Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan

pada Status
Asmatikus

Oleh :
1. Rizky Miftaqul Jannnah
2. Febriani Fitria
Definis
i
Asma adalah kondisi peradangan kronis pada
saluran pernapasan yang ditandai dengan mengi
yang berulang, sesak napas, sesak dada dan
batuk. Asma tidak dapat dicegah atau
disembuhkan tetapi manifestasi klinis dapat
dikendalikan secara efektif dengan pengobatan
yang tepat. Ketika asma terkontrol, maka gejala
hanya sesekali kambuh (GINA, 2012:1).

Status asmatikus merupakan keadaan


emergensi dan tidak langsung memberikan
respon terhadap dosis umum bronkodilator
(DepKes RI, 2007).
Etiologi
Etiologi
Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus
asma secara spesifik. Menurut mereka, secara
umum pemicu asma adalah:
1. Alergen
a. Inhalan ( ex: debu, bulu binatang, serbuk
bunga, bakteri dan polusi)
b. Ingestan (ex: buah-buahan dan obat-
obatan (aspirin, epinefrin dll))
c. Kontaktan (ex: perhiasan, logam jam
tangan)
2. Olahraga
3. Infeksi bakteri pada saluran napas
4. Stres
5. Gangguan pada sinus
Manifestasi
Klinis
Status Asmatikus yang dialami penderita asma
dapat berupa:
1. Pernapasan wheezing
2. Ronchi ketika bernapas (adanya suara bising
ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut
menjadi pernapasan labored (perpanjangan
ekshalasi)
3. Pembesaran vena leher
4. Hipoksemia
5. Respirasi alkalosis
6. Respirasi sianosis
7. Dyspnea dan kemudian berakhir dengan
tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi
di bronkus maka suara wheezing dapat hilang
dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal
pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
Penatalaksana
an

Tujuan penatalaksanaan asma akut berat dan


juga status asmatikus adalah mencegah
kematian, mengembalikan keadaan klinis dan
fungsi paru ke tingkat terbaik secepat mungkin
dan mempertahankan fungsi paru yang optimal
serta mencegah kekambuhan dini.
Penatalaksan
aan

Penatalaksanaan asma akut berat adalah sebagai berikut:


1. Oksigen
Selalu diberikan, baik dengan kanula hidung atau
sungkup untuk mengatasi dan mencegah hipoksemia
2. Bronkodilator
a. Inhalasi Agonis 2 dosis tinggi
b. Injeksi Agonis atau simpatomimetik lainnya,
salbutamol, terbutalin, atau orsiprenalin
c. Aminofilin Injeksi
d. Antikolinergik
3. Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik dosis tinggi harus segera
diberikan pada penderita asma akut berat
Continue

Setelah dilakukan pengobatan awal dengan bronkodilator
dan steroid, terhadap penderita dilakukan pemantauan
yang mengenai klinis dan APE setiap 15 menit, setelah 30
menit dilakukan evaluasi
a. Apabila tidak terjadi perbaikan sama sekali terhadap
terapi awal atau malah memburuk, maka penderita
langsung dirawat inap sebagai status asmatikus.
b. Penderita yang menunjukkan perbaikan namun tidak
adekuat, diulang pemberian bronkodilator dan
observasi dilanjutkan selama 60 menit. Bila setelah
60 menit kondisinya menetap atau malah memburuk,
langsung dirawat inap. Perbaikan adekuat bila
keadaan klinis normal dan APE> 75% nilai dugaan
atau 300-400 liter/menit.
c. Penderita dengan perbaikan adekuat, diobservasi lagi
selama 60 menit dan kemudian penderita dapat
dipulangkan.
Askep Kasus pada Pasien Status
Asmatikus

Tn. Y 45 tahun datang ke Rumah Sakit Medikal dengan


keluhan batuk secara terus menerus disertai dahak yang
begitu kental dan sulit untuk di keluarkan. Sejak tadi malam
tidak bisa tidur nyenyak bahkan tiap jam terbangun karena
batuk. Tn. Y juga mengatakan dadanya sesak, ketika
bernapas juga terlihat terengah-engah dan terdapat bunyi
ngik-ngik. Istri Tn. Y mengatakan sejak dulu Tn. Y memiliki
riwayat sesak napas dan biasanya kambuh jika udara dingin
atau ada debu serta jika Tn. Y terlalu banyak pikiran. Saat
dilakukan pengkajian terdapat suara nafas whezing saat
ekspirasi
RR : 34x/menit
S : 370C
N : 120x/menit
TD : 110/80 mmHg
1. Keluhan utama :
Keluarga Tn. Y mengatakan klien sukar
bernapas dan sesak
2. Riwayat Kesehatan:
Tn. Y mengeluh batuk terus menerus pada
malam hari disertai dahak yang begitu kental
dan sulit untuk dikeluarkan. Sejak tadi malam
tidak bisa tidur nyenyak dan setiap jamnya
terbangun karena batuk. Pagi harinya Tn. Y
dibawa ke IGD Rumah Sakit Medikal pada jam
06.00 WIB. Pada saat di IGD Tn. Y terlihat
terengah-engah saat bernapas dan terdapat
bunyi ngik-ngik pada saat ekspirasi.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tn. Y pernah masuk rumah sakit dengan kasus
yang sama karena sesak pada saat bernapas,
penyakit Tn. Y kambuh jika terlalu banyak
pikiran.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tn. Y mengatakan ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit yang sama seperti Tn. Y
yaitu ayah dari Tn.Y dan mempunyai alergi
terhadap debu
Pengkajian Primer

a. Airway
Terdapat obstruksi jalan napas ditandai dengan
suara napas ronchi dan weezing pada saat
ekspirasi
b. Breathing
Pernapasan cuping hidung (+), dispnea, terdapat
retraksi dinding dada, penggunaan otot
sternokleidomastoid, RR: 34x/menit
c. Circulation
Sianosis, CRT > 2dtk, TD: 110/80mmHG, N:
120x/menit
d. Dissability
GCS: 445
Pengkajian
Sekunder
a. Kepala
Inspeksi ; bentuk simetris, penyebaran rambut
merata
Palpasi ; tidak ada jejas pada kepala , tidak ada
nyeri tekan pada kepala , massa (-)
b. Mata
Inspeksi : konjungtiva merah muda, skelera
mata tidak ikterik, pupil isokor
Hidung
Inspeksi : pernapasan cuping hidung (+),
terpasang oksigen
Continue

d. Mulut dan bibir


Inspeksi : pucat
e. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, keadaan telinga
bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada tragus
f. Leher
Inspeksi : pembesaran vena jugularis (+),
pembesaran kelenjar limfe (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, distensi
vena jugularis (+)
Continue

g. Dada
Inspeksi : retraksi dinding dada (+),
penggunaan otot bantu pernapasan (+)
Palpasi : fokal fremitus menurun
Perkusi : terdengar bunyi pekak pada batas
jantung- normal
Ronchi ronchi
Auskultasi : - Whezing
h. Abdomen wheezing
Inspeksi : distensi abdomen (-)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi timpani
i. Kandung kemih
Inspeksi : tidak terpasang kateter
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
j. Kulit
Inspeksi : tidak ada jejas ataupun memar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, S: 370C, CRT
>2dtk
k. Ekstremitas atas dan bawah Bawah
Inspeksi : oedem (-)
Palpasi : akral dingin
NS. DIAGNOSIS :
Bersihan jalan napas tidak efektif
(NANDA-I)
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
DEFINITION:
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
1. Batuk tidak efektif 8. ortopnea
2. Tidak mampu batuk 9. gelisah
3. Sputum berlebih 10. sianosis
4. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering 11. bunyi napas
menurun
DEFINING CHARACTERISTICS
5. Mekonium di jalan napas (pada neonatus) 12. frekuensi napas
berubah
6. Dispnea 13. pola napas
berubah
7. Sulit bicara
1. Spasme jalan napas 8. proses infeksi
2. Hipersekresi jalan napas 9. respon alergi
3. Disfungsi neuromuskuler 10. efek agen
farmakologis (ex. Anastesi)
RELATED FACTORS:
4. Benda asing dalam jalan napas 11. merokok aktif
5. Adanya jalan napas buatan 12. merokok pasif
6. Sekresi yang tertahan 13. terpajan polutan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
ASSES Subjective data entry Objective data entry
SMEN Keluarga Tn. Y mengatakan klien sukar bernapas 1. RR : 34x/menit, 7. ortopnea
T dan sesak 2. S : 37 C,
0
8. fokal fremitus
menurun
3. N : 120x/menit 9. wheezing
4. TD : 110/80mmHg 10. ronkhi kering
5. CRT >2dtk 11. sianosis
6. Batuk tidak efektif
DIAGN Ns. Diagnosis (Specify):
OSIS Client Bersihan jalan napas tidak efektif
Diagnostic Statemen: Related to:
Spasme jalan napas dan hipersekresi jalan napas
KRITERIA HASIL INTERVENSION REASON OUTCOME
A (airway) 1. Kaji dan pantau 1.Untuk mengetahui 1. Jalan napas tidak ada
pernapasan, reflek adanya obstruksi jalan hambatan
sekresi napas 2. Bunyi napas bersih
2. Berikan posisi semi 2.Untuk membantu
fowler 15-30 melonggarkan jalan
3. Auskultasi bunyi nafas
napas 3.Memudahkan untuk
4. Kolaborasi pemberian mengeluarkan sputum
nebulizer
(bronkodilator-
B (breathing) expectoran) 1. Pasien bisa bernafas
dengan efektif
4. Untuk mensuplai
1. Pemberian oksigenasi kebutuhan oksigen
5-8lt/mnt simple face tubuh 1. Tekanan darah, nadi,
C (circulation) mask RR, Suhu dalam batas
normal, CRT <2dtk
1. Untuk memantau
keadaan tanda-tanda
D (disability) 1. Pemantauan TTV dan vital dan CRT pada klien 1. Klien dapat
CRT menunjukkan kondisi
kesadaran compos
5. Untuk mengetahui mentis secara normal.
tingkat kesadaran EVM = 456 dan respon
1. Kaji tingkat dan respon klien alert (sadar)
kesadaran dan
respon
Tanda
Tgl Jam Tindakan
tangan
21/03/2017 06.00 WIB A (airway)
1. Mengkaji dan memantau pernapasan, reflek
batuk dan sekresi
2. Memberikan posisi semi fowler 15
3. Melakukan auskultasi bunyi napas
4. Kolaborasi pemberian nebulizer
(bronkodilator-expectoran)


06.02 WIB B (breathing)
5. Memberikan oksigenasi 5-8lt/mnt simple
face mask (cari macam macam masker
oksigen)


06.07 WIB
C (circulation)
6. Melakukan observasi TTV dan CRT

06.08 WIB
D (disability)
7. Memantau status GCS dan respon klien

KRITERIA HASIL EVALUASI RENCANA
A (airway) Pengaturan posisi semi fowler dapat Lanjutkan pemberian
meringankan sesak nafas klien posisi semi fowler

B (breathing) Pemberian O2 dapat mengurangi sesak Pemberian support O2


nafas pasien diteruskan

C (circulation) Pemantauan pada tanda-tanda vital dan Tindakan pemantauan


CRT klien setiap jam TTV dan CRT di
teruskan

D (disability) Setelah di lakukan pemantauan GCS dan Lanjutkan


respon, tingkat kesadaran klien meningkat pemantauan GCS dan
respon

S : Keluarga Tn. Y mengatakan klien


masih sukar bernapas dan sesak
O:
1. RR : 33x/menit, 2. S : 370C
3. N : 120x/menit 4. TD :
110/80mmHg
5. CRT >2dtk 6. Ortopnea
7. Fokal fremitus 8. Whezing
9. Ronkhi kering 10. sianosis
A : Klien masih sesak
P: Rencana dilanjutkan
Thank you

Anda mungkin juga menyukai