Anda di halaman 1dari 19

ASFIKSIA

OLEH : KELOMPOK 10
 ANNI FARIDAH
 FENIYA
 JAZIMAH NUR.F
 NIKMATUL KHOIROH
 RAHMAD AGUNG
 SISWA AINI
 ZAKIAH MUSLIMAH
ASFIKSIA NEONATORUM MERUPAKAN
KEGAGALAN BAYI BARU LAHIR UNTUK
MEMULAI DARI MELANJUTKAN
PERNAFASAN SECARA NORMAL DAN
TERATUR

Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan


oleh partus lama, ruptur uteri, tekanan
kepala anak yang terlalu kuat pada
plasenta, pemberian obat bius terlalu
banyak dan tidak tepat pada waktunya,
plasenta previa, solusia plasenta, plasenta
tua (serotinus), prolapsus.
ETIOLOGI :
 FAKTOR IBU

 FAKTOR
PLASENTA

 FAKTOR
FETUS

 FAKTOR
NEONATUS
KLASIFIKASI
 ASFIKSIA BERAT
 ASFIKSIA SEDANG
 BAYI NORMAL (ASFIKSIA RINGAN (AS 7-9)
 BAYI NORMAL (AS 10)
TANDA DAN GEJALA :
 PERNAFASAN KUSMAUL
 PERNAFASAN TIDAK TERATUR
 TANGISAN LAMBAT ATAU MERINTIH
 WARNA KULIT PUSAT ATAU BIRU
 TONUS OTOT LEMAS
 NADI CEPAT
 DENYUT JANTUNG LAMBAT
 MENURUNNYA O2
 MENINGGINYA CO2
 PENURUNAN FH
MANIFESTASI KLINIS
PADA BAYI SETELAH
PADA KEHAMILAN
LAHIR

 Jika DJJ normal ada  Bayi pucat kebiruan


meconium : janin mulai  Usaha bernafas
asfiksia miniman/tidak ada
 Jika DJJ 160x/menit ada  Hipoksia
meconium : janin sedang  Asidosis metabolik
asfiksia
 Perubahan fungsi jantung
 Juka DJJ 100x/menit
 Kegagalan sistem multi
kebawah ada meconium :
janin dalan gawat organ
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium
(pemeriksaan darah yang berguna
untuk mengetahui kadar Hb, leukosit
dan trombosit
TINDAKAN KHUSUS
 A. Asfiksia berat:
Memperbaiki ventilasi paru–paru dengan memberikan O2
secara tekanan langsung dan berulang dengan cara
melakukan intubasi endotrakeal setelah kateter dimasukkan
kedalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan yang tidak
lebih dari 30 ml. Tekanan positif dikerjakan dengan
meniupkan udara yang telah diperkaya dengan O2 melalui
kateter apabila pernapasan tidak segera timbul maka segera
lakukan massege jantung yaitu dilakukan dengan
penekanan 80–100 kali per menit.
TINDAKAN KHUSUS
 B. Asfiksia ringan –sedang
Melakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks
pernapasan yang dilakukan selama 30–60 detik setelah
penilaian menurut Apgar 1, bila pernapasan tidak timbul
segera lakukan pernapasan kodok (frog breathing) dengan
cara memasukkan pipa kedalam hidung dan O2 dialirkan
dengan kecepatan 1–2 liter dalam satu menit.
PENATALAKSANAAN PADA ASFIKSIA
NEONATORUM :
 Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir
dengan menggunakan kasa steril.
 Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.

 Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan tartil


dengan cara menepuk nepuk kaki, mengelus-elus dada,
perut atau punggung. Jika bayi masih belum menangis
setelah dilakukan rangsangan tartil maka lakukan nafas
buatan mulut ke mulut atau dengan ventilasi tekanan
positif.
PENATALAKSANAAN PADA ASFIKSIA
NEONATORUM :
 Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk
keadaan asfiksia
 Apabila nilai apgar pada menit ke lima sudah baik (7-10)
lakukan perawatan selanjutnya, yaitu dengan cara :
- Membersihkan badan bayi.
- Perawatan tali pusat.
- Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat.
- Memasang pakaian bayi.
- Memasang penenang (tanda pengenal) bayi.
ASUHAN
KEPERAWATAN
ASFIKSIA
NEONATORUM
PENGKAJIAN
 1. DATA SUBJEKTIF
 Biodata

 Keluhan Utama

 Antanatal Care

 Penyuluhan

 Imunisasi tetanus tosoid

2. DATA OBJEKTIF
 Pemeriksaan Umum

 Pemeriksaan Khusus
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
paru dan neuromaskuler, penurunan energi dan keletihan
 Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol
suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan
imunologi yang kurang
INTERVENSI
N SDKI SLKI SIKI
O
1
Bersihan jalan napas tidak efektif : ketidak mampuan membersihkan sekret atau Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten keperawatan 1x 15 menit bersihan 1. Monitor pola napas ( frek,
Etiologi : jalan napas meningkat kedalaman, usaha napas )
 Fisiologis Dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan (
1. Spasme jalan napas 1. Batuk efektif meningkat wheezing, ronkhi )
2. Hipersekresi jalan napas 2. Produksi sputum menurun 3. Lakukan penghisapan lendir
3. Benda asing dalam jalan napas 3. Wheezing/ronkhi menurun kurang dari 15 detik
4. Sekresi yang tertahan 4. Mekonium ( pada neonatus ) 4. Berikan oksigen, jika perlu
5. Proses infeksi menurun 5. Lakukan fisioterapi dada, jika
6. Efek agen farmakologi ( anestesi ) 5. Dispnea membaik perlu
 Situasional 6. Sianosis membaik 6. Posisikan semi fowler atau
Terpajan polutan 7. Frekuensi napas membaik fowler
  8. Pola napas membaik Pemantauan respirasi
Gejala dan tanda mayor : 7. Monitor adanya produksi
 Subjektif : - sputum
 Objektif : 8. Monitor adanya sumbatan jalan
1. Batuk tidak efektif napas
2. Tidak mampu batuk 9. Palpasi kesimetrisan ekspansi
3. Sputum berlebih paru
4. Wheezing dan/ronkhi kering 10. Auskultasi bunyi napas
5. Mekonium di jalan napas ( pada neonatus ) 11. Monitor saturasi oksigen
  12. Atur interval pemantauan
Gejala dan tanda minor : respirasi sesuai kondisi pasien
Subjektif : 13. Dokumentasi hasil pemantauan
6. Dispnea 14. Jelaskan tujuan dan prosedur
7. Sulit bicara pemantauan
8. Orthopnea 15. Informasikan hasil pemantauan,
Objektif : jika perlu
9. Gelisah
10. Sianosis
11. Bunyi napas menurun
12. Frekuensi napas berubah
13. Pola napas berubah
INTERVENSI
2 Termoregulasi tidak efektif : Setelah dilakukan tindakan Regulasi temperatur
kegagalan mempertahankan keperawatan 1x15menit termoregulasi 1. Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36,5-37,5 )
suhu tubuh dalam rentan membaik, dengan kriteria hasil : 2. Monitor tekanan darah,frekuensi pernapasan dan nadi
normal 1. Sianosis membaik 3. Monitor warna dan suhu kulit
Etiologi 2. Konsumsi oksigen meningkat 4. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia/hipertermia
1. Stimulasi pusat 3. Dasar kuku sianotik membaik 5. Tingkat asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
termoregulasi 4. Suhu tubuh membaik 6. Gedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
hipotalamus 5. Frekuensi nadi membaik 7. Masukkan bayi BBLR kr dalam plastik segera setelah lahir ( bahan
2. Fluktuasi suhu   polyethylene,polyurethane )
lingkungan 8. Tempatkan bayi baru lahir dibawah radiant warmer
3. Proses penyakit 9. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
4. Efek agen farmakologi 10. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
( sedasi ) 11. Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru untuk bayi
Gejala dan tanda mayor : BBLR
Subjektif : -
Objektif :
5. Kulit dingin/ hangat
6. Menggigil
7. Suhu tubuh fluktuatif
 
Gejala dan tanda minor :
Subjektif : -
Objektif :
8. Pengisian kapiler >3detik
9. Pucat
10. Frekuensi napas
meningkat
11. Takikardia
12. Kejang
13. Dasar kuku sianotik
 
 
 
INTERVENSI
3 Risiko infeksi : berisiko mengalami peningkatan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
terserang organisme patogenik 1x8jam resiko infeksi 1. Monitor tanda dan gejala
Etiologi : menurun, ditandai dengan infeksi lokal dan istemik
 Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : kriteria hasil : 2. Batasi jumlah
1. Ketuban pecah lama 1. Demam menurun pengunjung
2. Ketuban pecah sebelum waktunya 2. Kadar sel darah putih 3. Cuci tangan sebelum dan
 Ketidakadekuatan pertahanan tubuh menurun sesudah kontak dengan
sekunder : 3. Napsu makan pasien dan lingkungan
1. Penurunan hemoglobin meningkat pasien
2. Imunosupresi 4. Pertahankan teknik
3. Leukopenia aseptik
 Malnutrisi 5. Anjurkan meningkatkan
 Efek prosedur invasif asupan cairan
  6. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
AVALUASI

Apabila asuhan keperawatan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan maka asfiksia dapat teratasi.

Anda mungkin juga menyukai