Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN

DI WISMA SERUNI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT)


PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)
JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ners

Oleh:
YANIK NURUL HIDAYAH
2001032063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN
DI WISMA SERUNI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT)
PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)
JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ners

Oleh:
YANIK NURUL HIDAYAH
2001032063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
Abstrak

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Di Wisma Seruni Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW) Jember

Abstrak

Penuaan merupakan proses penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki


diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Penurunan keseimbangan yang dialami oleh
lansia mengakibatkan beberapa risiko antara lain ketidakpercayaan diri lansia dalam
beraktivitas mengakibatkan intoleransi aktivitas pada lansia, risiko jatuh, cidera kepala, cidera
muskuloskeletal dan beberapa kecelakaan yang diakibatkan oleh jatuh. Tujuan utama
perawatan kesehatan lansia adalah mempertahankan lansia untuk dapat mandiri dalam sebuah
lingkungan yang aman. Latihan rentang gerak merupakan latihan pada sendi dengan tujuan
meningkatkan rentang gerak sendi, meningkatkan tonus otot, dan mencegah kekakuan sendi.
Selain kekuatan otot, pergerakan sendi juga memperbaiki keseimbangan. Hasil pengkajian di
ruang Seruni PSTW Jember diketahui terdapat 6 lansia berada dalam ketegori resiko jatuh
sedang dan 3 lansia berada dalam ketegori resiko jatuh tinggi. Intervensi yang diberikan adalah
latihan range of motion selama 6 hari. Hasil kegiatan ini adalah lansia mampu mengikuti
kegiatan latihan dan mampu melakukan latihan secara mandiri. Latihan ini diharapkan dapat
dilakukan secara rutin sebagai aktifitas latihan.

Kata Kunci : Lansia, Gangguan Keseimbangan, Latihan range of motion


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................iii

KATA PENGANTAR...............................................................................iv

ABSTRAK................................................................................................v

DAFTAR ISI.............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Tujuan......................................................................................3
C. Manfaat....................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4

A. Konsep Lansia.........................................................................4
B. Konsep Gangguan Keseimbangan .........................................6
C. Konsep Latihan Range of Motion ...........................................8
D. Penelitian Terkait ....................................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................16

A. Pengkajian...............................................................................16
B. Analisa Data.............................................................................29
C. Diagnosis Keperawatan...........................................................32
D. Rencana Tindakan Keperawatan............................................32
E. Pelaksanaan............................................................................33
F. Evaluasi...................................................................................33

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................42

BAB V PENUTUP....................................................................................44

A. Kesimpulan..............................................................................44
B. Saran.......................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................46

LAMPIRAN..............................................................................................47
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan merupakan proses penurunan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Aspiani,
2014). Setelah mencapai puncak, fungsi alat `tubuh akan berada dalam kondisi tetap
utuh beberapa saat kemudian menurut sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya
umur. Perubahan fungsi fisiologis biasanya dialami oleh lansia. Perubahan fungsi
fisiologis ini antara lain penurunan kekuatan otot, kontraksi otot, elastisitas otot,
fleksibilitas otot, kecepatan gerak dan waktu reaksi gerakan yang lambat. Keadaan
yang seperti ini mengakibatkan penurunan keseimbangan pada lansia. Penurunan
keseimbangan yang dialami oleh lansia mengakibatkan beberapa risiko antara lain
ketidakpercayaan diri lansia dalam beraktivitas mengakibatkan intoleransi aktivitas
pada lansia, risiko jatuh, cidera kepala, cidera muskuloskeletal dan beberapa
kecelakaan yang diakibatkan oleh jatuh.
Berdasarkan survei di Amerika Serikat, sekitar 30% lansia umur lebih dari 65
tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang
(Annafisah et al, 2013). 31%-48% lansia jatuh karena gangguan keseimbangan
(Fitriyansyah et al, 2014). Penurunan keseimbangan pada orang tua dapat diperbaiki
dengan berbagai latihan keseimbangan. Komponen keseimbangan dalam latihan akan
menurunkan insisdensi jatuh pada lanjut usia sebesar 17%. (Annafisah et al , 2013).
Hasil pengkajian awal pada lansia di ruang seruni PSTW Jember didapatkan bahwa
terdapat 5 orang lansia yang memiliki keseimbangan tubuh dalam kategori sedang,
dan 3 orang lansia dalam kategori keseimbangan rendah.
Tujuan utama perawatan kesehatan lansia adalah mempertahankan lansia
untuk dapat mandiri dalam sebuah lingkungan yang aman. Salah satu masalah
keperawatan adalah mencegah terjadinya kecelakaan, cedera, atau trauma lain dan
mencegah meluasnya infeksi, serta mempertahankan mekanika tubuh yang baik serta
mencegah dan memperbaiki deformitas (Potter&Perry, 2015). Keselamatan dan
keamanan bagi lansia merupakan kebutuhan yang sama pentingnya dengan
kebutuhan fisiologis dasar, seperti makanan dan air (Stocklager & Schaeffer, 2013).
Lansia mengalami penurunan susunan otot sehingga penurunan kekuatan dan
kontraksi otot, elastisitas, dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi.
Penurunan fungsi dan penurunan kekuatan otot akan menyebabkan penurunan
kemampuan mempertahankan keseimbangan postural atau keseimbangan tubuh pada
lansia sehingga meningkatkan resiko jatuh pada lansia. Jatuh dan konsekuensinya
adalah masalah kesehatan utama dalam populasi lansia (Sturnieks, 2012).
Risiko kejadian jatuh dapat dikurangi dengan cara meningkatkan
keseimbangan (singh, 2014). Fisiologi tubuh paling penting dalam menjaga
keseimbangan adalah proprioception. Proprioception merupakan kemampuan untuk
merasakan posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak (brown et al, 2016). Bagian
yang bertanggung jawab untuk proprioception umumnya terletak di sendi, tendon,
ligamen, dan kapsul sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan
kulit (riemann & lephart, 2012). Latihan rentang gerak merupakan latihan pada sendi
dengan tujuan meningkatkan rentang gerak sendi, meningkatkan tonus otot, dan
mencegah kekakuan sendi. Selain kekuatan otot, pergerakan sendi juga memperbaiki
keseimbangan (kyung et. Al., 2013). Berdasarkan analisa tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada klien lansia dengan
gangguan keseimbangan tubuh di ruang Seruni Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW) Jember.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir ilmiah
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
keperawatan gangguan keseimbangan tubuh di UPT PSTW Jember sesuai
dengan st andart asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data keperawatan klien dengan
gangguan keseimbangan tubuh di UPT PSTW Jember.
b. Mahasiswa mampu menetapkan masalah keperawatan utama pada klien
dengan gangguan keseimbangan tubuh di UPT PSTW Jember.
c. Mahasiswa mampu menetapkan perencanaan keperawatan pada klien
dengan gangguan keseimbangan tubuhdi UPT PSTW Jember.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tidakan keperawatan pada klien dengan
gangguan keseimbangan tubuhdi UPT PSTW Jember.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
klien dengan gangguan keseimbangan tubuhdi UPT PSTW Jember.
f. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan masalah keperawatan klien
dengan gangguan keseimbangan tubuhdi UPT PSTW Jember.
g. Mahasiswa mampu menarik kesimpulan dan saran dari maslaah
keperawatan pada klien dengan gangguan keseimbangan tubuh di UPT
PSTW Jember.

C. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah teori tentang
manfaat Latihan ROM terhadap gangguan keseimbangan lansia.
2. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi pembaca serta sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
3. Memberikan pemahaman mengenai gangguan keseimbangan
yang sering dialami oleh kalangan lansia sehingga penting untuk
memperhatikan pencegahan resiko jatuh pada lansia.
4. Memberi gambaran kepada pengurus panti untuk mengambil
kebijakan berkaitan latihan ROM yang bermanfaat dalam upaya
pencegahan resiko jatuh dari gangguan keseimbangan pada
lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia enam puluh tahun
keatas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemapuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan- lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu dalam tubuh akan
menumpuk dan makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut
dengan penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup
dengan episode terminal (Sunaryo et al., 2015). Menurut Undang Undang RI
No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia
adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pad seluruh
aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).

2. Klasifikasi Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia
meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

3. Tipe Lansia
Secara umum terdapat beberapa perbedaan dalam menentukan batas
usia lanjut usia dari beberapa ahli, adapun batasanya sebagai berikut (Sunaryo
et al., 2015):
a. Menurut undang- undang Nomor 13 tahun 1998 lanjut usia dikategorikan
dalamseseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahunkeatas
b. World Health Organization (WHO )membagi dalam empat fase usia yaitu
fase inventusialah usia 25-40 tahun, fase virilities ialah usia 40-55 tahun, fase
presenium ialah usia 55-65 tahun dan fase senium ialah usia 65 tahun hingga
tutupusia.
c. Prof. Koesoemato Setyonegoro (2009) membagi usia lanjut dalam kategori
geriatric old yaitu usia 65-70 tahun, young old ialah usia 70-75
tahun,oldialahusia75-80tahun,veryold ialah usia lebih dari 80 tahun
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya.
Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan
acuh tidak acuh
4. Tugas Perkembangan Lansia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. menurut
Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia
meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan
sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan
penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu
mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya
peran bekerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang
anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat
berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama
penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil
mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan
keamanan mereka pada resiko yang besar
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat
mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-anaknya
yang telah dewasa
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan
kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang
hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan
mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi
terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.

B. Konsep Gangguan Keseimbangan


Keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia agar dapat
hidup mandiri. Keseimbangan adalah istilah umum yang menjelaskan kedinamisan
postur tubuh untuk mencegah seseorang terjatuh. Secara garis besar keseimbangan
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol pusat massa tubuh atau pusat
gravitasi terhadap titik atau bidang tumpu, maupun kemampuan untuk berdiri tegak
dengan dua kaki, penting dalam diri seseorang dan sebagai prekursor untuk inisiasi
kegiatan hidup sehari-hari, terutama bagi manula Pada manusia normal, pusat
gravitasi terletak di perut bagian bawah dan sedikit di depan sendi lutut. Agar dapat
menjaga keseimbangan, pusat gravitasi tersebut harus berpindah untuk
mengompensasi gangguan yang dapat menyebabkan orang kehilangan
keseimbangannya.19 Keseimbangan diasumsikan sebagai sekelompok refleks yang
memicu pusat keseimbangan yang terdapat pada visual, vestibuler dan sistem
somatosensori. Sistem Visual atau sistem penglihatan adalah sistem utama yang
terlibat dalam perencanaan gerak dan menghindari rintangan di sepanjang jalan.
Sistem vestibuler dapat diumpamakan sebagai sebuah giroskop yang merasakan atau
berpengaruh terhadap percepatan linier dan anguler, sedangkan sistem somatosensori
adalah sistem yang terdiri dari banyak sensor yang merasakan posisi dan kecepatan
dari semua segmen tubuh, kontak mereka (dampak) dengan objekobjek eksternal
(termasuk tanah), dan orientasi gravitasi. Tujuan tubuh mempertahankan
keseimbangan, yaitu untuk menyangga tubuh melawan gaya gravitasi dan faktor
eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang
dengan bidang tumpu, serta menstabilkan bagian tubuh ketika tubuh lain.20 Jenis
keseimbangan postural dapat dibagi menjadi : 1. Keseimbangan Statik
Keseimbangan statik merupakan suatu keadaaan dimana seseorang dapat memelihara
keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi tertentu selama jangka waktu tertentu,
misalnya berdiri. 2. Keseimbangan Dinamik Keseimbangan dinamik adalah
pemeliharaan keseimbangan pada saat tubuh melakukan gerakan atau saat berdiri di
atas landasan yang bergerak (dynamic standing) yang akan menempatkannya dalam
kondisi yang tidak stabil. Dan pada keadaan ini kebutuhan akan kontrol
keseimbangan postural semakin meningkat. Misalnya saat berjalan, naik diatas
perahu, berlari di alat treadmill. 21
Keseimbangan tercipta apabila terdapat integritas antara tiga sistem sensorik
(visual, vestibular, dan proprioseptif), sistem saraf pusat sebagai unit pemroses
(central processing), serta sistem neuromuskuloskeletal sebagai efektor melalui
respon motorik untuk merespon perubahan gravitasi, pergerakan linear atau angular,
dan perubahan lingkungan. Sistem proprioseptif memiliki peranan dalam menjaga
keseimbangan postural dan memiliki hubungan dengan traktus spinoserebralis
posterior dan anterior. Traktus ini membawa informasi proprioseptif dan postural
dari ekstremitas bawah. Sinyal-sinyal yang dijalarkan dalam traktus spinoserebralis
posterior terutama berasal dari kumparan otot dan sebagian kecil berasal dari reseptor
somatik di seluruh tubuh, seperti organ tendon Golgi, reseptor taktil yang besar pada
kulit, dan reseptor-reseptor sendi. Semua sinyal ini memberitahu serebelum tentang
bagaimana keadaan : (1) kontraksi otot, (2) derajat ketegangan tendon otot, (3) posisi
dan kecepatan gerakan bagian tubuh, (4) kekuatan kerja pada permukaan tubuh22
Traktus ini kemudian naik di medulla spinalis ipsilateral masuk ke pedunkulus
serebelum inferior dan berakhir di serebelum. Traktus spinoserebralis anterior
menerima masukan somatosensorik dari batang tubuh dan ekstremitas atas, masuk ke
radiks dorsalis, traktus tersebut menyilang dan naik ke serebelum melalui pedunkulus
serebelum superior. Traktus ini membawa informasi proprioseptif dari batang tubuh
dan ekstremitas atas dan sebagian kecil ekstremitas bawah. 19 Batang otak juga
memiliki sistem dalam mengatur gerakan seluruh tubuh dan keseimbangan. Sistem
keseimbangan postural melibatkan nuklei retikular pontin dan nuklei retikular
medular. Kedua rangkaian ini berfungsi secara antagonistik satu sama lain dimana
nuklei retikular pontin akan merangsang otot- otot antigravitasi dan nuklei retikular
medular berfungsi untuk merelaksasi otot yang sama. Nuklei retikular pontin
menjalarkan sinyal eksitasi menuju medula melalui traktus retikulospinal pontin pada
kolumna anterior medulla.

C. Konsep Range of Motion


1. Pengertian
Latihan Range of Motion merupakan latihan yang menggerakkan
persendian seoptimal mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak
menimbulkan nyeri. Pasien stroke akan mengalami keterbatasan dalam
menggerakkan atau mengalami masalah “gangguan mobilitas fisik” sehingga
latihan rentang gerak sendi atau latihan Range of Motion merupakan salah satu
intervensi keperawatan yang dapat dilakukan (Subianto, 2012). Range of Motion
(ROM) adalah suatu latihan yang menggerakan persendian serta memungkinkan
terjadinya kontraksi serta pergerakan pada otot, dimana latihan ini dilakukan pada
masing-masing bagian persendian sesuai dengan gerakan-gerakan normal baik
secara pasif ataupun secara aktif (Potter & Perry 2010). ROM sendiri merupakan
suatu istilah baku untuk menggambarkan batasan/ besarnya gerakan pada bagian
sendi (Helmi, 2012). Latihan ROM sendiri terbukti dapat menstimulus dalam
meningkatkan kekuatan otot (Into & Omes, 2012). Latihan ROM merupakan
pergerakan atau aktivitas yang ditunjukkan untuk mempertahankan kelenturan dan
pergerakan dari tiap sendi.
Latihan Range of Motion diprogramkan pada pasien stroke secara teratur
terbukti efek positif baik dari fungsi fisik maupun fungsi psikologi. Fungsi fisik
yang diperoleh adalah mempertahankan kelenturan sendi, kemampuan aktivitas
dan fungsi secara psikologi dapat menurunkan persepsi nyeri dan tanda-tanda
depresi pada pasien pasca stroke. Latihan Range of motion merupakan pergerakan
sendi yang bertujuan untuk mencegah nyeri akibat kontraktur, menstimulus dalam
meningkatkan kekuatan otot dan untuk menjaga kelenturan dalam pergerakan
sendi. Latihan ROM sendiri terbukti meningkatkan kekuatan fleksi pada sendi,
persepsi nyeri, serta gejala-gejala depresi. Pada dasarnya gerakan ROM terdapat
6 sendi utama yaitu siku.\, bahu, pinggul, pergelangan tangan, pergelangan kaki
dan lutut, gerakan ini meliputi; fleksi, ekstensi, adduction, internal dan eksternal
rotasi, dosal serta plantar fleksi. Pemulihan ekstimitas biasanya terjadi dalam
rentang waktu 4 minggu, latihan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan
fungsi ekstrimitas yaitu menggenggam, bergerak, mencengkram,
bergerak dan melepaskan beban (Ghaziani et al.,2017).
Pasien dengan stroke mendapatkan terapi lanjutan atau rehabilitasi dengan
latihan Range of Motion saat memasuki tahap penyembuhan. Terapi yang
dilakukan diharapkan bisa memperbaiki fungsi sensori motorik untuk melakukan
pemetakan ulang diarea otak yang mengalami kerusakan (Subianto, 2012). Tujuan
utama dari latihan Range of Motion adalah mengkaji kemampuan rentang gerak
sendi, mempertahankan mobilitas dan fleksibilitas fungsi sendi (mempertahankan
tonus otot dan mobilitas sendi), mengembalikan sendi yang mengalami kerusakan
akibat penyakit, kurangnya penggunaan sendi serta mengevaluasi respons
terhadap suatu program latihan.
a. Klasifikasi Range of Motion
Pengklasifikasi Range of Motion (ROM) menurut Widyawati (2010).
terdiri dari ROM aktif, ROM aktif bantuan dan ROM pasif. ROM aktif adalah
latihan yang dilakukan oleh pasien secara mandiri, pada latihan ini pasien
dipercaya dapat meningkatkan kemandirian serta kepercayaan dirinya. Latihan
yang dilakukan secara mandiri oleh pasien dan hanya dibantu oleh perawat atau
keluarga saat pasien kesulitan melakukan suatu gerakan disebut dengan ROM
aktif dengan bantuan. ROM pasif yaitu latihan yang dilakukan oleh pendamping
seperti perawat atau keluarga, pendamping berperan sebagai pelaku ROM atau
melakukan.
Manfaat Range of Motion menurut Potter and Perry (2010)
1) Sistem Kardiovaskuler
a) Meningkatkan curah jantung
b) Memperkuat kerja jantung
c) Menurunkan tekanan darah saat istirahat
d) Memperbaiki aliran balik vena

2) System respiratori
a) Meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan
b) Meningkatkan perkembangan diafragma

3) System metabolic
a) Meningkatkan laju metabolism basal
b) Meningkatkan penggunaan glukosa dan lemak
c) Meningkatkan motilitas lambung
d) Meningkatkan produksi panas tubuh

4) System muskuloskeletal
a) Memperbaiki tonus otot
b) Meningkatkan mobilitas sendi
c) Mungkin meningkatkan massa otot
d) Mengurangi kehilangan fungsi tulang
e) Mempertahankan normal Range of Motion dari sendi dan jaringan lunak
f) Menurunkan resiko cidera pada muskuloskeletal
g) Mencegah kerusakan dan penyusutan sendi
h) Mengurangi bahaya imobilisasi
i) Fleksibilitas sendi yang optimal akan mengurangi tekanan untuk sekitar sendi
dan sel-sel.

5) Toleransi aktivitas
a) Meningkatkan toleransi
b) Mengurangi kelemahan
6) Faktor psikososial
a) Mengurangi stress
b) Perasaan menjadi lebih baik
b. Jenis Range of Mution
Menurut Widyawati (2010) Range of Motion terbagi menjadi beberapa jenis
latihan yaitu:
1) Latihan Range of Motion Aktif
Latihan Range of Motion aktif merupakan latihan yang dilakukan oleh pasien
sendiri. Pada latihan ROM aktif ini dapat meningkatkan kemandirian dan
kepercayaan diri pasien.
2) Latihan Range of Motion aktif dengan pendampingan (active-assisted)
Latihan Range of Motion aktif dengan pendampingan (active-assisted)
merupakan latihan yang tetap dilakukan oleh pasien sendiri dan didampingi
perawat atau keluarga. Peran perawat atau keluarga dalam latihan ini adalah
memberikan dukungan atau bantuan untuk mencapai gerakan Range of
Motion yang diinginkan.
3) Latihan Range of Motion Pasif
Latihan Range of Motion pasif dilakukan oleh perawat atau keluarga.
Keluarga berperan sebagai pelaku Range of Motion atau yang melakukan
Range of Motion pada pasien.
c. Menurut Maimurahman (2012) Prinsip-prinsip Range of Motion
1) Range of Motion harus diulang 8 k ali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2) Range of Motion dilakukan perlahan dan hati-hati agar tidak melelahkan
pasien
3) Perhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital dan lama tirah baring
4) Range of Motion sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh
fisioterapis atau perawat
5) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan Range of Motion adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki dan pergelangan kaki.
6) Range of Motion dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya bagian-
bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit
7) Melakukan Range of Motion harus sesuai dengan waktunya
d. Gerakan Range of Motion
Gerakan Range of Motion yang sering dilakukan menurut Potter and Parry
dalam Padhila (2013) adalah:
1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
a) Atur lengan menjauhi tubuh dan siku menekuk dengan lengan
b) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan lain memegang
pergelangan tangan pasien
c) Tekuk tangan pasien kedepan sejauh mungkin
2) Fleksi dan ekstensi siku
a) Atur posisi lengan pasien menjauhi sisi tubuh dengan menjauhi sisi tubuh
dengan telapak mengarah ke tubuhnya
b) Letakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan
lainnya.
c) Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
d) Lakukan kembalikan keposisi sebelumnya.
3) Pronasi dan supinasi lengan bawah
a) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk
b) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
c) Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya
d) Kembalikan posisi semula
e) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap kearahnya
f) Kembalikan posisi semula
4) Pronasi fleksi bahu
a) Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya

b) Letakkan satutangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya
c) Angkat lengan pasien pada posisi semula
5) Abduksi dan adduksi
a) Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya
b) Letakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya
c) Gerakan lengan pasien menjauh dari dari tubuhnya ke arah perawat
d) Kembalikan ke posisi semula
6) Rotasi bahu
a) Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk
b) Letakkan satu lengan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain
c) Gerakan lengan bawah kebawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap kebawah
d) Kembalikan lengan ke posisi semula
e) Gerakan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke atas
f) Kembalikan lengan ke posisi semula
g) Cara perubahan yang terjadi
7) Fleksi dan ekstensi jari-jari
a) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki
b) Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
c) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang
d) Kembalikan ke posisi semula
8) Infersi dan efersi kaki
a) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan satunya
b) Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadapi kaki lainnya
c) Kembalikan ke posisi semula
d) Putar kaki luar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lainnya
e) Kembalikan ke posisi semula
9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
a) Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang
lain di atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan rileks
b) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien
c) Kembalikan ke posisi semula
d) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien
10) Fleksi dan ekstensi lutut
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b) Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan
tangan yang lain
c) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha
d) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin
e) Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas
f) Kembalikan ke posisi semula
11) Rotasi pangkal paha
a) Jelaskan prosedur
b) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang
lain diatas lutut.
c) Putar kaki menjauhi perawat
d) Putar kaki ke arah perawat
e) Kembalikan ke posisi semula
12) Abduksi dan adduksi pangkal paha
a) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada
tumit
b) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 c m dari tempat
tidur, gerakan kaki menjauhi badan pasien
c) Gerakan kaki mendekati badan pasien
d) Kembalikan ke posisi semula
e) Catat perubahan yang terjadi

D. Penelitian Terkait
Intervensi yang akan diberikan pada lansia yang mengalami gangguan
keseimbangan adalah dengan memberikan Latihan rentang gerak aktif pada
ekstremitas bawah sesuai beberapa hasil penelitian berikut;
1) Penelitian yang dilakukan Loren Juksen, Arianto Saputra, S. Effendi pada
2020 yang berjudul “Pengaruh Latihan Rentang Gerak Sendi Ektremitas
Bawah Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia Di Bpplu Pagar Dewa
Provinsi Bengkulu” didapatkan hasil dari 32 orang sebelum latihan rentang
gerak sendi ektremitas bawah terdapat 2 orang (6,2%) dengan resiko jatuh
tinggi, 29 orang (90,6%) dengan resiko jatuh sedang dan 1 orang (3,1%)
dengan resiko jatuh rendah, dari 32 orang setelah latihan rentang gerak sendi
ektremitas bawah terdapat 17 orang (53,1%) dengan resiko jatuh sedang dan
15 orang (46,9%) dengan resiko jatuh rendah. Hasil uji dua sampel
berhubungan (Paired sample t-test) didapat nilai t=7,162 dengan
p=0,000<0,05 sehingga disimpulkan ada pengaruh latihan rentang gerak
sendi ektremitas bawah terhadap keseimbangan tubuh lansia di BPPLU Pagar
Dewa Provinsi Bengkulu.
2) Penelitian yang dilakukan Muhammad Athok Fitriyansyah, Tantut Susanto,
Hanny Rasni pada 2014 yang berjudul “Pengaruh Latihan Rentang Gerak
Ekstremitas Bawah terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia di Posyandu
Alamanda 99 Kelurahan Jember Lor Kabupaten Jember” didapatkan hasil
Rata-rata hasil penilaian keseimbangan tubuh lansia sebelum latihan rentang
gerak ekstremitas bawah adalah 22,18, artinya kelompok lansia masih dalam
kategori resiko jatuh sedang. Rata-rata hasil penilaian keseimbangan tubuh
setelah latihan 3 minggu adalah 24,62, artinya kelompok lansia termasuk
dalam kategori resiko jatuh rendah. Hasil analisis data didapatkan nilai p
value = 0,002, artinya terdapat perbedaan nilai keseimbangan tubuh sebelum
dan setelah dilakukan latihan.
3) Penelitian LINA MONNIKA pada 2016 yang berjudul “Pengaruh Pemberian
Static Balance Exercise Terhadap Peningkatan Keseimbangan Tubuh Pada
Lanjut Usia Di Posyandu Menur VI Dan VIII Desa Makamhaji Sukoharjo”
didapatkan hasil berdasarkan hasil penelitian pada 80 orang lansia didapatkan
uji Independent Sample T-test diketahui bahwa nilai p-value 0,001 < 0,05
sehingga disimpulkan ada pengaruh pemberian static balance exercise
terhadap Peningkatan Keseimbangan Tubuh Pada Lanjut Usia Di Posyandu
Menur VI Dan VIII Desa Makamhaji Sukoharjo.
A. CRITICAL APPRASIAL JURNAL 1

CRITICAL POINT CRITICAL APPRAISAL YA TIDAK HASIL KRITISI JURNAL


APPRAISAL
Pada jurnal yang kami kritisi, peneliti sudah menampilkan abstrak di
halaman pertama. Didalam abstrak tersebut, peneliti juga telah
menjelaskan tentang background, method, dan result. Jumlah kata
Apakah penelitian mencantumkan
didalam abstrak sebanyak 206, dan hal ini melebihi syarat dari
abstrak di dalam jurnal? 
abstrak yaitu maksimal terdapat 250 kata dalam suatu abstrak.
Abstrak pada jurnal yang dipilih ditulis dalam bahasa indonesia.
Pada jurnal ini dijelaskan tentang tujuan untuk mempelajari pengaruh
ABSTRAK
Apakah tujuan  latihan rentang gerak sendi ektremitas bawah terhadap keseimbangan

penelitian disebutkan? tubuh lansia di BPPLU Pagar Dewa Provinsi Bengkulu.

 Kata di dalam judul tersebut tidak memenuhi persyaratan penulisan


Apakah judul memenuhi judul penelitian, dimana syarat-syarat judul penelitian yang tidak
kaidah penulisan judul? terpenuhi yaitu:
1. Penulisan judul menggunakan huruf Time New Roman
2. Ukuran huruf minimal 12,

JUDUL 3. Format ketikan harus dbentuk piramida terbalik


Apakah penulisan judul Pada penulisan judul jurnal yang telah dipilih tidak menggunakan
menggunakan tanda baca (?) (!)  tanda baca (!),(?), ataupun tanda hubung (-)
atau tanda hubung (-)

Apakah nama penulis Nama peneliti sudah tercantum dalam jurnal di halaman pertama

PENULIS dicantumkan?  yaitu terdiri dari Loren Juksen, Arianto Saputra, S. Effendi STIKES Tri
Mandiri Sakti Bengkulu

Apakah asal institusi Jurnal penelitian yang telah dipilih mencantumkan asal institusi
penulis dicantumkan?  disebelah nomor halaman yaitu Mahasiswa Program Studi Keperawatan
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Apakah asal istitusi Berdasarkan jurnal yang kami critical, asal institusi penulis sesuai
penulis sesuai dengan topik  dengan topik penelitian dimana berlatar belakang kesehatan yang
penelitian? terletak di Indonesia. Mulai dari latar belakang bidang keperawatan.

Apakah bidang ilmu penelitian Bidang ilmu peneliti dalam jurnal ini sudah sesuai dengan judul
sesuai dengan judul penelitian?  risetnya, peneliti mengambil jurusan keperawatan sesuai dengan
topik risetnya yang meneliti dalam bidang ilmu keperawatan yaitu
BIDANG ILMU
“Pengaruh latihan rentang gerak sendi ektremitas bawah terhadap
keseimbangan tubuh lansia di BPPLU Pagar Dewa Provinsi Bengkulu”
Apakah peneliti mencantumkan Pada jurnal yang telah di critical peneliti tidak mencantumkan
literatur review dalam  literatur review
LITERATUR
penelitiannya?
REVIEW

Apakah peneliti menampilkan Didalam jurnal, peneliti tidak menampilkan kerangka konsep

KERANGKA kerangka konsep dalam  sehingga membuat pembaca pada saat awal membaca kurang

KONSEP penelitiannya? memahami konsep dari penelitiannya.

Apakah peneliti mencantumkan Definisi operasional juga tidak dicantumkan pada jurnal yang
definisi operasional pada  berjudul “Pengaruh latihan rentang gerak sendi ektremitas bawah terhadap
penelitiannya? keseimbangan tubuh lansia di BPPLU Pagar Dewa Provinsi Bengkulu ”
DEFINISI
Seharusnya Definisi operasional dicantumkan sehingga pembaca
OPERASIONAL
mampu memahami terkait parameter, hasil ukur, skala dari
penelitian yang diangkat.
Apakah desain penelitian sesuai Desain penelitian yang dipakai peneliti untuk penelitiannya yaitu
dengan model penelitian?  Desain penelitian ini menggunakan pre eksperiment.

METODE
Apakah sesuai level of evidence Hasil uji dua sampel berhubungan (Paired sample t-test) didapat nilai
PENELITIAN
(fakta) dari desain penelitian?  t=7,162 dengan p=0,000 <0.05 Kesimpulan ada pengaruh latihan rentang
gerak sendi ektremitas bawah terhadap keseimbangan tubuh lansia di
BPPLU Pagar Dewa Provinsi Bengkulu.

Apakah sesuai pemilihan sampel 


Data yang dianalisis adalah lansia di BPPLU Pagar Dewa Provinsi
dalam penelitian tersebut?
Bengkulu sejumlah 32 orang
Apakah peneliti menggunakan Penelitian ini menggunakan data Survei Indikator Kesehatan
analisa data yang tepat atau tidak?  Nasional (Sirkesnas) 2016 dan merupakan penelitian kuantitatif
ANALISA
dengan desain menggunakan quasi eksperiment
DATA
Apakah peneliti mencantumkan  Iya mencamtumkan Paired T test
jenis uji statistik yang
digunakan?
Dalam bentuk apa hasil penelitian Peneliti menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tabel serta
disajikan?  keterangannya atau hasil dari penelitiannya.

Apakah hasil penelitian dapat Hasil penelitian yang didapatkan dapat diimplementasikan di
diimplementasikan di  keperawatan, latihan rentang gerak sendi ektremitas bawah terhadap
keperawatan? keseimbangan tubuh lansia di BPPLU Pagar Dewa Provinsi Bengkulu

.
Apakah ada rekomendasi khusus Pada hasil dari penelitian, dalam jurnal terdapat beberapa
terkait hasil penelitian?  rekomendasi dari peneliti yaitu:
1. latihan rentang gerak sendi ektremitas bawah terhadap keseimbangan
tubuh lansia di BPPLU Pagar Dewa Provinsi Bengkulu.
2. Bagi petugas kesehatan untuk memberikan intervensi latihan
HASIL
kepada lansia
PENELITIAN
Apakah daftar pustaka yang  Dalam penelitian ini terdapat 15 daftar pustaka dengan referensi
digunakan up to date? tahun terlama yaitu tahun 2008 - 2018
Apakah daftar pustaka yang  Daftar pustaka yang dipakai dalam jurnal tersebut sangat sesuai
DAFTAR
digunakan sesuai? dengan topik yang dibahas yaitu pada lingkup dunia kesehatan.
PUSTAKA
Terutama pada gangguan keseimbangan tubuh
Apakah daftar pustaka yang Berhubungan dengan penelitian ini daftar pustaka yang di gunakan
digunakan dari sumber yang  termasuk jurnal dan buku yang sesuai dengan bidang ilmunya.
terpercaya?
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Ada pengaruh latihan
KESIMPULAN rentang gerak sendi ektremitas bawah terhadap keseimbangan tubuh lansia di
BPPLU Pagar Dewa Provinsi Bengkulu

SARAN  Saran dalam penelitian ini adalah:


Petugas Kesehatan agar memberikan penyuluhan / penkes secara rutin
dan berkelanjutan kepada lansia dan keluarga tentang pentingnya
perawatan diri pada lansia
CRITICAL APPRASIAL JURNAL 2

CRITICAL POINT CRITICAL APPRAISAL YA TIDAK HASIL KRITISI JURNAL


APPRAISAL
Pada jurnal yang kami kritisi, peneliti sudah menampilkan abstrak di
halaman pertama. Didalam abstrak tersebut, peneliti juga telah
menjelaskan tentang background, method, dan result. Jumlah kata
Apakah penelitian mencantumkan
didalam abstrak sebanyak 150, ini melebihi syarat dari abstrak yaitu
abstrak di dalam jurnal? 
maksimal terdapat 250 kata dalam suatu abstrak. Abstrak pada jurnal
yang dipilih ditulis dalam bahasa Indonesia dan Bahasa inggris
Pada jurnal ini dijelaskan tentang tujuan, Mengetahui Pengaruh
ABSTRAK
Apakah tujuan  Latihan Rentang Gerak Ekstremitas Bawah terhadap Keseimbangan Tubuh

penelitian disebutkan? Lansia di Posyandu Alamanda 99 Kelurahan Jember Lor Kabupaten


Jember pada tahun 2014.

 Kata di dalam judul tersebut tidak memenuhi persyaratan penulisan


Apakah judul memenuhi judul penelitian, dimana syarat-syarat judul penelitian yang tidak
kaidah penulisan judul? terpenuhi yaitu:
1. Format ketikan harus dalam bentuk piramida terbalik,
penulisan judul dalam artikel ini menggunakan rata kiri
2. Jumlah kata pada judul penelitian antara 12-20 kata, jumlah
JUDUL
judul ini hanya 19 kata.

Apakah penulisan judul Pada penulisan judul jurnal yang telah dipilih tidak menggunakan
menggunakan tanda baca (?) (!)  tanda baca (!),(?), ataupun tanda hubung (-)
atau tanda hubung (-)

Apakah nama penulis Nama peneliti sudah tercantum dalam jurnal di halaman pertama

PENULIS dicantumkan?  yaitu terdiri dari Muhammad Athok Fitriyansyah, Tantut Susanto, Hanny
Rasni

Apakah asal institusi Jurnal penelitian yang telah dipilih mencantumkan asal institusi
penulis dicantumkan?  disebelah nomor halaman yaitu Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Jember
Apakah asal istitusi Berdasarkan jurnal yang kami critical, asal institusi penulis sesuai
penulis sesuai dengan topik  dengan topik penelitian dimana berlatar belakang kesehatan yang
penelitian? terletak di Indonesia. Mulai dari latar belakang bidang keperawatan.

Apakah bidang ilmu penelitian Bidang ilmu peneliti dalam jurnal ini sudah sesuai dengan judul
sesuai dengan judul penelitian?  risetnya, peneliti mengambil jurusan keperawatan sesuai dengan
topik risetnya yang meneliti dalam bidang ilmu keperawatan yaitu
BIDANG ILMU
“Pengaruh Latihan Rentang Gerak Ekstremitas Bawah terhadap
Keseimbangan Tubuh Lansia di Posyandu Alamanda 99 Kelurahan Jember
Lor Kabupaten Jember”

Apakah peneliti mencantumkan Pada jurnal yang telah di critical peneliti tidak mencantumkan
literatur review dalam  literatur review
LITERATUR
penelitiannya?
REVIEW
Apakah peneliti menampilkan Didalam jurnal, peneliti tidak menampilkan kerangka konsep

KERANGKA kerangka konsep dalam  sehingga membuat pembaca pada saat awal membaca kurang

KONSEP penelitiannya? memahami konsep dari penelitiannya.

Apakah peneliti mencantumkan Definisi operasional juga tidak dicantumkan pada jurnal yang
definisi operasional pada  berjudul “Pengaruh Latihan Rentang Gerak Ekstremitas Bawah terhadap
penelitiannya? Keseimbangan Tubuh Lansia di Posyandu Alamanda 99 Kelurahan Jember
DEFINISI Lor Kabupaten Jember” Seharusnya Definisi operasional dicantumkan
OPERASIONAL sehingga pembaca mampu memahami terkait parameter, hasil
ukur, skala dari penelitian yang diangkat.
Apakah desain penelitian sesuai Desain penelitian yang dipakai peneliti untuk penelitiannya yaitu
dengan model penelitian?  Desain penelitian ini menggunakanmenggunakan rancangan penelitian Pre
test-Post test dalam satu kelompok (One group Pre-post test Design).
METODE
Apakah sesuai level of evidence Untuk mendapatkan latihan range of motion yang baik dan benar
PENELITIAN
(fakta) dari desain penelitian?  dibutuhkan suatu pengetahuan yang baik.

Apakah sesuai pemilihan sampel  Data yang dianalisis adalah seluruh lansia Populasi dalam penelitian ini
adalah lansia di Posyandu allamanda 99 kelurahan patrang sebanyak 16
dalam penelitian tersebut?
orang lansia .

Apakah peneliti menggunakan Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
analisa data yang tepat atau tidak?  yang dilakukan adalah Pra Eksperimen. . Rancanga dalam penelitian
ANALISA
ini menggunakan rancangan penelitian Pre test-Post test dalam satu
DATA
kelompok (One group Pre-post test Design). Populasi dalam
penelitian ini adalah lansia di lansia di Posyandu allamanda 99 kelurahan
patrang sebanyak 16 orang lansia personal hygiene rendah.

Apakah peneliti mencantumkan  Uji statistik di cantumkan ANOVA dalam penelitian ini
jenis uji statistik yang
digunakan?
Dalam bentuk apa hasil penelitian Peneliti menyajikan hasil penelitian dalam bentuk narasi
disajikan? 
Apakah hasil penelitian dapat Hasil penelitian yang didapatkan dapat diimplementasikan di
diimplementasikan di  keperawatan,untuk melatih range of motion pada lansia.
keperawatan?
HASIL Apakah ada rekomendasi khusus Pada hasil dari penelitian, dalam jurnal terdapat beberapa
PENELITIAN terkait hasil penelitian?  rekomendasi dari peneliti yaitu:
1. Pengetahuan merupakan suatu hal yang penting dalam
mempengaruhi pikiran seseorang Pengetahuan yang rendah pada
lansia salah satunya disebabkan oleh tingkat pendidikan yang
rendah. Rendahnya pendidikan ini menyebabkan kurangnya
pengetahuan,sehingga lansia kurang menjaga personal
hygienenya cenderung menyebabkan terjadinya penyakit kulit,
2. Pemberian informasi mengenai kebersihan diri (personal
hygiene) pada lansia dapat menambah wawasan lansia dan dapat
mencegah terjadinya penyakit kulit.
Apakah daftar Pustaka yang  Dalam penelitian ini terdapat 19 daftar pustaka dengan referensi

DAFTAR digunakan up to date? tahun terlama yaitu tahun 2005 - 2014


PUSTAKA

Apakah daftar pustaka yang  Berhubungan dengan penelitian ini daftar pustaka yang di gunakan
digunakan dari sumber yang termasuk jurnal dan buku yang sesuai dengan bidang ilmunya.
terpercaya?

Hasil analisis data didapatkan nilai p value = 0,002, artinya terdapat


KESIMPULAN perbedaan nilai keseimbangan tubuh sebelum dan setelah dilakukan latihan.
Peningkatan nilai keseimbangan tubuh paling signifikan didapatkan setelah

latihan selama 3 minggu sehingga terdapat pengaruh latihan rentang gerak
aktif ekstremitas bawah terhadap keseimbangan tubuh lansia setelah latihan 3
minggu..

Saran dalam penelitian ini adalah:


SARAN  Latihan rentang gerak ekstremitas bawah dapat dijadikan
latihan rutin pencegahan cedera oleh lansia, dapat diajarkan
oleh tenaga kesehatan terutama kader posyandu lansia, dan
latihan rentang gerak ekstremitas dapat diajarkan dalam
keluarga terutama keluarga yang memiliki anggota keluarga
yang lanjut usia. personal hygiene dapat merubah perilaku perawatan
diri menjadi lebih baik.

CRITICAL APPRASIAL JURNAL 3


CRITICAL POINT CRITICAL APPRAISAL YA TIDAK HASIL KRITISI JURNAL
APPRAISAL
Pada jurnal yang kami kritisi, peneliti sudah menampilkan abstrak di
halaman pertama. Didalam abstrak tersebut, peneliti juga telah
menjelaskan tentang background, method, dan result. Jumlah kata
Apakah penelitian mencantumkan
didalam abstrak sebanyak 149, ini melebihi syarat dari abstrak yaitu
abstrak di dalam jurnal? 
maksimal terdapat 250 kata dalam suatu abstrak. Abstrak pada jurnal
yang dipilih ditulis dalam bahasa Indonesia dan Bahasa inggris
Pada jurnal ini dijelaskan tentang tujuan, dari literature review ini
ABSTRAK adalah untuk Pengaruh Pemberian Static Balance Exercise Terhadap
Apakah tujuan  Peningkatan Keseimbangan Tubuh Pada Lanjut Usia
penelitian disebutkan?

 Kata di dalam judul tersebut tidak memenuhi persyaratan penulisan


Apakah judul memenuhi judul penelitian, dimana syarat-syarat judul penelitian yang tidak
JUDUL
kaidah penulisan judul? terpenuhi yaitu:
1. Jumlah kata pada judul penelitian antara 12-20 kata, jumlah
judul ini 21 kata.

Apakah penulisan judul Pada penulisan judul jurnal yang telah dipilih tidak menggunakan
menggunakan tanda baca (?) (!)  tanda baca (!),(?), ataupun tanda hubung (-)
atau tanda hubung (-)
Apakah nama penulis Nama peneliti sudah tercantum dalam jurnal di halaman pertama yaitu
terdiri Lina Monika dan Dwi Kurniawati
PENULIS dicantumkan? 

Apakah asal institusi Jurnal penelitian yang telah dipilih mencantumkan asal institusi
penulis dicantumkan?  disebelah nomor halaman yaitu UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Apakah asal istitusi Berdasarkan jurnal yang kami critical, asal institusi penulis sesuai
penulis sesuai dengan topik  dengan topik penelitian dimana berlatar belakang kesehatan yang
penelitian? terletak di Indonesia. Mulai dari latar belakang bidang keperawatan.

Apakah bidang ilmu penelitian Bidang ilmu peneliti dalam jurnal ini sudah sesuai dengan judul
sesuai dengan judul penelitian?  risetnya, peneliti mengambil jurusan keperawatan sesuai dengan
topik risetnya yang meneliti dalam bidang ilmu keperawatan yaitu
BIDANG ILMU
“Static Balance Exercise pada lansia “
Apakah peneliti mencantumkan  Pada jurnal yang telah di critical peneliti mencantumkan literatur
literatur review dalam review dari tahun 2007 - 2016
LITERATUR
penelitiannya?
REVIEW

Apakah peneliti menampilkan Didalam jurnal, peneliti tidak menampilkan kerangka konsep

KERANGKA kerangka konsep dalam  sehingga membuat pembaca pada saat awal membaca kurang

KONSEP penelitiannya? memahami konsep dari penelitiannya.

Apakah peneliti mencantumkan Definisi operasional juga tidak dicantumkan pada jurnal yang
definisi operasional pada  berjudul “Pengaruh Pemberian Static Balance Exercise Terhadap
penelitiannya? Peningkatan Keseimbangan Tubuh Pada Lanjut Usia ” Seharusnya
DEFINISI
Definisi operasional dicantumkan sehingga pembaca mampu
OPERASIONAL
memahami terkait parameter, hasil ukur, skala dari penelitian
yang diangkat.
Apakah desain penelitian sesuai uji Paired Sample T-test diketahui bahwa HO = tidak ada pengaruh antara
dengan model penelitian?  pemberian static balance exercise terhadap peningkatan keseimbangan
tubuh pada lanjut usia, dan HA = ada pengaruh pemberian static balance
METODE exercise terhadap peningkatan keseimbangan tubuh pada lanjut usia.
PENELITIAN Berdasarkan hasil tabel 4.4 dengan hasil signifikan 0,001

Apakah sesuai level of evidence Pengaruh Pemberian Static Balance Exercise Terhadap Peningkatan
Keseimbangan Tubuh Pada Lanjut Usia.
(fakta) dari desain penelitian? 
Apakah sesuai pemilihan sampel Data yang dianalisis adalah seluruh lansia Populasi dalam penelitian ini
dalam penelitian tersebut?  adalah 25 orang lansia.

Apakah peneliti menggunakan Tepat menggunakan T test


analisa data yang tepat atau tidak? 
ANALISA
DATA Apakah peneliti mencantumkan  Uji statistik menggunakan T test
jenis uji statistik yang
digunakan?
Dalam bentuk apa hasil penelitian  Peneliti menyajikan hasil penelitian dalam bentuk narasi hasil dari
disajikan? penelitiannya.
Apakah hasil penelitian dapat Hasil penelitian yang didapatkan dapat diimplementasikan di
diimplementasikan di  keperawatan lansia dengan pemberian static balance exercise
keperawatan?
HASIL
Apakah ada rekomendasi khusus Pada hasil dari penelitian, dalam jurnal terdapat beberapa
PENELITIAN
terkait hasil penelitian?  rekomendasi dari peneliti yaitu:
1. Untuk mendapatkan personal hygiene yang baik dan benar dibutuhkan
suatu pengetahuan yang baik.
2. Bagi petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan bagi
lansia tentang deficit perawatan diri

Apakah daftar Pustaka yang  Dalam penelitian ini terdapat 32 daftar pustaka dengan referensi
digunakan up to date? tahun terlama yaitu tahun 2009 - 2016

DAFTAR
PUSTAKA

Apakah daftar pustaka yang  Berhubungan dengan penelitian ini daftar pustaka yang di gunakan
digunakan dari sumber yang termasuk jurnal dan buku yang sesuai dengan bidang ilmunya.
terpercaya?
Kesimpulan dari hasil uji analisis data dapat disimpulkan bahwa ada
KESIMPULAN pengaruh pemberian static balance exercise terhadap peningkatan
keseimbangan tubuh pada lanjut usia di posyandu Menur VI dan VIII desa

Makamhaji Sukoharjo.

Saran dalam penelitian ini adalah:


SARAN  Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
pemberian static balance exercise terhadap peningkatan keseimbangan tubuh
pada lanjut usia. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi
peneliti berikutnya. Diharapkan pada peneliti lain dapat mengembangkan
pemberian static balance exercise terhadap peningkatan keseimbangan tubuh
pada lanjut usia dengan jumlah responden lebih banyak.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Kasus 1
a. Data Biografis Pasien
Ny. S, umur 68 tahun berjenis kelamin perempuan, agama Islam, suku
Jawa, bahasa yang digunakan bahasa Jawa. Status kesehatan saat ini. Ny. S
mengatakan suaminya meninggal dan anaknya kerja di luar kota
b. Riwayat Pekerjaan
Saat ini klien tidak bekerja, sebelumnya masuk di UPT PSTW Jember
klien bekerja serabutan sebagai petani. Saat ini klien hanya mendapatkan
penghasilan uang dari pemberian tamu yang datang di UPT PSTW Jember.
c. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal permanen, lantai ubin, klien mempunyai
hobi/minat duduk-duduk, selama tinggal di UPT PSTW Jember tidak
pernah jalan-jalan.
d. Sumber/Sistem Pendukung yang digunakan
Terdapat dokter di UPT PSTW Jember tetapi datang sebulan sekali,
klien tidak pernah dirawat di RS, klien hanya berobat ke perawat yang
terdapat di pos kesehatan UPT PSTW Jember. Pelayanan kesehatan di
rumah, sebelum masuk di UPT PSTW Jember apabila sakit klien beli obat
diwarung.
e. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien mengatakan sering merasa cemas di malam hari terkadang klien
menonton televisi supaya cepat tertidur.
1) Penggunaan obat-obatan, klien mengkonsumsi obat racikan diberi obat
oleh perawat UPT PSTW Jember.
2) Status imunisasi (catat tanggal terbaru imunisasi), tidak terkaji
3) Alergi (catat agen dan reaksi spesifik), Klien tidak memiliki alergi
terhadap obat dan makanan.
4) Nutrisi ( ingat kembali diet 24 jam, termasuk intake cairan ), klien
memiliki kebiasaan makan (tinggi garam, kolesterol, purin), klien
mengatakan makan 3x sehari, sesuai jam pembagian jatah dari UPT
PSTW Jember, klien makan 1 porsi habis seperti soto, sayur kacang,
tempe, tahu, pecel. Klien mengatakan tidak suka makan telur. Klien
mengatakan ketika muda memiliki badan yang kurus.
5) Pola istirahat tidur, Ny. S mengatakan tidur malamnya kira-kira hari 4-
5 Jam, siang hari 1 Jam. Klien mengatakan tidak ada gangguan tidur.
f. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien memiliki riwayat hipertensi. Selain hipertensi klien mengatakan
pernah batuk dan pilek, dan klien tidak pernah dirawat di RS.
g. Riwayat Keluarga
Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orangtua, paman,
bibi, saudara kandung, pasangan, anak-anak): Ny. S mengatakan kedua
orang tuanya sudah meninggal. Tn. S menikah satu kali dan sudah
meninggal dunia sejak 3 tahun yang lalu dan mempunyai 4 anak tetapi
semua bekerja diluar pulau jawa. Sejak istrinya meninggal dunia Ny. S
tinggal sendirian dan kemudian memutuskan untuk tinggal di UPT PSTW
Jember karena diajak oleh petugas PSTW Jember. Riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh anggota keluarga: Ny. S mengatakan suami meninggal
akibat stroke.
h. Tinjauan Sistem
Status kesehatan Klien 1 Keadaan umum cukup, klien tampak lusuh
dan tidak rapi. Kesadaran composmentis, BB 70 kg, kg, tekanan darah:
160/90 mmhg, nadi 88x/m, suhu: 36,4ºc, respirasi: 20x/menit RR:
20x/menit. Penilaian umum keadaan umum tampak menyendiri di depan
pintu, keadaan umum cukup, tidak ada kelelahan, tidak demam, tidak
keringat malam, mengalami kesulitan tidur, tidak sering pilek dan infeksi,
tidak ada penilaian diri terhadap seluruh status kesehatan.
Hasil pengkajian integumen pada Ny. S yaitu terdapat daki diseluruh
tubuh karena jarang mandi, ada perubahan pigmentasi, ada perubahan
tekstur, tidak memar, ada rambut berwarna putih kotor, kuku kotor tidak
pernah dibersihkan, turgor lembab. Ny. S tidak ada perdarahan atau memar
abnormal, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada anemia, tidak
ada riwayat transfusi darah.
Hasil pengkajian Kepala Tidak ada trauma, tidak pusing, tidak gatal
pada kulit kepala, nyeri dirasakan dibagian tengkuk skala 7. Mata: Mata
tampak tidak simetris, pandangan kabur, wajah tampak gelisah, tidak
memakai kacamata atau lensa kontak, tidak nyeri, tidak ada air mata
berlebihan, tidak bengkak sekitar mata, tidak ada riwayat infeksi, tanggal
pemeriksaan paling akhir: pasien mengatakan tidak pernah periksa mata,
tidak ada dampak pada penampilan activity daily living. Telinga tidak ada
perubahan pendengaran, tidak ada sensitivitas pendengaran, tidak ada alat-
alat protesa, tidak ada riwayat infeksi, kebiasaan perawatan telinga:
perawatan rutin dengan menggunakan jari kelingking. Hidung dan sinus
tidak ada rinorea, tidak rabas, tidak epistaksis, tidak obstruksi, tidak
mendengkur, tidak nyeri pada sinus, tidak ada drip postnasal, tidak ada
riwayat infeksi, dan hasil penilaian diri pada kemampuan olfaktori tidak
ada.
Mulut dan tenggorokan mulut tampak tidak simetris, tidak sakit
tenggorokan, gigi berlubang, tidak ada lesi atau ulkus, suara tampak pelan,
tidak mengalami kesulitan menelan, tidak ada perdarahan gusi, tidak
karies, dan tidak ada riwayat infeksi. Tanggal pemeriksaan gigi paling
akhir: Ny. S mengatakan tidak pernah periksa gigi. Pola menggosok gigi:
Ny. S menggosok gigi 1 kali sehari yaitu pagi. Pola flossing: tidak pernah
membersihkan sela-sela gigi dengan benang, hanya dengan sikat gigi saja.
Tidak ada masalah dalam kebiasaan membersihkan gigi. Leher: tidak
mengalami kekuan, terdapat nyeri dibagian tengkuk, tidak ada benjolan
atau massa, tidak ada keterbatasan gerak.
Hasil pengkajian Pernafasan tidak batuk, tidak sesak nafas, tidak
mengalami hemoptisis, tidak ada sputum, tidak memiliki asma atau alergi
pernafasan. Kardiovaskular tidak ada ditensi vena jugularis, tidak nyeri
atau ketidaknyamanan dada, tidak palpitasi, tidak sesak nafas, tidak ada
dispnea nokturnal paroksimal, tidak ada ortopnea, tidak ada murmur, tidak
ada edema, dan tidak ada varises.
Hasil pengkajian Gastrointestinal tidak disfagia, dapat mencerna, tidak
ada nyeri ulu hati, tidak mual atau muntah, tidak mengalami hematemesis,
nafsu makan menurun, tidak ada ulkus, tidak nyeri, tidak ikterik, tidak ada
benjolan atau massa, tidak terjadi perubahan kebiasaan defekasi, tidak
diare, tidak konstipasi, tidak melena, tidak hemoroid, tidak ada perdarahan
rektum, Pola defekasi Ny. S mengatakan buang air besar 1 kali sehari, dan
tidak ada masalah terkait buang air besar, tidak pernah diare karena
makanan. Perkemihan: tidak disuria, frekuensi BAK 4 kali sehari, urine
keluarnya lancar tidak menetes, ada dorongan miksi, tidak ada hematuria,
tidak poliuria, tidak oliguria, tidak nokturia, tidak inkontinensia, tidak ada
nyeri saat berkemih, tidak mengalami batu infeksi. Genitalia laki-laki:
tidak ada lesi, tidak memiliki penyakit kelamin, tidak ada infeksi.
Muskuloskeletal: mengalami masalah cara berjalan jika nyeri kakinya
kambuh, tampak berhati-hati ketika berjalan, tidak ada nyeri punggung.
Kekuatan otot, ekstermitas atas kanan: 5555, ekstermitas atas kiri 5555,
ekstermitas bawah kanan 3333, ekstermitas bawah kiri 4444. Berdasarkan
test keseimbangan dengan Time Up and Go Test (TUGT) didapatkan
kesimpulan bahwa klien berjalan sejauh 3 m selama 15 detik (>13.5 detik)
yang artinya klien mempunyai risiko jatuh tinggi.
i. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan selalu cemas tentang penyakitnya yaitu hipertensi
klien takut jika tensinya selalu tinggi. Klien tidak ingin pulang karena
klien sudah tidak mempunyai anggota keluarga. Klien senang hidup di
PSTW Jember
j. Status Fungsional
Berdasarkan penilain activity of daily living dengan menggunakan
indeks barthel didapatkan nilai 65 yang artinya ketergantungan sedang.
k. Status Kognitif
Berdasarkan penilaian status kognitif dengan menggunakan SPMSQ
didapatkan jawaban salah 5 dan benar 5 yang artinya klien mengalami
kerusakan intelektual sedang. Berdasarkan penilaian status kognitif
dengan menggunakan MMSE klien mendapatkan nilai 18 yang artinya
klien mengalami kerusakan aspek fungsi mental ringan.
Tabel 3.1 Indek barthel
No Jenis Nilai Penilaia
Bantuan Mandiri
aktivitas
1 Makan/minum 5 10 5
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15 5

3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, dll 0 5 5


4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 5
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 10
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 5
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 65
Tabel 3.1 penilaian indek bartel klien memiliki Ketergantungan moderat
(62-90).
l. Hasil pemeriksaan penunjang, Asam urat 8.9.mg/dl (L:3,4 -7 P:2,0-5,7
mg/dl, Gula darah sewaktu:120 mg/dl (< 200 mg/dl)
m. Terapi, klien mengkonsumsi Allopurinol 2x100mg dan Natrium
diclofenac 2x 50mg

1. Kasus 2
a. Data Biografis Pasien
Nama Ny. M, Usia 70 tahun, suku/bangsa: jawa/indonesia,
pendidikan: SD, agama: Islam, alamat: bangsalsari. Klien mengatakan
tidak mempunyai pasangan hidup, karena sudah lama meninggal dunia
dan anaknya bekerja di luar kota.
b. Riwayat Pekerjaan
Saat ini klien tidak bekerja, sebelumnya masuk di UPT PSTW Jember
klien adalah seorang ibu rumah tangga. Saat ini klien hanya mendapatkan
penghasilan uang dari pemberian tamu yang datang di UPT PSTW
Jember.
c. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal permanen, lantai ubin, kamar klien berdekatan
dengan kamar lansia bernama Ny.N dan Ny. S, klien mempunyai hobi
menonton TV, selama tinggal di UPT PSTW Jember tidak pernah jalan-
jalan
d. Sumber/Sistem Pendukung yang digunakan
Terdapat dokter di UPT PSTW Jember tetapi datang sebulan sekali,
klien tidak pernah dirawat di RS, klien hanya berobat ke perawat yang
terdapat di pos kesehatan UPT PSTW Jember. Pelayanan kesehatan di
rumah, sebelum masuk di UPT PSTW Jember apabila sakit klien beli obat
diwarung.
e. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Penyakit yang diderita dalam 1 tahun terakhir, klien mengatakan tidak
bisa tidur. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah
kesehatan, klien mengatakan khawatir tidak banyak mengetahui tentang
masalah insomnia. Ketika klien sakit, klien periksa ke perawat yang ada di
UPT PSTW Jember. Klien mengkonsumsi obat racikan diberi obat oleh
perawat UPT PSTW Jember. Tidak memiliki alergi obat-obatan dan
makanan. Klien mengatakan makan 3x sehari, sesuai jam pembagian jatah
dari UPT PSTW Jember, klien makan 1 porsi habis seperti soto, sayur
kacang, tempe, tahu, pecel. Klien mengatakan tidak suka makan ikan laut.
Indeks Massa Tubuh : BB = 43 Kg, Tinggi Badan = 138 cm. IMT =
BB/TB2, IMT = 43/ (1,382) dan hasilnya IMT = 22,63 (normal). Pola
istirahat tidur Ny. S, mengatakan tidur malamnya kira-kira 4 Jam, siang
hari 1 Jam. Klien mengatakan ada gangguan tidur.
f. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami klien hanya batuk dan pilek. Penyakit
serius/kronik, klien pernah jatuh sehingga membuat lututnya sering nyeri
dan hanya dibawa ke tukang urut.
g. Riwayat Keluarga
Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orangtua, paman,
bibi, saudara kandung, pasangan, anak-anak): Ny. S mengatakan kedua
orang tuanya sudah meninggal. Ny. S menikah satu kali dan suaminya
sudah meninggal dunia sejak 5 tahun yang lalu dan mempunyai 1 anak.
Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga: Ny. S
mengatakan suaminya meninggal karena stroke.

h. Tinjauan Sistem
Status kesehatan Klien 2 Keadaan umum cukup, klien tampak rapi.
Kesadaran composmentis, BB 52 kg, kg, tekanan darah: 140/80 mmhg,
nadi 88x/m, suhu: 36,4ºc, RR: 20x/menit. Penilaian umum keadaan umum
tampak lemah, seperti keadaan umum cukup, pandangan kosong, saat di
tanya tidak pernah di jawab, tidak ada kelelahan, tidak demam, tidak
keringat malam, mengalami kesulitan tidur, tidak sering pilek dan infeksi,
tidak ada penilaian diri terhadap seluruh status kesehatan.
Hasil pengkajian integumen pada Ny. S yaitu ada perubahan
pigmentasi, ada perubahan tekstur, tidak memar, ada rambut berwarna
putih kotor, kuku bersih, turgor lembab. Ny. S tidak ada perdarahan atau
memar abnormal, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
anemia, tidak ada riwayat transfusi darah.
Kepala: Tidak ada trauma, tidak pusing, tidak gatal pada kulit kepala,
nyeri dirasakan dibagian tengkuk skala 7. Mata: Mata tampak tidak
simetris, pandangan kabur, wajah tampak gelisah, tidak memakai
kacamata atau lensa kontak, tidak nyeri, tidak ada air mata berlebihan,
tidak bengkak sekitar mata, tidak ada riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan
paling akhir: pasien mengatakan tidak pernah periksa mata, tidak ada
dampak pada penampilan activity daily living. Telinga: tidak ada
perubahan pendengaran, tidak ada sensitivitas pendengaran, tidak ada alat-
alat protesa, tidak ada riwayat infeksi, kebiasaan perawatan telinga:
perawatan rutin dengan menggunakan jari kelingking. Hidung dan sinus
tidak ada rinorea, tidak rabas, tidak epistaksis, tidak obstruksi, tidak
mendengkur, tidak nyeri pada sinus, tidak ada drip postnasal, tidak ada
riwayat infeksi, dan hasil penilaian diri pada kemampuan olfaktori tidak
ada.
Mulut dan tenggorokan: mulut tampak tidak simetris, tidak sakit
tenggorokan, gigi berlubang, tidak ada lesi atau ulkus, suara tampak pelan,
tidak mengalami kesulitan menelan, tidak ada perdarahan gusi, tidak
karies, dan tidak ada riwayat infeksi. Tanggal pemeriksaan gigi paling
akhir: Klien mengatakan tidak pernah periksa gigi. Pola menggosok gigi:
Ny. S menggosok gigi 1 kali sehari yaitu pagi. Pola flossing: tidak pernah
membersihkan sela-sela gigi dengan benang, hanya dengan sikat gigi saja.
Tidak ada masalah dalam kebiasaan membersihkan gigi. Leher: tidak
mengalami kekuan, terdapat nyeri dibagian tengkuk, tidak ada benjolan
atau massa, tidak ada keterbatasan gerak.
Pernafasan didapatkan hasil klien tidak batuk, tidak sesak nafas, tidak
mengalami hemoptisis, tidak ada sputum, tidak memiliki asma atau alergi
pernafasan. Kardiovaskular: tidak ada ditensi vena jugularis, tidak nyeri
atau ketidaknyamanan dada, tidak palpitasi, tidak sesak nafas, tidak ada
dispnea nokturnal paroksimal, tidak ada ortopnea, tidak ada murmur, tidak
ada edema, dan tidak ada varises.
Gastrointestinal didapatkan hasil klien tidak disfagia, dapat mencerna,
tidak ada nyeri ulu hati, tidak mual atau muntah, tidak mengalami
hematemesis, nafsu makan menurun, tidak ada ulkus, tidak nyeri, tidak
ikterik, tidak ada benjolan atau massa, tidak terjadi perubahan kebiasaan
defekasi, tidak diare, tidak konstipasi, tidak melena, tidak hemoroid, tidak
ada perdarahan rektum, Pola defekasi Tn. S mengatakan buang air besar 1
kali sehari, dan tidak ada masalah terkait buang air besar, tidak pernah
diare karena makanan.
Perkemihan: tidak disuria, frekuensi BAK 4 kali sehari, urine
keluarnya lancar tidak menetes, ada dorongan miksi, tidak ada hematuria,
tidak poliuria, tidak oliguria, tidak nokturia, tidak inkontinensia, tidak ada
nyeri saat berkemih, tidak mengalami batu infeksi. Genitalia laki-laki:
tidak ada lesi, tidak memiliki penyakit kelamin, tidak ada infeksi.
Muskuloskeletal: mengalami masalah cara berjalan jika nyeri kakinya
kambuh, tampak berhati-hati ketika berjalan, nyeri punggung. Kekuatan
otot, ekstermitas atas kanan: 5555, ekstermitas atas kiri 5555, ekstermitas
bawah kanan 4444, ekstermitas bawah kiri 4444. Berdasarkan test
keseimbangan dengan Time Up and Go Test (TUGT) didapatkan
kesimpulan bahwa klien berjalan sejauh 3 m selama 16 detik (>13.5 detik)
yang artinya klien mempunyai risiko jatuh tinggi.
i. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan selalu cemas tentang penyakitnya yaitu hipertensi
klien takut bila tidak bisa berjalan dan akan membuat klien tidak dapat
beraktivitas bebas. Klien tidak ingin pulang karena klien sudah tidak
mempunyai anggota keluarga. Klien senang hidup di PSTW Jember
j. Status Fungsional
Berdasarkan penilain activity of daily living dengan menggunakan
indeks barthel didapatkan nilai 65 yang artinya ketergantungan sedang.
k. Status Kognitif
Berdasarkan penilaian status kognitif dengan menggunakan SPMSQ
didapatkan jawaban salah 5 dan benar 5 yang artinya klien mengalami
kerusakan intelektual sedang.
Berdasarkan penilaian status kognitif dengan menggunakan MMSE klien
ilai 18 yang artinya klien mengalami kerusakan aspek fungsi mental
ringan.
Tabel 3.2 Indek barthel
No Jenis Nilai Penilaian
Bantuan Mandiri
aktivitas
1 Makan/minum 5 10 5
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15 10

3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, dll 0 5 5


4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 5
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 5 15 5
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 5
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 65
Tabel 3.2 penilaian indek bartel klien memiliki Ketergantungan moderat (62-
90).

l. Pemeriksaan penunjang, Gula darah sewaktu:120 mg/dl (< 200 mg/dl)


m. Terapi, klien mengkonsumsi Natrium diclofenac 2x 50mg.

2. Kasus 3
a. Data Biografis Pasien
Ny. L, umur 70 tahun, jenis kelamin perempuan, agama Islam, suku
Jawa, bahasa yang digunakan bahasa Jawa. Status kesehatan saat ini. Klien
mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di UPT PSTW dan hanya
diam di kamar
b. Riwayat Pekerjaan
Saat ini klien tidak bekerja, sebelumnya masuk di UPT PSTW Jember
klien bekerja serabutan sebagai petani. Saat ini klien hanya mendapatkan
penghasilan uang dari pemberian tamu yang datang di UPT PSTW Jember.
c. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal permanen, lantai ubin, klien mempunyai
hobi/minat duduk-duduk, selama tinggal di UPT PSTW Jember tidak
pernah jalan-jalan.
d. Sumber/Sistem Pendukung yang digunakan
Terdapat dokter di UPT PSTW Jember tetapi datang sebulan sekali,
klien tidak pernah dirawat di RS, klien hanya berobat ke perawat yang
terdapat di pos kesehatan UPT PSTW Jember. Pelayanan kesehatan di
rumah, sebelum masuk di UPT PSTW Jember apabila sakit klien beli obat
diwarung.
e. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Penyakit yang diderita dalam 1 tahun terakhir adalahsering merasa
badan sakit semua. Penyakit yang diderita saat ini, klien mengatakan nyeri
yang hilang timbul seperti ditusuk-tusuk skala 3 dirasa saat sedang
beraktivitas maupun beristirahat sehingga sering membuat klien cemas
dengan masalah kesehatannya.
f. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien memiliki riwayat hipertensi. Selain hipertensi klien mengatakan
pernah batuk dan pilek, dan klien tidak pernah dirawat di RS.
g. Riwayat Keluarga
Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orangtua, paman,
bibi, saudara kandung, pasangan, anak-anak) Ny. L mengatakan kedua
orang tuanya sudah meninggal. Ny. L menikah satu kali dan sudah
meninggal dunia sejak 10 tahun yang lalu dan mempunyai 3 anak tetapi
semua bekerja diluar kota. Sejak suaminya meninggal dunia Ny. L tinggal
sendirian dan kemudian memutuskan untuk tinggal di UPT PSTW Jember
karena diajak oleh petugas PSTW Jember. Riwayat penyakit yang pernah
diderita oleh anggota keluarga Ny. L mengatakan suaminya meninggal
akibat kencing manis.
h. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan Klien 3 keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, BB sebelum sakit 50 kg, tekanan darah: 160/90 mmhg,
nadi 85x/m, suhu;36,5ºc, respirasi: 24x/menit. Klien 3, rambut hitam ikal
dan kusut,. Penilaian umum keadaan umum tampak lemah, seperti
menahan nyeri, keadaan umum cukup, tidak ada kelelahan, tidak demam,
tidak keringat malam, tidak mengalami kesulitan tidur, tidak sering pilek
dan infeksi, tidak ada penilaian diri terhadap seluruh status kesehatan.
Integumen: hasil pengkajian integumen pada Ny. L yaitu terdapat daki
diseluruh tubuh karena jarang mandi, ada perubahan pigmentasi, ada
perubahan tekstur, tidak memar, ada rambut berwarna putih kotor, kuku
kotor tidak pernah dibersihkan, turgor lembab.
Hemopoetik Ny. L tidak ada perdarahan atau memar abnormal, tidak
ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada anemia, tidak ada riwayat
transfusi darah. Kepala: Tidak ada trauma, tidak pusing, tidak gatal pada
kulit kepala, nyeri dirasakan dibagian tengkuk skala 3. Mata: Mata tampak
tidak simetris, pandangan kabur, wajah tampak gelisah, tidak memakai
kacamata atau lensa kontak, tidak nyeri, tidak ada air mata berlebihan,
tidak bengkak sekitar mata, tidak ada riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan
paling akhir: pasien mengatakan tidak pernah periksa mata, tidak ada
dampak pada penampilan activity daily living.
Telinga: tidak ada perubahan pendengaran, tidak ada sensitivitas
pendengaran, tidak ada alat-alat protesa, tidak ada riwayat infeksi,
kebiasaan perawatan telinga: perawatan rutin dengan menggunakan jari
kelingking. Hidung dan sinus tidak ada rinorea, tidak rabas, tidak
epistaksis, tidak obstruksi, tidak mendengkur, tidak nyeri pada sinus, tidak
ada drip postnasal, tidak ada riwayat infeksi, dan hasil penilaian diri pada
kemampuan olfaktori tidak ada.
Mulut dan tenggorokan: mulut tampak tidak simetris, tidak sakit
tenggorokan, gigi berlubang, tidak ada lesi atau ulkus, suara tampak pelan,
tidak mengalami kesulitan menelan, tidak ada perdarahan gusi, tidak
karies, dan tidak ada riwayat infeksi. Tanggal pemeriksaan gigi paling
akhir: Klien mengatakan tidak pernah periksa gigi. Pola menggosok gigi:
Ny. L menggosok gigi 1 kali sehari yaitu pagi. Pola flossing: tidak pernah
membersihkan sela-sela gigi dengan benang, hanya dengan sikat gigi saja.
Tidak ada masalah dalam kebiasaan membersihkan gigi. Leher: tidak
mengalami kekuan, terdapat nyeri dibagian tengkuk, tidak ada benjolan
atau massa, tidak ada keterbatasan gerak.
Pernafasan didapatkan hasil klien tidak batuk, tidak sesak nafas, tidak
mengalami hemoptisis, tidak ada sputum, tidak memiliki asma atau alergi
pernafasan. Kardiovaskular: tidak ada ditensi vena jugularis, tidak nyeri
atau ketidaknyamanan dada, tidak palpitasi, tidak sesak nafas, tidak ada
dispnea nokturnal paroksimal, tidak ada ortopnea, tidak ada murmur, tidak
ada edema, dan tidak ada varises.
Gastrointestinal didapatkan hasil klien tidak disfagia, dapat mencerna,
tidak ada nyeri ulu hati, tidak mual atau muntah, tidak mengalami
hematemesis, nafsu makan menurun, tidak ada ulkus, tidak nyeri, tidak
ikterik, tidak ada benjolan atau massa, tidak terjadi perubahan kebiasaan
defekasi, tidak diare, tidak konstipasi, tidak melena, tidak hemoroid, tidak
ada perdarahan rektum, Pola defekasi klien mengatakan buang air besar 1
kali sehari, dan tidak ada masalah terkait buang air besar, tidak pernah
diare karena makanan. Perkemihan: tidak disuria, frekuensi BAK 4 kali
sehari, urine keluarnya lancar tidak menetes, ada dorongan miksi, tidak
ada hematuria, tidak poliuria, tidak oliguria, tidak nokturia, tidak
inkontinensia, tidak ada nyeri saat berkemih, tidak mengalami infeksi.
Genitalia perempuan tidak ada lesi, tidak memiliki penyakit kelamin, tidak
ada infeksi.
Pemeriksaan Muskuloskeletal didapatkan klien mengalami nyeri lutut
sebelah kanan. Kekuatan otot, ekstermitas atas kanan: 5555, ekstermitas
atas kiri 5555, ekstermitas bawah kanan 3333, ekstermitas bawah kiri
5555. Berdasarkan test keseimbangan dengan Time Up and Go Test
(TUGT) didapatkan kesimpulan bahwa klien berjalan sejauh 3 m selama
21 detik (>13.5 detik) yang artinya klien mempunyai risiko jatuh tinggi.

i. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan selalu cemas tentang nasipnya di PSTW Jember,
Klien tidak ingin pulang karena klien sudah tidak mempunyai anggota
keluarga. Klien senang hidup di PSTW Jember
j. Status Fungsional
Berdasarkan penilain activity of daily living dengan menggunakan
indeks barthel didapatkan nilai 65 yang artinya ketergantungan sedang.
k. Status Kognitif
Berdasarkan penilaian status kognitif dengan menggunakan SPMSQ
didapatkan jawaban salah 5 dan benar 5 yang artinya klien mengalami
kerusakan intelektual sedang.
Berdasarkan penilaian status kognitif dengan menggunakan MMSE
klien nilai 18 yang artinya klien mengalami kerusakan aspek fungsi
mental ringan.
Tabel 3.3. Indek barthel
N Jenis Nilai Penilaia
Bantuan Mandiri
o aktivitas
1 Makan/minum 5 10 5
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15 5

3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, 0 5 5


4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 5
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 10
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 5
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 65
Tabel 3.2 penilaian indek bartel klien memiliki Ketergantungan moderat (62-
90).

l. Pemeriksaan penunjang
Asam urat 8.9.mg/dl (L:3,4 -7 P:2,0-5,7 mg/dl)
Gula darah sewaktu:120 mg/dl (< 200 mg/dl)
m. Terapi
Allopurinol 2x100mg
Natrium diclofenac 2x 50mg
B. ANALISA DATA
PASIEN 1 PASIEN 2 PASIEN 3
Tanggal 06 feb 2022 Tanggal 06 feb 2022 Tanggal 06 feb 2022
Jam 09.00 wib Jam 09.00 wib Jam 09.00 wib
S: S: S:
klien mengatakan mengalami Klien mengatakan mengalami nyeri Klien mengatakan men
nyeri kakinya kambuh dan sakit punggung sampai ke kakinya lutut sebelah kanan
saat berjalan O: O:
O: 1. tampak berhati-hati ketika 1. tampak berhati-hati ke
1. tampak berhati-hati ketika berjalan 2.ekstermitas bawah
berjalan 2. ekstermitas bawah kanan 4444, ekstermitas bawah kiri 5
2. ekstermitas bawah kanan ekstermitas bawah kiri 4444 3. nilai ADL 65 (kategor
3333, ekstermitas bawah kiri 3. nilai ADL 65 (kategori sedang)
4444
3. nilai ADL 65 (kategori
sedang)
Tanggal 06 feb 2022 Tanggal 06 feb 2022 Tanggal 06 feb 2022
Jam 09.00 wib Jam 09.00 wib Jam 09.00 wib

S: klien mengatakan mengalami S: Klien mengatakan mengalami S: Klien mengatakan


nyeri kakinya kambuh dan nyeri punggung sampai ke kakinya sebelah kanan
sakit saat berjalan O: O:
O: 1. Keadaan umum lemah 1. Keadaan umum
1. Keadaan umum lemah 2. Klien menyeringai 2. Klien menyerin
2. Klien memyeringai kesakitan memegangi kakin
memegangi kedua 3. Asam urat 9,2 3. Asam urat 8,8
kakinyadan belum
mampu bergerak bebas Masalah: nyeri kronis
3. Asam urat 8,2 Masalah: nyeri kronis
Masalah: nyeri kronis
Tanggal 11 Mei 2019 Tanggal 12 Mei 2019 Tanggal 12 Mei 2019
Jam 09.00 wib Jam 09.00 wib Jam 09.00 wib

S: Klien mengatakan “saya S: Klien mengatakan “saya pernah S: Klien mengatakan “ny
pernah jatuh dari tempat tidur”. jatuh di kamar mandi”. sebelah kanan”.
O: O: O:
1. Kadar Asam urat 8,2 mg/dl 1. Kadar Asam urat 9,2 mg/dl 1. Kadar Asam urat
2. Indeks barthel 2. Indeks barthel 2. Indeks barthel ke
ketergantungan moderate ketergantungan moderate moderate (skor: 6
(skor: 60) (skor: 65) 3. Klien tampak mengua
3. Kamar mandi berada di 3. Kamar mandi berada di 4.Hasil Time Up and Go
sebelah kamar tidur sebelah kamar tidur detik kategori resiko jatu
4. Tidak ada pegangan di setiap 4. Tidak ada pegangan di setiap
tembok, lantai keramik tembok
5. Hasil Time Up and Go Test : 5. Lantai keramik
15 detik kategori resiko jatuh 6. Hasil Time Up and Go Test : 15
tinggi detik kategori resiko jatuh
Masalah: Resiko jatuh tinggi
Masalah: Resiko jatuh
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kasus 1
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ektremitas bawah
b. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronis
c. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan.
2. Kasus 2
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ektremitas bawah
b. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronis
c. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan.
3. Kasus 3
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ektremitas bawah
b. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronis.
c. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan.
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 x 24 jam klien
menunjukkan toleransi aktifitas, tidak nyeri, dan menunjukkan peningkatan
keseimbangan berjalan.
Kriteria Hasil:
1. Klien menerima bantuan atau perawatan total dari pemberi asuhan, jika
diperlukan
2. Klien mempunyai minat untuk mengikuti kegiatan
3. Klien mampu melakukan kontrol nyeri saat aktifitas
4. Klien melakukan latihan range of motion
5. Klien mampu mempertahankan gaya berjalan optimal
Intervensi yang dilakukan
1. Sediakan lingkungan yang tenang dan aman
Rasional : agar pasien dapat melakukan aktifitas dengan aman dan nyaman
2. Ajarkan teknik distraksi nyeri.
Rasional : mengetahui kemampuan mengingat pasien agar memudahkan
intervensi selanjutnya
3. Cek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Rasional : identifikasi status kesehatan sebelum melakukan exercise
4. Ajarkan latihan range of motion.
Rasional : melatih kekuatan otot dan sendi secara aktif
5. Dukung Klien melakukan latihan range of motion
Rasional : mendukung kesiapan klien melakukan aktifitas fisik sesuai
kondisi
6. Cek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Rasional : evaluasi status kesehatan setelah melakukan exercise
7. Evaluasi respon klien selama latihan
Rasional : monitoring kemampuan klien dalam melakukan latihan
8. Berikan reinforcement positif
Rasional : meningkatkan motivasi klien melakukan latihan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Kasus 1
a. Hari 1 tanggal 5 feb 2022
1) Bina hubungan saling percaya dan berikan edukasi tentang interaksi
sosial
Respon: klien dapat menerima kehadiran perawat
2) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
3) Mengajarkan teknik distraksi nyeri
Respon: klien mampu mengikuti instruksi dan mengkontrol nyeri
4) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
5) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
6) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
7) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
8) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

b. Hari perawatan ke 2 (tanggal 6 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

c. Hari perawatan ke 3 (tanggal 7 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

d. Hari perawatan ke 4 (tanggal 8 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

e. Hari perawatan ke 5 (tanggal 9 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

f. Hari perawatan ke 6 (tanggal 10 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

2. Kasus Klien 2
Hari 1 tanggal 5 feb 2022
2) Bina hubungan saling percaya dan berikan edukasi tentang interaksi
sosial
Respon: klien dapat menerima kehadiran perawat
2) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
3) Mengajarkan teknik distraksi nyeri
Respon: klien mampu mengikuti instruksi dan mengkontrol nyeri
4) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
5) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
6) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
7) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
8) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 2 (tanggal 6 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 3 (tanggal 7 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 4 (tanggal 8 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 5 (tanggal 9 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 6 (tanggal 10 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan
3. Klien 3
Hari 1 tanggal 5 feb 2022
1) Bina hubungan saling percaya dan berikan edukasi tentang
interaksi sosial
Respon: klien dapat menerima kehadiran perawat
2) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
3) Mengajarkan teknik distraksi nyeri
Respon: klien mampu mengikuti instruksi dan mengkontrol nyeri
4) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
5) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
6) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
7) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
8) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 2 (tanggal 6 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 3 (tanggal 7 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 4 (tanggal 8 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 5 (tanggal 9 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

Hari perawatan ke 6 (tanggal 10 feb 2022)


1) Menyediakan lingkungan yang tenang dan aman
Respon: klien tampak siap mengikuti aktifitas
2) mengecek tanda vital sebelum melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
3) mengajarkan latihan range of motion
Respon: klien mampu mengikuti latihan
4) mendukung Klien melakukan latihan range of motion.
Respon: klien mampu melakukan latihan secara mandiri dengan arahan
urutan gerak
5) mengecek tanda vital setelah melakukan aktifitas latihan
Respon: klien berada dalam rentang tanda vital normal
6) Memberikan reinforcement positif
Respon : klien tampak senang dan antusias dalam melakukan latihan

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan pada tiga
klien yang berbeda dan dengan masalah keperawatan geriatri gangguan
keseimbangan di UPT PSTW Kasiyan Jember. Pembahasan pada bab ini
terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan
kasus. Terkait dengan hal tersebut pada bab ini penulis akan melakukan
pembahasan tentang defisit perawatan diri: mandi/hygiene pada asuhan
keperawatan Ny. L, Ny. L, dan Ny. S dengan kasus kesepian lansia. Mulai
dari pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi keperawatan.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data relevan yang continue
tentang respon manusia, kekuatan dan masalah klien (Dermawan, 2012) Hasil
pengkajian pada klien 1,2 dan 3 ditemukan permasalahan yang sama pada
masing-masing klien kelolaan. Keluhan utama yang dialami ketiga klien
tersebut adalah nyeri dan kelemahan fisik sehingga mengalami gangguan
keseimbangan. . Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif, depresi,
inkontinensia, ketergantungan fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat
menyebabkan angka morbiditas yang signifikan dan keadaan yang buruk
pada usia tua yang lemah. Sindrom ini biasanya melibatkan beberapa sistem
organ. Sindrom geriatrik mungkin memiliki kesamaan patofisiologi meskipun
presentasi yang berbeda, dan memerlukan intervensi dan strategi yang fokus
terhadap faktor etiologi (Darmojo, 2014).
Keselamatan dan keamanan bagi lansia merupakan kebutuhan yang
sama pentingnya dengan kebutuhan fisiologis dasar, seperti makanan dan air
(Stocklager & Schaeffer, 2013). Lansia mengalami penurunan susunan otot
sehingga penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas, dan fleksibilitas
otot, serta kecepatan dan waktu reaksi. Penurunan fungsi dan penurunan
kekuatan otot akan menyebabkan penurunan kemampuan mempertahankan
keseimbangan postural atau keseimbangan tubuh pada lansia sehingga
meningkatkan resiko jatuh pada lansia. Jatuh dan konsekuensinya adalah
masalah kesehatan utama dalam populasi lansia (Sturnieks, 2013)
Intervensi yang disusun dalam asuhan keperawatan ini adalah latihan
range of motion (ROM) sesuai dengan evidence based practice dari kajian 3
peneltian yang telah dilakukan. Latihan rentang gerak merupakan latihan
pada sendi dengan tujuan meningkatkan rentang gerak sendi, meningkatkan
tonus otot, dan mencegah kekakuan sendi. Selain kekuatan otot, pergerakan
sendi juga memperbaiki keseimbangan (Kyung, 2013). Risiko kejadian jatuh
dapat dikurangi dengan cara meningkatkan keseimbangan (singh, 2014).
Fisiologi tubuh paling penting dalam menjaga keseimbangan adalah
proprioception. Proprioception merupakan kemampuan untuk merasakan
posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak (brown et al, 2016). Bagian yang
bertanggung jawab untuk proprioception umumnya terletak di sendi, tendon,
ligamen, dan kapsul sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia
dan kulit (riemann & lephart, 2012). Latihan yang dapat meningkatkan
kekuatan otot yang pada akhirnya akan meningkatkan keseimbangan postural
lansia dapat dilakukan 3-4 minggu latihan dengan frekuensi 3 kali seminggu
(Fitriyansyah, 2014).

B
A
B

V
P
E
N
U
T
U
P

6.1 Kesimpulan

Beradasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang


berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Keseimbangan Di Wisma Seruni Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW) Jember, penulis dapat
memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat lansia yang mengalami resiko jatuh
2. Resiko jatuh disebabkan salah satunya karena proses degeneratif
dan gangguan keseimbangan tubuh
3. Dibutuhkan latihan range of motion sebagai upaya
meningkatkan kemampuan ekstremitas bawah demi menjaga
keseimbangan tubuh sehingga terhindar dari jatuh.

6.2 Saran
1. Bagi Lansia
Agar meningkatkan motivasi diri untuk melakukan latihan
range of motion yang bermanfaat bagi meningkatkan
keseimbangan tubuh.
2. Bagi Instansi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Agar pihak UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dapat
melakukan kegiatan-kegiatan latihan range of motion secara
rutin yang diikuti secara bersama-sama oleh lansia sesuai
kondisi kesehatan yang mendukung.
3. Bagi Peneliti yang selanjutnya
menerapkan latihan range of motion di pelayanan atau di
masyarakat, sehingga akan terjadi kesinambungan upaya
pencegahan resiko jatuh
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dan dapat dijadikan tambahan pustaka bagi peneliti
yang akan datang.

Daftar Pustaka

Annafisah, Z. & Rosdiana, I. (2013). Pengaruh Senam Lansia Terhadap


Keseimbangan Tubuh Diukur Menggunakan Romberg Test pada Lansia Sehat.
Jurnal Kedokteran, Vol. 4.

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA,
NIC dan NOC Jilid 1. Jakarta: Trans Info Medika

Potter PA, Perry AG. 2015. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Jakarta: EGC

Stocklager J, Schaeffer L. 2018. Buku saku asuhan keperawatan geriatrik edisi 2. alih
bahasa: nike budhi subekti. Jakarta: EGC

Sturnieks DL, St George R, Lord SR. Balance disorders in the elderly. Neurophysiol
Clin 2012;38:467-78

Singh MAF. 2014. Exercise, nutrition, and the older woman: wellness for woman
over fifty. Boca raton: CRC Press LLC

Brown SP, Miller WC, Eason JM. 2016. Neuroanatomy and neuromuscular control
of movement. exercise physiology: basis of human movement in health and disease.
Philadephia: Lippincott Williams& Wilkins; 217- 246

Riemann BL, Lephart SM. 2012. The sensorimotor system, part II: the role of
proprioception in motor control and functional joint stability. Journal of Athletic
Training; 37(1):80–84

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia edisi 1. Jakarta: Dewan


Pimpinan Pusat PPNI

Kyung Bok S, Heon Lee T, Sook Lee S. 2013. The Effects of changes of ankle
strength and range of motion according to aging on balance. Daejeon: Korean
Academy of Rehabilitation Medicine

Anda mungkin juga menyukai