Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 3

EFUSI PLEURA DAN KANKER PARU

WINDI VALENTIA
220210313

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
TANGERANG SELATAN
1. Pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Efusi Pleura
a. Pengertian Efusi Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural,
proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder
akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. Efusi
pleural adalah pengumpulan cairan dalam rung pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Secara normal, rung pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 -
15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya friksi.

b. Etiologi Efusi Pleura


Secara patologis, efusi pleura dischabkan oleh keadaan-keadaan :
 Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal
jantung)
 Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya
hipoproteinemia)
 Meningkatnya pe"'neabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)
 Berkurangnya absorbsi limfatik

c. Patofisiologi Efusi Pleura


Normalnya hanya terdapat 10/20 ml cairan dalam rongga pleura.
Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietals sebesar 9 cmH2O. Akumulasi cairan pleura dapat
terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya pada
penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler
akibat ada proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan
hidrostatis akibat kegagalan jantung) dan tekanan negatif intrapleura
apabila terjadi atelektasis paru.
d. Tanda dan Gejala Efusi Pleura

Sebagian besar penderita efusi pleura tidak mengalami gejala. Bila


gejala muncul, maka tergantung pada kondisi medis yang menjadi
penyebabnya. Sebagai contoh, penderita bisa mengalami keluhan
seperti batuk dan demam tinggi jika efusi pleura disebabkan oleh
pneumonia.

Gejala efusi pleura lainnya yang umum terjadi adalah:

 Batuk kering
 Sesak napas
 Cegukan
 Nyeri dada, terutama saat batuk dan bernapas
 Sulit bernapas, terutama saat telentang (orthopnea)

2. Pathway Efusi Pleura


3. Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Efusi Pleura
a. Pemeriksaan Penunjang Efusi Pleura
 Pemeriksaan RO Thorax
 Biopsi Pleura
 Pengukuran Fungsi Paru (Sperometri)
 Pemeriksaan Laboratorium

b. Penatalaksanaan Efusi Pleura


Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk mengobati penyakit dasar
dan pengosongan cairan (thorakosentesis). indikasi untuk melakukan
thorakosentesis adalah :
 Menghilangkan sesak nafas yang disebabkan oleh akumulasi
cairan dalam rongga pleura.
 Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal
 Bila terjadi reakumulasi cairan
Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000cc,
karena pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam
jumlah yang banyak dapat menimbulkan edema paru yang ditandai
dengan batuk dan sesak.
4. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Efusi Pleura
No Tujuan dan Intervensi
Diagnosa Kep
. Kriteria Hasil Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
efektif (D0005) asuhan keperawatan Observasi :
selama 2 x 24 jam 1. Monitor frekuensi,
Gejala dan tanda diharapkan pola irama, kedalaman,
mayor nafas tidak efektif dan upaya nafas
Subjektif : dapat teratasi dengan 2. Monitor pola nafas
 Dispnea kriteria hasil: (seperti bradipnea,
Objektif : 1. Ventilasi takipnea,
1. Penggunaan semenit hiperventilasi
otot bantu meningkat 3. Monitor
2. Fase ekspirasi 2. Tekanan kemampuan batuk
memanjang ekspirasi dan efektif d Monitor
3. Pola napas inspirasi adanya produksi
abnormal meningkat sputum
3. Dispnea 4. Monitor adanya
Gejala dan tanda menurun sumbatan jalan
minor 4. Pemanjangan nafas
Subjektif : fase ekspirasi 5. Palpasi kesimetrisan
1. Ortopnea menurun ekspansi paru
Objektif : 5. Frekuensi nafas 6. Auskultasi bunyi
1. Pernafasan membaik nafas
pursed -lip 6. Kedalaman 7. Monitor saturasi
2. Pernapasan nafas membaik oksigen
cuping hidung
3. Diameter Terapeutik :
thoraks 1. Alur interval
anterior - pemantauan
superior respirasi sesuai
meningkat kondisi pasien
4. Ventilasi 2. Dokumentasi hasil
semenit pemantauan
menurun
Edukasi :
Kondisi klinis 1. Jelaskan tujuan dan
terkait : prosedur
1. Depresi sistem pemantauan
saraf pusat 2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
2. Cedera kepala perlu
3. Trauma
thoraks Managemen Jalan Nafas
4. Stroke Observasi :
1. Monitor pola nafas
(frekuensi,
kedalaman, usaha
napas)
2. Monitor bunyi napas
tambahan (mis,
wheezing, ronchi
kering, mengi,
gurgling)
3. Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)

Terapeutik :
1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan head -
tilt dan chin -lift
(jaw trust jika curiga
trauma servikal)
2. Posisikan semi
fowler atau fowler
3. Berikan minuman
hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi :
1. Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
1. Pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Kanker Paru
a. Definisi kanker paru
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian
klinik
yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus = bronchogenic
carcinoma). Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di
dunia, mencapai hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain
itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat
kanker pada laki-laki.
Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus
baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru.
Berdasarkan data WHO, kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak
pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak kelima untuk semua jenis
kanker pada perempuan Kanker paru juga merupakan penyebab kematian
akibat kanker terbanyak pada lakilaki dan kedua pada perempuan.

b. Etiologi Kanker Paru


Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan
suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama.
Beberapa faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru adalah :
 Merokok
 Perokok pasif
 Polusi udara
 Paparan zat karsinogen
 Genetik
 Penyakit paru
 Metastase dari organ lain
c. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer
dan sekunder. Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat
karsinogen, dll dan sekunder berasal dari metastase organ lain, Etiologi
primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia
hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan
menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang
maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen.
Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan
ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia
yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru (Nurarif & Kusuma, 2015).
Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar.
Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas masing masing. Pada
karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi berkembang
sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi,
ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis.
Pada adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus
yang dapat mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada
karsinoma sel bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali
bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala
dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran
neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan
menyebabkan nyeri akut. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker
paru dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar
limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat
berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih
awal, seolah olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir.
Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan
sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa
menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi.

2. Pathway Kanker Paru

3. Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Kanker Paru


a. Pemeriksaan Penunjang Kanker Paru
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba &
Wibisono, 2015):
 Radiologi
 Sitologi
 Bronkoskopi
 Biopsi Trantorakal
 Torakoskopi

b. Penatalaksanaan Kanker Paru


 Operasi
 Kemoterapi
 Radioterapi
 Terapi Target
 Krioterapi
 Terapi Ablasi
 Terapi Fotodinamik

4. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Paru

No Tujuan dan Intervensi


Diagnosa Kep
. Kriteria Hasil Keperawatan
1 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi status
(D0019) tindakan nutrisi
Gejala dan Tanda keperawatan selama 2. Identifikasi alergi
Mayor : 2 X 24 jam, maka terhadap makanan
Subjektif : - nutrisi membaik. 3. Monitor adanya
Objektif : Dengan kriteria hasil mual dan muntah
 Berat badan : 4. Monitor asupan
menurun 1. Frekuensi makanan
minimal 20% makan membaik 5. Monitor berat
dibawah 2. Nafsu makan badan
rentang ideal membaik 6. Berikan makanan
Gejala dan Tanda 3. Berat badan tinggi kalori dan
Minor : membaik tinggi protein
Subjektif : 7. Kolaborasi dengan
 Cepat kenyang ahli gizi untuk
setelah makan menentukan jumlah
 Kram/ nyeri kalori dan jenis
abdomen nutrient yang
 Nafsu makan dibutuhkan, jika
menurun perlu
Objektif :
 Bising usus
hiperaktif
 Otot pengunyah
lemah
 Otot menelan
lemah
 Membrane
mukosa pucat
 Sariawan
 Serum albumin
turun
 Rambut rontok
berlebihan
Diare
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
efektif (D0005) asuhan keperawatan Observasi :
selama 2 x 24 jam 1. Monitor frekuensi,
Gejala dan tanda diharapkan pola irama, kedalaman,
mayor nafas tidak efektif dan upaya nafas
Subjektif : dapat teratasi dengan 2. Monitor pola nafas
 Dispnea kriteria hasil: (seperti bradipnea,
Objektif : 1. Ventilasi takipnea,
 Penggunaan semenit hiperventilasi
otot bantu meningkat 3. Monitor
 Fase ekspirasi 2. Tekanan kemampuan batuk
memanjang ekspirasi dan efektif d Monitor
 Pola napas inspirasi adanya produksi
abnormal meningkat sputum
3. Dispnea 4. Monitor adanya
Gejala dan tanda menurun sumbatan jalan
minor 4. Pemanjangan nafas
Subjektif : fase ekspirasi 5. Palpasi kesimetrisan
 Ortopnea menurun ekspansi paru
Objektif : 5. Frekuensi nafas 6. Auskultasi bunyi
 Pernafasan membaik nafas
pursed -lip 6. Kedalaman 7. Monitor saturasi
nafas membaik oksigen
 Pernapasan
cuping hidung
 Diameter Terapeutik :
thoraks 1. Alur interval
anterior - pemantauan
superior respirasi sesuai
meningkat kondisi pasien
 Ventilasi 2. Dokumentasi hasil
semenit pemantauan
menurun
Edukasi :
Kondisi klinis 1. Jelaskan tujuan dan
terkait : prosedur
 Depresi sistem pemantauan
saraf pusat 2. Informasikan hasil
 Cedera kepala pemantauan, jika
 Trauma perlu
thoraks
 Stroke Managemen Jalan Nafas
Observasi :
1. Monitor pola nafas
(frekuensi,
kedalaman, usaha
napas)
2. Monitor bunyi napas
tambahan (mis,
wheezing, ronchi
kering, mengi,
gurgling)
3. Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)

Terapeutik :
1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan head -
tilt dan chin -lift
(jaw trust jika curiga
trauma servikal)
2. Posisikan semi
fowler atau fowler
3. Berikan minuman
hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi :
1. Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai