Kepada Yth,
Ketua Program Studi Keperwatan
Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Lubuk pakam,.......................................
BELLA MONIKA
NIK NIM 18.11.024
HUBUNGAN TRAUMA KEPALA RINGAN SAMPAI SEDANG DENGAN
VERTIGO
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh:
Ayu Lintang Putri
J500100084
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HUBUNGAN TRAUMA KEPALA RINGAN SAMPAI SEDANG DENGAN
VERTIGO
DI RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA
ABSTRAK
Hasil. Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan uji chi square,
didapatkan hasil p = 0,0009 dengan p < 0,05
ABSTRACT
Background. Head Injury is one of caused vertigo, also known as Post Head
Injury Vertigo. Vertigo can happend as soon as head injury or somedays, or
weeks, or month after head injury.
Result. The result of this research are 23 sample head injury have vertigo (46%),
8 sample head injury haven’t vertigo (16%), 7 sample haven’t head injury have
non-trauma vertigo (14%), and 12 sample haven’t head injury also haven’t vertigo
(24%). After data analysis conducted with chi square test, the obtained result is p
= 0,009 with p < 0,05.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai
Desember 2013 di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Sampel penelitian adalah
pasien trauma kepala ringan-sedang dan non-trauma kepala di rawat inap dan
rawat jalan SMF bedah RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan sampel pasien
trauma kepala ringan sampai sedang sejumlah 31 pasien dan sampel non-trauma
kepala ringan sampai sedang berjumlah 19 pasien. Sampel diambil dengan metode
random sederhana dengan kriteria sebagai berikut
1. Kriteria Inklusi
1) pasien trauma kepala ringan dan pasien trauma kepala sedang yang telah
mengalami penyembuhan, dengan tingkat kesadaran compos mentis
2) pasien trauma kepala dan non-trauma kepala yang bersedia menjadi
sampel
3) pasien dapat bekerja sama (kooperatif)
4) pasien usia 15-55 tahun
5) pasien yang bersedia mengisi kuesioner penelitian
2. Kriteria Eksklusi
1) pasien tidak bersedia menjadi sampel
2) pasien dengan vertigo sebelum trauma kepala
Variabel bebas pada penelitian ini adalah trauma kepala ringan sampai
sedang, dan variabel terikat adalah vertigo.
Vertigo adalah suatu gangguan orientasi dimana perasaan seseorang
berputar terhadap lingkungannya, atau lingkungan sekitar bergerak terhadap
dirinya. Skala ukur adalah nominal, dibedakan menjadi sampel vertigo dan non
vertigo. Penilaian menggunakan Kuesioner Vertigo Symptom Scale Short Form
(VSS-SF). VSS- SF merupakan kuesioner yang terdiri atas 8 pertanyaan
sederhana dan penilaian terdiri atas 5 kategori yang bernilai 0-4, mengalami
vertigo apabila score ≥ 12.
Trauma kepala ringan-sedang adalah trauma kepala dengan tingkat
kesadaran compos mentis atau score Glasgcow Coma Scale (GCS) lebih dari 13
untuk CKR, dan score GCS 9-12 untuk CKS, dengan atau tanpa ditemukan
kelainan dengan CT-scan otak. Diagnosis ditegakkan oleh dokter Ahli Bedah
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari data sekunder dari rekam medis pasien.
HASIL PENELITIAN
Total 31 62 % 19 38 %
Sumber : Data Primer, 2013
Dari tabel 1 didapatkan penderita trauma kepala ringan-sedang terbanyak
pada kelompok umur 20-30 tahun, yaitu sebanyak 16 sampel atau berkisar 32%
dan paling sedikit pada kelompok umur 41-50 tahun, sebanyak 10 sampel atau
berkisar 20%. Pasien tanpa trauma kepala ringan-sedang terbanyak pada usia 20-
30 tahun yaitu sebanyak 6 sampel atau berkisar 12%. Penderita trauma kepala
ringan-sedang terbanyak didapatkan pada usia 20-30 tahun salah satunya
disebabkan oleh kecelakaan lalulintas.
n % n %
Laki-laki 20 40 % 11 22 %
Perempuan 11 22 % 8 16 %
Total 31 62 % 19 38 %
Sumber : Data Primer 2013
Total 30 60 % 20 40 %
Nilai p 0,0009
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Trauma Kepala 4.929 1.439 16.884
(Tidak / Ya)
For cohort Vertigo = Tidak 2.447 1.229 4.873
For cohort Vertigo = Ya .497 .266 .927
N of Valid Cases 50
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan table 3 didapatkan bahwa penderita trauma kepala yang
mengalami vertigo sebanyak 23 sampel (46%) dan yang tidak mengalami vertigo
sebanyak 8 sampel (16%). Pasien tanpa trauma kepala yang mengalami vertigo
sebanyak 7 sampel (14%) dan yang tidak mengalami vertigo sebanyak 12 sampel
(24%).
Tabel 2 x 2 tersebut diatas layak diuji dengan chi square karena tidak ada
nilai expected yang bernilai kurang dari lima. Setelah dilakukan analisis statistik
dengan uji chi square, nilai p yang didapatkan sebesar 0,009, dan taraf
signifikansi α = 0,05. Dengan demikian nilai p yang didapat menunjukkan
korelasi yang bermakna antara trauma kepala dengan vertigo karena nilai p kurang
dari 0,05. Kekuatan hubungan antara trauma kepala ringan sampai sedang dengan
vertigo sebesar 4,9. Ini berarti, pasien dengan trauma kepala ringan sampai sedang
mempunyai kemungkinan 4,9 kali untuk mengalami vertigo dibandingkan dengan
pasien non-trauma kepala.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di Rawat Inap dan Rawat Jalan SMF
Bedah RSUD Dr. Moewardi Surakarta didapatkan data seperti disajikan pada
tabel-tabel di atas. Penelitian ini dilakukan pada pasien non-trauma kepala dan
pasien trauma kepala ringan-sedang dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang,
dengan sampel pasien trauma kepala ringan sampai sedang sejumlah 31 pasien
dan sampel non-trauma kepala ringan sampai sedang berjumlah 19 pasien.
Analisis statistik dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p yang
didapatkan sebesar 0,009, dan taraf signifikansi α = 0,05. Dengan demikian nilai p
yang didapat menunjukkan korelasi yang bermakna antara trauma kepala dengan
vertigo karena nilai p kurang dari 0,05. Hal ini berarti hipotesis nihil / Ho ditolak,
sehingga terdapat hubungan trauma kepala ringan sampai sedang dengan vertigo”.
Kekuatan hubungan antara trauma kepala ringan sampai sedang dengan
vertigo dapat diukur dengan menggunakan Rasio Relatif (RR). Parameter yang
digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan adalah RR yaitu sebesar 4,9. Ini
berarti, pasien dengan trauma kepala ringan sampai sedang mempunyai
kemungkinan 4,9 kali untuk mengalami vertigo dibandingkan dengan pasien non-
trauma kepala. Nilai RR sebesar 4,9 dapat diartikan juga probabilitas pasien yang
mengalami trauma kepala ringan sampai sedang untuk menderita vertigo sebesar
4,9.
SIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan di Rawat Inap dan Rawat Jalan SMF
Bedah RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan sampel sebanyak 50 orang, terbukti
ada hubungan antara trauma kepala ringan sampai sedang dengan vertigo. Dari
hasil analisis statistik disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
trauma kepala ringan-sedang dengan vertigo (p = 0,009).
SARAN
2. Hasil penelitian ini belum cukup untuk mengetahui lebih jauh hubungan trauma
kepala ringan-sedang dengan vertigo pada pasien, terutama untuk mengetahui
onset vertigo pada pasien trauma kepala ringan sampai sedang. Sehingga untuk
lebih menyempurnakan penelitian diharapkan adanya penelitian lebih jauh untuk
mengetahui onset vertigo dan
DAFTAR PUSTAKA
Aboe U.G., Kurnia K., 2002. Neuro-otologi Klinis Vertigo. Surabaya. Airlangga
University Press.
Mock, Charles. 2005. Human resources for the Control of Road Traffic Injury.
Bulletin of the World Health Organization, Volume 83, Nomor 4, 294-
298.
National Center for Injury Prevention and Control, 2007. Traumatic Brain Injury.
Center for Disease Control and Prevention. Available from :
http://www.cdc.gov/ncipc/factsheets/tbi.htm. [Accessed 13 September
2012]
Octaviana F. 2008. Pola Cedera Kecelakaan lalu lintas berdasarkan data Rumah
Sakit RSPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2003-2007.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125891-S-5384-Pola%20cidera
Abstrak.pdf
Sjahrir H. 2008. Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta. Pustaka Cendekia Press.
Schmidt Paula Michele da Silva et al. 2010. Hearing and Vestibular Complaints
During Pregnancy. Braz.j.Otorhinolaryngol. 76: 1-3.
HUBUNGAN ANTARA CEDERA KEPALA DAN TERJADINYA VERTIGO 1
Email : cantikmaharendra1995@gmail.com
ABSTRAK
Vertigo adalah gejala umum yang terjadi pada individu yang mengalami cedera tumpul pada kepala, leher, maupun
persimpangan craniocervical. Cedera dapat diakibatkan dari kecelakaan lalu lintas, jatuh dan olahraga. Meningkatnya mobilitas
manusia khususnya di kota besar mengakibatkan peningkatan frekuensi kasus cedera kepala yang sering diakibatkan oleh
kecelakaan lalu lintas. Angka kejadian vertigo pada pasien cedera kepala berkisar 55%. Insiden vertigo yang terjadi setelah cedera
kepala sekitar 40-60% biasanya terjadi setelah cedera kepala ringan dan sedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara cedera kepala dan terjadinya vertigo di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Semua pasien cedera kepala di SMF
Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan periode 1 Januari–31 Desember 2016 yang memenuhi kriteria inklusi
dijadikankan sebagai sampel. Data cedera kepala dan vertigo diambil dari rekam medis. Data yang telah diperoleh kemudian
dianalisis dan diuji secara statistik dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil Uji Chi Square didapatkan hubungan bermakna
antara cedera kepala dan vertigo (p=0,011) sehingga terdapat hubungan antara cedera kepala dan terjadinya vertigo di Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan.
ABSTRACT
Vertigo is a common symptom that occurs in individuals who have blunt injuries to the head, neck, or craniocervical junction.
Injuries can result from traffic accidents, falls and sports. Increased mobility of people especially in large cities resulted in increased frequency
of head injury cases that are often caused by traffic accidents. The incidence of vertigo in head injury patients ranged from 55%. The
incidence of vertigo after head injury is about 40-60% usually occurs after mild and moderate head injury. Objective from this study is
to investigate the correlation between head injury and vertigo in Muhammadiyah Lamongan Hospital. Method applied is analytic observational
with cross sectional design. All patients with head injury in Surgery Department Muhammadiyah Lamongan Hospital during 1 January-
31 December 2016 who complied the inclusion criteria were used as samples. Data of head injury and vertigo were taken from the medical
record. Data were obtained then analyzed and tested statistically by using Chi Square test.Chi Square test results showed a significant
relationship between head injury and vertigo (p = 0.011), so there was a correlation between head injury and vertigo in Muhammadiyah
Lamongan Hospital.
1
2 VOLUME 12 NO 1 JUNI 2016
Fraktur dibagi menadi fraktur longitudinal dan dari semua cedera kepala. Perdarahan mengisi
transversal. area otak yang sangat cepat, mengompresi
a. Fraktur longitudinal merupakan 70–90% jaringan otak. Ini sering mengakibatkan cedera
fraktur os. temporalis, terbanyak akibat benturan otak dan dapat menyebabkan kematian.
temporo parietal. Garis fraktur mulai puncak Tergantung pada ukuran hematom dan di mana
piramid os. petrosus melintang tegmen timpani, itu menekan pada otak, salah satu gejala berikut
menghasilkan deformitas seperti tangga dalam akan terjadi: bicara bingung atau tidak jelas,
meatus acusticus externus telinga tengah dan masalah dengan keseimbangan atau berjalan,
mengakibatkan dislokasi rantai tulang sakit kepala, vertigo, kejang atau kehilangan
pendengaran. kesadaran, mual dan muntah.(Stippler, 2016)
b. Fraktur Transversal merupakan 10–30% Perdarahan intraserebral dan edema yang
fraktur os. temporal menyilang sumbu panjang menyer tainya dapat meng gang gu atau
piramid os. petrosa dan biasanya akibat benturan mengompresi jaringan otak yang berdekatan,
oksipital. Garis fraktur menyeberangi fossa menyebabkan disfungsi neurologis, peningkatan
posterior ke fossa cranii posterior dan dapat tekanan intrakranial (ICP) dan sindrom herniasi
mengenai tulang labirin (bila letaknya lateral) yang fatal.(Biros MH.,2009)
atau merusak MAE yang mengakibatkan 4. Konkusi batang otak atau cedera kompleks saraf
kerusakan nervus VII dan nervus VIII (bila VIII Kompleks saraf kedelapan berisiko cedera,
letak medial). (Ashis P, et al. 2016) bahkan dalam kasus-kasus trauma ringan, karena
2. Commotio Labirin shearing effect pada zona entri akar saraf ke
Commotio labirin mengakibatkan munculnya batang otak.(Benson, et al. 2016)
gangguan auditori dan vestibuler yang terjadi 5. Perdarahan Cerebellum
setelah trauma kepala tumpul tanpa fraktur. Salah satu fungsi cerebellum yang utama yaitu
Gangguan vestibuler dan auditori terjadi akibat mengatur koordinasi gerakan sadar, posisi tubuh
perdarahan mikroskopis koklea dan labirin. BPPV dan keseimbangan. Perdarahan pada cerebellum
dapat disebabkan oleh commotio labirin atau mengakibatkan gangguan fungsi cerebellum,
pengaruh mekanik langsung trauma kepala pada sehingga akan muncul gejala vertigo, disartria dan
organ otolith, dengan hilangnya otokonia yang nistagmus.(Aboe U.G, 2002)
meliputi bahan gelatin dan membran otolith. 6. Contusio Cerebri
Hasil degenerasi dari otokonia dapat menempati Gerakan deformasi otak pada waktu
kanalis semiserkularis posterior dan menyebabkan gerakan kepala yang cepat dan tiba – tiba
serangan vertigo singkat sehubungan dengan merupakan mekanisme kerusakan otak akibat
gerakan kepala.(Ashis P, et al. 2016) cedera kepala tumpul, sehingga menyebabkan
3. Perdarahan Epidural, Subdural dan Intraserebral bagian viskoelastik otak bergerak dengan rotasi
Pola khas gejala yang mengindikasikan di sekitar sumbu batang otak. Akibatnya, terjadi
adanya hematom epidural adalah hilangnya kerusakan saraf kranial termasuk nervus VIII.
kesadaran, diikuti oleh kewaspadaan, kemudian Trauma juga menyebabkan kerusakan struktur
kehilangan kesadaran lagi. Gejala yang paling secara langsung maupun tidak langsung melalui
penting dari hematom epidural adalah: proses iskemia. Gejala klinis contusio cerebri antara
kebingungan, vertigo, mengantuk atau perubahan lain pusing, sakit kepala, emosi labil, hilangnya
tingkat kewaspadaan, membesarnya pupil di atensi dan kemampuan memperoleh informasi
satu mata, sakit kepala, mual dan muntah. Gejala menetap dalam beberapa minggu atau bulan
biasanya terjadi dalam beberapa menit sampai dan dapat disertai kelainan neurologi.
beberapa jam setelah cedera kepala dan (Gilroy,2000)
menunjukkan situasi yang darurat.(Ashis P, et al.
2016)
Hematom subdural paling sering adalah
akibat dari cedera kepala berat. Jenis hematom
subdural adalah salah satu yang paling mematikan
HUBUNGAN ANTARA CEDERA KEPALA DAN TERJADINYA VERTIGO 5
Online: https://ojsfkuisu.com/index.php/ibnunafis
Artikel Penelitian
THE RELATIONSHIP BETWEEN HEAD INJURY AND THE OCCURRENCE OF VERTIGO IN RSUD
DR PIRNGADI FROM MEDAN IN THE JANUARY - DECEMBER 2019
Yuni Khairani 26
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021
27
Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021
pekerjaan tidak bekerja atau pelajar yaitu merasa pusing (76,7%), mual sebanyak
28
Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021
Analisis Bivariat
Vertigo
Total
Cedera Kepala Tidak Mengalami Mengalami p value
N % n % n %
Ringan 10 83,3 2 16,7 12 100
Sedang 5 12,8 34 87,2 39 100 0,001
Berat 2 22,2 7 77,8 9 100
29
Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021
Berdasarkan tabulasi silang di atas dapat sadar, pusing atau nyeri di kepala. baik ringan
terlihat bahwa dari 60 pasien cedera kepala yang maupun sedang tersebut.5
berobat dianalisis, terdapat 39 orang yang Terkait vertigo, hasil analisis
mengalami cedera sedang dengan 34 orang diketahui mayoritas pasien cedera kepala yang
diantaranya mengalami vertigo. Terdapat 12 berobat mengalami vertigo yaitu sebanyak 43
ringan, 10 tidak mengalami vertigo. 9 berat, 7 orang (71,7%). Vertigo merupakan gejala yang
orang diantaranya juga mengalami vertigo sering dikeluhkan pasien pasca mengalami
Kemudian dari hasil analisis chi square trauma pada kepala, leher atau craniovertebral
diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<0,05), hal ini junction (Taneja, 2014). Trauma tumpul
bermakna cedera kepala berhubungan secara kranioservikal mekanisme, seperti jatuh, cedera
signifikan dengan terjadinya vertigo. tipe whiplash, benturan dengan benda keras, dan
lain-lain. Akibat trauma tersebut bervariasi dan
DISKUSI
dapat mencederai bagian manapun dari sistem
Berdasarkan karakteristik pasien
vestibular. Sistem vestibular, baik telinga dalam
diketahui mayoritas pasien yang mengalami
maupun di otak, sangat rentan dan dapat
cedera berusia pada rentang 15-22 18 orang
terganggu walaupun hasil perubahan anatomi
(30%) dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
patologis. Daerah yang harus dievaluasi pada
36 orang (60%). Hasil ini sesuai dengan
pencitraan intrakranial, basis kranium, dan
penelitian Fiddiyanti (2020) diketahui bahwa
sambungan kranioservikal.6
sebagian besar pasien cedera kepala ringan
Manifestasi klinis vertigo pasca
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 40
trauma dikelompokkan berdasarkan letak
orang (58,82%). Persentase pasien cedera kepala
gangguannya menjadi vertigo perifer dan vertigo
dari perempuan kemugkinan karena laki-laki
sentral. Kelompok vertigo perifer lebih sering
lebih aktif dalam melakukan aktivitas, dan lebih
dijumpai dibanding vertigo sentral, dimana
banyak menggunakan kendaraan bermotor
kelompok ini kemudian dapat dikelompokkan
dibandingkan dengan perempuan sehingga
lagi berdasarkan onset terjadinya, yaitu dini dan
terjadinya cedera kepala pada laki-laki lebih
lambat. Beberapa kasus tidak berkaitan dengan
tinggi.5
gangguan labirin. Pada sebagian kecil pasien ini
Cedera kepala merupakan penyebab
ternyata berhubungan dengan cedera struktural
utama jejas jaringan, baik yang diakibatkan oleh
atau mikrostruktural. Pada beberapa kasus juga
beban goncangan atau beban benturan yang
ditemukan hubungan vertigo pasca trauma
dapat timbul karena kompresi (compression),
dengan kecemasan umum dengan persepsi dan
regangan (tension), dan robekan (shear).
status psikologis pasien sehingga
Mayoritas pasien yang berobat pasca
dikelompokkan lagi menjadi suatu kelompok
cedera kepala merasakan nyeri di kepala
tersendiri.6
sebanyak 42 orang (70%). Seringkali dikatakan
Vertigo pasca trauma tipe sentral
dikatakan fase awal setelah terjadinya trauma.
30 Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021
31
Yuni Khairani
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No.1 Tahun 2021
32
Yuni Khairani