Anda di halaman 1dari 6

A.

Latar Belakang
Penuaan merupakan proses penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Aspiani, 2014). Setelah mencapai puncak,
fungsi alat `tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat kemudian menurut sedikit
demi sedikit sesuai bertambahnya umur. Perubahan fungsi fisiologis biasanya dialami oleh
lansia. Perubahan fungsi fisiologis ini antara lain penurunan kekuatan otot, kontraksi otot,
elastisitas otot, fleksibilitas otot, kecepatan gerak dan waktu reaksi gerakan yang lambat.
Keadaan yang seperti ini mengakibatkan penurunan keseimbangan pada lansia. Penurunan
keseimbangan yang dialami oleh lansia mengakibatkan beberapa risiko antara lain
ketidakpercayaan diri lansia dalam beraktivitas mengakibatkan intoleransi aktivitas pada lansia,
risiko jatuh, cidera kepala, cidera muskuloskeletal dan beberapa kecelakaan yang diakibatkan
oleh jatuh.
Berdasarkan survei di Amerika Serikat, sekitar 30% lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh
setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang (Annafisah et al, 2013).
31%-48% lansia jatuh karena gangguan keseimbangan (Fitriyansyah et al, 2014). Penurunan
keseimbangan pada orang tua dapat diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan.
Komponen keseimbangan dalam latihan akan menurunkan insisdensi jatuh pada lanjut usia
sebesar 17%. (Annafisah et al , 2013). Propinsi Jawa Timur pada tahun 2008 merupakan propinsi
dengan peringkat kedua di Indonesia dengan jumlah lanjut usia terbanyak yaitu 3,2 juta jiwa
setelah Propinsi Yogyakarta [6]. Jember merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang
memiliki jumlah lansia terbanyak kedua setelah Kabupaten Malang [7]. Jumlah lansia di
Kabupaten Jember adalah 128.485 lansia dengan keterangan untuk lansia perempuan sebanyak
70.561 lansia dan lansia laki-laki sebanyak 57.924 lansia [8].
Tujuan utama perawatan kesehatan lansia adalah mempertahankan lansia untuk dapat
mandiri dalam sebuah lingkungan yang aman. Salah satu masalah keperawatan adalah mencegah
terjadinya kecelakaan, cedera, atau trauma lain dan mencegah meluasnya infeksi, serta
mempertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencegah dan memperbaiki deformitas
(Potter&Perry, 2015). Keselamatan dan keamanan bagi lansia merupakan kebutuhan yang sama
pentingnya dengan kebutuhan fisiologis dasar, seperti makanan dan air (Stocklager & Schaeffer,
2013). Lansia mengalami penurunan susunan otot sehingga penurunan kekuatan dan kontraksi
otot, elastisitas, dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi. Penurunan fungsi dan
penurunan kekuatan otot akan menyebabkan penurunan kemampuan mempertahankan
keseimbangan postural atau keseimbangan tubuh pada lansia sehingga meningkatkan resiko jatuh
pada lansia. Jatuh dan konsekuensinya adalah masalah kesehatan utama dalam populasi lansia
(Sturnieks, 2012).
Risiko kejadian jatuh dapat dikurangi dengan cara meningkatkan keseimbangan (singh,
2014). Fisiologi tubuh paling penting dalam menjaga keseimbangan adalah proprioception.
Proprioception merupakan kemampuan untuk merasakan posisi bagian sendi atau tubuh dalam
gerak (brown et al, 2016). Bagian yang bertanggung jawab untuk proprioception umumnya
terletak di sendi, tendon, ligamen, dan kapsul sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak
di fasia dan kulit (riemann & lephart, 2012). Latihan rentang gerak merupakan latihan pada sendi
dengan tujuan meningkatkan rentang gerak sendi, meningkatkan tonus otot, dan mencegah
kekakuan sendi. Selain kekuatan otot, pergerakan sendi juga memperbaiki keseimbangan (kyung
et. Al., 2013). Berdasarkan analisa tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
asuhan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan keseimbangan tubuh di ruang Seruni
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW) Jember.

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan gangguan
keseimbangan tubuh di UPT PSTW Jember sesuai dengan st andart asuhan keperawatan
melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data keperawatan klien dengan gangguan
keseimbangan tubuhdi UPT PSTW Jember.
b. Mahasiswa mampu menetapkan masalah keperawatan utama pada klien dengan
gangguan keseimbangan tubuh di UPT PSTW Jember.
c. Mahasiswa mampu menetapkan perencanaan keperawatan pada klien dengan
gangguan keseimbangan tubuhdi UPT PSTW Jember.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tidakan keperawatan pada klien dengan gangguan
keseimbangan tubuhdi UPT PSTW Jember.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan klien
dengan gangguan keseimbangan tubuhdi UPT PSTW Jember.
f. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan masalah keperawatan klien dengan
gangguan keseimbangan tubuhdi UPT PSTW Jember.
g. Mahasiswa mampu menarik kesimpulan dan saran dari maslaah keperawatan pada
klien dengan gangguan keseimbangan tubuh di UPT PSTW Jember.

A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia enam puluh tahun keatas.
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemapuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan- lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu dalam tubuh akan menumpuk dan makin
banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut dengan penyakit degeneratif
yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Sunaryo
et al., 2015).
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1
bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pad seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).

2. Klasifikasi Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia
meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

3. Tipe Lansia
Secara umum terdapat beberapa perbedaan dalam menentukan batas usia
lanjut usia dari beberapa ahli, adapun batasanya sebagai berikut (Sunaryo et al.,
2015):
a. Menurut undang- undang Nomor 13 tahun 1998 lanjut usia dikategorikan
dalamseseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahunkeatas
b. WorldHealthOrganization(WHO)membagidalamempatfaseusiayaitu fase
inventusialah usia 25-40 tahun, fase virilities ialah usia 40-55 tahun, fase
presenium ialah usia 55-65 tahun dan fase senium ialah usia 65 tahun hingga
tutupusia.
c. Prof. Koesoemato Setyonegoro (2009) membagi usia lanjut dalam kategori
geriatric old yaitu usia 65-70 tahun, young old ialah usia 70-75
tahun,oldialahusia75-80tahun,veryold ialahusialebihdari80tahun
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan
acuh tidak acuh
4. Tugas Perkembangan Lansia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. menurut Potter
dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan
sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan
penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu
mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya
peran bekerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang
anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat
berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama
penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil
mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan
keamanan mereka pada resiko yang besar
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat
mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-anaknya
yang telah dewasa
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan
kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang
hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat
minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas,
mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.

Anda mungkin juga menyukai