Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT ASMA PADA


ANAK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT ASMA


1. PENGERTIAN
Asma bronchial adalah proses peradangan di saluran nafas yang
mengakibatkan peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulus
yang dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala
khas sesak nafas yang reversible (Nugroho, 2011). Asma dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu asma bronkial dan asma kardial.
2. ETIOLOGI / FAKTOR RESIKO
1. Faktor Predisposisi
a) Genetik: penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi.
b) Infeks: diakibatkan oleh terinfeksinya saluran napas oleh virus, bakteri, jamur, dan
parasit
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
b. Perubahan cuaca
c. Stres
d. Olah raga atau aktifitas jasmani
3. POHON MASALAH
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Wheezing
2. Dyspneu
3. Batuk kering
4. Tachypnea, orthopnea
5. Gelisah
6. Nyeri abdomen
7. Fatigue
8. Intoleransi aktivitas
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat penyakitnya:
a) Asma Episodic yang jarang: terdapat pada anak umur 3-8 tahun.
b) Asma Episodic sering: terjadi pada usia sebelum 3 tahun.
c) Asma Kronik atau Persisten: terjadi pada anak umur 5 -6 tahun

Berdasarkan penyebab atau pencetusnya:


a) Asma Alergik: disebabkan oleh alergen.
b) Asma Non Alergik: dicetuskan oleh common cold, infeksi traktus, respiratorius, latihan,
emosi.
c) Asma Gabungan
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Spirometri
2. Uji Provokasi Bronkus
3. Foto Dada (scanning paru)
4. Pemeriksaan Kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum
5. ABGs
6. Darah Komplit
7. Uji Kulit
8. Elektrokardiografi
9. Analisis Gas Darah
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker
b. Terapi cairan parenteral
c. Terapi pengobatan: non farmakologik dan farmakologik
8. KOMPLIKASI
1. Atelektasis
2. Emfisema
3. Pneumothoraks
4. Gagal pernafasan
5. Bronkhitis
6. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
7. Fraktur iga
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Identitas, meliputi: nama, tanggal lahir, nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah atau
ibu, alamat atau nomer telepon, agama, pendidikan ayah/ibu.
2) Keluhan Utama: biasana anak akan mengalami batuk-batuk dan sesak napas.
3) Riwayat Penyakit Sekarang: biasanya anak mengalami batuk, bersin, pilek, suara mengi
dan sesak napas.
4) Riwayat Penyakit Terdahulu: kaji apakah anak pernah menderita penyakit yang sama
pada usia sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga: penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah
atau ibu,disamping faktor yang lain.
6) Riwayat Kesehatan Lingkungan: berhubungan dengan isi dari debu rumah, bahan iritan,
dan asap rokok
7) Pengkajian Per Sistem
 Sistem Pernapasan: sesak, batuk kering, tachypnea, orthopnea, peningkatan PCO2
dan penurunan O2.
 Sistem Cardiovaskuler: diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
 Sistem Persyarafan: gelisah, rewel, cengeng
 Sistem Perkemihan: produksi urine
 Sistem Pencernaan: terdapat nyeri tekan pada abdomen.
 Sistem Integument: berkeringat.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing
dalam jalan napas dibuktikan dengan batuk tidak efektif, tidak
mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing dan / atau ronkhi
kering, mekonium di jalan napas (pada neonatus), dispnea, sulit
bicara, ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, f rekuensi
napas berubah, pola napas berubah.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi dibuktikan dengan dispnea, PCO2 meningkat atau
menurun, PO2 menurun, takikardia, PH arteri meningkat atau
menurun, bunyi nafas tambahan, pusing, penglihatan kabur, sianosis,
diaforesis, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas abnormal
(cepat/lambat, reguler/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit
abnormal (misal pucat, kebiruan), kesadaran menurun.
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan Hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
napas tidak efektif asuhan keperawatan Latihan Batuk Efektif Latihan Batuk Efektif
berhubungan selama ...x... jam (I.01006) (I.01006)
dengan benda diharapkan Bersihan Observasi Observasi
asing dalam jalan Jalan Napas (L.01001)
1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
napas dibuktikan meningkat dengan
kemampuan batuk kemampuan batuk
dengan batuk tidak kriteria hasil:
2. Monitor adanya 2. Memantau adanya
efektif, tidak 1. Batuk efektif
mampu batuk, meningkat retensi sputum retensi sputum
sputum berlebih, 2. Produksi sputum 3. Monitor tanda dan 3. Memantau tanda
mengi, wheezing menurun gejala infeksi dan gejala infeksi
dan / atau ronkhi 3. Mengi menurun saluran napas saluran napas
kering, mekonium 4. Monitor input dan 4. Memantau input
4. Wheezing
di jalan napas output cairan dan output cairan
(pada neonatus), menurun
(mis.jumlah dan (mis. jumlah dan
dispnea, sulit 5. Mekonium (pada karakteristik) karakteristik)
bicara, ortopnea, neonatus) Terapeutik Terapeutik
gelisah, sianosis, menurun
bunyi napas 5. Atur posisi semi 5. Agar pasien
6. Dispnea
menurun, nyaman dan
fowler atau fowler
frekuensi napas menurun membuka jalan
6. Pasang perlak dan napas pada pasien
berubah, pola 7. Ortopnea
bengkok 6. Agar apabila
napas berubah. menurun
dipangkuan pasien terdapat sputum
8. Sulit bicara
7. Buang sekret pada tidak menyebabkan
menurun
tempat sputum pasien kotor
9. Sianosis
Edukasi 7. Untuk
menurun
8. Jelaskan tujuan dan meminimalisir
10. Gelisah menurun prosedur batuk kontaminasi
11. Frekeunsi napas efektif sputum
membaik 9. Anjurkan tarik
12. Pola napas napas dalam
melalui
membaik hidung selama 4 Edukasi
detik, ditahan
8. Bertujuan untuk
selama 2 detik,
mengedukasi
kemudian keluarkan
pasien mengenai
dari mulut dengan
tujuan dan
bibir mencucu
prosedur batuk
(dibulatkan) selama
yang efektif
8 detik
9. Melancarkan jalan
10. Anjurkan
napas pasien
mengulangi tarik
10. Memastikan pasien
napas dalam hingga
memiliki napas
3 kali
yang baik
11. Anjurkan batuk
11. Mengefektifkan
dengan kuat
jalan napas pasien
langsung setelah agar dapat
tarik napas dalam bernapas dengan
yang ke 3 normal
Kolaborasi Kolaborasi
12. Kolaborasi 12. Kolaborasi
pemberian pemberian
mukolitik atau mukolitik, obat
ekspektoran, jika yang bertujuan
perlu untuk bekerja
dengan
mengurangi
kekentalan dahak
sehinnga
diharapkan dahak
menjadi lebih
mudah dikeluarkan
atau ekspektoran
yang berfungsi
untuk
memudahkan
proses sekresi
batuk lendir
disaluran
pernapasan
dilakukan dan
menjadikan dahak
menjadi lebih
encer, jika perlu

2 Gangguan Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama


pertukaran gas tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi
berhubungan selama ...x… jam (I.01014) (I.01014)
dengan diharapkan Pertukaran Observasi Observasi
ketidakseimbangan Gas (L.01003)
1. Monitor frekuensi, 1. Frekuensi napas
ventilasi perfusi meningkat dengan
irama, kedalaman, normal = 16-20
dibuktikan dengan kriteria hasil:
dan upaya napas kali/menit. Pasien
dispnea, PCO2 1. Tingkat
2. Monitor pola napas asma menunjukkan
meningkat atau
kesadaran (seperti bradipnea, frekuensi napas
menurun, PO2 meningkat takipnea, yang lebih cepat
menurun, 2. Dipsnea hiperventilasi, karena
takikardia, PH kussmaul, cheyne- penyempitan jalan
menurun
arteri meningkat stokes, biot, ataksik) napas. Irama napas
atau menurun, 3. Bunyi napas 3. Monitor normal = sonor
bunyi nafas tambahan bunyinya seperti
kemampuan batuk
menurun suara “dug – dug”
tambahan, pusing, efektif
4. Pusing menurun yang teratur yaitu
penglihatan kabur, 4. Monitor adanya
5. Penglihatan inspirasi lebih
sianosis, produksi sputum
kabur menurun panjang dari
diaforesis, gelisah, 5. Monitor adanya
6. Diaforesis ekspirasi. Pasien
nafas cuping sumbatan jalan
menurun asma menujukkan
hidung, pola naf as napas
7. Gelisah menurun
abnormal 8. Napas 6. Palpasi kesimetrisan bunyi abnormal
(cepat/lambat, ekspansi paru hipersonor atau
9. cuping hidung
reguler/ireguler, 7. Auskultasi bunyi hiposonor suara
menurun
dalam/dangkal), napas pekak terisi cairan
10. PCO2 membaik
warna kulit 8. Monitor saturasi pada paru.
abnormal (misal 11. PO2 membaik Kedalaman napas
oksigen
pucat, kebiruan), 12. Takikardi dan upaya napas
kesadaran 9. Monitor nilai AGD seperti takipnea,
membaik
menurun. 13. pH arteri 10. Monitor hasil x-ray dispnea progresif,
membaik pernafasan
toraks dangkal.
14. Sianosis
Terapeutik Penggunaan otot
membaik interkostal/abdomi
11. Aturan interval
15. Pola napas nal dari pelebaran
pemantauan
membaik nasal menunjukan
respirasi sesuai
16. Warna kulit peningkatan upaya
kondisi pasien
membaik bernafas
12. Dokumentasikan
2. Mengetahui adanya
hasil pemantauan
pola napas yang
Edukasi
abnormal (seperti
13. Jelaskan tujuan dan bradikardi
prosedur takipnea,
pemantauan hiperventilasi,
14. Informasikan hasil kussmul, cheyne-
stokes, biot,
pemantauan, jika
ataksik).
perlu
Normalnya disebut
eupnea teratur dan
frekuensi 12–20
x/menit.
3. Memantau agar
pasien batuk
dengan metode
yang benar dimana
energi dapat
dihemat sehingga
tidak mudah
merasakan lelah
atau dapat
mengeluarkan
dahak secara
maksimal.
4. Memantau
karakteristik dari
sputum yaitu
apakah sputum
banyak, kental,
berdarah
5. Memantau apakah
terjadi sumbatan
jalan napas pada
pasien agar
mencegah
ketidakpatenan
jalan napas
6. Memantau
kesimetrisan
ekspansi paru
untuk melihat
adakah
keabnormalan pada
paru seperti dada
bergerak tidak
simetris.
7. Auskultasi suara
napas normal =
vesikuler berkisar
100-200 Hz.
Abnormal
terdengar ronkhi,
stridor atau mengi
8. Saturasi oksigen
normal = 95 – 100
% Pada pasien
asma saturasi
oksigen rendah
dibawah 95%
9. Nilai AGD normal
= pH darah arteri:
7,38-7,42. Tingkat
penyerapan
oksigen (SaO2):
94-100%. Tekanan
parsial oksigen
(PaO2): 75- 100
mmHg.
10. Memantau adanya
keabnormalan yang
dapat menunjukkan
diagnosis kelainan
pada paru-paru
Terapeutik
11. Respirasi normal =
16-20x/menit. Pada
pasien asma yang
memiliki
penyempitan jalan
napas akan terjadi
pernafasan yang
cepat.
12. Untuk membuat
rekam medis
riwayat kesehatan
pasien Edukasi
13. Agar pasien paham
dan mengetahui
apa saja prosedur
dan tujuan dari
pemantauan yang
dilakukan serta
mencegah
terjadinya
kesalahpahaman.
14. Informasi yang
diberikan kepasien
untuk memberitahu
tujuan dan
prosedur yang
sebelumnya telah
dilakukan oleh
perawat yang
berguna sebagai
edukasi kepada
pasien tentang
masalah kesehatan
yang terjadi pada
dirinya
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap keempat proses
keperawatan. Tahap ini akan muncul bila perencanaan
diaplikasikan pada pasien.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Formatyang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan
yaitu format SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

Anugraeni Abenita Pery. Paulina. (2019). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial.


Karya Tulis Ilmiah. Kupang. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis:
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc. Yogyakarta:
Mesiaction Jogja.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1
Cetakan III (Revisi). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi
1 Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai