Anda di halaman 1dari 6

Machine Translated by Google

“Inovasi Komunitas Fisioterapi Dalam Peningkatan Fisik


Aktivitas di Masa Pandemi Covid-19”
Jl. A. Yani, Pabelan, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57169

PENGARUH PROGRAM LATIHAN OTAGO DAN LATIHAN


BRIDGING PADA LANJUT DENGAN RISIKO JATUH DI RSUD PROF.
dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO : LAPORAN
KASUS
Dhanti Wahyundari1 , Adnan Faris Naufal2 , Anteng Wijayaningsih3

1
Student of Physiotherapy Profession,Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
2Faculty of Health Sciences, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
3Physiotherapist on Medical Rehabilitation Installation, RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Indonesia

*Corresponding author: Dhanti Wahyundari, Email: dhantiwahyundari@gmail.com

Abstrak
Pendahuluan: Jatuh adalah penyebab kecacatan nomor tiga di kalangan lansia dan merupakan masalah
kesehatan masyarakat dengan dampak sosial yang besar di seluruh dunia di negara-negara dengan populasi
penuaan yang signifikan. Lebih dari 30% orang berusia di atas 65 tahun jatuh setiap tahunnya dan setengah dari
kasus tersebut jatuh lagi. Keseimbangan dinamis dan kekuatan otot tungkai mempunyai hubungan erat dengan risiko terjatuh.
Berkurangnya aktivitas otot pinggul juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan yang
berdampak negatif pada kinerja fungsional.
Presentasi Kasus : Tn. IW berusia 74 tahun dengan keluhan nyeri pada pinggang bagian bawah kadang
menjalar ke kaki sebelah kiri sejak 1 tahun yang lalu. Tungkai bawah kiri terasa berat dan nyeri bertambah bila
melakukan aktivitas berat dan berjalan jauh. Keluhan berkurang dengan istirahat. Riwayat penyakit penyerta
pasien mempunyai penyakit jantung dan asam urat.
Penatalaksanaan dan Hasil: Pasien menerima Program Latihan Otago dan Latihan Menjembatani dalam 1
bulan dengan dosis yang ditentukan. Berdasarkan hasil pemeriksaan BBS, Chair Stand 30 detik, TUG Test, dan
ODI modifikasi versi Indonesia, terdapat peningkatan keseimbangan dan kekuatan otot ekstremitas bawah serta
peningkatan aktivitas fungsional yang terlihat pada pasien.

Pembahasan : Riwayat nyeri pinggang yang dapat menyebabkan perubahan keseimbangan dan kontrol postur
tubuh sehingga mempunyai goyangan postur tubuh yang lebih tinggi dan perpindahan pusat tekanan yang lebih
besar. Agar lansia dapat menikmati hidup sehat dan terbebas dari kekhawatiran akan kecelakaan yang
mengakibatkan memar seperti terjatuh, diperlukan kekuatan otot dan keterampilan keseimbangan yang baik.
Kelemahan otot tungkai bawah merupakan salah satu prediktor terjadinya jatuh. Studi lain menemukan bahwa
olahraga teratur, latihan penguatan otot pinggang, dan latihan keseimbangan efektif dalam mencegah cedera
pada lansia dan meningkatkan fungsi sistem sensorik-motorik yang diperlukan untuk menjaga keamanan tubuh.
OEP yang dirancang khusus terdiri dari latihan penguatan dan keseimbangan yang menargetkan dan
meningkatkan hasil keseimbangan dinamis pada lansia. Latihan penguatan inti berupa Bridging Latihan dapat
mengembalikan fungsi kontrol postur tubuh dan meningkatkan rentang gerak serta dianggap sebagai latihan yang
tepat untuk lansia.
Kesimpulan: Program fisioterapi pada lansia berisiko jatuh dengan menggunakan Otago Latihan Program dan
Bridging Latihan dapat meningkatkan keseimbangan dan kekuatan otot pada ekstremitas bawah serta
meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada individu lanjut usia.
Kata Kunci : Lansia, Lansia, Geriatri, Resiko Jatuh, Bridging Latihan, Latihan Otago, Fisioterapi

378
Machine Translated by Google

Perkenalan
Jatuh adalah penyebab kecacatan terbesar ketiga di kalangan lansia dan merupakan masalah kesehatan
masyarakat dengan dampak sosial yang besar di seluruh dunia di negara-negara dengan populasi penuaan
yang signifikan [1]. Lebih dari 30% orang berusia di atas 65 tahun jatuh setiap tahunnya dan setengah dari
kasus tersebut jatuh lagi. Sekitar satu dari sepuluh jatuh mengakibatkan cedera serius seperti patah tulang
pinggul, patah tulang lainnya, hematoma subdural, atau cedera otak traumatis [2]. Keseimbangan yang
menurun seiring bertambahnya usia merupakan proses sensorik-motorik yang kompleks dimana sistem
visual, vestibular, dan muskuloskeletal bekerja sama untuk menghasilkan stabilitas postural. Selain itu,
proprioception, masukan saraf dari mekanoreseptor yang didistribusikan ke seluruh tubuh manusia,
memburuk seiring bertambahnya usia dan mempengaruhi keseimbangan sehingga meningkatkan risiko
terjatuh. Selain itu, penuaan berdampak buruk pada struktur sendi sehingga kinerja aktivitas fisik akan
terpengaruh secara negatif. Keseimbangan dinamis dan kekuatan otot tungkai juga mempunyai hubungan
erat dengan risiko terjatuh. Oleh karena itu, memperbaiki faktor-faktor ini dapat mengurangi frekuensi jatuh
dan biaya yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, diperlukan program latihan yang mencakup kekuatan dan
keseimbangan untuk mencegah terjatuh di kemudian hari [3]. Salah satu intervensi olahraga yang dapat
digunakan adalah The Otago Latihan Program (OEP), berupa latihan yang dirancang untuk mencegah jatuh
pada lansia. Program latihan ini bersifat rumahan yang terdiri dari latihan keseimbangan dan penguatan
yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang [4]. Mereka yang menerima OEP mengalami peningkatan fungsi kognitif dan penu
Berkurangnya aktivitas otot pinggul mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan, yang
dapat berdampak negatif pada kinerja fungsional. Selain itu, otot pinggul bertanggung jawab untuk
mengoreksi kesalahan keseimbangan yang besar, sedangkan otot pergelangan kaki bertanggung jawab
untuk mengoreksi kesalahan kecil. Jika kontrol motorik otot pinggul berkurang, risiko cedera dapat meningkat
[5]. Studi lain menemukan bahwa olahraga teratur, latihan penguatan otot pinggang, dan latihan
keseimbangan efektif dalam mencegah cedera pada lansia dan meningkatkan fungsi sistem sensorik-motorik
yang diperlukan untuk menjaga keamanan tubuh. Latihan penguatan inti efektif untuk stabilisasi lumbal dan
pelatihan kontrol motorik, sehingga banyak digunakan sebagai latihan kunci untuk menjaga keseimbangan
tubuh [6]. Lakukan Bridging Latihan (BE) juga merupakan salah satu metode latihan yang cepat dan mudah
untuk memperkuat otot punggung dan gluteus [7]. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
program fisioterapi menggunakan Otago Latihan Program dan Bridging Latihan terhadap kemampuan
keseimbangan dan kekuatan otot ekstremitas bawah serta peningkatan kemampuan aktivitas fungsional
pada individu lanjut usia.

Presentasi Kasus
Tn IW berusia 74 tahun dengan keluhan nyeri pada punggung bawah kadang menjalar ke kaki kiri sejak 1
tahun yang lalu. Tungkai bawah kiri terasa berat dan nyeri bertambah bila melakukan aktivitas berat dan
berjalan jauh. Keluhan berkurang dengan istirahat. Riwayat penyakit penyerta pasien mempunyai penyakit
jantung dan asam urat. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan keadaan normal pada segala aspek (tekanan
darah, frekuensi pernafasan, denyut nadi/frekuensi jantung, suhu), terutama tekanan darah pasien terkendali
karena rutin meminum obat dari dokter. Hasil pemeriksaan didapatkan gangguan pola punggung dan gaya
berjalan datar, gaya berjalan antalgik. Berdasarkan hasil palpasi ditemukan adanya spasme pada medial
punggung bawah, m. gluteus dan m. tibialis anterior. Nyeri dinilai menggunakan Visual Analogue Scale
(VAS) dengan skor 0 (tidak nyeri) sampai 100 mm atau 10 cm (sangat nyeri) dari rata-rata dan maksimal
nyeri selama seminggu sebelumnya . Pemeriksaan Berg Balance Scale (BBS) mengidentifikasi masalah
awal dalam pengendalian postural dan untuk memprediksi risiko jatuh pada orang lanjut usia. BBS menilai
aktivitas umum kehidupan sehari-hari, seperti membantu, berdiri, memutar badan, dan mengulurkan tangan.
Skor minimum untuk setiap item bervariasi antara 0 (tidak dapat melakukan tugas) dan 4 (mampu melakukan
tugas secara mandiri), dengan skor maksimum 56 poin [9]. Pemeriksaan Chair Stand selama 30 detik
merupakan uji klinis evaluasi fungsional untuk mengukur kekuatan tubuh bagian bawah dan
menghubungkannya dengan aktivitas sehari-hari (misalnya menaiki tangga, turun dari kursi atau mandi,
atau bangkit dari posisi horizontal) [10]. Tes Timed Up & Go berlangsung

379
Machine Translated by Google

tantangan kognitif tambahan seperti menjalankan fungsi eksekutif melalui inisiasi dan urutan; mentransfer
dan mengaktifkan kecepatan pemrosesan kognitif. Beberapa domain kognitif termasuk perhatian, memori,
kemampuan visual spasial dan fungsi eksekutif semakin ditantang ketika berjalan untuk menjaga
keseimbangan dan mencegah jatuh. Pasien diminta melakukan TUG, diinstruksikan untuk bangkit dari
kursi tanpa lengan (tinggi 46cm), berjalan 3 meter dan berbalik pada penempatan cone, berjalan mundur,
dan duduk kembali. Mereka diinstruksikan untuk berjalan dengan kecepatan normal dengan atau tanpa
alat bantu jalan dan sepatu. Waktu yang dicatat adalah saat bokong peserta diangkat dari kursi untuk
berdiri dan dihentikan saat bokong menyentuh kursi saat kembali ke posisi duduk [11]. Pemeriksaan
aktivitas fungsional menggunakan Modified Oswestry Disability Index versi bahasa Indonesia berupa alat
ukur yang berisi daftar pertanyaan atau kuesioner yang dirancang untuk memberikan informasi seberapa
besar tingkat kecacatan nyeri pinggang dalam melakukan aktivitas sehari-hari [12].

Manajemen dan Hasil


Pasien melakukan Otago Latihan Program dan Bridging Latihan selama 4 minggu. Program Latihan
Otago adalah program pelatihan ulang kekuatan dan keseimbangan berbasis rumah untuk individu yang
dirancang oleh fisioterapis. Terdiri dari 5 latihan penguatan (ekstensor lutut, fleksor lutut, abduktor pinggul,
fleksor plantar pergelangan kaki, dorsiflexor pergelangan kaki) dan 11 latihan keseimbangan (menekuk
lutut, berjalan mundur, berjalan dan berbalik, berjalan menyamping, berdiri tandem, berjalan tandem, 1
kaki berdiri, berjalan tumit, berjalan jinjit, berjalan mundur dengan tumit, dan duduk untuk berdiri) dengan
perkembangan dari tingkat terendah dan semakin meningkat tingkat kesulitannya seiring berjalannya
waktu [4]. Program yang diresepkan untuk pasien dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan intensitas 2
set, 10 repetisi yang terdiri dari tiga latihan keseimbangan (tandem stand, tandem walk, sit to stand) dan
dua latihan penguatan (ankle plantar fleksor; calf- mengangkat, fleksor dorsi pergelangan kaki;
mengangkat jari kaki). Latihan penguatan inti sangat membantu untuk latihan penguatan otot, latihan
sendi, dan latihan keseimbangan, karena membantu meningkatkan kelenturan dan stabilitas [6]. Latihan
ini sering digunakan untuk stabilisasi lumbopelvis pada pasien LBP. Latihan ini berfokus pada melatih
kembali pola koordinasi otot dimana rasio optimal antara aktivitas otot penstabil segmental lokal dan
global yang menghasilkan torsi dianggap penting. Pasien diinstruksikan untuk berkontraksi dengan otot
abdominis transversal, multifidus, dan dasar panggul untuk melakukan posisi bridging. Posisi pada saat
latihan bridging, subjek dalam posisi terlentang, kemudian mengangkat panggul hingga dihasilkan sudut
fleksi pinggul nol derajat [13]. Posisi ini dilakukan dengan frekuensi 5 kali seminggu dengan intensitas 2
set, 10 repetisi [6]. Hasil pengukuran VAS dari terapi pertama hingga keempat.

Frekuensi nyeri pada T1 dengan nyeri saat istirahat: 3,5, nyeri pada palpasi: 5,8, nyeri saat bergerak: 4,8.
Pada T2 nyeri saat istirahat: 3,3, nyeri pada palpasi: 5,4, nyeri saat bergerak: 4,7. Pada T3 terjadi
peningkatan frekuensi nyeri karena kadar asam urat pasien meningkat dan mempengaruhi mobilitas
berjalan pasien dengan nyeri saat istirahat: 3,7, nyeri pada palpasi: 4,3, nyeri saat bergerak: 6,6. Pada
T4 dengan nyeri saat istirahat: 3.2, nyeri pada palpasi: 4, nyeri saat bergerak: 4.2. Pada pemeriksaan
awal BBS, hasil pemeriksaan dengan skor 30 menunjukkan pasien mempunyai risiko tinggi terjatuh dan
belum mampu melakukan single leg stand point karena takut terjatuh. Pada T4 dilakukan pemeriksaan
BBS dan terjadi peningkatan skor hasil menjadi 34 dan mampu melakukan single leg stand walaupun
dalam waktu singkat. Hasil pemeriksaan awal Chair Stand 30 detik, pasien hanya mampu berdiri
sebanyak 8 kali selama 30 detik dengan batas skor usia 70-74 (laki-laki) adalah 12 berdiri. Pada T4
pasien mampu melakukan berdiri sebanyak 11 kali selama 30 detik yang menunjukkan adanya
peningkatan kekuatan ekstremitas bawah.
Pemeriksaan TUG awal dengan hasil 13,54 detik dengan cut-off score >13,5 detik menunjukkan pasien
dapat mempunyai risiko terjatuh di kemudian hari. Pada T4 hasil TUG menurun menjadi 11,26 detik yang
menunjukkan adanya peningkatan mobilitas, keseimbangan, kemampuan berjalan dan penurunan risiko
terjatuh pada pasien. Pemeriksaan aktivitas fungsional dengan ODI termodifikasi memperoleh skor 34%
dengan interpretasi pasien mengalami disabilitas sedang. Di T4

380
Machine Translated by Google

dilakukan pemeriksaan ulang dengan hasil 30% menunjukkan peningkatan kemampuan fungsional
terutama saat berjalan dan melakukan aktivitas kehidupan sosial.

Pembahasan
Pasien mempunyai riwayat nyeri pinggang yang menyebabkan perubahan keseimbangan dan kontrol
postural akibat kompensasi perubahan postur dan pola aktivasi otot sebagai strategi untuk membatasi
pergerakan tulang belakang dan menghindari gerakan yang memicu nyeri. Dengan demikian, pasien
mempunyai goyangan postural yang lebih tinggi dan perpindahan pusat tekanan yang lebih besar [1]
Hingga 70% orang yang baru saja jatuh dan hingga 40% dari mereka yang belum pernah melaporkan
terjatuh mengaku takut terjatuh. Kondisi psikologis pasien juga takut terjatuh padahal sebelumnya belum
pernah terjatuh sehingga mengakibatkan berkurangnya aktivitas fisik dan fungsional yang berhubungan
dengan stres dan ketakutan terjatuh. Memiliki empat atau lebih obat juga terlibat dalam fobia yang
berhubungan dengan terjatuh. Hingga 50% dari mereka yang takut terjatuh membatasi atau mengecualikan
aktivitas sosial atau fisik karena ketakutan ini [2].
Para peneliti fokus menyelidiki penyebab jatuh pada orang lanjut usia. Keseimbangan dinamis dan
kekuatan otot tungkai mempunyai hubungan yang erat dengan risiko jatuh [3]. Keseimbangan dapat
terpengaruh secara negatif pada populasi normal melalui kelelahan pada otot di sekitar pergelangan kaki,
lutut, dan pinggul. Penelitian menemukan, kelelahan otot di sekitar pinggul (glutes dan ekstensor lumbal)
dan lutut berpengaruh lebih besar terhadap stabilitas postur (goyangan). Kelelahan otot diperkirakan
menyebabkan penurunan kemampuan berkontraksi dengan jumlah kekuatan atau akurasi yang tepat.
Akibatnya, proprioception dan umpan balik kinestetik dari sendi diubah sehingga kesadaran sendi dapat
terpengaruh secara negatif. [14] Agar lansia dapat menikmati hidup sehat dan terbebas dari kekhawatiran
akan kecelakaan yang mengakibatkan memar seperti terjatuh. , mereka membutuhkan kekuatan otot dan
keterampilan keseimbangan yang baik [6]. Perancang Program Latihan Otago berfokus pada peningkatan
kekuatan ekstremitas bawah yang biasanya berkurang seiring bertambahnya usia. Latihan berbasis rumah
yang dirancang khusus yang terdiri dari latihan penguatan dan keseimbangan menargetkan dan
meningkatkan hasil keseimbangan dinamis pada lansia. Program yang ditentukan dimaksudkan agar aman
bagi lansia untuk dilakukan setiap hari tanpa pengawasan profesional [3].

Studi lain menemukan bahwa olahraga teratur, latihan penguatan otot pinggang, dan latihan keseimbangan
efektif dalam mencegah cedera pada lansia dan meningkatkan fungsi sistem sensorik-motorik yang
diperlukan untuk menjaga keamanan tubuh. Latihan penguatan inti berupa Bridging Latihan dapat
mengembalikan fungsi kontrol postur tubuh dan meningkatkan rentang gerak serta dianggap sebagai
latihan yang tepat untuk lansia. Latihan bridging juga efektif untuk stabilisasi lumbal dan melatih kontrol
motorik, sehingga banyak digunakan sebagai latihan kunci untuk menjaga keseimbangan tubuh [6].
Berdasarkan hasil penilaian ulang pemeriksaan BBS, Chair Stand 30 detik, TUG Test, dan ODI modifikasi
versi Indonesia, terlihat adanya peningkatan keseimbangan dan kekuatan otot ekstremitas bawah serta
peningkatan aktivitas fungsional. pada pasien dan mungkin terkait dengan efek program latihan yang
ditentukan dalam penelitian ini.

Kesimpulan
Program fisioterapi pada lansia berisiko jatuh dengan menggunakan Otago Latihan Program dan
Bridging Latihan dapat meningkatkan keseimbangan dan kekuatan otot pada ekstremitas bawah serta
meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada individu lanjut usia.

Referensi

381
Machine Translated by Google

1. Rosa, NMB, Queiroz, BZ, Lopes, RA, Sampaio, NR, Pereira, DS, & Pereira, LSM (2016).
Risiko jatuh pada lansia di Brazil dengan dan tanpa nyeri punggung bawah dinilai
menggunakan penilaian profil fisiologis: studi Bace.
Jurnal Fisika Brasil 20(6), 502–509. Terapi,
https://doi.org/10.1590/bjpt-rbf.2014.0183

2. Y., Dionyssiotis. (2012). Menganalisis masalah jatuh pada lansia.


Jurnal Internasional Kedokteran Umum, 805–813.

3. Almarzouki, R., Bains, G., Lohman, E., Bradley, B., Nelson, T., Alqabbani, S., …
Daher, N. (2020). Peningkatan keseimbangan pada orang dewasa paruh baya setelah 8
minggu menjalani versi modifikasi dari Program Latihan Otago: Uji coba terkontrol secara acak.
PLoS SATU, 15(7 Juli), 1–13. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0235734

4. Liu-Ambrose, T., Davis, JC, Terbaik, JR, Dian, L., Madden, K., Cook, W., … Khan,
KM (2019). Pengaruh Program Latihan di Rumah terhadap Kejatuhan Berikutnya
pada Lansia Berisiko Tinggi yang Tinggal di Komunitas setelah Jatuh: Uji
Klinis Acak. JAMA - Jurnal Asosiasi Medis Amerika, 321(21), 2092–2100.
https://doi.org/10.1001/jama.2019.5795

5. Jaber H, Lohman E, Daher N, Bains G, Nagaraj A, Mayekar P, dkk. Kontrol neuromuskular


pergelangan kaki dan pinggul selama kinerja tes keseimbangan perjalanan bintang
pada subjek dengan dan tanpa ketidakstabilan pergelangan kaki kronis. Tolong satu.
2018; 13(8):e0201479. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0201479

6.Kang, KY (2015). Pengaruh pelatihan stabilitas otot inti terhadap beban


distribusi dan stabilitas lansia. Jurnal Ilmu Terapi Fisik, 27(10), 3163–3165. https://
doi.org/10.1589/jpts.27.3163

7. Yoo, IG, & Yoo, WG (2012). Efek latihan jembatan yang berbeda untuk lansia pada otot
batang dan gluteal. Jurnal Ilmu Terapi Fisik, 24(4), 319–
320.https ://doi.org/10.1589/jpts.24.319

8. Buchmuller, A., Navez, M., Milletre-Bernardin, M., Pouplin, S., Presles, E., Lantéri-Minet,
M.,… Kelompok Uji Coba Lombotens. (2012). Nilai TENS untuk meredakan nyeri
pinggang kronis dengan atau tanpa nyeri radikuler. Jurnal Nyeri Eropa (London,
Inggris), 16(5), 656–665. https://doi.org/10.1002/j.1532-
2149.2011.00061.x

9. Lima, CA, Ricci, NA, Nogueira, EC, & Perracini, MR (2018). Berg
Balance Scale sebagai alat skrining klinis untuk memprediksi risiko jatuh pada
lansia: tinjauan sistematis. Fisioterapi, 104(4), 383–
394. https://doi.org/10.1016/j.physio.2018.02.002

10. Millor, N., Lecumberri, P., Gómez, M., Martínez-Ramírez, A., & Izquierdo, M.
(2013). Evaluasi tes berdiri kursi selama 30 detik pada orang dewasa yang
lebih tua: Deteksi kelemahan berdasarkan parameter kinematik dari satu unit inersia.
Jurnal NeuroEngineering dan Rehabilitasi, 10(1), 1–9.

382
Machine Translated by Google

https://doi.org/10.1186/1743-0003-10-86

11. Ibrahim, A., Singh, DKA, & Shahar, S. (2017). Tes 'Timed Up and Go': Usia, jenis kelamin, dan
gangguan kognitif mengelompokkan nilai-nilai normatif orang dewasa yang lebih tua.
PLoS SATU, 12(10), 1–14. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0185641

12. Wahyudin. (2016). Adaptasi Lintas Budaya Modifikasi Kuesioner Disabilitas Untuk Nyeri Punggung
Bawah ( Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire / Odi ) Versi
Indonesia. Jurnal Fisioterapi, 1(mei), 5–7.

13. Kang, H. (2012). Perbandingan aktivitas otot trunkus saat latihan bridging menggunakan sling
pada pasien nyeri punggung bawah. Jurnal Ilmu Olah Raga dan Kedokteran, 11(3),
S.510-515.

14. Manohare, A., & Hande, D. (2019). Pengaruh Program Latihan Otago 6 minggu terhadap
keseimbangan pada orang dewasa yang lebih tua. Jurnal Internasional Penelitian Lanjutan
Saat Ini, 8(03), 17784–17788.

383

Anda mungkin juga menyukai