Di Susun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
morbiditas, trauma yang terjadi karena ruda paksa yang menimpa struktur
merupakan dimana kondisi struktur kepala mengalami benturan dari luar dan
peningkatan hal tersebut dapat dikarenakan penanganan yang kurang tepat dan
kematian keempat di dunia, dan WHO memprediksi pada tahun 2030 angka
18,4% per 100.000 orang dengan rata-rata 53.014 kasus pertahun. Menurut
World Health Organization (WHO) memprediksi antara tahun 2000 dan 2020
dan Vietnam.
Sebagian daerah yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagian
besar kasus cedera kepala merupakan dampak dari keteledoran saat berkendara
temukan data bahwa jumlah presentasi angka kejadian CKB dapat di sebabkan
dari angka kecelakaan lalu lintas yaitu 34,2% dan jatuh atau kecelakaan pada
saat bekerja 55,5%. Hal ini disebabkan mayoritas mata pencarian penduduk
asli NTT adalah pengiris buah pohon lontar (Borassus flabellifer) yang
terjatuh dari pohon lontar adalah deselerasi cepat kedepan dengan benturan
utama pada kepala dan servikal. Selain itu, kebiasaan warga NTT yang tidak
menggunakan helm sebanyak 58,4%, saat berkendara roda dua akan sangat
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah evidence based practice gawat darurat pasien dengan cidera
kepala berat
C. Tujuan
beberapa literatur yang mengarah pada evidence based practice gawat darurat
Hasil telaah jurnal ini dapat di gunakan untuk sumber informasi atau
literatur terutama pada bahasan materi gawat darurat pada pasien dengan
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
Bab II
Analisis Jurnal
1. Metode Penelitian
Terhadap Nyeri Kepala Pada Pasien Cedera Kepala Ringan, Arif Hendra
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien cedera kepala ringan yang
pemeriksa, dianggap
Eksperimental dengan menggunakan rancangan pre test and post test two
design group. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien cidera
skor GCS 9-12 dan berat dengan skor GCS kurang dari 9, Bersedia
menjadi responden dan telah menandatangani informent consen. Untuk
penelitian adalah uji Wilcoxon Sign Rank Test yang digunakan untuk
15° dan 30°. Hasil kelompok kemudian diuji dengan uji hipotesis Man
antara kelompok yang diberi perlakuan posisi Head Up 15° dan 30°.
Ruang Icu Dan Seruni Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu, ini didpatkan hasil
desain dengan “ Pre- Test and Post-Test one group desain dengan cara
Penelitian ini akan dilakukan dua kali, pre test (sebelum) dilakukan
posisi elevasi kepala 15 - 300 dan post test (setelah) dilakukan posisi
elevasi kepala 15- 300 dengan demikian hasil penelitian ini dapat
diperoleh dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah
ICU dan Ruang Seruni RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu Pada bulan April
2.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Menurut Tuti, (2019) Setelah dilakukkan teknik elevasi kepala 15– 300
pada pasien cedera kepala didapatkan terjadi perubahan dengan skala nyeri
sebelum dan sesudah, dilakukan teknik elevasi kepala 15 – 300 yang dirasakan
rata-rata nyeri dimana sebelum diberikan teknik elevasi kepala 15 - 300 rata –
rata dengan skala 10,30 (Berat) dan setelah dilakukan teknik elevas kepala 15 –
rata dengan skala 4,90 dan setelah dilakukan teknik elevasi kepala menjadi 5,30.
minimun adalah 120/100 dan maksimum adalah 180/120. Berdasarkan uji pairet
sampel t test didapatkan p value < 25 0,05 (0,000) artinya terdapat perbedaan
skala sebelum dan sesudah dilakukan teknik elevasi kepala 15 – 300 terhadap
peningkata intrakranial pada pasien cedera kepala di ruang ICU dan Seruni RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu. Setelah dilakukan elevasi kepala 15 – 300, pasien cedera
kepala menunjukkan perubahan yang signifikan, dilihat dari skala nyeri kepala
pasien merasakan nyeri kepala rendah 3 orang, sedang 5 orang dan berat 2 orang.
berpengaruh pada penanganan kasus cidera kepala berat, hal ini hampir selaras
menurutnya pemberian Mean artery Preasure (MAP) pada pasien cidera kepala
berat dengan posisi elevasi 150 bahwa rata-rata MAP sebelum dilakukan
pemberian posisi head up 150 adalah 97,11mmhg, dengan nilai minimum 76,00
mmhg dan nilai maximum116,00 mmhg. Setelah dilakukan pemberian posisi head
up 150 dengan rentang waktu dua jam dari pengukuran awal maka didapatkan nilai
mean MAP adalah 92,47 mmhg dengan nilai minimum 86,00 mmhg dan nilai
Mean Arterial Pressure atau rerata arteri dengan mengukur tekanan darah
kemudian menghitung sistole dikali diastole dibagi tiga. Dalam hal ini MAP
dibagi dalam tiga kategori yaitu tinggi MAP >100 mmhg, normal MAP 100
mmhg dan MAP rendah apabila <70 mmhg. Pemberian posisi 150 mengakibatkan
posisi untuk meningkatkan venous drainage aliran darah balik yang berasal dari
Pada saat penelitian sebagian besar pasien cidera kepala yang menjadi
intrakranial. Karena pada keadaan tersebut terjadi hipoksemia serebral otak akan
memberikan respon fisiologis disamping itu posisi head up 150 juga dapat
menjaga posisi kepala dengan tinggi sekitar15- 30° dapat mengurangi tekanan
Menurut Vera (2015) posisi head up atau head of bed (HBO) atau disebut
juga posisi semi fowler adalah posisi elevasi bed dimana bagian kepala dinaikkan
mencapai 15-45° pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial, hal ini
rotasi kepala, batuk dan bersin serta dapat menurunkan ICP dengan stabilitas CPP
tetap terjaga.
rasa nyeri saat berposisi serta dapat menurunkan resiko naiknya tekanan
Hal ini sejalan dengan sebuah penelitian dari Arif, (2019) yang
skala nyeri sebelum dilakukan posisi head up 30 derajat sebesar 4,77 sedangkan
nilai rerata skala nyeri sesudah diberikan posisi head up 30 derajat sebesar 3,36.
Hasil rerata tersebut terjadi selisih penurunan skala nyeri dengan rerata sebesar
1,41. Dari hasil analisis uji dependent t-test didapatkan P value 0,002 (α<0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri
Hasil penelitian ini menurut Arif, (2019) sesuai dalam teori dan beberapa
hasil penelitian diatas dimana terdapat perbedaan yang signifikan rerata skala
nyeri kepala antara sebelum dan ssudah diberikan perlakuan posisi Head Up 30
derajat pada pasien cedera kepala ringan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Penurunan skala nyeri ini bisa disebabkan oleh posisi Head Up 30
derajat yang sesuai dengan posisi anatomis tubuh manusia sehingga memberikan
Pada Pasien Cedera Kepala Di Ruang Icu Dan Seruni Rsud Dr. M. Yunus
300 pada pasien cedera kepala didapatkan terjadi perubahan dengan skala nyeri
sebelum dan sesudah, dilakukan teknik elevasi kepala 15 – 300 yang dirasakan
rata-rata nyeri dimana sebelum diberikan teknik elevasi kepala 15 - 300 rata –
rata dengan skala 10,30 (Berat) dan setelah dilakukan teknik elevasi kepala 15
– 300 rata – rata dengan skala 4,90 (Sedang). Sedangkan denyut nadi sebelum
dilakukan elevasi kepala 15 – 300 rata – rata dengan skala 4,90 dan setelah
uji pairet sampel t test didapatkan p value < 0,05 (0,000) artinya terdapat
perbedaan skala sebelum dan sesudah dilakukan teknik elevasi kepala 15 – 300
terhadap peningkatan intrakranial pada pasien cedera kepala di ruang ICU dan
300, pasien cedera kepala menunjukkan perubahan yang signifikan, dilihat dari
skala nyeri kepala pasien merasakan nyeri kepala rendah 3 orang, sedang
pada nyeri kepala, tekanan darah dan denyut nadi terdapat pada responden
kepala 15 - 300 nyeri kepala pasien sangat berat dengan nilai 10 tekanan darah
160/90 denyut nadi 70 dan sesudah diberikan teknik elevasi kepala 15 – 300
nyeri kepala menjadi (nyeri sedang) 4-6 tekanan darah 120/110 denyut nadi 70.
pasien dengan kepala sedikit elevasi (15 – 300) untuk meningkatkan venous
drainage dari kepala dan elevasi kepala dapat menyebabkan penurunan tekanan
15 – 300 akan mengurangi ICP, tekanan darah, denyut nadi dan MAP (mean
arterial pressure) yang berpengaruh pada CPP, hal serupa juga di sampaikan
Menurut jurnal utama yang saya telaah, tidak ditemukan bahwa ada
kriteria yang masuk dalam penelitian yang berfungsi sebagai pedoman yang
Sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan dengan merujuk pada
buku register dan buku laporan. Data diolah menggunakan analisis univariat
Dr.M.Yunus Bengkulu Pada bulan April sampai Mei 2017. Populasi dan
sampel 10 orang.
BAB V
1. Kesimpulan
berat, hal ini bisa berupa dalam memperbaiki tekanan intrakranial kemudian juga
kalah penting nya dalam penanganan nyeri sehingga nyeri dapat berkurang secara
signifikan
2. Saran
dilakukan oleh perawat untuk mengatasi nyeri pada pasien cedera kepala berat.
Serta penelaah selanjutnya diharapkan dapat mencari alternatif lain yang dapat
meringankan masalah nyeri pada cidera kepala berat atau alternatif lainya.
Daftar Pustaka
Pawestri, R., Supono., Mustayah. (2019). Head up 30o untuk memperbaiki Mean
Arterial Pressure pada pasien Cidera Kepala. Hasil Hasil Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat Seri Ke-3 Poltekes Kemenkes Malang
Hendra, A., Atika, D. (2019). Pengaruh posisi head up 30 derajat terhadap nyeri
kepala pada pasien cedera kepala ringan. Akper serulingmas cilacap. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2
Anggraini, T., Nopia, D., Asrizal. (2019). Pengaruh pengaturan elevasi kepala 15
- 30 terhadap penurunan tekanan intrakranial pada pasien cedera kepala di
0
ruang icu dan seruni rsud dr. M. Yunus bengkulu. Program Studi
Keperawatan FMIPA Universitas Bengkul