Dan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas khususnya materi Pola dan Proses komunikasi dalam keluarga
dengan bimbingan Ibu Ns. Almumtahanah, S. Kep. Kami harapkkan makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi keluarga dinyatakan dalam bentuk konsep sebagai salah satu
dari empat dimensi struktur system keluarga, kekuasaan, pengambilan
keputusan dan struktur peran serta norma dan nilai keluarga. Dimensi tersebut
saling berhubungan dan saling bergantung secara erat. Karena keluarga
merupakan suatu sistem social, terdapat interaksi dan umpsn balik
bersinambungan antar lingkungan internal dan eksternal. Perubahan pada satu
bagian system keluarga pada umumnya diikuti dengan perubahan kompensasi
pada dimensi struktur internal. Walaupun dimensi ini tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan nyata, dimensi ini akan berhubungan secara individualdalam
bahasa yang bertujuan heuristic (mencari solusi).
Sturuktur keluarga akhirnya dievaluasi untuk mengetahui seberapa baik
keluarga mampu untuk memenuhi funsgi umum (pentingnya tujuan akhir bagi
anggota dan masyarakat). Struktur keluarga dan komunikasi terkait
memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga. Komunikasi dalam keluarga dapat
dipandang sebagai isi pola dan diuraikan sebagai suatu komponen structural.
Secara bersamaan, komunikasi didalam keluarga dapat dianggap sebagai
interaksi yang beruntun sepanjang waktu dan dikaji sebagai proses. Pada
penerapan perspektif ini, perilaku dipandang sama dengan komunikasi. Dalam
menjaga perspektif yang dominan ini dalam literature keperawatan keluarga,
makalah ini menekankan suatu system perspektif berorientasi pada proses
dalam membahas komunikasi keluarga.
1
4
B. Tujuan
1. Tujuan umum untuk mengetahui tentang komunikasi keluarga
2. Tujuan khsusus
a. Untuk mengetahui tentang pengertian komunikasi
b. Untuk mengetahui tentang unsur komunikasi
c. Untuk mengetahui tentang prinsip komunikasi
d. Untuk mengetahui tentang proses komunikasi fungsional
e. Untuk mengetahui tentang proses komunikasi disfungsional
f. Untuk mengetahui tentang pola komunikasi fungsional dalam keluarga
g. Untuk mengetahui tentang pola komunikasi disfungsional dalam
keluarga
h. Untuk mengetahui tentang komunikassi dalam keluarga dengan
gangguan kesehatan
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses pertukaran perasaan, keinginan, kebutuhan
dan pendapat (Mv Cubbin & Dhal, 1985). Galvin dan Brommel (1986),
mendefinisikan komunikasi keluarga sebagai suatu simbiosis, proses
transaksional menciptakan dan membagi arti dalam keluarga. Seperti halnya
setiap orang mempunyai gaya komunikasi yang berbeda, begitu pula setiap
keluarga mempunyai gaya dan pola komunikasi yang unik dan berbeda.
Komunikasi yang jelas dan fungsional antara keluarga merupakan alat yang
penting untuk mempertahankan lingkungan yang kondusif yang diperlukan
untuk mengenbangkan perasaan berharga dan harga diri serta
menginternalisasikannya. Sebaliknya, komunikasi yang tidak jelas diyakini
sebagai penyebab utama fungsi keluarga yang buruk ( Holman,1983;
Satir,1983; Satir, Bannem Gerber & Gomori, 1991). Masalah komunikasi yang
problematis dalam keluarga terjadi dimana-mana. Watzlawic dan rekan (1967),
peneliti komunikasi keluarga memperkirakan bahwa 85% dari semua pesan
yang dikirim dalam keluarga adalah salah paham.
B. UNSUR KOMUNIKASI
Pola dan proses komunikasi merupakan salah satu proses informasi
dalam keluarga yang konsisten dengan kerangka system secara umum.
Komunikasi memerlukan pengirim, saluran dan penerima pesan serta interaksi
antara pengirim dan penerima. Pengirim adalah orang yang mencoba untuk
memindahkan suatu pesan kepada orang lain. Penerima adalah sasaran dari
pengirim pesan . bentuk atau saluran adalah rute pesan. Komunikasi diteruskan
6
C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Watzlawick dan rekan (1967), dalam tulisan seminar mereka tentang
komunikasi keluarga, Pragmatis of Human Communication, menetapkan enam
prinsip komunikasi yang menjadi dasar untuk memehami proses komunikasi.
Prinsip-prinsip komunikasi tersebut adalah:
7
1. Prinsip pertama dan yang paling terpenting yaitu suatu pernyataan bahwa
tidak mungkin untuk tidak berkomunikasi, karena semua prilaku adalah
komunikasi. Pada setiap situasi ketika terdapat dua orang atau lebih,
individu mungkin atau tidak mungkin berkomunikasi secara verbal. Dalam
konteks ini, komunikasi nonverbal merupakan ekspresi tanpa bahasa seperti
membalikkan badan atau mengerutkan kening, tapi bukan merupakan
bahasa isyarat.
2. Prinsip kedua dari komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dua
tingkat yaitu informasi (isi) dan perintah (instruksi). Isi yaitu apa yang
sebenarnya sedang dikatakan (bahasa verbal) sedangkan instruksi adalah
menyampaikan maksud dari pesan (Goldenberg,2000). Isi suatu pesan dapat
saja berupa pernyataan sederhana, tetapi mempunyai meta-pesan atau
instruksi bergantung pada variabel seperti emosi, dan alur bicara, gerakan
dan posisi tubuh serta nada suara.
3. Prinsip ketiga (Watzlawick et al.,1967) berhubungan dengan pemberian
tanda baca (pungtuasi) (Bateson, 1979) atau rangkaian komunikasi.
Komunikasi melibatkan transaksi, dan dalam pertukaran tiap respon berisi
komunikasi berikutnya, selain riwayat hubunbgan sebelumnya (Hartman &
Laird, 1983). Komunikasi melayani sebagai suatu organisasi yang
mempunyai tujuan dan proses penataan diri dlam keluarga.
4. Prinsip komunikasi yang keempat diuraikan oleh Watzlick dan rekannya
(1979) yaitu terdapat dua tipe komunikasi yaitu digital dan analogik.
Komunikasi digital adal;ah komunikasi verbal ( bahasa) yang pada dasarnya
menggunakan kata dengan pemahaman arti yang sama. Jenis komunikasi
yang kedua, analogik yaitu ide atau suatu hal yang dikomunikasikan,
dikirim secara nonverbal dan sikap yang representative (Hrtman & Laird,
1983). Komunikasi analogik dikenal sebagai bahasa tubuh, ekspresi tubuh,
ekspresi wajah, irama dan nada kata yang diucapkan (isyarat) berbagai
manifestasi nonverbal lainnya (non-bahasa)byang dapat dilakukan oleh
seseorang( watzlick et al, hal 62).
8
2. Penerima Fungsional
Penerima fungsional mencoba untuk membuat pengkajian maksud suatu
pesa secara akurat. Dengan melakukan ini, mereka akan lebih baik
mempertimbangkan arti pesan dengan benar dan dapat lebih tepat mengkaji
sikap dan maksud pengirim, serta perasaan yang diekspresikan dalam
metakomunikasi. Menurut Anderson (1972), penerima fungsional mencoba
untuk memahami pesan secara penuh sebelum mengevaluasi.ini berarti
bahwa terdapat analisis motivasi dan metakomunikasi, serta isi. Informasi
baru, diperiksa dengan informasi yang sudah ada, dan keputusan untuk
bertindak secara seksama dioertimbangkan. Mendengar secara efektif,
member umpan balik, dan memvalidasi tiga tekhnik komunikasi yang
memungkinkan penerima untuk memahami dan merespons pesan pengirim
sepenuhnya.
a. Mendengarkan
Kemampuan untuk mendengar secara efektif merupakan kualitas
terpenting yang dimiliki oleh penerima fungsional. Mendengarkan secara
efektif berarti memfokuskan perhstisn penuh pada seseorang terhadap
apa yang sedang dikomunikasikannya dan menutup semua hal yang
aakan merusak pesan. Penerima secara penuh memperhatikan pesan
lengkap dari pengirim bukan menyalahartikan arti dari suatu pesan.
Pendengar pasif merespons dengan ekspresi datar dan tampak tidak
peduli sedangkan pendengar aktif dengan sikap mengomunikasikan
secara aktif bahwa ia mendengarkan. Mengajukan pertanyaan merupakan
bagian penting dari mendengarkan aktif (Gottman, Notarius, Gonso dan
Markman, 1977). Mendengarkan secara aktif berarti menjadi empati,
berpikir tentang kebutuhan, dan keinginan orang lain, serta
menghindarkan terjadinya gangguan alur komunikasi pengirim.
b. Memberikan umpan balik
Karakteristik utam kedua dari penerima funbgsional adalah memberikan
umpan balik kepada pengirim yang memberitahu pengirim bagaimana
penerima menafsirkan pesan. Pernyataan ini mendorong pengirim untuk
11
menggali lebih lengkap. Umpan balik juga dapat melalui suatu proses
keterkaitan, yaitu penerima membuat suatu hubungan antara pengalaman
pribadi terdahulu (Gottman et.al, 1877) atau kejadian terkait dengan
komunikasi pengirim.
c. Member validasi
Dalam menggunakan validasi penerima menyampaikan pemahamannya
terhadap pemikiran dan perasaan pengirim. Validasi tidak berarti
penerima setuju dengan pesan yang dikomunikasikan pengirim, tetapi
menunjukan penerimaan atas pesan tersebut berharga.
terus terang dan jujur antar satu dengan yang lainnya adalah orang-orang
yang merasa yakin untuk mempertaruhkan interaksi yang berarti dan
cenderung untuk menghargai keterbukaan diri (mengungkapkan
keterbukaan pemikiran dan persaan akrab).
5. Hirarki Kekuasaan dan Peraturan Keluarga
System keluarga yang berlandaskan pada hirarki kekuasaan dan komunikai
mengandung komando atau perintah secara umum mengalir kebawah dalam
jaringan komunikasi keluarga. Interaksi fungsional dalam hirarki kekuasaan
terjadi apabila kekuasaan terdistribusi menurut kebutuhan perkembangan
anggota keluarga (Minuchin, 1974). Apabila kekuasaan diterpkan menurut
kemampuan dan sumber anggota keluarga serta sesuai dengan ketentuan
kebudayaan dari suatu hubungan kekuasaan keluarga.
6. Konflik dan Resolusi Konflik Keluarga
Konflik verbal merupakan bagian rutin dalam interaksi keluarga normal.
Literature konflik keluarga menunjukkan bahwa keluraga yang sehat tanpak
mampu mengatasi konflik dan memetik mamfaat yang positif, tetapi tidak
terlalu banyak konflik yang dapat mengganggu hubungan keluarga. Resolusi
konflik merupakan tugas interaksi yang vital dalam suatu keluarga
(Vuchinich,1987). Orang dewasa dalam kelurga perlu belajar untuk
mengalami konflik konstruktif. Walaupun orang dewasa menyelesaikan
konflik dengan berbagai cara , resolusi konflik yang fungsional terjadi
apabila konflik tersebut dibahas secara terbuka dan strategi diterpkan untuk
menyelesaikan konflik dan ketika orang tua secara tepat menggunakan
kewenangan mereka untuk mengakhiri konflik.
pesan berarti pesan mengenai sasaran yang sesuai. Tiga pola komunikasi yang
terkait terus menerus menyebabkan harga diri rendah adalah egasentris,
kebutuhan akan persetujuan secara total dan kurangnya empati.
1. Egosentris
Individu memfokuskan pada kebutuhan diri sendiri dan mengabaikan
kebutuhan orang lain, perasaan atau perspektif yang mencirikan
komunikasi egosentris. Dengan kata lain, anggota keluarga yang
egosentris mencari sesuatu dari orang lain untuk memenuhu kebutuhan
mereka. Apabila individu tersebut harus memberikan sesuatu, maka
mereka akan melakukan dengan keengganan, dan rasa
permusuhan,defensive atau sikap pengorbanan diri, jadi tawar-menawar
atau negosiasi secara efektif sulit dilakukan, karena seseorang yang
egosentris meyakini bahwa mereka tidak boleh kalah untuk sekecil apapun
yang mereka berikan.
2. Kebutuhan Mendapatkan Persetujuan Total
Nilai keluarga tentang mempertahankan persetujuan total dan menghindari
konflik berawal ketika seseorang dewasa atau menikah menetukan bahwa
mereka berada satu sama lain, walaupun perbedaan yang pasti mungkin
sulit untuk dijelaskan seperti yang diekspresikan dalam pendapat,
kebiasaan, kesukaan atauhrapan mungkin terlihat sebagai ancaman kerena
ia dapat mengarah pada ketidaksetujuan dan kesadaran bahwa mereka
merupakan dua individu yang terpisah
3. Kurang Empati
Keluarga yang egosentris tidak dapat menteloransi perbedaan dan tidak
akan mengenal akibat dari pemikiran, persaan dan perilaku mereka sendiri
terhadap anggota keluarga yang lain. Mereka sangat terbenam dalam
pemenuhan kebutuhan mereka sendiri saja bahwa mereka tidak mampu
untuk berempati. Dibalik ketidakpedulian ini, individu dapat menderia
akibat perasaan tidak berdaya. Tidak saja mereka tidak menghargai diri
mereka sendiri tapi mereka juga tidak menghargai oaring lain. Hal ini
menimbulakan suasana tegang, ketakutan atau menyalahkan. Kondisi ini
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi keluarga dikonsepsulisasikan sebagai salah satu dari empat
dimensi struktur dan system keluarga beserta kekuasaan, peran dan
pengambilan keputusan, serta dimensi struktur nilai. Struktur keluarga dan
proses komunikasi terkait memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga. Selain itu,
pola komunikasi dalam sisten keluarga mencerminkan peran dan hubungan
anggota keluarga. Komunikasi memerlukan pengirim, saluran dan penerima
pesan serta interaksi antara pengirim dan penerima. Pengirim adalah seorang
yang mencoba untuk memindahkan suatu pesan yang dikirimkan dan saliran
merupakan perjalanan atau rute pesan.
Enam prinsip komunikasi adalah:
(1) tidak mungkin untuk tidak berkomuniasi; semua perilaku adalah
komunikasi;
(2) komunikasi mempunyai dua tingkat yaitu komando dan informasi;
(3) komunikasi melibatkan proses transaksional dan tiap anggota keluarga
mempunyai pungtuasi peristiwa interaksi mereka sendiri;
(4) ada dua tipe komunikasi yaitu digital dan analogik;
(5) interaksi keluarga adalah redundansi yaitu interaksi keluarga dalam kisaran
perbatas dari urutan perilaku berulang-ulang;
(6) semua interaksi komunikasi simetris atau saling melengkapi.
Komunikasi fungsional didefinisikan sebagi pengiriman dan penerimaan
tingkat isi dan instruksi dari tiap pesan yang jelas dan langsung begitu pula
keselarsan antara tingkat isi dan instruksi. Komunikasi disfungsional adalah
pengiriman dan penerimaan isi dan instruksi pesan yang tidak jelas dan
tidak langsung atau tidak ada kesesuaian antara tingkat isi dan instruksi.
Karakteristik keluarga yang sehat adalah komunikasi yang jelas dan
kemampuan untuk saling mendengarkan. Komunikasi yang baik diperlukan
untuk membina dan memlihara hubungan penuh rasa cinta. Factor sentral
24
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar bisa menggunakan makalah ini dan juga
menjadikannya sebagai pedoman dalam memberikan intervensi keperawatan
tentang komunikasi pada keluarga dengan gangguan masalah kesehatan dan
dalam memberikan pendidikan serta konslinguntuk merubah perilaku .
25
Daftar Pustaka
DI SUSUN OLEH :
1. Ahmad Syahid
2. Trisna Kurniawan