Anda di halaman 1dari 28

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TA. 2021/2022

Hal : Pengajuan Judul Skripsi

Kamis, 16 September 2021

Kepada Yth,
Ketua Program Studi Keperwatan
Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Bella Monika


Nim : 1811024
Program Studi : Ilmu Keperawatan
No. Telepon : 0812-6697-6264

Dengan ini saya mengajukan judul SKRIPSI sebagai berikut :

”Hubungan Trauma Kepala Ringan Hingga Sedang dengan Vertigo”


Latar Belakang :
Cedera kepala merupakan suatu masalah kesehatan, sosial dan ekonomi yang paling penting
di seluruh dunia dan penyebab utama dengan kematian dan disabilitas permanen pada usia
dewasa. Salah satu akibat dari cedera kepala adalah vertigo.Vertigo menempati urutan ketiga
tersering yang dikeluhkan pasien. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury
adalah suatu cedera akut pada susunan saraf pusat, selaput otak, saraf cranial termasuk
fraktur tulang kepala, kerusakan primer maupun kerusakan sekunder. Cedera kepala
merupakan suatu masalah kesehatan, sosial dan ekonomi yang paling penting didunia dan
penyebab utama dengan kematian dan disabilitas permanen pada usia dewasa. Kasus ini
dapat menimbulkan masalah pada mental, kognitif, fisik, paling sering terjadinya cedera
kepala dimana yang banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita.
Prevalensi cedera kepala di Indonesia 2007 sebanyak 7,5%, dengan urutan disebabkan jatuh,
kecelakaan lalu lintas (KLL) dan benda tajam / tumpul (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2007). Pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 8,2%, jatuh 40,9%,
sepeda motor (40,6%), benda tajam / tumpul 7,3%, transportasi darat lainnya 7,1% dan
kejatuhan 2,5% ( Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013).
Vertigo seringkali dinyatakan sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau
dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik. Vertigo disebabkan karena alat
keseimbangan tubuh tidak dapat menjaga keseimbangan tubuh dengan baik Prevalensi
vertigo di Jerman, usia 18 tahun hingga 79 tahun adalah 30%, 24% diasumsikan karena
kelainan vestibular. Penelitian di Prancis menemukan prevalensi vertigo 48%.(Grennberg
DA, et al, 2013)
Di Indonesia angka kejadian vertigo pada tahun 2012 dari usia 40 sampai 50 tahun sekitar
50%, yang merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikeluhkan oleh penderita yang
datang ke praktek umum, setelah nyeri kepala dan stroke. (Joesoef AA et. al., 2012)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TA. 2021/2022

Demikian surat permohonan ini saya sampaikan untuk dapat dipertimbangkan, atas perhatian
dan bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.

Lubuk pakam,.......................................

Dosen pembimbing Pemohon

BELLA MONIKA
NIK NIM 18.11.024
HUBUNGAN TRAUMA KEPALA RINGAN SAMPAI SEDANG DENGAN
VERTIGO
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh:
Ayu Lintang Putri
J500100084

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HUBUNGAN TRAUMA KEPALA RINGAN SAMPAI SEDANG DENGAN
VERTIGO
DI RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA

Ayu Lintang Putri1 , Ani Rusnani Fibriani2 , Nur Mahmudah3


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2Dokter
Ahli Neurologi RS PKU Muhammadiyah Surakarta, 3Dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Ayu Lintang Putri, J500100084, 2013, HUBUNGAN TRAUMA KEPALA


RINGAN SAMPAI SEDANG DENGAN VERTIGO
DI RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA, Fakultas Kedokteran,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Latar Belakang. Trauma kepala merupakan salah satu penyebab terjadinya


vertigo, yang disebut post head injury vertigo. Vertigo ini muncul segera setelah
trauma, beberapa hari, minggu atau bulan pasca trauma

Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara trauma


kepala ringan sampai sedang dengan vertigo di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Metode. Jenis penelitian yang digunakan ialah analitik observasi dengan


pendekatan Cross Sectional. Besar sampel yang digunakan adalah sebanyak 50
sampel yang terbagi menjadi 30 sampel trauma kepala ringan sampai sedang dan
20 sampel non-trauma kepala dengan teknik simple random sampling. Data
diperoleh dari rekam medis pasien saat masuk ke rumah sakit untuk rawat inap.

Hasil. Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan uji chi square,
didapatkan hasil p = 0,0009 dengan p < 0,05

Kesimpulan. Terdapat hubungan antara trauma kepala ringan-sedang dengan


vertigo di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.

Kata kunci: trauma kepala ringan-sedang, vertigo


THE RELATIONSHIP BETWEEN MILD MODERATE HEAD INJURY
WITH VERTIGO INCIDENCE AT RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA

Ayu Lintang Putri1 , Ani Rusnani Fibriani2 , Nur Mahmudah3


1
Student of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta,
2
Neurologist in PKU Muhammadiyah Hospital of Surakarta, 3College Instructor
of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta

ABSTRACT

Ayu Lintang Putri, J500100084, 2013, THE RELATIONSHIP BETWEEN


MILD-MODERATE HEAD INJURY WITH VERTIGO INCIDENCE AT
RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA, Medical Faculty, Muhammadiyah
Surakarta University.

Background. Head Injury is one of caused vertigo, also known as Post Head
Injury Vertigo. Vertigo can happend as soon as head injury or somedays, or
weeks, or month after head injury.

Purpose. This research aims to know the relationship between mild-moderate


head injury with vertigo incidence at RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Method. This research conducts analytical observation with Cross Sectional


approach.The numbers of samples used are 50 samples which are divided into 30
samples mild-moderate head injury and 20 samples non-head injury with Simple
Random Sampling technique. Data gathered from patients’ medical records when
they were hospitalized.

Result. The result of this research are 23 sample head injury have vertigo (46%),
8 sample head injury haven’t vertigo (16%), 7 sample haven’t head injury have
non-trauma vertigo (14%), and 12 sample haven’t head injury also haven’t vertigo
(24%). After data analysis conducted with chi square test, the obtained result is p
= 0,009 with p < 0,05.

Conclusion. There is a relation between mild-moderate head injury with vertigo


incidence at RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Keywords: mild-moderate head injury, vertigo,


 
 
 
 
 
 
PENDAHULUAN

Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, sering


digambarkan sebagai sensasi berputar, rasa oleng, tidak stabil (giddiness,
unsteadiness) dan rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan vertigo tersebut
penting karena seringkali kalangan awam mengkacaukan istilah pusing dan nyeri
kepala secara bergantian (Wreksoatmodjo, 2004).
Angka kejadian vertigo di Amerika Serikat berkisar 64 dari 100.000
orang, wanita cenderung lebih sering terserang (64%), kasus Benigna Paroxysmal
Positional Disease (BPPV) sering terjadi pada usia rata-rata 51-57 tahun, jarang
pada usia 35 tahun tanpa riwayat trauma kepala (George, 2009). Menurut survey
dari Department of Epidemiology, Robert Koch Institute Germany pada populasi
umum di Berlin tahun 2007, prevalensi vertigo dalam 1 tahun 0,9%, vertigo akibat
migren 0,89%, untuk BPPV 1,6%, vertigo akibat Meniere’s Disease 0.51%. Pada
suatu follow up study menunjukkan bahwa BPPV memiliki resiko kekambuhan
sebanyak 50% selama 5 tahun. Di Indonesia, data kasus di R.S. Dr Kariadi
Semarang menyebutkan bahwa kasus vertigo menempati urutan ke 5 kasus
terbanyak yang dirawat di bangsal saraf.
Keluhan vertigo sering muncul pada berbagai kasus yang sering kita
jumpai di kehidupan sehari-hari diantaranya pada kasus trauma kepala. Penyebab
trauma kepala beragam, antara lain akibat kecelakaan lalu lintas, olahraga, dan
jatuh dari ketinggian (Aboe, 2002).
Data dari Advance Life Trauma Support (ATLS) tahun 2004 menunjukkan
bahwa, di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di
rumah sakit. Sisanya, sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai Cedera
Kepala Ringan (CKR), 10% termasuk Cedera Kepala Sedang (CKS), dan 10%
sisanya adalah Cedera Kepala Berat (CKB). Penelitian lain pada tahun 2012
melaporkan bahwa, lebih dari 244.000 orang mengalami trauma kepala, 77%
mengalami trauma kepala ringan, atau sering disebut dengan concusion (Defense
Centers of Exellence (DcoE), 2012). Data epidemiologi di Indonesia belum ada,
tetapi data dari salah satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, untuk
penderita rawat inap, terdapat 60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan
sekitar 10% dengan CKB. Angka kematian tertinggi sekitar 35%-50% akibat
CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk CKR tidak ada yang meninggal
(PERDOSSI, 2007).
Trauma kepala merupakan salah satu penyebab dari vertigo, yang sering
disebut Post Head Injury Vertigo (PHIV). Vertigo pasca trauma kepala bisa
timbul pasca trauma, beberapa hari atau minggu pasca trauma kepala ringan,
sedang maupun berat. (Aboe, 2002). Menurut Ramos ZR et all (2013), angka
kejadian vertigo pada pasien trauma kepala berkisar 55%. Menurut Friedman
(2004), insiden vertigo yang terjadi setelah trauma kepala sekitar 40-60%,
biasanya terjadi setelah trauma kepala ringan dan sedang yang tidak memerlukan
perawatan akut. Vertigo tidak lazim didapat kecuali kerusakan pada telinga bagian
dalam, N. VIII atau batang otak (Iskandar, 2002).
TINJAUAN PUSTAKA
Vertigo
Vertigo berasal dari bahasa latin yaitu “vertere” yang berarti berputar dan
“igo” yang berarti kondisi. Gangguan orientasi dimana seseorang merasa berputar
terhadap lingkungannya, atau lingkungan sekitar bergerak terhadap dirinya
dinamakan vertigo. Apabila perasaan seseorang berputar terhadap lingkungan
sekitar, maka dinamakan vertigo subjektif, sedangkan perasaan seolah-olah
ruangan bergerak terhadapnya disebut vertigo objektif (George, 2009).

Trauma kepala Ringan-Sedang


Trauma kepala ringan merupakan trauma kepala dengan tingkat kesadaran
compos mentis atau score Glasgcow Coma Scale (GCS) lebih dari 13, tidak
didapatkan kelainan pada CT-scan otak, sedangkan trauma kepala sedang
didefinisikan sebagai trauma kepala dengan score GCS 9-12, dan didapatkan
kelainan pada CT-scan otak. Dikatakan trauma kepala berat apabila > 48 jam
setelah trauma, score GCS < 9 (George, 2009).

Hubungan trauma kepala ringan sampai sedang dengan vertigo


Menurut Ashis, Naresh, Khandelwal, Mathuriya dalam jurnal Indian
Journal of Neurotrauma tahun 2007, vertigo muncul akibat fraktur tulang
temporal, komusio labirin, kontusio serebri. Trauma kepala tumpul adalah
penyebab utama vertigo pasca trauma yang mengakibatkan dislokasi rantai tulang
pendengaran pada fraktur longitudinal dan merusak meatus acusticus eksternus
yang mengakibatkan kerusakan nervus VII dan nervus VIII pada fraktur
transversal. Komusio serebri mengakibatkan munculnya gangguan auditori dan
vestibuler yang terjadi setelah trauma kepala tumpul tanpa fraktur. Gangguan
vestibuler dan auditori terjadi akibat perdarahan mikroskopis koklea dan labirin.
Kerusakan saraf kranial termasuk nervus VIII pada kontusio serebri akibat
gerakan deformasi otak pada waktu gerakan kepala yang cepat dan tiba – tiba
(Aboe, 2002)

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai
Desember 2013 di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Sampel penelitian adalah
pasien trauma kepala ringan-sedang dan non-trauma kepala di rawat inap dan
rawat jalan SMF bedah RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan sampel pasien
trauma kepala ringan sampai sedang sejumlah 31 pasien dan sampel non-trauma
kepala ringan sampai sedang berjumlah 19 pasien. Sampel diambil dengan metode
random sederhana dengan kriteria sebagai berikut

1. Kriteria Inklusi
1) pasien trauma kepala ringan dan pasien trauma kepala sedang yang telah
mengalami penyembuhan, dengan tingkat kesadaran compos mentis
2) pasien trauma kepala dan non-trauma kepala yang bersedia menjadi
sampel
3) pasien dapat bekerja sama (kooperatif)
4) pasien usia 15-55 tahun
5) pasien yang bersedia mengisi kuesioner penelitian
2. Kriteria Eksklusi
1) pasien tidak bersedia menjadi sampel
2) pasien dengan vertigo sebelum trauma kepala
Variabel bebas pada penelitian ini adalah trauma kepala ringan sampai
sedang, dan variabel terikat adalah vertigo.
Vertigo adalah suatu gangguan orientasi dimana perasaan seseorang
berputar terhadap lingkungannya, atau lingkungan sekitar bergerak terhadap
dirinya. Skala ukur adalah nominal, dibedakan menjadi sampel vertigo dan non
vertigo. Penilaian menggunakan Kuesioner Vertigo Symptom Scale Short Form
(VSS-SF). VSS- SF merupakan kuesioner yang terdiri atas 8 pertanyaan
sederhana dan penilaian terdiri atas 5 kategori yang bernilai 0-4, mengalami
vertigo apabila score ≥ 12.
Trauma kepala ringan-sedang adalah trauma kepala dengan tingkat
kesadaran compos mentis atau score Glasgcow Coma Scale (GCS) lebih dari 13
untuk CKR, dan score GCS 9-12 untuk CKS, dengan atau tanpa ditemukan
kelainan dengan CT-scan otak. Diagnosis ditegakkan oleh dokter Ahli Bedah
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari data sekunder dari rekam medis pasien.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode random sederhana dengan sampel


pasien trauma kepala ringan-sedang dan non-trauma kepala di rawat inap dan
rawat jalan SMF bedah RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan jumlah sampel
sebanyak 50 orang yang terdiri atas 31 pasien trauma kepala ringan sampai sedang
dan 19 pasien non-trauma kepala ringan sampai sedang. Penelitian ini dimulai
pada bulan Desember 2013 sampai 10 Januari 2014. Penelitian ini memberikan
hasil sebagai berikut :
1. Karakteristik Sampel

1. 1 Distribusi berdasarkan kelompok umur


Tabel 1. Distribusi frekuensi trauma kepala dan non-trauma kepala ringan sampai
sedang berdasar kelompok umur

Umur Trauma Kepala Ringan-Sedang Non- Trauma Kepala


(thn) n % n %
20-30 16 32 % 6 12 %
31-40 11 22 % 3 6%
41-50 10 20 % 4 8%

Total 31 62 % 19 38 %
Sumber : Data Primer, 2013
Dari tabel 1 didapatkan penderita trauma kepala ringan-sedang terbanyak
pada kelompok umur 20-30 tahun, yaitu sebanyak 16 sampel atau berkisar 32%
dan paling sedikit pada kelompok umur 41-50 tahun, sebanyak 10 sampel atau
berkisar 20%. Pasien tanpa trauma kepala ringan-sedang terbanyak pada usia 20-
30 tahun yaitu sebanyak 6 sampel atau berkisar 12%. Penderita trauma kepala
ringan-sedang terbanyak didapatkan pada usia 20-30 tahun salah satunya
disebabkan oleh kecelakaan lalulintas.

1.2. Distribusi berdasarkan jenis kelamin

Tabel 2. Distribusi frekuensi trauma dan non-trauma kepala ringan-sedang


berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Trauma Kepala Ringan- Non- Trauma Kepala


Sedang

n % n %
Laki-laki 20 40 % 11 22 %
Perempuan 11 22 % 8 16 %

Total 31 62 % 19 38 %
Sumber : Data Primer 2013

Dari tabel 2 terlihat bahwa, menurut jenis kelamin didapatkan penderita


trauma kepala ringan-sedang tersering pada laki-laki sebanyak 20 sampel (40%).
Pasien tanpa trauma kepala ringan-sedang terbanyak didapatkan pada laki-laki
dengan sampel sebanyak 11 orang (22%).
2. Hubungan trauma kepala ringan-sedang dengan vertigo

Tabel 3. Hubungan trauma kepala ringan-sedang dengan vertigo

Sampel Vertigo Tidak Vertigo


n % n %
Trauma Kepala 23 46 % 8 16 %
Tidak Trauma Kepala 7 14 % 12 24 %

Total 30 60 % 20 40 %
Nilai p 0,0009
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Trauma Kepala 4.929 1.439 16.884
(Tidak / Ya)
For cohort Vertigo = Tidak 2.447 1.229 4.873
For cohort Vertigo = Ya .497 .266 .927
N of Valid Cases 50
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan table 3 didapatkan bahwa penderita trauma kepala yang
mengalami vertigo sebanyak 23 sampel (46%) dan yang tidak mengalami vertigo
sebanyak 8 sampel (16%). Pasien tanpa trauma kepala yang mengalami vertigo
sebanyak 7 sampel (14%) dan yang tidak mengalami vertigo sebanyak 12 sampel
(24%).
Tabel 2 x 2 tersebut diatas layak diuji dengan chi square karena tidak ada
nilai expected yang bernilai kurang dari lima. Setelah dilakukan analisis statistik
dengan uji chi square, nilai p yang didapatkan sebesar 0,009, dan taraf
signifikansi α = 0,05. Dengan demikian nilai p yang didapat menunjukkan
korelasi yang bermakna antara trauma kepala dengan vertigo karena nilai p kurang
dari 0,05. Kekuatan hubungan antara trauma kepala ringan sampai sedang dengan
vertigo sebesar 4,9. Ini berarti, pasien dengan trauma kepala ringan sampai sedang
mempunyai kemungkinan 4,9 kali untuk mengalami vertigo dibandingkan dengan
pasien non-trauma kepala.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di Rawat Inap dan Rawat Jalan SMF
Bedah RSUD Dr. Moewardi Surakarta didapatkan data seperti disajikan pada
tabel-tabel di atas. Penelitian ini dilakukan pada pasien non-trauma kepala dan
pasien trauma kepala ringan-sedang dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang,
dengan sampel pasien trauma kepala ringan sampai sedang sejumlah 31 pasien
dan sampel non-trauma kepala ringan sampai sedang berjumlah 19 pasien.

Tabel 1 merupakan tabel distribusi frekuensi trauma kepala ringan-sedang


dan non-trauma dengan kelompok umur, dari tabel tersebut didapatkan penderita
trauma kepala ringan-sedang terbanyak pada kelompok umur 20-30 tahun, yaitu
sebanyak 16 sampel atau berkisar 32%. Hasil ini sesuai dengan yang diutarakan
oleh Iskandar (2002), insiden trauma kepala yang memerlukan perawatan di
rumah sakit berkisar 480.000 kasus pertahun. Trauma kepala sering terjadi pada
laki-laki berusia 15-24 tahun, terbanyak karena kecelakaan kendaraan bermotor.
Analisa statistik dari penelitian yang dilakukan di RS. Dr Soetomo Surabaya pada
tahun 2002 menunjukkan bahwa trauma kepala rata-rata berumur 27 tahun
(Iskandar, 2002). Hasil penelitian ini sesuai yang diutarakan oleh Mock et all.,
trauma kepala sering mengenai usia remaja dan usia dewasa (17-39) tahun. Hal ini
disebabkan usia tersebut merupakan usia aktif dan produktif, usia ini lebih
berpotensi mengalami trauma kepala yang salah satunya disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor (Mock et all., 2005).
Tabel 2 merupakan tabel distribusi frekuensi trauma kepala ringan-
sedang dan tidak trauma dengan jenis kelamin, dari tabel tersebut didapatkan hasil
penderita trauma kepala ringan-sedang tersering pada laki-laki, sebanyak 20
sampel (40%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
National Center for Injury Prevention and Control. Menurut National Center for
Injury Prevention and Control, berdasarkan jenis kelamin, trauma kepala /
traumatic brain injury (TBI) lebih sering mengenai laki-laki daripada perempuan
(Faul M, Xu L, Marlena, Coronado V, 2010).
Hasil penelitian ini juga sesuai yang diutarakan oleh Iskandar (2002),
trauma kepala sering terjadi pada laki-laki berusia 15-24 tahun, biasanya karena
kecelakaan kendaraan bermotor. Menurut penelitian yang dilakukan di RS
dr.Ciptomangunkusumo pada tahun 2003-2007, laki-laki lebih sering terkena
trauma kepala akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Hal ini dikarenakan laki-
laki merupakan pengguna kendaraan bermotor terbanyak (Octaviana, 2008).

Berdasarkan tabel 3, yaitu hubungan trauma kepala ringan-sedang dan non


trauma dengan vertigo, penderita trauma kepala yang mengalami vertigo sebanyak
23 sampel (46%). Hasil penelitian ini sesuai yang diutarakan oleh Ramos-Zúñiga
R et all., (2013), angka kejadian vertigo pada pasien trauma kepala berkisar 55%.
Menurut Friedman (2004), insiden vertigo yang terjadi setelah trauma kepala
sekitar 40-60%, biasanya terjadi setelah trauma kepala ringan dan sedang yang
tidak memerlukan perawatan akut. Vertigo pasca trauma kepala bisa timbul pasca
trauma, beberapa hari atau minggu pasca trauma kepala ringan, sedang maupun
berat. (Aboe, 2002).

Analisis statistik dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p yang
didapatkan sebesar 0,009, dan taraf signifikansi α = 0,05. Dengan demikian nilai p
yang didapat menunjukkan korelasi yang bermakna antara trauma kepala dengan
vertigo karena nilai p kurang dari 0,05. Hal ini berarti hipotesis nihil / Ho ditolak,
sehingga terdapat hubungan trauma kepala ringan sampai sedang dengan vertigo”.
Kekuatan hubungan antara trauma kepala ringan sampai sedang dengan
vertigo dapat diukur dengan menggunakan Rasio Relatif (RR). Parameter yang
digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan adalah RR yaitu sebesar 4,9. Ini
berarti, pasien dengan trauma kepala ringan sampai sedang mempunyai
kemungkinan 4,9 kali untuk mengalami vertigo dibandingkan dengan pasien non-
trauma kepala. Nilai RR sebesar 4,9 dapat diartikan juga probabilitas pasien yang
mengalami trauma kepala ringan sampai sedang untuk menderita vertigo sebesar
4,9.
SIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan di Rawat Inap dan Rawat Jalan SMF
Bedah RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan sampel sebanyak 50 orang, terbukti
ada hubungan antara trauma kepala ringan sampai sedang dengan vertigo. Dari
hasil analisis statistik disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
trauma kepala ringan-sedang dengan vertigo (p = 0,009).
SARAN

Melihat dari hasil penelitian, dimana terdapat hubungan antara trauma


kepala ringan sampai sedang dengan vertigo, maka peneliti menyarankan:
1. Dengan terbuktinya hubungan antara trauma kepala ringan sampai sedang
dengan vertigo, diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi kalangan
kedokteran khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.

2. Hasil penelitian ini belum cukup untuk mengetahui lebih jauh hubungan trauma
kepala ringan-sedang dengan vertigo pada pasien, terutama untuk mengetahui
onset vertigo pada pasien trauma kepala ringan sampai sedang. Sehingga untuk
lebih menyempurnakan penelitian diharapkan adanya penelitian lebih jauh untuk
mengetahui onset vertigo dan

3. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan hasil CT scan


kepala pada pasien trauma kepala ringan sampai sedang.
4. Dengan adanya hubungan antara trauma kepala dan vertigo ini, diharapkan
pasien yang datang dengan vertigo akibat trauma kepala dapat didiagnosis dengan
tepat, dan diterapi dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Aboe U.G., Kurnia K., 2002. Neuro-otologi Klinis Vertigo. Surabaya. Airlangga
University Press.

American College of Surgeon Committee on Trauma. Cedera Kepala dalam


Advanced Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah
Indonesia. Komisi trauma IKABI, 2004

Ashis P, Naresh P, Khandelwal N, Mathuriya S.N., 2007. Post Head Injury


Vertigo. Indian Journal of Neurotrauma, pp: 33

Brain Injury Association of America. (2006). Types of Brain Injury.


http://www.biausa.org/pages/type of brain injury. html. [Accessed 13
September 2013].
Brain Injury Association of Michigan, 2005. Traumatic Brain Injury Provider
Training Manual. Michigan Department Of Community Health.

Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment.


International Tinnitus Journal. 2011;16(2): 135-45.

Defense Centers of Exellence. 2010. Assessment and Management of Dizziness


Associated with Mild TBI. http://www.dcoe.mil/Content/Navigation 
/Documents/Dizziness_Associated_with_Mild_TBI_Clinical_Recommendation.
pdf 

Ernst A, Basta D, Clarce A, Seidl OR.,Totd I, Scherer H. 2005. Management of


Posttraumatic Vertigo. Departement of Otolaryngology Berlin.  

Faul M, Xu L, Marlena, Coronado V. 2010. Centers for Disease Control and


Prevention. http://www.cdc.gov/ncipc/factsheets/tbi.html.

Friedman, 2004. Post-traumatic vertigo. www,pubmed.com. [Accessed 20 Januari


2014].

George D. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf.


Jakarta. EGC

Iskandar J. 2002. Penatalaksanaan Cidera Kepala akut. USU digital library

_______. 2002. Sindrom Postconcussion. USU digital library.

Mock, Charles. 2005. Human resources for the Control of Road Traffic Injury.
Bulletin of the World Health Organization, Volume 83, Nomor 4, 294-
298.

National Center for Injury Prevention and Control, 2007. Traumatic Brain Injury.
Center for Disease Control and Prevention. Available from :
http://www.cdc.gov/ncipc/factsheets/tbi.htm. [Accessed 13 September
2012]

Neuhauser H.K. 2007. Epidemiology of Vertigo. Department of Epidemiology,


Robert Koch Institude, Germany.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,


pp : 34.

Octaviana F. 2008. Pola Cedera Kecelakaan lalu lintas berdasarkan data Rumah
Sakit RSPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2003-2007.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125891-S-5384-Pola%20cidera
Abstrak.pdf

PERDOSSI cabang Pekanbaru. Simposium trauma kranio-serebral tanggal 3


November 2007. Pekanbaru Hickey JV. Craniocerebral Trauma. Dalam:
The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing 5th
edition. Philadelphia : lippincot William & Wilkins, 2003

Ramos ZR, González, Jiménez M M, Villaseñor BT, Bañuelos AR, Aguirre


PL, Genoveva RC, Jáuregui HF. 2013. Post concussion syndrome and
mild head injury. The role of early diagnosis using Neuropsychological
test and fMR/spectroscopy. www.pubmed.com. [Accessed 20 Januari
2014].

Sjahrir H. 2008. Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta. Pustaka Cendekia Press.

Schmidt Paula Michele da Silva et al. 2010. Hearing and Vestibular Complaints
During Pregnancy. Braz.j.Otorhinolaryngol. 76: 1-3.
 
 
 
HUBUNGAN ANTARA CEDERA KEPALA DAN TERJADINYA VERTIGO 1

HUBUNGAN ANTARA CEDERA KEPALA DAN TERJADINYA VERTIGO


DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Cantik Maharendra Putri1, Rahayu2, Bragastio Sidharta3


Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Bendungan Sutami No. 188 A Malang, 65145

Email : cantikmaharendra1995@gmail.com

ABSTRAK

Vertigo adalah gejala umum yang terjadi pada individu yang mengalami cedera tumpul pada kepala, leher, maupun
persimpangan craniocervical. Cedera dapat diakibatkan dari kecelakaan lalu lintas, jatuh dan olahraga. Meningkatnya mobilitas
manusia khususnya di kota besar mengakibatkan peningkatan frekuensi kasus cedera kepala yang sering diakibatkan oleh
kecelakaan lalu lintas. Angka kejadian vertigo pada pasien cedera kepala berkisar 55%. Insiden vertigo yang terjadi setelah cedera
kepala sekitar 40-60% biasanya terjadi setelah cedera kepala ringan dan sedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara cedera kepala dan terjadinya vertigo di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Semua pasien cedera kepala di SMF
Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan periode 1 Januari–31 Desember 2016 yang memenuhi kriteria inklusi
dijadikankan sebagai sampel. Data cedera kepala dan vertigo diambil dari rekam medis. Data yang telah diperoleh kemudian
dianalisis dan diuji secara statistik dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil Uji Chi Square didapatkan hubungan bermakna
antara cedera kepala dan vertigo (p=0,011) sehingga terdapat hubungan antara cedera kepala dan terjadinya vertigo di Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan.

Kata Kunci : Cedera kepala, vertigo.

ABSTRACT

Vertigo is a common symptom that occurs in individuals who have blunt injuries to the head, neck, or craniocervical junction.
Injuries can result from traffic accidents, falls and sports. Increased mobility of people especially in large cities resulted in increased frequency
of head injury cases that are often caused by traffic accidents. The incidence of vertigo in head injury patients ranged from 55%. The
incidence of vertigo after head injury is about 40-60% usually occurs after mild and moderate head injury. Objective from this study is
to investigate the correlation between head injury and vertigo in Muhammadiyah Lamongan Hospital. Method applied is analytic observational
with cross sectional design. All patients with head injury in Surgery Department Muhammadiyah Lamongan Hospital during 1 January-
31 December 2016 who complied the inclusion criteria were used as samples. Data of head injury and vertigo were taken from the medical
record. Data were obtained then analyzed and tested statistically by using Chi Square test.Chi Square test results showed a significant
relationship between head injury and vertigo (p = 0.011), so there was a correlation between head injury and vertigo in Muhammadiyah
Lamongan Hospital.

Keywords: Head Injury, Vertigo.

1
2 VOLUME 12 NO 1 JUNI 2016

LATAR BELAKANG vertigo pada pasien cedera kepala berkisar 55%.


Insiden vertigo yang terjadi setelah cedera kepala
Sistem keseimbangan merupakan sebuah sistem
sekitar 40-60% biasanya terjadi setelah cedera kepala
yang penting untuk kehidupan manusia. Sistem ringan dan sedang.(Ramos ZR et al, 2016)
keseimbangan membuat manusia mampu menyadari
kedudukan terhadap ruangan sekitar. Keseimbangan Survei pendahuluan yang dilakukan dari data
merupakan sebuah sistem yang saling berintegrasi rekam medik di Rumah Sakit Muhammadiyah
yaitu sistem visual, vestibular, sistem propioseptik dan Lamongan, didapatkan kasus cedera kepala sebagai
cerebelar. Gangguan pada sistem keseimbangan kasus yang cukup tinggi dengan jumlah pasien
tersebut akan menimbulkan berbagai keluhan, sebanyak 148 orang pada tahun 2016.
diantaranya berupa sensasi berputar yang sering
disebut vertigo.(Ramos ZR et al, 2016) TINJAUAN PUSTAKA
Vertigo seringkali dinyatakan sebagai rasa pusing, Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera
sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia mekanik yang secara langsung atau tidak langsung
sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik. mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit
Vertigo disebabkan karena alat keseimbangan tubuh kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput
tidak dapat menjaga keseimbangan tubuh dengan otak dan kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta
baik Prevalensi vertigo di Jerman, usia 18 tahun mengakibatkan gangguan neurologis.(Syahrir H.2012)
hingga 79 tahun adalah 30%, 24% diasumsikan
karena kelainan vestibular. Penelitian di Prancis Berdasarkan Advenced Trauma Life Support (ATLS)
menemukan prevalensi vertigo 48%.(Grennberg DA, tahun 2004, klasifikasi berdasarkan mekanismenya,
et al, 2013) cedera kepala dibagi menjadi:
Di Indonesia angka kejadian vertigo pada tahun 1. Cedera kepala tumpul, biasanya disebabkan oleh
2012 dari usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50%, kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh ataupun
yang merupakan keluhan nomor tiga paling sering terkena pukulan benda tumpul.
dikeluhkan oleh penderita yang datang ke praktek
umum, setelah nyeri kepala dan stroke. (Joesoef AA 2. Cedera kepala tembus, biasanya disebabkan oleh
et. al., 2012) luka tusukan, atau luka tembak.(American College
Of Surgeon Commite on Trauma, 2014)
Keluhan vertigo sering muncul pada berbagai
kasus yang sering kita jumpai di kehidupan sehari- Berdasarkan morfologinya, cedera kepala dapat
hari diantaranya pada kasus cedera kepala dibagi menjadi:
[18]
.Distribusi cedera kepala terutama melibatkan 1. Fraktur Kranium
kelompok usia produktif antara 15-55 tahun dan Fraktur kranium diklasifikasikan
lebih didominasi oleh kaum laki-laki dibandingkan berdasarkan lokasi anatomisnya, dibedakan
dengan perempuan.(Japardi, 2010) menjadi fraktur calvaria dan fraktur basis cranii.
Prevalensi cedera kepala di Indonesia adalah Berdasarkan keadaan lukanya, dibedakan
8,2%, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di menjadi fraktur terbuka yaitu fraktur dengan
Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi luka tampak telah menembus duramater, dan
(4,5%). Perbandingan hasil Riset Kesehatan Dasar fraktur tertutup yaitu fraktur dengan fragmen
/ Riskesdas 2007 dengan Riskesdas 2013, tengkorak yang masih intak.
menunjukkan kecenderungan peningkatan 2. Perdarahan Epidural
prevalensi cedera kepala dari 7,5% menjadi 8,2%. Hematom epidural terletak di luar dura tetapi
Jawa Timur menduduki nomor 4 untuk kasus di dalam rongga tengkorak dan gambarannya
cedera kepala terbanyak (0,7%) setelah Papua (1%), berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa
Sumatra Utara (0,9%) dan Bangka Belitung cembung. Biasanya terletak di area temporal
(0,8%).(Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes, atau temporo parietal yang disebabkan oleh
2013) robeknya arteri meningea media akibat fraktur
Vertigo pasca cedera kepala bisa timbul pasca tulang tengkorak.
cedera, beberapa hari atau minggu pasca cedera
kepala ringan, sedang maupun berat. Angka kejadian
HUBUNGAN ANTARA CEDERA KEPALA DAN TERJADINYA VERTIGO 3

3. Perdarahan Subdural interna yang berjalan di dalam sinus cavernous


Perdarahan subdural lebih sering terjadi sehingga terjadi hubungan antara darah arteri
daripada perdarahan epidural. Robeknya vena- dan darah vena (A-V shunt). (Sjamsuhidajat,
vena kecil di permukaan korteks cerebri 2010)
merupakan penyebab dari perdarahan subdural. 3) Fraktur fossa posterior
Perdarahan ini biasanya menutupi seluruh Tampak warna kebiru-biruan di atas mastoid.
permukaan hemisfer otak, dan kerusakan otak Getaran fraktur dapat melintas foramen
lebih berat dan prognosisnya jauh lebih buruk magnum dan merusak medula oblongata sehingga
bila dibandingkan dengan perdarahan epidural. penderita dapat mati seketika.(Ngoerah, 1991)
4. Contusio dan perdarahan intraserebral Penilaian derajat beratnya cedera kepala dapat
Contusio atau luka memar adalah apabila dilakukan dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana (GCS) yang diciptakan oleh Jennet dan Teasdale
pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah pada tahun 1974. GCS yaitu suatu skala untuk
meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menilai secara kuantitatif tingkat kesadaran seseorang
menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada 3 aspek
Luka memar pada otak terjadi apabila otak yang dinilai yaitu reaksi membuka mata (eye opening),
menekan tengkorak. Contusio cerebri sering terjadi reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi lengan
di lobus frontal dan lobus temporal, walaupun serta tungkai (motor respons).
dapat juga terjadi pada setiap bagian dari otak. Cedera kepala diklasifikasikan menjadi 3
Contusio cerebri dapat terjadi dalam waktu kelompok berdasarkan nilai GCS yaitu:
beberapa jam atau hari, berubah menjadi
perdarahan intraserebral yang membutuhkan 1. Ced
tindakan operasi. batang otak, Transient Ischemic Attact (TIA)
5. Commotio cerebri vertebrobasiler, neoplasma, migren basiler, trauma,
Commusio cerebri atau gegar otak merupakan epilepsi, perdarahan cerebellum, infark batang otak,
keadaan pingsan yang berlangsung kurang dari degenerasi spinoserebelar.
10 menit setelah trauma kepala, yang tidak
disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin 2. Vertigo perifer: disebabkan oleh kelainan di telinga
akan mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin dalam, n.vestibular atau sering disebut primary
muntah dan pucat. vestibular disorder, misalnya akibat BPPV pasca
6. Fraktur basis cranii trauma, labirintis, meniere’s disease, toksin obat-
Hanya suatu cedera kepala yang benar- obatan seperti streptomisin, neuritis vestibular,
benar berat yang dapat menimbulkan fraktur tumor di fossa posterior (neuroma akustik), fisiologis
pada dasar tengkorak. Penderita biasanya masuk (motion sickness), fistula labirin, otitis media, neuritis
rumah sakit dengan kesadaran yang menurun, iskemia akibat diabetes mellitus dan infeksi
bahkan tidak jarang dalam keadaan koma yang herpez.(Sjahrir, 2012)
dapat berlangsung beberapa hari. Dapat Vertigo pasca cedera kepala dapat terjadi akibat
tampak amnesia retrogade dan amnesia kerusakan telinga bagian dalam, n VIII, vestibular
pascatraumatik. Gejala tergantung letak sentral atau adanya kesalahan pilih input sensoris
frakturnya: yang dibutuhkan untuk keseimbangan sempurna.
1) Fraktur fossa anterior Menurut Ashis, Naresh, Khandelwal, Mathuriya
Darah keluar beserta likuor serebrospinal dari dalam jurnal Indian Journal of Neurotrauma tahun
hidung atau kedua mata dikelilingi lingkaran 2007, vertigo muncul akibat :
“biru” (Brill Hematom atau Racoon’s Eyes), 1. Fraktur os. Temporal
rusaknya Nervus Olfactorius sehingga terjadi Trauma kepala tumpul adalah penyebab
hyposmia sampai anosmia. utama vertigo pasca trauma, tulang temporal pars
2) Fraktur fossa media petrosa peka terhadap trauma karena sifatnya
Darah keluar beserta likuor serebrospinal dari padat mengandung rongga labirin dan letaknya
telinga. Fraktur memecahkan arteri carotis di dasar tengkorak. Trauma pada telinga dalam
dapat atau tidak disertai fraktur tengkorak.
4 VOLUME 12 NO 1 JUNI 2016

Fraktur dibagi menadi fraktur longitudinal dan dari semua cedera kepala. Perdarahan mengisi
transversal. area otak yang sangat cepat, mengompresi
a. Fraktur longitudinal merupakan 70–90% jaringan otak. Ini sering mengakibatkan cedera
fraktur os. temporalis, terbanyak akibat benturan otak dan dapat menyebabkan kematian.
temporo parietal. Garis fraktur mulai puncak Tergantung pada ukuran hematom dan di mana
piramid os. petrosus melintang tegmen timpani, itu menekan pada otak, salah satu gejala berikut
menghasilkan deformitas seperti tangga dalam akan terjadi: bicara bingung atau tidak jelas,
meatus acusticus externus telinga tengah dan masalah dengan keseimbangan atau berjalan,
mengakibatkan dislokasi rantai tulang sakit kepala, vertigo, kejang atau kehilangan
pendengaran. kesadaran, mual dan muntah.(Stippler, 2016)
b. Fraktur Transversal merupakan 10–30% Perdarahan intraserebral dan edema yang
fraktur os. temporal menyilang sumbu panjang menyer tainya dapat meng gang gu atau
piramid os. petrosa dan biasanya akibat benturan mengompresi jaringan otak yang berdekatan,
oksipital. Garis fraktur menyeberangi fossa menyebabkan disfungsi neurologis, peningkatan
posterior ke fossa cranii posterior dan dapat tekanan intrakranial (ICP) dan sindrom herniasi
mengenai tulang labirin (bila letaknya lateral) yang fatal.(Biros MH.,2009)
atau merusak MAE yang mengakibatkan 4. Konkusi batang otak atau cedera kompleks saraf
kerusakan nervus VII dan nervus VIII (bila VIII Kompleks saraf kedelapan berisiko cedera,
letak medial). (Ashis P, et al. 2016) bahkan dalam kasus-kasus trauma ringan, karena
2. Commotio Labirin shearing effect pada zona entri akar saraf ke
Commotio labirin mengakibatkan munculnya batang otak.(Benson, et al. 2016)
gangguan auditori dan vestibuler yang terjadi 5. Perdarahan Cerebellum
setelah trauma kepala tumpul tanpa fraktur. Salah satu fungsi cerebellum yang utama yaitu
Gangguan vestibuler dan auditori terjadi akibat mengatur koordinasi gerakan sadar, posisi tubuh
perdarahan mikroskopis koklea dan labirin. BPPV dan keseimbangan. Perdarahan pada cerebellum
dapat disebabkan oleh commotio labirin atau mengakibatkan gangguan fungsi cerebellum,
pengaruh mekanik langsung trauma kepala pada sehingga akan muncul gejala vertigo, disartria dan
organ otolith, dengan hilangnya otokonia yang nistagmus.(Aboe U.G, 2002)
meliputi bahan gelatin dan membran otolith. 6. Contusio Cerebri
Hasil degenerasi dari otokonia dapat menempati Gerakan deformasi otak pada waktu
kanalis semiserkularis posterior dan menyebabkan gerakan kepala yang cepat dan tiba – tiba
serangan vertigo singkat sehubungan dengan merupakan mekanisme kerusakan otak akibat
gerakan kepala.(Ashis P, et al. 2016) cedera kepala tumpul, sehingga menyebabkan
3. Perdarahan Epidural, Subdural dan Intraserebral bagian viskoelastik otak bergerak dengan rotasi
Pola khas gejala yang mengindikasikan di sekitar sumbu batang otak. Akibatnya, terjadi
adanya hematom epidural adalah hilangnya kerusakan saraf kranial termasuk nervus VIII.
kesadaran, diikuti oleh kewaspadaan, kemudian Trauma juga menyebabkan kerusakan struktur
kehilangan kesadaran lagi. Gejala yang paling secara langsung maupun tidak langsung melalui
penting dari hematom epidural adalah: proses iskemia. Gejala klinis contusio cerebri antara
kebingungan, vertigo, mengantuk atau perubahan lain pusing, sakit kepala, emosi labil, hilangnya
tingkat kewaspadaan, membesarnya pupil di atensi dan kemampuan memperoleh informasi
satu mata, sakit kepala, mual dan muntah. Gejala menetap dalam beberapa minggu atau bulan
biasanya terjadi dalam beberapa menit sampai dan dapat disertai kelainan neurologi.
beberapa jam setelah cedera kepala dan (Gilroy,2000)
menunjukkan situasi yang darurat.(Ashis P, et al.
2016)
Hematom subdural paling sering adalah
akibat dari cedera kepala berat. Jenis hematom
subdural adalah salah satu yang paling mematikan
HUBUNGAN ANTARA CEDERA KEPALA DAN TERJADINYA VERTIGO 5

METODE PENELITIAN demikian nilai p yang didapat menunjukkan korelasi


yang bermakna antara cedera kepala dengan vertigo
Desain penelitian ini adalah observasional
karena nilai p kurang dari 0,05. Hal ini berarti
analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian
hipotesis nihil / Ho ditolak, sehingga terdapat
dilakukan di bagian rekam medis SMF Bedah
hubungan cedera kepala dengan vertigo.
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Sampel
pada penelitian ini menggunakan total sampling Berdasarkan Indian Journal of Neurotrauma
dimana semua pasien cedera kepala ringan, sedang tahun 2007, vertigo post cedera kepala merupakan
dan berat yang tercatat di Instalasi Rekam Medis suatu gejala yang muncul setelah cedera kepala
Rawat Inap dan Rawat Jalan SMF Bedah Rumah ringan, merupakan bagian dari post-concussion syndrome.
Sakit Muhammadiyah Lamongan pada periode 1 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes, 2013).
Januari–31 Desember 2016 yang memenuhi kriteria Post-concussion syndrome merupakan kumpulan gejala
inklusi. Diagnosis cedera kepala dan vertigo diambil yang terdiri atas nyeri kepala, pusing (dizziness),
dari diagnosis dokter Spesialis Bedah RSM iritabilitas, mudah lelah, ansietas, gangguan memori
Lamongan. yang merupakan sequele setelah cedera kepala ringan
tertutup.(Iskandar J, 2010)
a. Kriteria Inklusi: Menurut Ashis, Naresh, Khandelwal,
1. Pasien dengan cedera kepala ringan, sedang Mathuriya dalam jurnal Indian Journal of Neurotrauma
dan berat yang tercatat dalam rekam medis tahun 2007, vertigo muncul akibat fraktur tulang
di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap temporal, commotio labirin, dan contussio cerebri. Cedera
SMF Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah kepala tumpul adalah penyebab utama vertigo pasca
Lamongan periode 1 Januari–31 Desember cedera yang mengakibatkan dislokasi rantai tulang
2016. pendengaran pada fraktur longitudinal dan merusak
meatus acusticus eksternus yang mengakibatkan
2. pasien cedera kepala laki – laki dan perempuan kerusakan nervus VII dan nervus VIII pada fraktur
yang berusia 15 – 55 tahun. transversal. Commotio cerebri mengakibatkan
munculnya gangguan auditori dan vestibuler yang
b. Kriteria Eksklusi:
terjadi setelah cedera kepala tumpul tanpa fraktur.
1. Pasien dengan riwayat penggunaan obat- Gangguan vestibuler dan auditori terjadi akibat
obatan ototoksik seperti gentamisin, alkohol, perdarahan mikroskopis koklea dan labirin.
riwayat infeksi telinga bagian dalam, riwayat Kerusakan saraf kranial termasuk nervus VIII pada
diabetes mellitus, epilepsi, tumor otak, contussio cerebri akibat gerakan deformasi otak pada
neuroma akustikus, diplopia. waktu gerakan kepala yang cepat dan tiba–tiba.
2. Pasien cedera kepala dengan data rekam
medis yang diperlukan dalam penelitian tidak KESIMPULAN DAN SARAN
lengkap.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Terdapat
Pada penelitian ini dilakukan pengolahan hubungan antara cedera kepala dan terjadinya vertigo
data variabel nominal dan ordinal dengan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
menggunakan uji Chi Square untuk menganalisis Saran untuk penelitian selanjutnya adalah: hasil
hubungan antara cedera kepala dan terjadinya penelitian ini belum cukup untuk mengetahui lebih
vertigo. jauh hubungan cedera kepala dengan vertigo pada
pasien, terutama untuk mengetahui onset vertigo pada
HASIL DAN PEMBAHASAN pasien cedera kepala. Sehingga untuk lebih
menyempurnakan penelitian diharapkan adanya
Analisis statistik dengan uji Chi Square penelitian lebih jauh untuk mengetahui onset vertigo.
menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan sebesar Dengan terbuktinya hubungan antara cedera kepala
0,011 dan taraf signifikansi á = 0,05. Dengan dengan vertigo, diharapkan menjadi sumber
pengetahuan bagi masyarakat luas pada umumnya.
6 VOLUME 12 NO 1 JUNI 2016

DAFTAR PUSTAKA Ramos ZR, González, Jiménez M M, et al.,. 2013.


Post concussion syndrome and mild head injury. The
Aboe U.G., Kurnia K., 2002. Neuro-otologi Klinis
role of early diagnosis using Neuropsychological test.
Vertigo. Surabaya. Airlangga University Press.
spectroscopy [online], [diunduh 20 september
American College of Surgeon Committee on
2016], tersedia dari www.pubmed.com
Trauma. 2004. Advanced Trauma Life Support
Sjahrir H. 2012. Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta.
for Doctors 7th Ed. 663 N. Saint Clair St,
Pustaka Cendekia Press.
Chicago.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu
Ashis P, Naresh P, Khandelwal N, et al., 2007. Post
Bedah. Jakarta. EGC.
Head Injur y Vertigo. Indian Jour nal of
Soemarmo, 2015. Penuntun Neurologi. Tangerang:
Neurotrauma, pp: 33 [online], [diunduh 8
Binarupa Aksara Publisher.
September 2016], tersedia dari http://
Stippler M. 2016. Craniocerebral trauma. In: Daroff
www.ncbi.nlm.nih.gov.
RB, Jankovic J, Mazziotta JC, Pomeroy SL,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
eds. Bradley’s Neurology in Clinical Practice. 7th
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
ed. Philadelphia, PA: Elsevier;:chap 62
Kesehatan Dasar 2013 (RISKESDAS 2013)
[online], [diunduh 1 September 2016], tersedia
[online], [diunduh 12 Februari 2016], tersedia
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov.
dari www.depkes.go.id/resources/
d o w n l o a d / g e n e r a l /
Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.
Biros MH, Heegaard WG. 2009. Head injury. In:
Marx JA, ed. Rosen’s Emergency Medicine:
Concepts and Clinical Practice. 7th ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Mosby: chap 38
[online], [diunduh 10 Agustus 2016].
Brain Injury Association of America. (2006). Types
of Brain Injury [online], [diunduh 13
September 2016], tersedia dari: http://
www.biausa.org/pages/type of brain
injury.html.
Benson, E Brian MD,  Arlen D Meyers. 2016.
Posttraumatic Vertigo [online], [diunduh 10
Agustus 2016], tersedia dari:
emedicine.medscape.com/article/884361.
George D. 2009. Panduan Praktis Diagnosis &
Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta. EGC.
Gilroy, John. 2000. Basic of Neurology. Mc Graw
Hill Professional.
Greenberg DA, Simon, RP, 2013. Mononeuropathy
Simplex. A Lange Medical Book Clinical Neurology.
3rd ed. USA : Appleton Lange; 171.lippincot
William & Wilkins.
Iskandar J. 2010. Penatalaksanaan Cidera Kepala Akut.
USU digital library.
Japardi, I, 2010. Cedera Kepala. PT Bhuana Ilmu
Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.
Joesoef AA, Suryamihardja A, Dewanti et al., 2012.
Pedoman Tatalaksana Vertigo, Kelompok Studi
Vertigo, PERDOSSI.
Ngoerah, IG, 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf.
Airlangga University Press: Surabaya.
Volume 10 No 1 Tahun 2021

Online: https://ojsfkuisu.com/index.php/ibnunafis

Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis

ISSN 2252-6870 (Print) | ISSN 2613-9359 (Online)

Artikel Penelitian

HUBUNGAN ANTARA CEDERA KEPALA DAN TERJADINYA VERTIGO DI RSUD DR


PIRNGADI MEDAN PERIODE JANUARI-DESEMBER 2019

THE RELATIONSHIP BETWEEN HEAD INJURY AND THE OCCURRENCE OF VERTIGO IN RSUD
DR PIRNGADI FROM MEDAN IN THE JANUARY - DECEMBER 2019

Yuni Khairani,a Tri Makmurb


aMahasiswaFakultasKedokteranUniversitas Islam Sumatera Utara, jalan STM, No.77, Medan, 20219, Indonesia
bDosenFakultasKedokteranUniversitas Islam Sumatera Utara, jalan STM, No.77, Medan, 20219, Indonesia

Histori Artikel ABSTRAK


Diterima: Cedera kepala merupakan suatu masalah kesehatan, sosial dan ekonomi yang paling
26 Maret 2021 penting di seluruh dunia dan penyebab utama dengan kematian dan disabilitas
permanen pada usia dewasa. Salah satu akibat dari cedera kepala adalah
Revisi: vertigo.Vertigo menempati urutan ketiga tersering yang dikeluhkan pasien.
29 Maret 2021 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cedera kepala dengan
terjadinya vertigo di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Pirngadi Medan. Jenis penelitian
Terbit: yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain cross sectional, dilakukan di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr Pirngadi Medan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
1 Juni 2021
seluruh pasien yang tercatat di rekam medis mengalami cedera kepala dengan jumlah
sampel sebanyak 60 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner penelitian
dan dianalisis dengan uji Chi-Square.
Penelitian ini memiliki nilai p=0,001 (p<α), hal ini bermakna bahwa ada hubungan
yang signifikan antara cedera kepala dengan terjadinya vertigo di Rumah sakit umum
pendidikan dr Pirngadi Medan. Disarankan agar pasien atau masyarakat segera
memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami vertigo setelah terjadi cedera di kepala.
Selain itu, perlu menjaga rutinitas harian supaya tidak terlalu berlebihan sehingga
menyebabkan vertigo.

Kata Kunci ABSTRACT


Cedera kepala, Head injury most important health, social and economic problems worldwide and the
Vertigo. leading cause of death and permanent disability in adulthood. Head injury is vertigo.
Kecelakaan Vertigo is the third most frequently complained of patients.
This research aiming of vertigo at the Central General Hospital Dr. Pirngadi. General
Hospital DrPirngadi Medan have patients recorded in the medical record with head
injuries 60 people. a research
Korespondensi value of (p <α), this means that there is a significant relationship between head injury
Tel. 082210563045 vertigo at the General Hospital Dr. Pirngadi. That patients or the public immediately
Email: consult a doctor when experiencing vertigo after an to maintain a daily routine so that
yunikhairanisiregar it is not too excessive, causing vertigo
@gmail.com

Yuni Khairani 26
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021

PENDAHULUAN didapatkan kasus cedera otak mencapai


Cedera kepala istilah antara 434 pasien ringan, 315 pasien sedang.2
lain Traumatic Brain Injury adalah Vertigo merupakan rasa gerak
suatu cedera akut pada susunan saraf dari tubuh yang memutar tanpa sensasi
pusat, selaput otak, saraf cranial perputaran yang sebenarnya. Vertigo bisa
termasuk fraktur tulang kepala, berlangsung hanya beberapa saat atau
kerusakan primer maupun kerusakan terus menerus. Vertigo mengenai semua
sekunder. Cedera kepala merupakan golongan umur, insidensi 25 % ≥ 25
suatu masalah kesehatan, sosial dan tahun, dan 40 % ≥ 40 tahun, dan
ekonomi yang paling penting didunia dan dilaporkan sekitar 30% ≥ 65 tahun.3
penyebab utama dengan kematian dan Vertigo terbagi atas 4 jenis, yaitu:
disabilitas permanen pada usia dewasa. vertigo sentral, vertigo perifer, vertigo
Kasus ini dapat menimbulkan masalah non-vestibuler, dan vertigo vestibuler.
pada mental, kognitif, fisik, paling sering Vertigo sentral, disebabkan adanya lesi
terjadinya cedera kepala dimana yang vaskuler, kemudian diikuti tumor,
banyak terjadi pada pria dibandingkan migrant vertigoneus, dan infeksi
dengan wanita.1 intrakranial. Vertigo perifer disebabkan
Prevalensi cedera kepala di karna adanya BPPV (Benign Paroxysmal
Indonesia 2007 sebanyak 7,5%, dengan Positional Vertigo) (83%), menierre
urutan disebabkan jatuh, kecelakaan lalu disease (7,6%), paska trauma (7,6%) dan
lintas (KLL) dan benda tajam / tumpul sisanya neuritis vestibularis. Menurut
(Badan Penelitian dan Pengembangan Delaney (2003) dalam Zapala (2006),
Kesehatan, 2007). Pada tahun 2013 penelitian vertigo dari 12 klinik rawat
mengalami peningkatan menjadi 8,2%, jalan menunjukkan 50% pasien
jatuh 40,9%, sepeda motor (40,6%), mengalami vestibulopati perifer seperti
benda tajam / tumpul 7,3%, transportasi BPPV, vestibuler neuritis, atau penyakit
darat lainnya 7,1% dan kejatuhan 2,5% ( Meniere, dan penyakit serebrovaskuler
Badan Penelitian dan Pengembangan mencapai 19%.3
Kesehatan RI, 2013). Namun ada Di Indonesia, prevalensi BPPV
beberapa data epidemiologi di wilayah yaitu antara 11 sampai 64 per 100.000
Indonesia yang bisa didapatkan, antara (prevalensi 2,4%). Didapatkan 5,6 miliar
lain dari bagian saraf Fakultas orang ke rumah sakit dan klinik di United
Kedokteran Universitas Indonesia/ RS State dengan keluhan pusing didapatkan
Cipto Mangunkusumo pada tahun 2005

27
Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021

prevalensi 17%-42% pasien didiagnosis sebanyak 17 orang (28,3%) seperti


BPPV.4 terlihat pada tabel 1.
Berdasarkan hasil survey yang
Tabel 1. Karakteristik Pasien
dilakukan dari data Rekam medic RSUD
Dr Pirngadi didapatkan kasus Vertigo Karakteristik Pasien n (60) %
Usia
sebanyak 42 orang pada tahun Januari – 15-22 Tahun 18 30,0
23-30 Tahun 10 16,7
Desember 2019, sehingga peneliti 31-38 Tahun 9 15,0
39-48 Tahun 8 13,3
tertarik untuk melakukan penelitian 47-54 Tahun 9 15,0
55-62 Tahun 6 10,0
tentang hubungan antara cedera kepala JenisKelamin
dan terjadinya vertigo periode Januari – Laki-laki 36 60,0
Perempuan 24 40,0
Desember 2019. Tingkat Pendidikan
SMA 37 61,7
PerguruanTinggi 23 38,3
METODE
JenisPekerjaan
Jenis penelitian yang digunakan Wiraswasta 16 26,7
PNS 15 25,0
adalah kuantitatif dengan desain cross KaryawanSwasta 12 20,0
Pelajar/TidakBekerja 17 28,3
sectional, dilakukan di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr Pirngadi Medan.
Gambaran Karakteristik Gejalan
Adapun populasi dalam penelitian ini
Klinis Pasien
adalah seluruh pasien yang tercatat di
rekam medis yang mengalami cedera Tabel 2. Karakteristik Gejala Klinis
Pasien
kepala dengan jumlah sampel sebanyak
60 orang. Pengumpulan data vertigo Karakteristik n %
Pasien (60)
dilakukan dengan kuesioner penelitian Pusing
Tidak 14 23,3
dan dianalisis dengan uji Chi-Square Ya 46 76,7
Mual
untuk menganalisis hubungan anatara Tidak 22 36,7
cedera kepala dan terjadinya vertigo. Ya 38 63,3
Muntah
Tidak 28 38,3
HASIL Ya 32 53,3
Nyeri
Gambaran Karakteristik Pasien
Tidak 42 70,0
Mayoritas pasien yang berobat Ya 18 30,0
PenurunanKesadaran
berusia pada rentang 15-22 18 orang GCS Ringan 12 20,0
GCS Sedang 39 65,0
(30%) laki-laki sebanyak 36 orang GCS Berat 9 15,0

(60%), tingkat pendidikan SMA yaitu


sebanyak 37 orang (61,7%) dan jenis Mayoritas pasien yang berobat

pekerjaan tidak bekerja atau pelajar yaitu merasa pusing (76,7%), mual sebanyak

28
Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021

38 orang (63,3%), muntah sebanyak 32 hematoma subracnoid sebanyak 3 pasien


orang (53,3%), dan merasakan nyeri begitu juga pada infark sebanyak 3
sebanyak 42 orang (70%), dan pasien.
mengalami penurunan kesadaran dengan
Gambaran Tingkat Cedera Kepala
GCS sedang sebanyak 39 orang (65,0%).
Pasien
Gambaran Hasil CT.Scan Pasien
Tabel 4. Tingkat Cedera Kepala Pasien
Cedera Kepala Pasien
Tingkat
N %
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan CT Scan CederaKepalaPasien
Ringan 12 20,0
Pasien
Sedang 39 65,0
Berat 9 15,0
Hasil CT Ya Tidak Total Total 60 100
Scan N % n % n %
Kontusio 0 0 60 100 60 100
Hematoma 1 21,7 47 78,3 60 100 Mayoritas pasien yang berobat di
epidural 3
Hematoma 0 0 60 100 60 100 memiliki tingkat cedera kepala “sedang”
subdural
Hematoma 3 5 57 95 60 100 yaitu 65%.
subarachnoid
Hematoma 0 0 60 100 60 100 Gambaran Vertigo
intraserebral
Infark 3 5 57 95 60 100
Tabel 5. Gambaran Vertigo

Dari 60 responden yang Vertigo N %


TidakMengalami Vertigo 17 28,3
dianalisis menunjukkan seluruh Mengalami Vertigo 43 71,7
Total 60 100
responden tidak memilki kontusio,
hematoma subdural, hematoma Mayoritas pasien cedera kepala
intraserebral, sedangkan pada yang berobat mengalami vertigo yaitu
pemeriksaan hematoma epodural 71,7%.
ditemukan sebanyak 13 pasien, dan

Analisis Bivariat

Tabel 6. Hasil Analisis Chi Square Hubungan Cedera Kepala dengan


Terjadinya Vertigo

Vertigo
Total
Cedera Kepala Tidak Mengalami Mengalami p value
N % n % n %
Ringan 10 83,3 2 16,7 12 100
Sedang 5 12,8 34 87,2 39 100 0,001
Berat 2 22,2 7 77,8 9 100

29
Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021

Berdasarkan tabulasi silang di atas dapat sadar, pusing atau nyeri di kepala. baik ringan
terlihat bahwa dari 60 pasien cedera kepala yang maupun sedang tersebut.5
berobat dianalisis, terdapat 39 orang yang Terkait vertigo, hasil analisis
mengalami cedera sedang dengan 34 orang diketahui mayoritas pasien cedera kepala yang
diantaranya mengalami vertigo. Terdapat 12 berobat mengalami vertigo yaitu sebanyak 43
ringan, 10 tidak mengalami vertigo. 9 berat, 7 orang (71,7%). Vertigo merupakan gejala yang
orang diantaranya juga mengalami vertigo sering dikeluhkan pasien pasca mengalami
Kemudian dari hasil analisis chi square trauma pada kepala, leher atau craniovertebral
diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<0,05), hal ini junction (Taneja, 2014). Trauma tumpul
bermakna cedera kepala berhubungan secara kranioservikal mekanisme, seperti jatuh, cedera
signifikan dengan terjadinya vertigo. tipe whiplash, benturan dengan benda keras, dan
lain-lain. Akibat trauma tersebut bervariasi dan
DISKUSI
dapat mencederai bagian manapun dari sistem
Berdasarkan karakteristik pasien
vestibular. Sistem vestibular, baik telinga dalam
diketahui mayoritas pasien yang mengalami
maupun di otak, sangat rentan dan dapat
cedera berusia pada rentang 15-22 18 orang
terganggu walaupun hasil perubahan anatomi
(30%) dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
patologis. Daerah yang harus dievaluasi pada
36 orang (60%). Hasil ini sesuai dengan
pencitraan intrakranial, basis kranium, dan
penelitian Fiddiyanti (2020) diketahui bahwa
sambungan kranioservikal.6
sebagian besar pasien cedera kepala ringan
Manifestasi klinis vertigo pasca
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 40
trauma dikelompokkan berdasarkan letak
orang (58,82%). Persentase pasien cedera kepala
gangguannya menjadi vertigo perifer dan vertigo
dari perempuan kemugkinan karena laki-laki
sentral. Kelompok vertigo perifer lebih sering
lebih aktif dalam melakukan aktivitas, dan lebih
dijumpai dibanding vertigo sentral, dimana
banyak menggunakan kendaraan bermotor
kelompok ini kemudian dapat dikelompokkan
dibandingkan dengan perempuan sehingga
lagi berdasarkan onset terjadinya, yaitu dini dan
terjadinya cedera kepala pada laki-laki lebih
lambat. Beberapa kasus tidak berkaitan dengan
tinggi.5
gangguan labirin. Pada sebagian kecil pasien ini
Cedera kepala merupakan penyebab
ternyata berhubungan dengan cedera struktural
utama jejas jaringan, baik yang diakibatkan oleh
atau mikrostruktural. Pada beberapa kasus juga
beban goncangan atau beban benturan yang
ditemukan hubungan vertigo pasca trauma
dapat timbul karena kompresi (compression),
dengan kecemasan umum dengan persepsi dan
regangan (tension), dan robekan (shear).
status psikologis pasien sehingga
Mayoritas pasien yang berobat pasca
dikelompokkan lagi menjadi suatu kelompok
cedera kepala merasakan nyeri di kepala
tersendiri.6
sebanyak 42 orang (70%). Seringkali dikatakan
Vertigo pasca trauma tipe sentral
dikatakan fase awal setelah terjadinya trauma.

30 Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021

Keluhan vestibular yang terjadi pasca trauma Di RS PKU Muhammadiyah


kepala dicetuskan oleh gangguan batang otak Yogyakarta. J Chem Inf Model.
konkusio atau perdarahan. Pada prinsipnya, 1981;53(9):1689-1699.
semua bagian serebelum dari serebelum, dapat 2. Tana L. Faktor Yang Berperan Pada
terkena, tergantung lokasi perdarahan. Akan Lama Rawat Inap Akibat Cedera Pada
tetapi, untuk alasan yang belum jelas, Kelompok Pekerja Usia Produktif Di
6
mesensefalon lebih sering terkena. Indonesia ( The Contributing Factors to
Berdasarkan tabulasi silang di atas dapat Injury ’ s Length of Stay in Hospital
terlihat bahwa dari 60 pasien cedera kepala yang Among Productive Age Workers in
berobat dianalisis, terdapat 39 orang yang Indonesia ). Bul Penelit Sist Kesehat.
mengalami cedera sedang dengan 34 orang 2015;(29):75-82.
diantaranya mengalami vertigo. Terdapat 12 3. Marpaung M. Profil Karakteristik Pasien
ringan, 10 tidak mengalami vertigo. 9 berat, 7 Benign Paroxysmal Positional Vertigo
orang diantaranya juga mengalami vertigo Tahun 2011 Sampai 2015 Di RSUP Haji
Kemudian dari hasil analisis chi square Adam Malik Medan. 2014;(2013):12.
diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<0,05), hal ini 4. Tambun W. Karakteristik Dan Angka
bermakna cedera kepala berhubungan secara Kejadian Benign Paroxysmal Positional
signifikan dengan terjadinya vertigo. Vertigo Di Poliklinik Neurologi RSUP
Hasil ini sejalan dengan penelitian Putri H. Adam Malik Medan Periode 2016 –
(2016), dengan uji Chi Square yang 2018. 2018.
menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan 5. Fiddiyanti I, Trimurtini I, Radiologi D, et
sebesar 0,011 dan taraf signifikansi á = 0,05. al. Korelasi CT-SCAN Kepala Dengan
Sama halnya bahwa tertutup.8 Glasgow Coma Scale 13-15 Pada Pasien
Cedera Kepala Ringan Di Rumah Sakit
KESIMPULAN
Dustira Cimahi. Med Kartika J Kedokt
1. Mayoritas pasien yang berobat pasca cedera
dan Kesehat. 2020;3(Volume 4 No
kepala merasakan nyeri di kepala sebanyak
1):113-125. doi:10.35990/mk.v4n1
42 orang (70%) dan yang mengalami vertigo
6. Pradnanying PE, Keseimbangan F.
yaitu sebanyak 43 orang (71,7%).
Vertigo Pasca Trauma. 2017.
2. Terdapat hubungan yang signifikan
7. Setiawati M, Susianti. Diagnosis dan
terjadinya vertigo pada pasien cedera kepala
Tatalaksana Vertigo. Majority.
Daerah Dr Pirngadi Medan.
2016;5(4):91-95.
8. Putri CM, Rahayu, Sidharta B. Hubungan
DAFTAR REFERENSI
Antara Cedera Kepala Dan Terjadinya
1. Prabowo DH. Gambaran Tingkat
Vertigo. Saintika Media J Ilmu Kesehat
Pengetahuan Perawat IGD Tentang
dan Kedokt Kel. 2016;12(December):1-
Penanganan Pasien Pada Cedera Kepala
6.

31
Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021

9. Sudira PG, Prawitasari D, Gunawan F,


Prima A. Insidensi Post Concussion Dan
Sekuel Neurologis Pada Pasien Cedera
Dan Sekuel Neurologis Pada Pasien
Cedera Kepala Di Rsup Dr Sardjito
Januari – Juni 2012. 2014.

32
Yuni Khairani

Anda mungkin juga menyukai