PARU)
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 4
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAH
2021
Nn.M sesak napas lagi
Nn. M (25 tahun) dibawa oleh keluarga ke IGD RS. X karena mengeluh sesak nafas. Nn. M
mengalami kesulitan bernapas dengan suara mengi bernada tinggi. dan kesulitan berbicara. Nn.
M berhenti sejenak setiap beberapa kalimat untuk mengatur napas. Nn.M juga mengatakan dada
nya terasa berat dan tidak bisa bernapas. Nn.M memberitahu perawat IGD “asma saya sepertinya
kambuh”. Tiga bulan yang lalu pasien pernah masuk RS dengan keluhan sesak yang sama seperti
saat ini.
Keluhan sesak napas yang dirasakan tersebut hilang timbul, pasien mengeluhkan sesak napas
tidak lebih dari 2 kali dalam setiap minggu. Pasien terakhir kali mengeluhkan sesak satu minggu
yang lalu, namun reda dengan pemberian obat semprot. Sesak napas timbul saat cuaca dingin dan
hujan serta saat pasien melakukan aktivitas. Sesak nafas terjadi sampai bibir berwarna kebiruan,
disertai suara mengi, dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, compos mentis, TD 132/96 mmHg,
nadi 108x/ menit, frekuensi pernapasan 35 x/menit, napas cepat dan dangkal suhu 36.70C,
saturasi oksigen 92%. Pada status generalis tampak kepala normochephal, konjungtiva tidak
anemis, sklera anikterik, telinga dalam batas normal, hidung simetris, napas cuping hidung tidak
ada, bibir sianosis. Pada leher tampak trakea di tengah dan simetris. Perawat melakukan
pemeriksaan thoraks (paru) pada Nn.M, perawat mendapatkan hasil adanya retraksi subcostal,
pergerakan dinding dada cepat, taktil fremitus simetris kanan dan kiri, perkusi hipersonor, dan
auskultasi terdengar vesikuler menurun serta wheezing meningkat pada akhir ekspirasi pada
kedua lapang paru.
Saat ini pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, dahak campur buih, berwarna putih, berdarah
(-) dan tidak berbau, dahak sulit dikeluarkan. Nn.M juga telah diberikan terapi oksigen 3
liter/menit melalui nasal kanul dan mendapatkan terapi nebulizer Pulmicort. Pada pemeriksaan
penunjang X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.
3. Secara patofisiologis, apa yang terjadi pada paru-paru Nn.M selama serangan asma?
Sertakan dengan WOC
Jawab:
4. Berdasarkan kondisi Nn.M, seberapa beratkah serangan asma yang dialami oleh Nn.M ?
Jawab:
Dari kasus di atas didapatkan bahwa asma yang diderita Nn. M merupakan asma berat
dikarenakan terdapat tanda atau gejala berupa sesak nafas terjadi sampai bibir berwarna
kebiruan, disertai suara mengi, dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi.
TUGAS II
1. Buatlah pengkajian pada Nm.M
Jawab:
a. Identitas pasien
Nama : Nn.M
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir :-
Agama :-
Alamat :-
Diagnosa Medis : Asma
b. Keluhan utama
Sesak nafas, kesulitan bernapas, dada terasa berat dan batuk bedahak
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang
Keluhan saat ini klien mengeluh sesak nafas,kesulitan bernapas, dada terasa
berat serta kesulitan berbicara, sesak napas timbul saat cuaca dingin dan hujan
serta saat pasien melakukan aktivitas. Sesak nafas terjadi sampai bibir berwarna
kebiruan, disertai suara mengi, dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Data objektif
- TD : 132/96 mmH
- N : 108x/ menit
- P : 35 x/menit
- S : 36.70C
Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi:
- Kepala normochephal
- Konjungtiva tidak anemis
- Sklera ikterik
- Telinga dalam batas normal
- Hidung simetris, napas cuping hidung tidak ada, bibir sianosis.
2) Leher
Inspeksi:
Tampak trakea di tengah dan simetris
3) Dada
Pemeriksaan paru:
- Pergerakan dinding dada cepat
- Taktil fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi hipersonor
- Auskultasi terdengar vesikuler menurun serta wheezing meningkat
pada akhir ekspirasi pada kedua lapang paru.
Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan X-ray dada/thorax : hasil paru dalam batas normal.
3. Buatlah intervensi keperawatan pada Nm.M untuk mengurangi kejadian eksaserbasi asma
Diketahui Tn.W adalah seorang buruh pabrik batu bara sejak 20 tahun yang lalu dan memiliki
kebiasaan merokok sebanyak 1,5 bungkus rokok kretek setiap hari. Kebiasaan merokok ini telah
dimulai dari remaja. Tn.W menyangkal memiliki kebiasaan bersin dan alergi, meminum alcohol.
Ibu kandung Tn. W diketahui memiliki riwayat sesak napas hilang timbul akibat debu.
Saat diruangan Tn. W, perawat melihat Tn. W membungkuk di atas meja samping tempat
tidurnya menonton televisi. Tn.W mengatakan posisi ini membantu pernapasannya. Perawat
melakukan pemeriksaan fisik paru pada Tn.W, pada pemeriksaan fisik tersebut didapatkan hasil
inpeksi : simetris, adanya bentuk barrel chest, terlihat meninggikan bahu untuk bernapas,
pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi: vocal fremitus sama kiri dan kanan, perkusi:
bunyi pekak pada paru-paru, auskultasi: bunyi napas wheezing +/+, ronkhi +/+. Hasil
pemeriksaan TTV didapatkan TD 130/80 mmHg, denyut nadi 110 x/menit, pengisian kapiler 4
detik, dan jari-jari Tn. W sedikit menonjol (jari tabuh), frekuensi nafas 28 x/menit, napas cepat
dan dangkal dan suhu 36,80C, saturasi oksigen tidak stabil. Saturasi oksigen dinilai setiap dua
jam untuk memantau hipoksia. Setiap penilaian didapatkan hasil saturasi oksigen saat istirahat
dari 90% hingga 94% dengan 3 liter oksigen nasal kanul.
Tn.W telah melakukan pemeriksaan spirometry dengan tes bronkodilator yang pernah
dilakukannya, di mana hasilnya menunjukkan Volume Ekspirasi Paksa detik Pertama/ Kapasitas
Vital Paksa (VEP1/ KVP) 0,56 dan Volume Ekspirasi Paksa detik Pertama (VEP 1) 56%. Pada
pemeriksaan foto toraks ditemukan gambaran hiperlusen, diafragma letak mendatar dengan
kesan toraks emfisematus disertai honey comb appearance. Pada pemeriksaan penunjang:
leukosit 9120/UL, glukosa sewaktu 196 mg/dl, natrium 139 mmol/L, kalium 3,8 mmol/L, klorida
97 mmol/L. BTA I negative, leukosit positif, epitel positif.
Terapi yang didapatkan oleh pasien antara lain O2 3 liter/menit. Infus RL 20tpm, injeksi
cefotaxime 2x 1 gr (IV), ranitidine 2 x 30 mg (IV), methylprednisolone 2 x 62,5 mg (IV),
nebulizer Ventolin 2 x 2,5 mg, flixotide 3 x 0,5 mg (PO), sirup dexromethorpan 3 x 5 ml (PO).
2. Apa saja tanda dan gejala PPOK yang ditemukan pada Tn.W
Jawab:
- sesak napas
- letih dan lemah
- batuk berdahak
TUGAS II
b. Keluhan utama
Mengeluh sesak napas dimana sesak napas hampir setiap hari
Letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari-hari
Batuk berdahak
Tidak dapat beristirahat dengan baik
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang
Sesak nafas, letih dan lemah, batuk berdahak, tidak dapat beristirahat
d. Analisis data
Data subjektif
- mengeluh sesak napas dimana sesak napas hampir setiap hari
- batuk berdahak
- tidak dapat beristirahat dengan baik
Data objektif
- TD : 130/80 mmHg
- N :110 x/menit
- P : 28 x/ menit
- S : 36,80C
- Pasien terlihat letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari-hari
- Jari-jari Tn. W sedikit menonjol (jari tabuh)
- Tn.W membungkuk
- Saturasi oksigen tidak stabil hasil : saturasi oksigen saat istirahat dari 90%
hingga 94% dengan 3 liter oksigen nasal kanul.
Pemeriksaan fisik
Dada:
Pemeriksaan paru:
- Inpeksi : simetris, adanya bentuk barrel chest, terlihat meninggikan bahu
untuk bernapas, pengembangan dada kanan dan kiri sama
- Palpasi: vocal fremitus sama kiri dan kanan
- Perkusi: bunyi pekak pada paru-paru
- Auskultasi: bunyi napas wheezing +/+, ronkhi +/+.
Pemeriksaan penujang
- Pemeriksaan spirometry : Volume Ekspirasi Paksa detik Pertama/ Kapasitas
Vital Paksa (VEP1/ KVP) 0,56 dan Volume Ekspirasi Paksa detik Pertama
(VEP 1) 56%.
- Pemeriksaan foto toraks : ditemukan gambaran hiperlusen, diafragma letak
mendatar dengan kesan toraks emfisematus disertai honey comb appearance
- Pemeriksaan labor : leukosit 9120/UL, glukosa sewaktu 196 mg/dl, natrium
139 mmol/L,kalium 3,8 mmol/L, klorida 97 mmol/L. BTA I negative,
leukosit positif, epitel positif.
Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak.
Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang
hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan
batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada
kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan,
dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien
mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai
masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan
keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga
mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia.
Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke
Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan.
Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg,
tinggi badan 163 cm, IMT 18,0, terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80
x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0oC. Konjungtiva mata anemis, sklera
anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene
cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru,
inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi
adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam
batas normal,tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Status neurologis: Reflek fisiologis
normal, reflek patologi(‐).
Di RS pasien telah dilakukan pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan
adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke
Puskesmas untuk pengambilan dahak. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan
hasil yang pertama negatif kemudian diulangi dan didapatkan hasilnya +2. Pasien diberikan obat
paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg, Etambutol 275 mg.
Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan. Pasien merasakan gatal setelah minum
obat tersebut, namun untuk menguranginya pasien biasanya minum teh yang hangat dan pada
saat BAK berwarna merah.
kasus 3
4. Mengapa pasien mengalami keluhan batuk, sesak nafas, jelaskan secara patofisiologi
dengan menggunakan Web of Caution
Jawab:
Invasi bakteri TB via inhalasi
Infeksi primer
Bakteri dormant
Batuk produktif, batuk Komplikasi TB paru: efusi Intake nutrisi kurang, tu-
darah, sesak napas, penu- pleura, pneumothoraks buh makin kurus, kurang-
Runan kemampuan batuk nya informasi
efektif
b. Keluhan utama
Mengeluh batuk tidak berdahak
Demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan
BAK berwarna merah.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang
Batuk tidak berdahak, demam
d. Analisis data
Data subjektif
- Mengeluh batuk tidak berdahak, batuk lebih sering muncul dimalam
hari.batuk timbul pada sat menyangkul dan bertambah parah saat
menyemprot pestisida pada kebunnya.
- Demam
- Keringat malam
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan
Data objektif
- TD : 110/70 mmHg
- N : 80 x/menit
- P : 17 x/ menit
- S : 370C
- BB : 47 kg
- Kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan
- Tidak memakai masker pada saat batuk
- Kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien
- Dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien
Pemeriksaan fisik
1)Kepala
Inspeksi:
- Konjungtiva mata anemis
- Sklera anikterik
- Telinga dalam batas normal
- Hidung dalam batas normal
- Gigi dan oral hygiene cukup
2) Leher
Inspeksi:
Tenggorokan dalam batas normal
3) Dada
Pemeriksaan jantung dan abdomen :
- Inspeksi: dalam batas normal
Pemeriksaan paru :
3. Saat diberikan obat oleh dokter, pasien bertanya sampai kapan ia harus memakan obat,
karena pasien merasakan obat yang diberikan terlalu banyak. Tindakan apa yang harus
dilakukan oleh perawat terkait dengan situasi tersebut?
Jawab:
Menurut pendapat kami, berikan penjelasan kepada klien tentang penyakit yang
dideritanya karena penderita TBC harus mengkonsumsi obat rutin selama enam bulan
karena jika terputus sekali saja maka pasien harus mengulang obat dari awal sehingga
penyembuhan penyakit nya akan lebih lama juga. Jika pasien mengeluhkan obat yang
diminum melalui oral begitu banyak, kita bisa menukar obat tersebut dengan injeksi,
tentunya sesuai dengan anjuran dokter dan kalaborasi dengan pharmachist dan
nutrisionisht. Selain itu, kita juga bisa menyakinkan pasien bahwa obat tersebut bisa
dibayangkan sebagai makanan yang disukai ataupun sebuah suplemen vitamin yang bisa
memberikan kekuatan dan kesembuhan.
4. Jelaskan intervensi keperawatan yang akan dilakukan oleh pasien dalam meningkatkan
kemampuan pasien dalam mengatasi penyakit
Jawab:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d obstruksi jalan napas d.d adanya suara napas
tambahan (ronkhi) dan batuk tidak efektif
Intervensi Rasional
1. Kaji dan dokumentasi : — Takipnea, pernapasan dangkal dan
Keefektifan jalan napas, gerakan gerakan dada tidak simetris sering
dada, frekuensi pernapasan, terjadi karena ketidaknyamanan
pemberian oksigen dan gerakan dinding dada dan atau cairan
pengobatan, kecenderungan paru
pada gas darah arteri — Untuk mengetahui adanya penurunan
2. Auskultasi dada bagian anterior atau tidaknya ventilasi dan bunyi
dan posteriior tambahan
3. Lakukan pengisapan jalan napas
— Merangsang tejadinya batuk atau
bila diperlukan
pembersihan jalan napas secara
4. Pertahankan keadekuatan
mekanik pada pasien yang tak mampu
hidrasi untuk menurunkan
batuk secara efektif dan penurunan
viskositas sekresi
kesadaran
5. Instruksikan kepada pasien
— Memobilisasi keluarnya sputum
tentang batuk efektif dan teknis
— Napas dalam memudahkan ekspansi
napas dalam untuk
maskimum paru-paru atau jalan napas
memudahkan keluarnya sekresi
lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
6. Kolaborasi dengan memberikan
pemberian jalan napas alami,
cairan tambahan mis: IV,
membantu silia untuk mempermudah
oksigen humidifikasi dan
jalan napas paten. Penekanan
ruangan humidifkasi
menurunkan ketidaknyamanan dada
7. Kolaborasi dengan berikan obat
dan posisi duduk memungkinkan
sesuai indikasi : mukolitik,
upaya napas lebih dalam dan lebih
ekspektoran, bronkodilator,
analgesik kuat.
8. Kolaborasi dengan bantu — Cairan diperlukan untuk mengganti
mengawasi efek pengobatan kehilangan dan mobilisasi sekret
nebulizer dan fisioterapi lain — Memudahkan pengenceran dan
mis: spirometri iasentif, perkusi, pembuangan sekret. Koordinasikan
drainase postural pengobatan atau jadwal dan masukan
oral menurunkan muntah karena
batuk dan pengeluaran sputum.
Berikan udara/oksigen yang telah
dihumidifikasi sesuai dengan
kebutuhan
b. Defisit nutrisi
Intervensi Rasional
Manajemen gangguan makan
1. Monitor intake atau asupan cairan — Untuk mengetahui asupan nutrisi
secara tepat klien
2. Monitor asupan kalori makan — Untuk mengetahui asupan kalori
harian klien
3. Monitor perilaku klien yang — Untuk mengontrol pola makan
berhubungan dengan pola makan, dan berat badan
penambahan dan kehilangan berat — Untuk mengetahui perkembangan
badan berat badan klien
4. Monitor berat badan klien secara — Untuk memaksimalkan
rutin pemenuhan gizi klien
5. Ajarkan dan dukung konsep — Untuk menjaga kondisi klien tetap
nutrisi yang baik dengan klien stabil
(dan orang terdekat klien dengan
tepat)
6. Kolaborasikan dengan ahli gizi
dalam menentukan asupan kalori
7. Kolaborasikan dengan tim
kesehatan lainnya setiap hari
terkait perkembangan klien
c. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d kurangnya pengetahuan d.d kebiasaan
tidak baik seperti tidak menggunakan masker ketika batuk dan membuang dahak
sembarangan
Intervensi Rasional
Family Involvement Promotion
1. Tentukan bagaimana hubungan — Hubungan yang baik dapat
keluarga dengan pasien menunjang kepatuhan pasien untuk
2. Identifikasi kemampuan keluarga menaati terapi
dalam merawat pasien — Jika perawatn keluarga tidak baik,
3. Identifikasi ekspetasi atau harapan maka perawat dapat mengevaluasi
keluarga terhadap pasien dan memprbaiki
4. Ajarkan keluarga pasien untuk mau — Harapan keluarga dapat
bekerjasama dengan tenaga kesehatn mempengaruhi keinginan sembuh
untuk menerapkan asuhan dari pasien
keperawatan — Kerjasam yang baik menyebabkan
5. Fasilitasi mengenai informasi medis askep berjalan optimal
terkait kondisi pasien kepada keluarga — Informasi yang tepat dan relevan
6. Tentukan ketergantunagn pasien dapat mengurangi keraguan dan
terhadap keluarga kecemasan keluarga dan pasien
7. Beritahu keluarga mengenai — Ketergantungan berarti keluarga harus
informasi yang dapat meningkatkan mengetahui pula semua hal tentang
kesehatan pasien perawatan pasien
8. Ajarkan keluarga untuk tetap menjaga — Menciptakan hubungan saling
hubungan kekeluargaan percaya dengan keluarga
9. Diskusi dengan keluarga mengenai
— Menciptakan suasana kekeluargaan
perawatan di rumah
— Perawatan di rumah menentukan
apakah pasien kembali ke RS atau
tidak
5.
Masa di Paru Tn.P
Tn P datang ke RS paru dengan keluhan nafas sesak, sesak semakin meningkat pada saat posisi
setengah duduk dan susah untuk tidur nyenyak. Selain itu pasin mengeluhkan tidak nafsu makan,
dan hanya habis 2 sdm. keluhan lain adalah tidak bisa duduk sendiri dan mengeluh nyeri dada
kanan dan berat untuk bernafas. Sebelum di rawat hari ini pernah dirawat dengan keluhan sesak
nafas dan batuk berdarah (haemoptisis ) 4 bulan yang lalu, dan dan diagnosis dokter sebagai
kanker paru.
Hasil peneriksaan didapatkan kerongkongan sakit saat menelan dan badannya terasa lemas. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70mmHg, nadi 60x/menit, pernapasan
32x/menit, irama ireguler, nyeri tekan dada sebelah kanan, taktil fremitus bergetar kiri dan kanan
terdengar lemah, suara napas paru kiri ronkhi, kanan redup +wheezing, terpasang oksigen 3L/i
suhu 36,50C terpasang infuse Nacl 0,9% dan asering 5 %. TB 170 cm, BB sebelum sakit 45 Kg
setelah saki 42 Kg
3. Jelaskan mekanisme pasien Ca paru dapat mengalami sesak napas dan hemoptisis?
Jawab:
Sesak nafas pada pasien paru dapat terjadi karena sistem pernafasan dan sirkulasi darah
tidak mampu mengedarkan cukup oksigen untuk tubuh,ssesak nafas akibat ganguan pada
paru-paru dapat terjadi karena adanya hambatan pada saluran udara ,luas permukaan
paru-paru yang berkurang atau paru-paru tidak elastic,kondisi ini dapat terjadinya dalam
jangka waktu panjang atau pendek.Haemoptisis pada pasien ca paru dapat terjadi jika lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar,lesi ini
mnenyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti supurasi di bagian distal.
4. Melihat gambaran kasus Tn P di atas, termasuk jenis ca paru apa yang terjadi pada Tn P?
Jawab:
Carcinoma atau kanker ganas. Berdasarkan keteranganan gambar diatas merupakan
kanker pada stadium IB karena pada keterangan ukuran tumor berkisar 5 cm sedangkan
ukuran tumor primer >3 cm tapi ≤ 5 cm (T2a), tidak atau belum tersebar ke KGB (N0),
dan tidak ditemukan metastatis atau penyebaran lainnya (M0).
Ranitidine : untuk engurangi jumlah asam lambung dalam perut. Obat ini berfungsi
untuk mengatasi dan mencegah rasa panas pada perut (heartburn). Efek samping
yaitu:
- gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau
tenggorokan.
6. Jelaskan kenapa hasil labor tersebut abnormal
Jawab:
Karena hasil pada pemeriksaan labor terdapat Hb, eritrosit, dan kalium yang rendah atau
kurang diatas batas normal.
7. Apakah boleh pasien ca paru yang mengalamai haemoptoe dilakukan fisioterapi dada dan
batuk efektik ? sebutkana alasannya
Jawab:
Tidak boleh karena apabila diakukan terapi tersebut akan meningkatnya pendarahan.
Tugas 2
Pemeriksaan Paru
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Mual.
Muntah.
Badan terasa lelah atau lemah.
Rambut rontok.
Infeksi.
Anemia.
Selera makan berkurang.
Perubahan pada kulit dan kuku.
Demam.
Sariawan atau luka dalam mulut.
Sembelit.
Diare.
Gangguan konsentrasi dan ingatan.
Terdapat juga sejumlah efek samping yang biasanya baru dirasakan setelah beberapa bulan atau
tahun pasca kemoterapi dijalani. Efek samping tersebut antara lain adalah risiko kanker
sekunder, masalah pada jantung, kerusakan jaringan paru-paru, gangguan pada ginjal, dan
gangguan saraf tepi (neuropati perifer).