net/publication/355874099
CITATIONS READS
0 1,093
3 authors:
Masfuri Masfuri
University of Indonesia
30 PUBLICATIONS 15 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
The Effectiveness of Acupressure on Blood Glucose Levels of Type 2 Diabetes Mellitus Patients in Jakarta Islamic Hospital Cempaka Putih View project
All content following this page was uploaded by Sahrudi Sahrudi on 03 November 2021.
ABSTRAK
Tindakan operasi merupakan pengalaman yang dapat menimbulkan kecemasan. Salah satu penatalaksanaan
fraktur ektremitas adalah pembedahan dengan fiksasi internal berupa screw, wire, dan plate. Tujuan penelitian
ini menerapkan dan membuktikan efektifitas Progressive Muscle Relaxation (PMR) dalam menurunkan
kecemasan pasien di ruang perawatan ortopedi RSUP Fatmawati Jakarta. EBN (Evidence Based Nursing) pada
peneltian ini mengunakan model PICO dilakukan terhadap 8 orang pasien Pre Operasi Fraktur Ektremitas.
Tingkat kecemasan diukur menggunakan instrumen kecemasan State Trait Anxiety Inventory ( STAI). Hasil
dari penerapan evidance based nursing didapatkan rata-rata skor kecemasan sebelum dilakukan PMR sebesar
64,25 dengan standar deviasi 4,027. Sedangkan rata-rata skor kecemasan setelah dilakukan PMR sebesar
47,75 dengan standar deviasi 3,955. Hasil analisis statistik menunjukkan hasil yang signifikan yaitu p value =
0,001. Setiap tindakan keperawatan harus didasarkan pada evidance yang ada sehingga dapat memperbaiki
kualitas dari layanan keperawatan, sehingga disarankan PMR dapat dijadikan intervensi non farmakologis
perawat untuk membantu menurnkan kecemasan pasien.
ABSTRACT
Surgery is experience can anxiety. One of management extremity fractures is surgery with internal fixation in
screws, wires, and plates. The purpose this study to apply and prove effectiveness of Progressive Muscle
Relaxation (PMR) in reducing patient anxiety in orthopedic treatment room at Fatmawati Hospital Jakarta.
EBN (Evidence Based Nursing) this study using PICO model which was carried out on 8 patients with
Preoperative Extremity Fractures. Anxiety levels using the State Trait Anxiety Inventory (STAI) instrument.
The results of implementation evidence based nursing obtained an average anxiety score before PMR was
64.25 with a standard deviation of 4.027. Meanwhile, the average anxiety score for PMR was 47.75 with a
standard deviation of 3.955. The results of statistical analysis showed significant results, namely the value of p
= 0.001. Every action taken must be based on the available evidence so as to improve the quality of service, so
it is suggested that PMR can be used as a non-pharmacological intervention for nurses to help reduce patient
anxiety.
Report on Road Safety pada tahun 2018 femur di RS. Ortopedi Surakarta diperoleh
didapatkan sebanyak 1,35 juta kematian tingkat kecemasan sedang yaitu 21 responden
terjadi pada tahun 2016 akibat kecelakaan lalu dengan persentase (65,62%), kecemasan
lintas. Pada semua kelompok umur dan ringan 6 dengan persentase (18,75 %), dan 5
kelompok sosioekonomi, kecelakaan lalu responden dengan tingkat kecemasan berat
lintas menjadi penyebab kematian nomor dengan persentase (15,63%). Sementara
delapan. Kemudian lebih banyak kematian menurut (15) (16) Pasien yang akan menjalani
disebabkan karena kecelakaan lalu lintas tindakan operasi menunjukkan tingkat
dibandingkan HIV/AIDS, tuberculosis dan kecemasan yang tinggi. Lebih lanjut,
diare (5)(6). kecemasan menjadi faktor yang
mempengaruhi nyeri paska operasi (17)(18).
Dari data Biro Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan adanya peningkatan kejadian Intervensi Progressive Muscle Relaxation
kecelakaan di Indonesia dimana pada tahun merupakan teknik merelaksasikan otot bagian
2014 didapatkan sebanyak 95.906 kejadian, tubuh tertentu, dengan cara memusatkan
tahun 2015 sebanyak 98.970 kejadian dan perhatian pada suatu aktifitas otot untuk
pada tahun 2016 sebanyak 106.129 kejadian. mendapatkan perasaan rileks (19).
Dari berbagai studi melaporkan bahwa Berdasarkan wawancara terhadap pasien yang
kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab akan menjalani operasi fraktur ektremitas di
utama terjadinya fraktur (7)(8). Menurut (9) Gedung Prof. Soelarto Rumah Sakit Umum
bahwa sebanyak 35,7% kunjungan ke unit Pusat (RSUP) Fatmawati, menunjukan skor
gawat darurat akibat adanya trauma kecemasan pasien cukup tinggi. Pasien
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, menyampaikan bahwa telah diberikan edukasi
sementara 13,35% disebabkan jatuh. persiapan operasi oleh tenaga kesehatan,
Selanjutnya sebanyak 22,3% kasus trauma namun belum diberikan intervensi
yang terjadi menyebabkan fraktur. Progressive Muscle Relaxation. Berdasarkan
Selanjutnya , penelitian yang dilakukan (8) hal tersebut, peneliti tertarik ingin
menunjukkan antara tahun 2002-2012 menerapkan hasil penelitian (11) pada pasien
kecelakaan lalu lintas menyebabkan fraktur, yang menjalani operasi fraktur ektremitas di
yang terdiri dari fraktur ektremitas atas RSUP Fatmawati. Penelitian ini penting
(12,22%), ekstremitas bawah (11,07%) serta untuk dilakukan karena Progressive Muscle
spinal (6,10%). Relaxation dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar pada psikologis pasien yaitu
Prinsip penatalaksanaan fraktur adalah
berupa penurunan tingkat kecemasan karena
mengembalikan posisi tulang ke posisi
hal tersebut akan berkaitan erat dengan
semula (reposisi) dan mempertahankan posisi
kenyamanan pasien.
tersebut selama masa penyembuhan (10).
Salah satunya adalah melalui tindakan METODE PENELITIAN
pembedahan/operasi dengan pemasangan pin,
Penerapan evidance based nursing ini
plat, screw (11). Kondisi fraktur dan tindakan
dilakukan diruang perawatan ortopedi RSUP
pembedahan merupakan ancaman potensial
Fatmawati Jakarta. Di mulai dengan
atau aktual kepada integritas seseorang
mengidentifikasi fenomena di ruang
dimana akan mengalami gangguan fisiologis
perawatan lantai 1 Gedung Prof. Soelarto
maupun psikologis. Respon fisiologis
RSUP Fatmawati Jakarta. Kemudian
terhadap kecemasan meliputi peningkatan
dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan klinis
frekuensi nadi, respirasi, tekanan darah dan
menggunakan analisis PICO (Problem,
suhu. Respon psikologis secara umum
Intervention, Comparation and Outcome). (P)
berhubungan adanya kecemasan menghadapi
Pasien fraktur ektremitas yang akan dilakukan
anestesi, diagnosis penyakit yang belum pasti,
operasi elektif. (I) Relaxation pre operasi. (C)
nyeri, ketidaktahuan tentang prosedur operasi
Pre dan Post Progressive Muscle Relaxation.
dan sebagainya (12).
(O) Mengurangi kecemasan.
Menurut (13) pasien pre operasi berpotensi
Penelusuran literatur dilakukan melalui UI-
mengalami kecemasan. Berdasarkan
ANA, EBSCO data bases; CINAHL, Proquest,
penelitian (14) di temukan tingkat kecemasan
sciencedirect, springerlink, dan Medline. Kata
responden pada pasien pre operasi fraktur
209
Dunia Keperawatan, Volume 9, Nomor 2, 2021: 208-214
kunci yang digunakan yaitu: Elective surgical, yaitu berbaring di tempat tidur. b) Kedua
Relaxation, Therapy, State Anxiety, orthopedi. mata dipejamkan secara perlahan-lahan dan
Dari beberapa jurnal yang didapatkan, jurnal konsentrasi pada latihan; Gerakan 1)
yang dipilh sebagai literatur adalah Effects of Mengerutkan dahi dan alis hingga otot-otot
Progressive Muscle Relaxation Intervention terasa dan kulitnya mengerut. rasakan
in Extremity Fracture Surgery Patients. ketegangan disekitar dahi, alis dan mata.
Western Journal of Nursing Research. Artikel Kemudian rileks atau lemaskan/kendurkan
jurnal tersebut menggunakan desain dahi, alis dan mata secara perlahan hingga 10
randomized controlled trial yang merupakan detik lakukan kembali sekali lagi. Gerakan 2)
desain penelitian terkuat untuk mengevaluasi Mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
dampak intervensi kesehatan (20). otot-otot pipi dengan cara mengembungkan
Selanjutnya dilakukan critical appraisal pipi sehingga terasa ketegangan di sekitar
untuk mengetahui artikel jurnal tersebut layak otot-otot pipi. Kemudian lemaskan dengan
atau tidak dijadikan sebagai dasar dalam cara meniup secara perlahan hingga 10 detik
penerapan EBN. lakukan kembali sekali lagi. Mengempotkan
pipi sehingga terasa ketegangan di sekitar
Penerapan EBN dilakukan pada bulan
otot-otot pipi. Lemaskan dengan cara meniup
Nopember sampai dengan minggu kedua
secara perlahan hingga 10 detik lakukan
bulan Desember 2018 di ruang perawatan
kembali sekali lagi. Gerakan 3) Gerakan
lantai 1 gedung Prof. Soelarto RSUP
ketiga dilakukan untuk mengendurkan otot-
Fatmawati Jakarta pada 8 orang partisipan
otot sekitar mulut. Moncongkan bibir ke
dengan kriteria inklusi pasien terdiagnosis
depan sekeras-kerasnya hingga terasa tegang
fraktur ektremitas atas atau bawah, bersedia
di mulut. Lemaskan mulut dan bibir secara
mengikuti pelaksanaan EBN, pasien mampu
perlahan hingga 10 detik lakukan kembali
bekerjasama untuk latihan Progressive
sekali lagi.
Muscle Relaxation. Sementara kriteria
eksklusi yaitu pasien terdiagnosis fraktur Gerakan 4) Gerakan keempat bertujuan untuk
ekstremitas kedua-dua nya yaitu ektremitas mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
atas dan bawah, pasein dengan kondisi medis otot-otot rahang dan mulut dengan cara
yang tidak stabil, pasien yang mengalami mengatupkan mulut sambil menggigit gigi
dimensia atau disfungsi kognitif dan pasien sambil tarik lidah ke belakang sehingga terasa
yang telah mendapat obat antipsikotik dalam ketegangan di sekitar rahang. Lemaskan
2 (dua) bulan sebelumnya. Pasien mulut secara perlahan hingga 10 detik
menandatangani lembar persetujuan/inform lakukan kembali sekali lagi. Gerakan 5)
consent. Hari pertama dilakukan pengkajian Gerakan kelima ditujukan untuk otot-otot
awal mengenai tingkat kecemasan pasien leher belakang. Klien dipandu untuk
dengan menggunakan instrumen State Trait menekankan kepala kearah punggung
Anxiety Inventory ( STAI). Latihan sedemikian rupa sehingga terasa tegang pada
Progressive Muscle Relaxation dilakukan otot leher bagian belakang. Lemaskan leher
sesuai kontrak yang dibuat dengan 8 orang secara perlahan hingga 10 detik lakukan
partisipan selama 4 hari dengan frekuensi 2 kembali sekali lagi. Kemudian dilanjutkan
kali ( sesi pagi dan sesi malam hari menjelang melatih otot leher bagian depan. Gerakan ini
tidur). Dilakukan selama 15 – 20 menit setiap dilakukan dengan cara turunkan dagu hingga
sesi. Setelah hari ke 4 (akhir program) maka menyentuh dada, kemudian pasien diminta
selanjutnya dilakukan evaluasi kembali untuk membenamkan dagu ke dadanya
tingkat kecemasan partisipan dengan sehingga dapat merasakan ketegangan di
instrumen State Trait Anxiety Inventory ( daerah leher bagian depan. Lemaskan dan
STAI). Hasil evaluasi akhir tersebut akan angkat dagu secara perlahan hingga 10 detik
dibandingkan dengan tingkat kecemasan lakukan kembali sekali lagi. Gerakan 6)
sebelum dan sesudah diberikan program Gerakan keenam ditujukan untuk melatih
latihan Progressive Muscle Relaxation. otot-otot bahu. Relaksasi untuk
mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat
Langkah – langkah Progressive Muscle
dilakukan dengan cara mengangkat kedua
Relaxation yang dilakukan sebagai berikut; a)
bahu hingga menyentuh kedua telinga.
Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
Lemaskan atau turunkan kedua bahu secara
210
Sahrudi, Waluyo Agung , Masfuri. Penerapan Evidence Based Nursing Progresive...
Diagnosis Medis
Fraktur tibia 2 25
Fraktur femur dextra 1 12.5
Fraktur fibula 1 12.5
Fraktur patella sinistra 1 12.5
Fraktur radius dextra 2 25
Fraktur shaft femur sinistra 1 12.5
211
Dunia Keperawatan, Volume 9, Nomor 2, 2021: 208-214
212
Sahrudi, Waluyo Agung , Masfuri. Penerapan Evidence Based Nursing Progresive...
213
Dunia Keperawatan, Volume 9, Nomor 2, 2021: 208-214
214