADAYANTI
HERDIANSYAH SAPUTRA S
DEFINISI
● Asma bronkial adalah obstruksi saluran pernafasan yang reversibel
(tetapi tidak pada beberapa pasien) baik secara spontan maupun
dengan pengobatan. Asma bronkial merupakan inflamasi saluran
nafas, yang menyebabkan peningkatan respon saluran nafas
terhadap berbagai rangsangan (hipersensitivitas) (Setiati, 2018).

● Asma Bronkial merupakan suatu kelainan berupa peradangan


saluran napas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang berakibat adanya penyempitan jalan
napas sehingga menghasilkan lendir berlebih (Aulia,2017)
KLASIFIKASI ASMA
ASMA EKSTRINSIK, juga dikenal sebagai asma atopic
Disebabkan oleh allergen seperti serbuk sari, bulu Binatang, jamur,
atau debu. Seringkali disertai dengan rhinitis, alergi, dan eskim, hal ini
dapat diturunkan dalam keluarga

ASMA INTRINSIK, juga dikenal sebagai nonatopic


Disebabkan oleh factor non-alergi seperti infeksi saluran pernapasan,
paparan udara dingin, perubahan kelembapan udara, atau factor
pemicu pernapasan.
ETIOLOGI
Risiko berkembangnya asma menurut Mangunegoro (2014) merupakan
interaksi antara faktor penjamu (host factor) dan faktor lingkungan.

1) Faktor host, terdiri dari; genetik, obesitas, dan jenis kelamin


2) Faktor lingkungan, terdiri dari; rangsangan allergen, rangsangan
bahan-bahan di tempat kerja, infeksi, merokok, dan obat-
obatan.
TANDA DAN GEJALA
● Suara mengi (wheezing) yang awalnya muncul saat ekspirasi
berlanjut sepanjang siklus pernapasan seiring dengan
berkembangnya peradangan. Udara kesulitan bergerak melalui
saluran napas yang menyempit sehingga menimbulkan suara bising.
Tidak semua penderita asma akan mengalami mengi.
● Asymptomatic (tanpa gejala diantara serangan asma, gejala hilang
bila tidak ada peradangan)
● Kesulitan bernapas (dispnea), karena saluran udara menyempit
akibat peradangan. Ini biasanya progresif seiring dengan
meningkatnya peradangan.
● Pernapasan lebih dari 20x/menit (takipnea), saat tubuh berupaya
memasukkan lebih banyak oksigen ke paru-paru untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis.
● Penggunaan otot tambahan untuk bernapas saat tubuh berusaha
lebih keras untuk memasukkan lebih banyak udara ke paru-paru.
● Sesak di dada akibat penyempitan saluran napas (bronkokontriksi)
● Batuk
● Tachycardia > 100x/menit, karena tubuh berupaya untuk
mendapatkan lebih banyak oksigen ke jaringan.
PATOFISIOLOGI
●Menurut Setiati (2018), Asma adalah penyakit inflamasi
kronis yang melibatkan beberapa komponen yaitu hiper-responsif
dari bronkial, inflamasi dan remodeling saluran pernafasan;
1. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya penyempitan

saluran nafas yaitu kontraksi otot polos saluran napas, edema


pada saluran nafas, penebalan dinding saluran nafas dan
hipersekresi mucus.
PATOFISIOLOGI

Tidak hanya itu, ada otot- otot bronkhial serta kelenjar mukosa

membengkak, sputum yang kental, yang banyak dihasilkan serta

alveoli jadi hiperinflasi, dengan hawa terperangkap di dalam

jaringan paru. Sebagian orang yang dengan asma memiliki reaksi

imun yang kurang baik terhadap area hidup mereka.


● Antibodi yang dihasilkan( IgE) setelah itu melanda sel- sel mast serta
paru. Menyebabkan pelepasan produk sel- sel mast misalnya
histamin, bradikinin, serta prostaglandin dan anafilaksis dari
substansi yang bereaksi. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru
yang pengaruhi otot polos serta kelenjar jalur napas, menimbulkan
bronkospasme, pembengkakan membran mukosa serta
pembuatan mukus yang sangat banyak sehingga menyebabkan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
TERAPI FARMAKOLOGI
1) Agonis beta: untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan
meningkatkan gerakan sililaris. Contoh obat: epineftrin, albutenol,
meta profenid, isoproterenoliisoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini
biasa digunakan secara parenteral dan inhalasi.
2) Bronkodilator, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan
gerakan mucus dalam jalan nafas. Contoh obat: aminophyllin,
teophyllin, diberikan secara IV dan oral.
4) Antikolinergik, contoh obat: atropin, efeknya: bronkodilator,
diberikan secara inhalasi.
5) Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan
bronkokonstriktor. Contoh obat: hidrokortison, dexamethason,
prednison, dapat diberikan secara IV dan oral.
6) Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada
tingkat 55 mmHg.
TERAPI NONFARMAKOLOGIS
menurut Arif Muttaqien, 2012

01 Penyuluhan kesehatan 04 Latihan Batuk Efektif

02 Menghindari faktor
pencetus

03 Fisioterapi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Fernando, 2018
● Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)
● Tes Provokasi Bronkus
● Pemeriksaan Kulit
● Pemeriksaan Lab :
Analisa Gas Darah, Sputum, Pemeriksaan darah
rutin dan kimia, pemeriksaan radiologi
01
Konsep Asuhan
Keperawatan
Pengkajian

Identitas Klien Keluhan Utama

Biodata Identitas pasien berisikan pernapasan sulit atau dispnea saat


nama pasien, tempat tanggal lahir, beraktivitas, napas pendek, nyeri dada
jenis kelamin, tanggal masuk sakit, atau sesak, batuk menggonggong yang
rekam medis pada awalnya kering, yang menjadi
batuk berdahak dengan sputum
berbusa, serta mengi.
Pengkajian
Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan
Dahulu Keluarga

di antaranya adalah riwayat alergi dan sering kali didapatkan adanya riwayat
riwayat penyakit saluran nafas bagian penyakit turunan, tetapi pada
bawah (rhinitis, utikaria, dan eskim) beberapa klien lainnya tidak
ditemukan adanya penyakit yang sama
11 Pola Gordon pada anggota keluarganya.
Pemeriksaan Fisik
Pola nutrisi, pola eliminasi, pola
istirahat tidur, personal hygiene, Breathing, Blood, Brain, Bladder,
pola aktifitas Bowel, Bone
Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

kelemahan otot pernafasan


No. Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan napas, meliputi :
efektif berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
dengan kelemahan diharapkan pola nafas membaik 1. Monitor pola napas (frekuensi,
otot pernafasan dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
1. Ventilasi semenit 2. Monitor bunyi napas tambahan
meningkat (mis. Gurgling, mengi,
2. Kapasitas vital meningkat wheezing, ronkhi kering)
3. Diameter thoraks
anterior posterior Terapeutik :
meningkat 1. Posisikan
4. Tekanan ekspirasi semi-fowler atau
meningkat fowler
5. Tekanan inspirasi 2. Lakukan fisioterapi dada,
meningkat jika perlu
6. Dispnea menurun 3. Berikan oksigen, jika perlu
7. Penggunaan otot bantu
napas menurun Edukasi :
8. Ortopnea menurun a. Ajarkan teknik batuk efektif
9. Pemanjangan fase
ekspirasi menurun Kolaborasi :
10. Pernapasan pursed-lip a. Kolaborasi pemberian
menurun bronkodilator, ekspetoran,
11. pernapasan cuping mukolitik, jika perlu
hidung menurun
12. Frekuensi napas membaik
13. Kedalaman napas membaik
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan ketidakmampuan membersihkan sekret

untuk mempertahankan jalan napas tetap paten

ditandai dengan ketidakmampuan batuk secara

efektif, ketidakmampuan untuk mengeluarkan

sekret, bunyi nafas abnormal.


EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi.

Langkah-langkah dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah


menganalisis respon klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi
terhadap keberhasilan atau kegagalan dan perencanaan untuk asuhan di
masa depan (Marelli, 2014).
● Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen yang dikenal dengan
SOAP yaitu :
● S (subjektif) : perkembangan yang bisa diamati pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan dan dikemukakan klien
● O (Objektif) : perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan lain.
● A (Analisis) : penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)
apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran
● P (Perencanaan) : rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila
keadaan atau masalah belum teratasi
PENCEGAHAN PADA ASMA

Pencegahan primer
Pencegahan sekunder
Pencegahan tersier
PENCEGAHAN PRIMER

 Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan


dan masa perkembangan bayi/anak
 Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet
tersebut tidak mengganggu asupan janin
 Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
 Diet hipoalergenik ibu menyusui
PENCEGAHAN SEKUNDER

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi yang telah


tersentisisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta
allergen dalam ruangan terutama tungau debu rumah.
PENCEGAHAN TERSIER

Pencegahan berdasarkan Risiko Bersama PTM (Penyakit Tidak Menular)


adalah dengan perilaku CERDIK; sbb :
C : Cek kondisi kesehatan secara berkala
E : Enyahkan asap rokok
R : Rajin aktifitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kendalikan stress
THANKS

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai