Dosen Pembimbing :
Fitra Yeni S.Kp., M.A
Disusun Oleh :
Anggea Pahmareza 2011311048
Anggi Regina Budiman 2011312001
Annisa Rahma Gustianti 2011312016
Assyfa Rahmi Fajarita Sgr 2011311042
Febrian Rizkiani 2011312013
Najma Kemala 2011312010
Putri Anisa Fazira 2011312019
Roza Armayuni 2011311051
Salsabila Rahmadani 2011312004
Syakila Lysandra 2011311054
Yunita Trisca 2011312007
KELOMPOK B KELAS 3A
PRORGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
Format Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Keluarga
Pola Komunikasi dalam Keluarga
Pertemuan ke : 2
Hari / Tanggal : Senin, 14 Maret 2022
A. Latar Belakang
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah sebuah proses pertukaran perasaan, keinginan, kebutuhan,
informasi dan pendapat. Komunikasi dalam suatu keluarga mencerminkan
peran dan hubungan antara anggota keluarga (Friedman, 2010). Jika tanpa
adanya komunikasi dalam keluarga, kehidupan dalam keluarga itu akan sepi
dari kegiatan berbicara, berdialog, dan bertukar pikiran. Maka akan terjadi
kerawanan dalam hubungan antara anggota keluarga, karena kurang atau tidak
adannya komunikasi.
2. Pola Komunikasi Keluarga
Menurut Friedman (1998), ada dua pola komunikasi dalam keluarga, yang
pertama adalah pola komunikasi fungsional dan pola komunikasi
nonfungsional/disfungsional :
1) Komunikasi Fungsional
Friedman (2003) mengungkapkan komunikasi fungsional dalam keluarga
dipandang sebagai kunci untuk menjadikan sebuah keluarga menjadi
berhasil dan sehat. Proses komunikasi fungsional berisi pesan yang jelas
yang dikirim oleh pengirim informasi dan diterima dengan jelas oleh penerima
informasi. Friedman (2003) menyebutkan, karakteristik pola komunikasi
fungsional terdiri dari:
a. Komunikasi emosional.
Komunikasi ini berkaitan dengan ekspresi berbagai emosi atau perasaan,
yang dicontohkan dengan keluarga yang dapat mengutarakan isi hati
secara penuh. Dalam keluarga dengan pola komunikasi fungsional,
emosi masing-masing anggota keluarga akan terlihat saat mereka
berkomunikasi.
b. Area-area terbuka dari komunikasi dan membuka diri.
Dalam hal ini komunikasi memerlukan suatu keterbukaan nilai, rasa
saling menghormati dan membuka diri antar anggota keluarga, dengan
menyediakan waktu untuk berinteraksi.
c. Hirarki kekuasaan dan aturan-aturan keluarga.
Minuchin dalam Friedman (2003) menyebutkan bahwa sistem keluarga
tergantung dari hirarki kekuatan dimana komunikasi yang mengandung
“komando atau perintah” secara umum mengalir ke bawah dalam
jaringan komunikasi keluarga. Dalam suatu keluarga terdapat hirarki
kekuasaan dimana komunikasi yang ada mengandung perintah dari pihak
yang berkuasa seperti orangtua Konflik keluarga dan resolusi keluarga.
Pada pola komunikasi keluarga disfungsional, konflik yang terjadi pada
keluarga dapat diselesaikan dengan cara terbuka.
2) Komunikasi Disfungsional
Komunikasi disfungsional menurut Friedman (2003), didefinisikan sebagai
pengiriman dan penerimaan isi pesan serta perintah dari pesan yang tidak jelas
atau tidak langsung. Proses yang disfungsional biasanya tidak jelas, dan
maksud dari komunikasi tersebut pun tidak jelas atau tersembunyi. Ciri
komunikasi disfungsional (Friedman, 2003) adalah :
a. Sindrom mengabaikan diri
Seseorang biasanya tidak mendengar pendapat orang lain dan tetap
berpegang kepada pendapatnya sendiri sehingga dapat terjadi
komunikasi disfungsional.
b. Ketidakmampuan berfokus pada satu isu
Dalam hal ini, keluarga hanya membahas masalah yang satu dengan
masalah yang lain dan tidak ada upaya untuk menyelesaikan.
c. Area komunikasi tertutup
Friedman (2003) menjelaskan bahwa keluarga yang kurang fungsional
sering memperlihatkan area komunikasi yang lebih tertutup. Terdapat
aturan yang melarang untuk membahas suatu topik yang tidak disetujui
dalam keluarga, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
b. Komunikasi Disfungsional
Pengirim Disfungsional
1) Membuat asumsi yang salah
2) Mengekpresikan perasaan yang tidak jelas
3) Membuat respon yang menghakimi
4) Ketidakmampuan untuk mengidentifikasikan keinginan sendiri
5) Komunikasi yang tidak sesuai
Penerima Disfungsional
1) Gagal untuk mendengarkan
2) Menggunakan diskuallifikasi
3) Membuat respon yang menghakimi
4) Menghina
Pengirim dan Penerima Disfungsional
Dua jenis urutan interaksi komunikasi yang tidak sehat, melibatkan
baik pengirim maupun penerima, yang dalam komunikasi pararelnya
tidak dapat memfokuskan pada satu isu.
Jika keluarga tidak membahas isu penting yang dihadapi oleh masing –
masing mereka, akan menyebabkan terjadinya jarak emosi dalam
hubungan keluarga, dan mengkatnya stress dalam keluarga (Friedman,
1985; Walsh, 1998). Stres yang meningkat mempengaruhi hubungan
keluarga dan kesehatan keluarga serta anggota keluarganya (Hoffer,
1989).
5. Karakteristik Keluarga
a. Masalah yang terjadi
Keluarga Bapak A yang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 orang anak. 2 orang
anak diantaranya mengalami kecanduan games online. Kedua orang tua
sibuk bekerja di luar. Anak pertama yang bersekolah di SMA, memiliki
karakter yang kuat dan bertanggung jawab, terkadang keras kepala,
namun sudah bisa mengendalikan dirinya sendiri. Anak kedua yang
bersekolah di SMP, memiliki karakter penyendiri, egois, namun rajin
belajar, karena kecanduan games online anak kedua mengurung diri di
kamar dan jarang berinteraksi dengan orang lain. Anak ketiga yang
bersekolah SD, memiliki karakter manja dan selalu ingin dimengerti,
karena kecanduan games online, anak ketiga mengalami penurunan
prestasi di sekolah. Masing-masing keluarga dituntut untuk melakukan
pola komunikasi yang efektif.
ANALISA DATA
OBJEKTIF Keluarga tidak Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri adalah suatu Setiap terjadi masalah dalam keluarga
mampu beradaptasi proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, Tn.A dan Ny.A tidak mampu
terhadap situasi. dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi meredam kemarahan yang dirasakan
kebutuhan-kebutuhan di dalam dirinya, ketegangan- dan saling menyalahkan satu sama
ketegangan, konflik-konflik, dan frustasi yang lain, sehingaa hal ini mengkaibatkan
dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau masalah tidak terselesaikan.
harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang
diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal.
Tidak mampu Komunikasi Terbuka adalah komunikasi jelas dan Tanggapan orangtua yang tidak baik
berkomunikasi secara langsung, komunikasi ini merupakan bentuk yang paling seperti langsung menyanggah dan
terbuka diantara sehat dan terjadi ketika pesan dinyatakan dengan jelas menghakimi ceita yang disampaikan
anggota keluarga. dan langsung ke anggota keluarga yang sesuai. anak yang membuat anak tidak ingin
Komunikasi Tertutup adalah komunikasi tidak jelas dan bercerita atau berkomunikasi dengan
tidak langsung yang terjadi ketika kedua pesan dan si
penerima tidak jelas. Dalam hubungan keluarga yang orangtua nya.
tidak sehat, komunikasi cenderung sangat tertutup dan
tidak langsung (Epstein et al. 2006).
MINOR SUBJEKTIF Keluarga tidak Menurut Dewi Pingkan Sambuaga 2014, Pada penelitian
mampu ini menyataan bahwa anak memang kurang mengambil
mengungkapkan inisiatif dalam berkomunikasi karena orangtuapun kurang
perasaan secara berinisiatif dalam membangun komunikasi yang baik
leluasa dengan anak. Kembali pada keadaan orangtua yang
kurang membangun interaksi yang baik pada anak dalam
berkomunikasi, sehingga anak pun kurang membentuk
komunikasi yang baik dalam mengkomunikasikan cita-
cita dan masa depan anak.
OBJEKTIF Keluarga tidak Menurut Abraham Maslow, Profesor Psikologi Amerika, Anggota keluarga tidak dapat dapat
mampu memenuhi menunjukan kasih sayang /perhatian
a. Physical Needs (Kebutuhan-kebutuhan fisik)
kebutuhan satu sama lain karena terlalu sibuk
fisik/emosional/ Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan urusan sendiri dan
spiritual anggota dengan kondisi tubuh seperti pangan, sandang, dan papan. menganggap komunikasi bisa
keluarga dilakukan nanti
b. Safety Needs (Kebutuhan-kebutuhan rasa aman)
Keluarga tidak Menurut Damayanti Wardyaningrum 2013, Remaja dapat Anggota keluarga saling tidak mau
mampu mencari atau memahami hal-hal yang tidak disukai orangtua tentang menerima saran dari anggota keluarga
menerima bantuan dirinya dan menjadi sumber konflik, seperti tentang lainya dan menganggap diri sendiri
secara tepat kebiasaa belajar, bermain dan bergaul dengan teman, yang paling benar
orangtuanya.
Lampiran 1
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
No Pertanyaan Ya Tidak
Proses Adaptasi keluarga Dukungan Terapeutik Fasilitasi pengungkapan Fasilitasi adalah tentang proses,
keluarga terhadap situasi koping perasaan antara pasien bagaimana anda melakukan sesuatu,
Dengan menjadi
(4/cukup keluarga dan keluarga atau antar ketimbang isinya, apa yang Anda
fasilitator dalam
meningkat) anggota keluarga lakukan. Fasilitator adalah pemandu
pengungkapan
proses, seseorang yang membuat
Kemampuan perasaan antar
sebuah proses lebih mudah atau lebih
keluarga anggota keluarga,
yakin untuk menggunakannya" (Hunter
berkomunikasi keluarga dapat
et al, 1993).
secara terbuka mengungkapkan
diantara anggota Panggabean (1999) menyatakan bahwa perasaan masing-
keluarga (4/cukup fasilitasi dan fasilitator punya dimensi masing anggota
meningkat) luas sekali, fasilitasi berasal dari kata keluarga.
facilis (Perancis) yang berarti
Kemampuan
“memudahkan”, sehingga fasilitator
keluarga memenuhi
adalah aktor yang punya peran
kebutuhan
memudahkan. “Fasilitas adalah segala
emosional anggota sesuatu yang dapat memudahkan dan
keluarga (4/cukup memperlancar pelaksanaan suatu usaha,
meningkat) dapat berupa benda-benda maupun
CATATAN KEPERAWATAN
Selasa, 14 Pengkajian Pasien Menjelaskan kontrak pertemuan dan isi informed consent
Maret 2022
Hasil : Keluarga bersedia dikelola dengan ditanda tanganinya Informed consent.
Hasil : Tipe keluarga Tn. A adalah nuclear family atau keluarga inti. Nuclear family merupakan
keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan yang tinggal dalam
satu rumah, dan terpisah dari sanak keluarga lainnya (Friedman, 2010). Keluarga Tn. Y terdiri dari 2
generasi yaitu Tn. A sebagai kepala keluarga, Ny. E sebagai istri dan 3 orang anak An. X, Y, dan Z.
Hasil : Pasien dan perawat telah menetapkan kunjungan berikutnya dilakukan pada hari Rabu
tanggal 15 Maret 2022 jam 13.00 WIB
Hasil : Masalah keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian pada keluarga dan Tn.A adalah
Gangguan proses keluarga dengan luaran yang diharapkan …..Intervensi untuk mendukung
luarannya adalah dukungan koping keluarga .
Kamis, 16 Dukungan Koping Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga dengan
Maret 2022 Keluarga mewawancarai satu persatu anggota keluarga.
Hasil: anggota keluarga menyampaikan keluh kesah yang dirasakan selama di rumah.
Bertukar pendapat mengenai masalah yang dirasakan oleh tiap-tiap anggota keluarga.
Hasil:
anak Tn. A menyampaikan bahwa orangtuanya terlalu sibuk bekerja sehingga mereka jarang
berkumpul. Selain itu, mereka merasa tidak punya tempat untuk berkeluh kesah karena jarang
berkomunikasi dengan orantua sehingga mereka merasa segan dan memilih bermain gadget/game
online.
Tn. A menyampaikan bahwa anak-anaknya terlalu focus dengan dunia masing-masing terutama
dengan gadget.
Ny. E sebenarnya mengetahui bahwa sebagai orangtua dia mempunyai kewajiban menjadi sosok
pendengar untuk anak-anaknya. Namun, karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, Ny. E tidak bisa
menjadi pendengar dan sahabat untuk anak-anaknya.
Untuk orangtua, sebaiknya mereka menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak dan
mendengarkan keluh kesah anak-anaknya.
Untuk anak-anak, sebaiknya mereka mencoba meminta waktu dan mengutarakan perasaan mereka
pada orangtua di saat mereka di rumah.
Hasil : Pasien dan perawat telah menetapkan kunjungan berikutnya dilakukan pada hari Jumat
tanggal 17 Maret 2022 jam 13.00 WIB
Jumat, 17 Dukungan Koping Mengumpulkan seluruh anggota untuk menyampaikan hasil wawancara.
Maret 2022 Keluarga
Hasil: keluarga mendengarkan kesimpulan hasil wawancara sebelumnya.
EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosis Hari/Tanggal Evaluasi
th
Friedman, MM. (2010). Family Nursing. 5 Ed. Connecticut : Appleton and Lange.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defnisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPN