Anda di halaman 1dari 40

PEMBAHASAN KASUS SISTEM RESPIRASI (ASMA, PPOK, TB. PARU, CA.

PARU)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

DISUSUN

OLEH

KELOMPOK 4

Fitrah Aini Rahman 2011313005


Rizka Noviola Hardita 2011313008
Resty Noer Syafitri 2011313002
Tio Rivaldi 2011312059
Mila Gustia 2011312065
Roby Juniwieldra Almy 2011312056
Hania Safiira 2011312068
Atikah Salsabila Deyra 2011312080
Diyan R. Kurnia 2011312074
Fitri Rahmayani Asnur 2011312071

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAH

2021
Nn.M sesak napas lagi

Nn. M (25 tahun) dibawa oleh keluarga ke IGD RS. X karena mengeluh sesak nafas. Nn. M
mengalami kesulitan bernapas dengan suara mengi bernada tinggi. dan kesulitan berbicara. Nn.
M berhenti sejenak setiap beberapa kalimat untuk mengatur napas. Nn.M juga mengatakan dada
nya terasa berat dan tidak bisa bernapas. Nn.M memberitahu perawat IGD “asma saya sepertinya
kambuh”. Tiga bulan yang lalu pasien pernah masuk RS dengan keluhan sesak yang sama seperti
saat ini.

Keluhan sesak napas yang dirasakan tersebut hilang timbul, pasien mengeluhkan sesak napas
tidak lebih dari 2 kali dalam setiap minggu. Pasien terakhir kali mengeluhkan sesak satu minggu
yang lalu, namun reda dengan pemberian obat semprot. Sesak napas timbul saat cuaca dingin dan
hujan serta saat pasien melakukan aktivitas. Sesak nafas terjadi sampai bibir berwarna kebiruan,
disertai suara mengi, dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, compos mentis, TD 132/96 mmHg,
nadi 108x/ menit, frekuensi pernapasan 35 x/menit, napas cepat dan dangkal suhu 36.70C,
saturasi oksigen 92%. Pada status generalis tampak kepala normochephal, konjungtiva tidak
anemis, sklera anikterik, telinga dalam batas normal, hidung simetris, napas cuping hidung tidak
ada, bibir sianosis. Pada leher tampak trakea di tengah dan simetris. Perawat melakukan
pemeriksaan thoraks (paru) pada Nn.M, perawat mendapatkan hasil adanya retraksi subcostal,
pergerakan dinding dada cepat, taktil fremitus simetris kanan dan kiri, perkusi hipersonor, dan
auskultasi terdengar vesikuler menurun serta wheezing meningkat pada akhir ekspirasi pada
kedua lapang paru.

Saat ini pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, dahak campur buih, berwarna putih, berdarah
(-) dan tidak berbau, dahak sulit dikeluarkan. Nn.M juga telah diberikan terapi oksigen 3
liter/menit melalui nasal kanul dan mendapatkan terapi nebulizer Pulmicort. Pada pemeriksaan
penunjang X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.

Berdasarkan scenario diatas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :


TUGAS I
1. Apa yang kondisi yang terjadi pada Nn.M?
Jawab :
- kesulitan bernapas dengan suara mengi bernada tinggi. dan kesulitan berbicara
- dada nya terasa berat dan tidak bisa bernapas

2. Apakah tanda dan gejala yang perlu didokumentasikan oleh perawat?


Jawab:
Sesak napas, batuk berdahak, suara mengi bernada tinggi, dada terasa berat dan tidak bisa
bernapas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, compos mentis, TD 132/96
mmHg, nadi 108x/ menit, frekuensi pernapasan 35 x/menit, napas cepat dan dangkal suhu
36.70C, saturasi oksigen 92%.

3. Secara patofisiologis, apa yang terjadi pada paru-paru Nn.M selama serangan asma?
Sertakan dengan WOC
Jawab:
4. Berdasarkan kondisi Nn.M, seberapa beratkah serangan asma yang dialami oleh Nn.M ?
Jawab:
Dari kasus di atas didapatkan bahwa asma yang diderita Nn. M merupakan asma berat
dikarenakan terdapat tanda atau gejala berupa sesak nafas terjadi sampai bibir berwarna
kebiruan, disertai suara mengi, dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi.
TUGAS II
1. Buatlah pengkajian pada Nm.M
Jawab:
a. Identitas pasien
Nama : Nn.M
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir :-
Agama :-
Alamat :-
Diagnosa Medis : Asma

b. Keluhan utama
Sesak nafas, kesulitan bernapas, dada terasa berat dan batuk bedahak

c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang
Keluhan saat ini klien mengeluh sesak nafas,kesulitan bernapas, dada terasa
berat serta kesulitan berbicara, sesak napas timbul saat cuaca dingin dan hujan
serta saat pasien melakukan aktivitas. Sesak nafas terjadi sampai bibir berwarna
kebiruan, disertai suara mengi, dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi.

 Riwayat Kesehatan masa lalu


Tiga bulan yang lalu klien pernah masuk RS dengan keluhan sesak nafas, suara
mengi bernada tinggi, kesulitan bernafas,kesulitan berbicara, dada terasa berat,
tidak bisa bernafas dan setiap beberapa kalimat berhenti sejenak untuk mengatur
nafas

 Riwayat Kesehatan keluarga


Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mengalami sakit asma
d. Analisis data
 Data subjektif
Klien mengeluh sesak nafas saat cuaca dingin dan hujan serta saat pasien
melakukan aktivitas, Sesak nafas tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi, batuk
berdahak

 Data objektif
- TD : 132/96 mmH
- N : 108x/ menit
- P : 35 x/menit
- S : 36.70C
 Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi:
- Kepala normochephal
- Konjungtiva tidak anemis
- Sklera ikterik
- Telinga dalam batas normal
- Hidung simetris, napas cuping hidung tidak ada, bibir sianosis.
2) Leher
Inspeksi:
Tampak trakea di tengah dan simetris
3) Dada
Pemeriksaan paru:
- Pergerakan dinding dada cepat
- Taktil fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi hipersonor
- Auskultasi terdengar vesikuler menurun serta wheezing meningkat
pada akhir ekspirasi pada kedua lapang paru.
 Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan X-ray dada/thorax : hasil paru dalam batas normal.

2. Apakah prioritas diagnose keperawatan pada Nm.M


1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas dan sekresi yang
tertahan.
2) Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan.
3) Intoleransi aktivitas b.d dispnea setelah beraktivitas

3. Buatlah intervensi keperawatan pada Nm.M untuk mengurangi kejadian eksaserbasi asma

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


Bersihan jalan napas tidak efektif Latihan Batuk Efektif
b.d spasme jalan napas dan sekresi Observasi:
yang tertahan.  Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
napas
Terapeutik:
 Atur posisisemi-fowler atau fowler
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
 Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi:
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
Pola nafas tidak efektif b.d depresi Manajemen Jalan Napas
pusat pernapasan Observasi:
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan
Terapeutik:
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Berikan fisioterapi dada
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
 Berikan oksigen
Edukasi:
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Intoleransi aktivitas b.d dispnea Terapi Aktivitas
setelah beraktivitas Observasi:
 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
Terapeutik:
 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psokologis, dan sosial
 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasikan otot
Edukasi:
 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
 Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai

Jari tabuh Tn.W


Tn.W (63 tahun) dirawat di ruangan paru RS.Y dengan penyakit paru obstruktif kronik. Tn. W
mengeluh sesak napas dimana sesak napas hampir setiap hari dan mengganggu aktivitas mulai
dari berjalan dan aktivitas lainya. Keluhan sesak ini sudah dirasakan sejak 5 tahun yang lalu dan
sering membuat Tn.W bolak balik ke RS dan dirawat 3 kali dalam 1 tahun ini Pasien merasakan
letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari-hari karena kesulitan bernapas, sesak napas
saat beraktivitas, pasien terlihat letih, pasien dibantu oleh anggota keluarganya untuk melakukan
aktivitas sehari seperti untuk ambulasi atau berpindah tempat, mandi atau toileting. Tn. W juga
mengeluh batuk lama hilang timbul, namun 2 hari ini batuk dirasakan berdahak bewarna kuning
kental dan sulit untuk dikeluarkan. Pasien mengatakan kesulitan untuk tidur karena batuk yang
bertambah di malam hari, pasien mengatakan tidak dapat beristirahat dengan baik, pasien sering
terbangun saat tidur di malam hari, pasien mengatakan terbangun 4 kali di malam hari, pasien
mengatakan hanya bisa beberapa jam saja dalam sehari.

Diketahui Tn.W adalah seorang buruh pabrik batu bara sejak 20 tahun yang lalu dan memiliki
kebiasaan merokok sebanyak 1,5 bungkus rokok kretek setiap hari. Kebiasaan merokok ini telah
dimulai dari remaja. Tn.W menyangkal memiliki kebiasaan bersin dan alergi, meminum alcohol.
Ibu kandung Tn. W diketahui memiliki riwayat sesak napas hilang timbul akibat debu.

Saat diruangan Tn. W, perawat melihat Tn. W membungkuk di atas meja samping tempat
tidurnya menonton televisi. Tn.W mengatakan posisi ini membantu pernapasannya. Perawat
melakukan pemeriksaan fisik paru pada Tn.W, pada pemeriksaan fisik tersebut didapatkan hasil
inpeksi : simetris, adanya bentuk barrel chest, terlihat meninggikan bahu untuk bernapas,
pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi: vocal fremitus sama kiri dan kanan, perkusi:
bunyi pekak pada paru-paru, auskultasi: bunyi napas wheezing +/+, ronkhi +/+. Hasil
pemeriksaan TTV didapatkan TD 130/80 mmHg, denyut nadi 110 x/menit, pengisian kapiler 4
detik, dan jari-jari Tn. W sedikit menonjol (jari tabuh), frekuensi nafas 28 x/menit, napas cepat
dan dangkal dan suhu 36,80C, saturasi oksigen tidak stabil. Saturasi oksigen dinilai setiap dua
jam untuk memantau hipoksia. Setiap penilaian didapatkan hasil saturasi oksigen saat istirahat
dari 90% hingga 94% dengan 3 liter oksigen nasal kanul.

Tn.W telah melakukan pemeriksaan spirometry dengan tes bronkodilator yang pernah
dilakukannya, di mana hasilnya menunjukkan Volume Ekspirasi Paksa detik Pertama/ Kapasitas
Vital Paksa (VEP1/ KVP) 0,56 dan Volume Ekspirasi Paksa detik Pertama (VEP 1) 56%. Pada
pemeriksaan foto toraks ditemukan gambaran hiperlusen, diafragma letak mendatar dengan
kesan toraks emfisematus disertai honey comb appearance. Pada pemeriksaan penunjang:

leukosit 9120/UL, glukosa sewaktu 196 mg/dl, natrium 139 mmol/L, kalium 3,8 mmol/L, klorida
97 mmol/L. BTA I negative, leukosit positif, epitel positif.

Terapi yang didapatkan oleh pasien antara lain O2 3 liter/menit. Infus RL 20tpm, injeksi
cefotaxime 2x 1 gr (IV), ranitidine 2 x 30 mg (IV), methylprednisolone 2 x 62,5 mg (IV),
nebulizer Ventolin 2 x 2,5 mg, flixotide 3 x 0,5 mg (PO), sirup dexromethorpan 3 x 5 ml (PO).

Berdasarkan kasus tersebut jawablah pertanyaan berikut ini

1. Apa kondisi yang sedang dialami oleh Tn.W


Jawab:
penyakit paru obstruktif kronik
- mengeluh sesak napas dimana sesak napas hampir setiap hari
- letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari-hari
- batuk dirasakan berdahak berwarna kuning kental dan sulit untuk dikeluarkan
- tidak dapat beristirahat dengan baik

2. Apa saja tanda dan gejala PPOK yang ditemukan pada Tn.W
Jawab:
- sesak napas
- letih dan lemah
- batuk berdahak

3. Jelaskan secara patofisiologis mengenai penyakit PPOK sertakan WOC.


Jawab:
4. Kenapa posisi membungkuk yang dilakukan Tn.W dapat mengurangi sesak napas yang
dirasakannya? Sebutkan intervensi non-farmakologis lainya yang dapat dilakukan oleh
Tn.W untuk mengurangi sesak napas yang dirasakanya.
Jawab:
Karena posisi membungkuk membantu memperlambat laju pernapasan, yang membuat
setiap napas lebih dalam dan lebih efektif.
intervensi non-farmakologis lainya yaitu:
teknik konservasi energi dengan meminimalkan aktivitas harian, tekhnik relaksasi dengan
cara guided imagery dan progressive muscle relaxation, breathing training dengan cara
pursed lips breathing dan diaphragmatic breathing, teknik konseling seperti terapi
mindfullnes; pemberian udara dingin yang mengalir dengan mempergunakan kipas angin;
non-invasif ventilasi; akupunktur atau akupresur; masase yang bermanfaat bagi relaksasi
dan postur pasien.

5. Apaka pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada Tn. W?


Jawab:
pemeriksaan spirometry, pemeriksaan foto toraks (rontgen), pemeriksaan darah dan
fungsi ginjal, pemeriksaan fungsi paru, pemeriksaan bronkogram, pemerksaan
elektrokardiogram.

TUGAS II

1. Buatlah pengkajian dari kasus Tn.W


Jawab:
a. Identitas pasien
Nama : Tn.W
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir :-
Agama :-
Alamat :-
Pekerjaan : Buruh pabrik batu bara
Diagnosa Medis : PPOK

b. Keluhan utama
 Mengeluh sesak napas dimana sesak napas hampir setiap hari
 Letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari-hari
 Batuk berdahak
 Tidak dapat beristirahat dengan baik

c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang
Sesak nafas, letih dan lemah, batuk berdahak, tidak dapat beristirahat

 Riwayat Kesehatan masa lalu


Sesak nafas dirasakan sejak 5 tahun yang lalu, pernah di rawat di RS 3 kali dalam
satu tahun ini, dan memiliki kebiasaan merokok

 Riwayat Kesehatan keluarga


Ibu kandung Tn.W diketahui memiliki Riwayat sesak nafas hilang timbul akibat
debu.

d. Analisis data
 Data subjektif
- mengeluh sesak napas dimana sesak napas hampir setiap hari
- batuk berdahak
- tidak dapat beristirahat dengan baik
 Data objektif
- TD : 130/80 mmHg
- N :110 x/menit
- P : 28 x/ menit
- S : 36,80C
- Pasien terlihat letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari-hari
- Jari-jari Tn. W sedikit menonjol (jari tabuh)
- Tn.W membungkuk
- Saturasi oksigen tidak stabil hasil : saturasi oksigen saat istirahat dari 90%
hingga 94% dengan 3 liter oksigen nasal kanul.

 Pemeriksaan fisik
Dada:
Pemeriksaan paru:
- Inpeksi : simetris, adanya bentuk barrel chest, terlihat meninggikan bahu
untuk bernapas, pengembangan dada kanan dan kiri sama
- Palpasi: vocal fremitus sama kiri dan kanan
- Perkusi: bunyi pekak pada paru-paru
- Auskultasi: bunyi napas wheezing +/+, ronkhi +/+.
Pemeriksaan penujang
- Pemeriksaan spirometry : Volume Ekspirasi Paksa detik Pertama/ Kapasitas
Vital Paksa (VEP1/ KVP) 0,56 dan Volume Ekspirasi Paksa detik Pertama
(VEP 1) 56%.
- Pemeriksaan foto toraks : ditemukan gambaran hiperlusen, diafragma letak
mendatar dengan kesan toraks emfisematus disertai honey comb appearance
- Pemeriksaan labor : leukosit 9120/UL, glukosa sewaktu 196 mg/dl, natrium
139 mmol/L,kalium 3,8 mmol/L, klorida 97 mmol/L. BTA I negative,
leukosit positif, epitel positif.

2. Tentukan diagnose prioritas yang ditemukan Tn.W


Jawab:
No. Nalisis data Diagnosa
1 DO : Intoleransi Aktivitas
- Frekuensi nafas : 28 x/menit
DS:
- Merasakan lemah
- Sesak nafas saat beraktivitas

2 DO: Gangguan pertukaran gas


- Nadi : 110 x/menit (takikardi)
- Bunyi nafas tambahan (ronkhi dan wheezing)
- Pola nafas abnormal (nafas cepat dan dangkal)
DS:
- Kesuliatan bernafas/ sesak nafas (dispnea)

3. Buatlah intervensi keperawatan berdasarkan diagnose yang telah ditegakkan

Diagnosa (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi

Intoleransi Setelah dilakukan intervensi, Terapi Aktivitas


Aktivitas maka Toleransi Aktivitas 1. Observasi
meningkat, dengan kriteria hasil:  Identifikasi defisit tingkat
- Frekuensi nadi menurun (1) aktivitas
- Keluhan lelah menurun (5)  Identifikasi kemampuan
- Dispnea saat aktivitas berpartisipasi dalam
menurun (5) aktivotas tertentu
- Perasaan lemah menurun (5)  Monitor respon emosional,
- Frekuensi nafas meningkat ke fisik, social, dan spiritual
5 terhadap aktivitas
2. Terapeutik
 Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan deficit
yang dialami
 Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis. ambulansi,
mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
 Libatkan kelarga dalam
aktivitas, jika perlu
3. Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari
 Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
 Anjurkan keluarga untuk
member penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas

Gangguan Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi


pertukaran gas maka Pertukaran Gas 1. Observasi
meningkat. Hasil kriteria:  Monitor frekuensi, irama,
- Dispnea menurun (5) kedalaman, dan upaya
- Bunyi nafas tambahan napas
menurun (5)  Monitor pola napas (seperti
- Gelisah menurun (5) bradipnea, takipnea,
- Takikardi membaik (5) hiperventilasi, Kussmaul,
- Pola nafas membaik (5) Cheyne- Stokes, Biot,
ataksik)
 Monitor kemampuan batuk
efektif
 Monitor adanya produksi
sputum
 Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan
Tn Kai, dengan TB Paru

Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak.
Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang
hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan
batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada
kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan,
dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien
mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai
masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan
keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga
mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia.
Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke
Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan.

Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg,
tinggi badan 163 cm, IMT 18,0, terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80
x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0oC. Konjungtiva mata anemis, sklera
anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene
cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru,
inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi
adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam
batas normal,tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Status neurologis: Reflek fisiologis
normal, reflek patologi(‐).

Di RS pasien telah dilakukan pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan
adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke
Puskesmas untuk pengambilan dahak. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan
hasil yang pertama negatif kemudian diulangi dan didapatkan hasilnya +2. Pasien diberikan obat
paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg, Etambutol 275 mg.
Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan. Pasien merasakan gatal setelah minum
obat tersebut, namun untuk menguranginya pasien biasanya minum teh yang hangat dan pada
saat BAK berwarna merah.
kasus 3

1. Menurut anda apa tanda dan gejala dari TB Paru


Jawab:
Batuk terus menerus (2- 3 minggu) terkadang berdarah, kehilangan berat badan, kurang
nafsu makan, berkeringat dimalam hari, sesak nafas, nyeri di dada, deman, mudah lelah,
urin bewarna merah

2. Apa faktor resiko yang dimiliki pasien


Jawab:
Faktor penyebab:
 Kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien,
 dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien,
 keadaan rumah pasien yang lembab, dan
 riwayat kontak dengan penderita TB.
Faktor keluhan pasien :
 batuk tidak berdahak,
 demam
 keringat malam
 penurunan nafsu makan
 penurunan berat badan

3. Gambarkan situasi yang bisa memperparah kondisi pasien.


Jawab:
Yang memperparah kondisi pasien yaitu dengan kebiasaan dan lingkungan yang kurang
baik, tidak adanya dukungan dari keluarga dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
yang diderita oleh pasien seperti ketidak tahuan tentang kesembuhannya, ancaman
kematian, bagaimana aturan meminum obat. TB paru juga dapat mengakibatkan masalah
psikososial, dampak psikososial antara lain adalah adanya masalah psikologis
berhubungan dengan penyakitnya seperti merasa bosan, kurang motivasi, sampai kepada
gangguan jiwa yang cukup serius seperti depresi berat. Masalah psikososial lainnya
adalah adanya stigma di masyarakat, merasa takut akan penyakitnya yang tidak dapat
disembuhkan, merasa dikucilkan, dan tidak percaya diri, serta masalah ekonomi. Hal-hal
tersebut tentunya membuat pasien TB paru mengalami stres yang disebabkan tekanan
baik dari dalam maupun luar.

4. Mengapa pasien mengalami keluhan batuk, sesak nafas, jelaskan secara patofisiologi
dengan menggunakan Web of Caution
Jawab:
Invasi bakteri TB via inhalasi

Infeksi primer

Sembuh dengan focus Ghon

Bakteri dormant

Bakteri muncul beberapa


tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi, membentuk kavitas dan


merusak parenkim paru

Edema trakeal, peningkatan Penurunan jaringan efektif Reaksi sistemis: anoreksia,


produksi sekret, pecahnya paru, atelectasis, kerusakan mual, muntah, demam dan
Pembuluh darah napas membran alveolar kapiler kelemahan

Batuk produktif, batuk Komplikasi TB paru: efusi Intake nutrisi kurang, tu-
darah, sesak napas, penu- pleura, pneumothoraks buh makin kurus, kurang-
Runan kemampuan batuk nya informasi
efektif

Ketidakefektifan bersihan Sesak napas, penggunaan - Perubahan nutrisi kurang


jalan napas otot bantu dari kebutuhan
- Kurang pengetahuan

- Pola napas tidak efektif


- Gangguan pertukaran gas

5. Apa fungsi obat-obatan seperti


Rifampicin, Isoniazid, irazinamid, Etambutol pada kondisi pasien. Bagaimana cara kerja
obat tersebut.
Jawab:
 Rifampicin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit akibat infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh bakteri
penyebab infeksi
 Isoniazid Isoniazid untuk menangani gejala tuberkulosis paru ataupun ekstra paru.
Bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri Mycobacterium
tuberculosis penyebab tuberkulosis.
 Irazinamid untuk mengobati tuberkulosis (TB). Obat ini adalah antibiotik dan bekerja
dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
 Etambutol untuk mengatasi tuberculosis (TBC). bekerja dengan cara menghentikan
pertumbuhan bakteri penyebab tuberkulosis
Tugas 2

1. Buatlah pengkajian keperawatan berdasarkan kasus tersebut


Jawab:
a. Identitas pasien
Nama : Tn. Kai
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani karet
Diagnosa Medis : TB Paru

b. Keluhan utama
 Mengeluh batuk tidak berdahak
 Demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan
 BAK berwarna merah.
c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang
Batuk tidak berdahak, demam

 Riwayat Kesehatan masa lalu


Batuk tidak berdahak dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, demam, keringat
malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50
kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Kebiasaan yang tidak baik seperti
membuang dahak sembarangan.

 Riwayat Kesehatan keluarga


Istri klien memiliki riwayat penyakit TB paru dan sudah meninggal

d. Analisis data
 Data subjektif
- Mengeluh batuk tidak berdahak, batuk lebih sering muncul dimalam
hari.batuk timbul pada sat menyangkul dan bertambah parah saat
menyemprot pestisida pada kebunnya.
- Demam
- Keringat malam
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan
 Data objektif
- TD : 110/70 mmHg
- N : 80 x/menit
- P : 17 x/ menit
- S : 370C
- BB : 47 kg
- Kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan
- Tidak memakai masker pada saat batuk
- Kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien
- Dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien

 Pemeriksaan fisik
1)Kepala
Inspeksi:
- Konjungtiva mata anemis
- Sklera anikterik
- Telinga dalam batas normal
- Hidung dalam batas normal
- Gigi dan oral hygiene cukup
2) Leher
Inspeksi:
Tenggorokan dalam batas normal
3) Dada
Pemeriksaan jantung dan abdomen :
- Inspeksi: dalam batas normal

Pemeriksaan paru :

- Inspeksi, palpasi, perkusi : dalam batas normal.


- Auskultasi paru : adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra
4) Ekstremitas
- Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal,tidak sianosis, tidak
oedem, dan akral hangat.
5) Neurologis
- Reflek fisiologis normal
- Reflek patologi (-)
 Pemeriksaan penujang
- Rongen anterior posterior (AP) : adanya kavitas pada pulmo dekstra dan
sinistra
- Pemeriksaan dahak : hasilnya +2

2. Tegakkan 3 diagnosa prioritas sesuai kondisi pasien, sertakan analisis data


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d obstruksi jalan napas d.d adanya suara napas
tambahan (ronkhi) dan batuk tidak efektif
2. Defisit nutrisi
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d kurangnya pengetahuan d.d
kebiasaan tidak baik seperti tidak menggunakan masker ketika batuk dan membuang
dahak sembarangan

3. Saat diberikan obat oleh dokter, pasien bertanya sampai kapan ia harus memakan obat,
karena pasien merasakan obat yang diberikan terlalu banyak. Tindakan apa yang harus
dilakukan oleh perawat terkait dengan situasi tersebut?
Jawab:
Menurut pendapat kami, berikan penjelasan kepada klien tentang penyakit yang
dideritanya karena penderita TBC harus mengkonsumsi obat rutin selama enam bulan
karena jika terputus sekali saja maka pasien harus mengulang obat dari awal sehingga
penyembuhan penyakit nya akan lebih lama juga. Jika pasien mengeluhkan obat yang
diminum melalui oral begitu banyak, kita bisa menukar obat tersebut dengan injeksi,
tentunya sesuai dengan anjuran dokter dan kalaborasi dengan pharmachist dan
nutrisionisht. Selain itu, kita juga bisa menyakinkan pasien bahwa obat tersebut bisa
dibayangkan sebagai makanan yang disukai ataupun sebuah suplemen vitamin yang bisa
memberikan kekuatan dan kesembuhan.

4. Jelaskan intervensi keperawatan yang akan dilakukan oleh pasien dalam meningkatkan
kemampuan pasien dalam mengatasi penyakit
Jawab:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d obstruksi jalan napas d.d adanya suara napas
tambahan (ronkhi) dan batuk tidak efektif
Intervensi Rasional
1. Kaji dan dokumentasi : — Takipnea, pernapasan dangkal dan
Keefektifan jalan napas, gerakan gerakan dada tidak simetris sering
dada, frekuensi pernapasan, terjadi karena ketidaknyamanan
pemberian oksigen dan gerakan dinding dada dan atau cairan
pengobatan, kecenderungan paru
pada gas darah arteri — Untuk mengetahui adanya penurunan
2. Auskultasi dada bagian anterior atau tidaknya ventilasi dan bunyi
dan posteriior tambahan
3. Lakukan pengisapan jalan napas
— Merangsang tejadinya batuk atau
bila diperlukan
pembersihan jalan napas secara
4. Pertahankan keadekuatan
mekanik pada pasien yang tak mampu
hidrasi untuk menurunkan
batuk secara efektif dan penurunan
viskositas sekresi
kesadaran
5. Instruksikan kepada pasien
— Memobilisasi keluarnya sputum
tentang batuk efektif dan teknis
— Napas dalam memudahkan ekspansi
napas dalam untuk
maskimum paru-paru atau jalan napas
memudahkan keluarnya sekresi
lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
6. Kolaborasi dengan memberikan
pemberian jalan napas alami,
cairan tambahan mis: IV,
membantu silia untuk mempermudah
oksigen humidifikasi dan
jalan napas paten. Penekanan
ruangan humidifkasi
menurunkan ketidaknyamanan dada
7. Kolaborasi dengan berikan obat
dan posisi duduk memungkinkan
sesuai indikasi : mukolitik,
upaya napas lebih dalam dan lebih
ekspektoran, bronkodilator,
analgesik kuat.
8. Kolaborasi dengan bantu — Cairan diperlukan untuk mengganti
mengawasi efek pengobatan kehilangan dan mobilisasi sekret
nebulizer dan fisioterapi lain — Memudahkan pengenceran dan
mis: spirometri iasentif, perkusi, pembuangan sekret. Koordinasikan
drainase postural pengobatan atau jadwal dan masukan
oral menurunkan muntah karena
batuk dan pengeluaran sputum.
Berikan udara/oksigen yang telah
dihumidifikasi sesuai dengan
kebutuhan

b. Defisit nutrisi
Intervensi Rasional
Manajemen gangguan makan
1. Monitor intake atau asupan cairan — Untuk mengetahui asupan nutrisi
secara tepat klien
2. Monitor asupan kalori makan — Untuk mengetahui asupan kalori
harian klien
3. Monitor perilaku klien yang — Untuk mengontrol pola makan
berhubungan dengan pola makan, dan berat badan
penambahan dan kehilangan berat — Untuk mengetahui perkembangan
badan berat badan klien
4. Monitor berat badan klien secara — Untuk memaksimalkan
rutin pemenuhan gizi klien
5. Ajarkan dan dukung konsep — Untuk menjaga kondisi klien tetap
nutrisi yang baik dengan klien stabil
(dan orang terdekat klien dengan
tepat)
6. Kolaborasikan dengan ahli gizi
dalam menentukan asupan kalori
7. Kolaborasikan dengan tim
kesehatan lainnya setiap hari
terkait perkembangan klien

c. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d kurangnya pengetahuan d.d kebiasaan
tidak baik seperti tidak menggunakan masker ketika batuk dan membuang dahak
sembarangan
Intervensi Rasional
Family Involvement Promotion
1. Tentukan bagaimana hubungan — Hubungan yang baik dapat
keluarga dengan pasien menunjang kepatuhan pasien untuk
2. Identifikasi kemampuan keluarga menaati terapi
dalam merawat pasien — Jika perawatn keluarga tidak baik,
3. Identifikasi ekspetasi atau harapan maka perawat dapat mengevaluasi
keluarga terhadap pasien dan memprbaiki
4. Ajarkan keluarga pasien untuk mau — Harapan keluarga dapat
bekerjasama dengan tenaga kesehatn mempengaruhi keinginan sembuh
untuk menerapkan asuhan dari pasien
keperawatan — Kerjasam yang baik menyebabkan
5. Fasilitasi mengenai informasi medis askep berjalan optimal
terkait kondisi pasien kepada keluarga — Informasi yang tepat dan relevan
6. Tentukan ketergantunagn pasien dapat mengurangi keraguan dan
terhadap keluarga kecemasan keluarga dan pasien
7. Beritahu keluarga mengenai — Ketergantungan berarti keluarga harus
informasi yang dapat meningkatkan mengetahui pula semua hal tentang
kesehatan pasien perawatan pasien
8. Ajarkan keluarga untuk tetap menjaga — Menciptakan hubungan saling
hubungan kekeluargaan percaya dengan keluarga
9. Diskusi dengan keluarga mengenai
— Menciptakan suasana kekeluargaan
perawatan di rumah
— Perawatan di rumah menentukan
apakah pasien kembali ke RS atau
tidak

5.
Masa di Paru Tn.P

Tn P datang ke RS paru dengan keluhan nafas sesak, sesak semakin meningkat pada saat posisi
setengah duduk dan susah untuk tidur nyenyak. Selain itu pasin mengeluhkan tidak nafsu makan,
dan hanya habis 2 sdm. keluhan lain adalah tidak bisa duduk sendiri dan mengeluh nyeri dada
kanan dan berat untuk bernafas. Sebelum di rawat hari ini pernah dirawat dengan keluhan sesak
nafas dan batuk berdarah (haemoptisis ) 4 bulan yang lalu, dan dan diagnosis dokter sebagai
kanker paru.

Hasil peneriksaan didapatkan kerongkongan sakit saat menelan dan badannya terasa lemas. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70mmHg, nadi 60x/menit, pernapasan
32x/menit, irama ireguler, nyeri tekan dada sebelah kanan, taktil fremitus bergetar kiri dan kanan
terdengar lemah, suara napas paru kiri ronkhi, kanan redup +wheezing, terpasang oksigen 3L/i
suhu 36,50C terpasang infuse Nacl 0,9% dan asering 5 %. TB 170 cm, BB sebelum sakit 45 Kg
setelah saki 42 Kg

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hb – 8 gr/dl Trombosit 165.000


Leukosit 7.3000 mm Kalium2,99
Eritrosit 3,02 juta sel/uL natrium 126,8

Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorak


Hasil rontgen thorak : ditemukan masa di paru kanan Ukuran tumor 5 cm, Tumor sudah
mencapai ke bronkus, menyumbat sebagian dari jalan udara pada paru-paru. belum tersebar ke
kelenjar getah bening

1. Apakah yang menjadi penyebab Tn P mengalami Ca paru


Jawab:
Penyebab utama kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok, sehingga perokok aktif
merupakan kelompok yang paling rentan terkena kanker paru-paru. Namun, orang yang
pernah merokok atau sering terpapar asap rokok juga berisiko menderita kanker paru-
paru.

2. Sebutkan faktor risiko apa saja penyebab terjadinya Ca paru?


Jawab:
 Kebiasaan Merokok (Penyebab Utama)
 Faktor Usia (di atas 50 tahun)
 Faktor Genetik (riwayat kanker paru dalam keluarga)
 Faktor Karsinogendiantaranya yaitu zat kimia, radiasi, virus, hormon, dan iritasi
kronis
 Faktor Perilaku / Gaya Hidupdiantaranya yaitu kebiasaan merokok dan terpapar
asap rokok

3. Jelaskan mekanisme pasien Ca paru dapat mengalami sesak napas dan hemoptisis?
Jawab:
Sesak nafas pada pasien paru dapat terjadi karena sistem pernafasan dan sirkulasi darah
tidak mampu mengedarkan cukup oksigen untuk tubuh,ssesak nafas akibat ganguan pada
paru-paru dapat terjadi karena adanya hambatan pada saluran udara ,luas permukaan
paru-paru yang berkurang atau paru-paru tidak elastic,kondisi ini dapat terjadinya dalam
jangka waktu panjang atau pendek.Haemoptisis pada pasien ca paru dapat terjadi jika lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar,lesi ini
mnenyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti supurasi di bagian distal.
4. Melihat gambaran kasus Tn P di atas, termasuk jenis ca paru apa yang terjadi pada Tn P?
Jawab:
Carcinoma atau kanker ganas. Berdasarkan keteranganan gambar diatas merupakan
kanker pada stadium IB karena pada keterangan ukuran tumor berkisar 5 cm sedangkan
ukuran tumor primer >3 cm tapi ≤ 5 cm (T2a), tidak atau belum tersebar ke KGB (N0),
dan tidak ditemukan metastatis atau penyebaran lainnya (M0).

5. Jelaskan kegunaan terapi obat yang diberikan beserta efek sampingnya


Jawab:
 Cefriaxon inj : untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri (gonore) yang terjadi pada
tubuh. Efek samping yaitu
- Nyeri perut, mual, muntah, diare, using, mengantuk, sakit kepala,dan bengkak
dan iritasi pada area suntikan

 Dexamethason inj : untuk mengobati kondisi seperti arthritis, gangguan


darah/hormon/sistem kekebalan tubuh, reaksi alergi, masalah kulit dan mata tertentu,
masalah pernapasan, gangguan usus tertentu, dan kanker tertentu. Efek samping
yaitu:
- Masalah tidur (insomnia), Perubahan suasana hati enyembuhan luka yang
lambat, Keringat berlebih, Sakit kepala, pusing, sensasi berputar-putar, Mual,
sakit perut, kembung, Kelemahan otot, Perubahan dalam bentuk atau lokasi
lemak tubuh.

 Ranitidine : untuk engurangi jumlah asam lambung dalam perut. Obat ini berfungsi
untuk mengatasi dan mencegah rasa panas pada perut (heartburn). Efek samping
yaitu:
- gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau
tenggorokan.
6. Jelaskan kenapa hasil labor tersebut abnormal
Jawab:

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin (Hb) 8 gr/ dl 13,0- 16,0 gr/ dL
Leukosit 7.3000 mm 5-10 103 µL
Eritrosit 3,02 juta sel/uL 4,5- 5,5 juta/ µL
Trombosit 165.000 159- 400 103 µL
Kalium 2,99 3,5- 5,0 mmol/L
Natrium 126,8 135- 145 mmol/L

Karena hasil pada pemeriksaan labor terdapat Hb, eritrosit, dan kalium yang rendah atau
kurang diatas batas normal.

7. Apakah boleh pasien ca paru yang mengalamai haemoptoe dilakukan fisioterapi dada dan
batuk efektik ? sebutkana alasannya
Jawab:
Tidak boleh karena apabila diakukan terapi tersebut akan meningkatnya pendarahan.

Tugas 2

1. Buatlah 3 Asuhan keperawatan utama yang dapat ditegakkan pada Tn P. gunakan


pendekatan 3N atau 3S
Jawab :
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Tn. P
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : CA. Paru
b. Keluhan utama
 Mengeluh sesak nafas
 Nyeri dada kanan
 Berat untuk bernafas
 Tidak nafsu makan
 Susah tidur nyenyak
c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang
Sesak nafas, nyeri dada kanan, dan berat untuk bernapas.
 Riwayat Kesehatan masa lalu
Pernah dirawat 4 bulan yang lalu dengan keluhan sesak nafas dan batuk
berdarah (haemoptisis)
 Riwayat Kesehatan keluarga
-
d. Analisis data
 Data subjektif
- Mengeluh sesak nafas dan meningkat saat posisi setengah duduk
- Susah untuk tidur nyenyak
- Tidak nafsu makan
- Tidak bisa duduk sendiri
- Nyeri dada sebelah kanan
- Berat untuk bernafas
- Keringkongan sakit saat menelan
- Badan terasa lemas
 Data objektif
- TD : 100/70 mmHg
- N : 60 x/menit
- P : 32 x/ menit
- S : 36,50C
- BB : 42 kg
- TB : 170 cm
 Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : taktil fremitus bergetar kiri dan kanan terdengar lemah

Pemeriksaan Paru

- Auskultasi : suara napas paru kiri ronkhi, kanan redup +wheezing


 Pemeriksaan penunjang
- Hasil rontgen thorak: ditemukan masa di paru kanan
- Adanya ukuran tumor 5 cm
- Tumor sudah mencapai ke bronkus, menyumbat Sebagian dari jalan udara
pada paru-paru
- Belum tersebar ke kelenjer getah bening
 Pemeriksaan laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin (Hb) 8 gr/ dl 13,0- 16,0 gr/ dL
Leukosit 7.3000 mm 5-10 103 µL
Eritrosit 3,02 juta sel/uL 4,5- 5,5 juta/ µL
Trombosit 165.000 159- 400 103 µL
Kalium 2,99 3,5- 5,0 mmol/L
Natrium 126,8 135- 145 mmol/L

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Kriteria Hasil Defenisi


Bersihan Jalan napas tidak  Bersihan Jalan Nafas Kemampuan membersihkan
efektif. Berbuhungan dengan  Produksi sputum secret atau obstruksi jalan
adanya sekret yang tertahan menurun nafas untuk mempertahankan
serta dibuktikan dengan pola  Wheezing menurun jalan nafas tetap paten
nafas yang berubah-ubah.  Gelisah menurun
 Frekuensi nafas
membaik
 Pola nafas membaik
Nyeri kronis ditandai dengan  Tingkat nyeri Pengalaman sensorik atau
nyeri dada kanan berat untuk  Keluhan nyeri menurun emosional yang berkaitan
bernafas serta dibuktikan  Meringis menurun dengan kerusakan jaringan
dengan adanya tumor.  Gelisah menurun actual atau fungsional dengan
 Perasaan depresi onset mendadak atau lambat
(merasa tertekan) dan berintensitas ringan
membaik hingga berat dan konstan.
 Frekuensi nadi
membaik
 Pola nafas membaik
 Tekanan darah
membaik
 Nafsu makan membaik

Defisit nutrisi  Status nutrisi Keadekuatan asupan nutrisi


 Porsi makan yang untuk memenuhi kebutuhan
dihabiskan meningkat metabolisme.
 Kekuatan otot
pengunyah meningkat
 Kekuatan otot
menelan meningkat
 Verbalisasi keinginan
untuk meningkatkan
nutrisi meningkat
 Pengetahuan tentang
standar asupan nutrisi
yang tepat meningkat
 Berat badan
meningkat
 Frekuensi makan
meningkat
 Nafsu makan
meningkat

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Intervensi Defenisi


Bersihan Jalan  Manajemen jalan napas Mengidentifikasi dan
napas tidak efektif.  Observasi mengelola jalan napas
Berbuhungan  Monitor pola nafas (frekuensi,
dengan adanya kedalaman, dan usaha nafas)
sekret yang tertahan  Monitor bunyi nafas tambahan
serta dibuktikan (mengi)
dengan pola nafas  Monitor sputum (jumlah,warna
yang berubah-ubah aroma)
 Terapeutik
 Pertahankan jalan nafas
 Posisikan semi fowler atau
fowler
 Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
(nebulizer)
 Berikan oksigen
 Edukasi
 Anjurkan cairan 2000 ml/hari
 Anjuran teknik batuk efektif
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilaotor, jika perlu

Nyeri kronis  Manajemen nyeri Mengidentifikasi dan


ditandai dengan - Observasi mengelola pengalaman
nyeri dada kanan  Identifikasi lokasi, sensori atau emosional
berat untuk karakteristik, durasi, yang berkaitan dengan
bernafas serta frekuensi, kualitas, intensitas kerusakan jaringan atau
dibuktikan dengan nyeri fungdional dengan onset
adanya tumor.  Identifikasi skala nyeri mendadak atau lambat dan
 Identifikasi factor yang berintensitas ringan hingga
memperberat dan berat dan konstan.
memperingankan nyeri
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Terapeutik
 kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.
- Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara tepat
 Perawatan kenyamanan
 Observasi
 Identifikasi pmahaman
tentang kondisi, situasi, dan
perasaanya
 Tepapeutik
 Berikan posisi yang nyaman
 Berikan kompres dingin atau
hangat
 Ciptakan lingkungan yang
nyaman
- Edukasi
 Ajarkan terapi relaksasi
 Ajarkan Latihan pernafasan

Defisit nutrisi  Manajemen nutrisi Mengidentifikasi dan


- Observasi mengelola asupan nutrisi
 Identifikasi status ntrisi yang seimbang
 Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
- Terapeutik
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi.

2. Berilah 1 contoh intervensi komplementar untuk mengatasi nyeri pada TnP


Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri adalah
terapi musik. Musik diketahui memiliki banyak sekali manfaat, antara lain, untuk
relaksasi otot, mengurangi nyeri, memperlambat denyut jantung, meningkatkan
kedalaman pernapasan, serta mengurangi kecemasan dan depresi
3. Buatlah topik-topik edukasi apa yang dapat anda berikan kepada pasien akan menjalani
kemoterapi
Jawab:
 Apa itu kemoterapi
Kemoterapi adalah salah satu prosedur pengobatan dengan menggunakan bahan kimia yang
sangat kuat untuk menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker dalam tubuh
 Bagaimana prosedur kemoterapi
Umumnya kemoterapi di rumah sakit diberikan intravena yaitu melalui infus, kendati
terkadang kemoterapi juga bisa dilakukan melalui oral dalam bentuk tablet.
 Bagaimana Persiapan sebelum Kemoterapi
Siapkan Imunitas yang Baik  Pasien dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang
bergizi, olahraga, dan istirahat cukup, menghindari stres berlebih atau pikiran yang
mengganggu guna mengoptimalkan fungsi sistem kekebalan tubuh.
Minta Dukungan dari Orang Sekitar  Saat menjalani proses kemoterapi, pasien
akan merasa kelelahan yang tidak biasa. Selain itu, pasien juga akan membutuhkan
bantuan untuk diantar dan dirawat selama proses pengobatan.Pihak keluarga mesti
berperan aktif dalam hal tersebut.
Kontrol Kesehatan Gigi dan Mulut  Hal ini bertujuan untuk meminimalkan efek
samping kemoterapi pada gigi dan mulut.
Siapkan Mental  Pasalnya, kemoterapi dapat menyebabkan berbagai efek samping
yang mungkin membuat kepikiran. Contoh "Siapkan prevention, seperti misalnya
nanti menemukan rambut rontok. Mungkin bisa disiasati terlebih dahulu dengan
menggunakan topi atau wig saat terjadi kerontokan setelah kemoterapi,"
Kosongan Jadwal Sebelumnya  Setelah prosedur kemoterapi, pasien akan
merasakan sangat lelah. Oleh karena itu, bersantai atau tidur adalah pilihan yang
terbaik.
Menunda Kehamilan  "Efek samping dari kemoterapi akan menghancurkan atau
merusak dari sel sperma ataupun akan menyebabkan cacat lahir
Pastikan Membawa Cemilan Sesi kemoterapi dapat berlangsung lama dan
memakan waktu beberapa jam. Jadi, pastikan telah mengonsumsi makanan bergizi
dan seimbang sebelum melakukan prosedur tersebut. Beberapa makanan yang dapat
dijadikan pilihan, yaitu kacang-kacangan, biskuit gandum dan granola, serta buah-
buahan.
 Bagaimana Efek samping dari Kemoterapi
Kemoterapi dapat merusak sel lain dalam tubuh, seperti sel rambut, kulit, serta lapisan dalam
saluran pencernaan. Beberapa efek samping yang biasanya dialami pasca prosedur adalah:

Mual.
Muntah.
Badan terasa lelah atau lemah.
Rambut rontok.
Infeksi.
Anemia.
Selera makan berkurang.
Perubahan pada kulit dan kuku.
Demam.
Sariawan atau luka dalam mulut.
Sembelit.
Diare.
Gangguan konsentrasi dan ingatan.

Terdapat juga sejumlah efek samping yang biasanya baru dirasakan setelah beberapa bulan atau
tahun pasca kemoterapi dijalani. Efek samping tersebut antara lain adalah risiko kanker
sekunder, masalah pada jantung, kerusakan jaringan paru-paru, gangguan pada ginjal, dan
gangguan saraf tepi (neuropati perifer).

Anda mungkin juga menyukai