Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

GUIDELINE TIDIER
PENCEGAHAN RESIKO JATUH PADA LANSIA BERBASIS KOMUNITAS

Disusun Oleh:

Komang Yudi Megantika J130195142

Yonisa Zulfikar Achmad J130195062

STASE KOMUNITAS DI PUSKESMAS BAKI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


No. Item Details
Item
1. Brief Pencegahan Resiko Jatuh Pada Lansia Berbasis
Name Komunitas
2. Why Keseimbangan merupakan penyebab utama yang
sering mengakibatkan seorang lansia mudah
jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan
motorik yang dihasilkan dari beberapa faktor,
diantaranya input sensorik dan kekuatan otot.
Keseimbangan juga bisa dianggap sebagai
penampilan yang tergantung atas aktivitas atau
latihan yang terus menerus dilakukan (Darmojo,
2014).
Pada lansia yang memiliki banyak penurunan
pada fisiologis tubuh, terutama yang
berpengaruh pada pengontrol keseimbangan
seperti penurunan kekuatan otot, perubahan
posture, kadar lemak yang menumpuk pada
daerah tertentu, penurunan
propioseption, penurunan visual. Jika hal
tersebut terjadi akan terjadi control
keseimbangan yang kurang baik bagi lansia
sehingga dapat meningkatkan resiko jatuh pada
lansia (Munawwarah dan Nindya, 2015).
Gangguan keseimbangan dinamis merupakan hal
yang sering terjadi pada lansia, jika
keseimbangan dinamis lansia tidak dikontrol,
maka akan dapat meningkatkan resiko jatuh.
31% - 48% lansia jatuh karena gangguan
keseimbangan, dapat diestimasikan 1% lansia
yang jatuh akan mengalami fraktur kolum
femoris, 5 % akan mengalami fraktur tulang lain
seperti iga, humerus, pelvis, dan lain-lain, 5%
akan mengalami perlukaan jaringan lunak
(Kusnanto, 2010).
Salah satu solusi untuk mengatasi dan mencegah
adanya gangguan keseimbangan ini adalah upaya
pemberian latihan, salah satunya adalah balance
exercise. Disampaikan oleh Nyman tahun 2007
bahwa latihan balance exercise adalah suatu
aktivitas fisik yang dilakukan untuk
meningkatkan kestabilan tubuh dengan cara
meningkatkan kekuatan otot anggota gerak
bawah. Sedangkan Madureira (2006),
mengungkapkan bahwa latihan keseimbangan
sangat efektif untuk meningkatkan
keseimbangan fungsional dan statis serta
mobilitas lansia. Latihan keseimbangan ini juga
akan menurunkan frekuensi jatuh pada lansia,
bila dilakukan dengan frekuensi optimal 3 kali
dalam seminggu selama 5 minggu. Melihat hal
di atas sangat menarik untuk mengatahui lebih
lanjut fenomena yang terjadi pada keseimbangan
postural lansia setelah diberikan balance
exercise.

3. What Pelaksanaan :
(Material) a. Balance exercise
Balance Exercise adalah aktifitas fisik
yang dilakukan untuk meningkatkan
kestabilan tubuh dengan meningkatkan
kekuatan otot ekstremitas bawah (Glenn,
2007).
Balance Exercise bemanfaat untuk
meningkatkan keseimbangan postural
(Nyman, 2007). Balance Exercise juga
bermanfaat untuk menurunkan terjadinya
resiko jatuh pada lansia. Balance
Exercise memberikan efek peningkatan
kekuatan otot ekstremitas bawah (Glenn,
2007). Olahraga/latihan yang melibatkan
kontraksi otot dapat meningkatkan
kekuatan otot hingga lebih dari 100 %.
Penurunan ukuran dan kekuatan otot
pada lansia akibat degenerasi dapat
dikurangi dengan latihan/olahraga
teratur. Penelitian menunjukkan bahwa
Exercise dapat meningkatkan kekuatan
otot (Tilarso, 2008).
b. Senam Lansia
Senam lansia sendiri adalah serangkaian
gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lansia
yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional.
Penerapan latihan fisik melalui aktifitas
olahraga berupa Senam Sehat Indonesia
bagi lansia akan membantu menjaga serta
mem-biasakan otot dan sendi agar tetap
bergerak, karena dengan bergerak secara
tidak langsung akan menjaga otot dan
sendi agar tidak mengalami penurunan
fungsi yang akan berdampak pada
penurunan kemampuannya dalam
menunjang mobilitas lansia. Senam
lansia terdiri dari berbagai macam
gerakan, tidak hanya terfokus pada satu
gerakan saja, hal ini membuat seluruh
fungsi tubuh lansia menjadi terlatih dan
secara tidak langsung akan menjaga
fungsi tubuhnya agar dapat bekerja
secara maksimal. Menurut penelitian
yang dilakukan Sumantarsih, senam
lansia dapat meningkatkan kekuatan otot
dan daya tahan otot. Meskipun senam
lansia memberikan banyak manfaat bagi
tubuh lansia, akan tetapi pelatihan senam
lansia saja tidak cukup karena menurut
Budiharjo fokusnya utama pada kekuatan
tulang, melibatkan otot-otot besar
sehingga latihannya ditambah beberapa
bentuk permainan-permainan untuk
meningkatkan koordinasi keseimbangan
dan kelenturan
Pengukuran :
a. Time Up and Go test
Time Up and Go test adalah salah satu
pengukuran untuk menguji
keterampilan mobilitas dasar dari
orang tua yang lemah atau lansia yang
berusia 60-90 tahun. Tes ini juga
dapat digunakan untuk keluhan orang-
orang dengan radang sendi, stroke,
dan vertigo.
b. Metode single leg stance test ini
merupakan suatu pengukuran atau tes
untuk memperoleh
ketidakseimbangan fungsional dari
otot – otot extremitas bawah. Tes ini
di lakukan dengan berdiri satu kaki.
Berfungsi untuk menilai kemampuan
dalam menyeimbangkan tubuh
terutama pada bagian ankle. Peralatan
yang dibutuhkan dalam test ini adalah
bidang datar, stopwatch. Untuk
melakukan pengukuran single leg test
ini terdapat beberapa faktor penting
yang harus diperhatikan seperti
adanya gemetar atau shaking pada
tungkai dan sample jatuh karena tidak
dapat mempertahankan
keseimbangannya (Johnson BL,
Nelson JK. 2008)
4. What 1. Plantar flexion
(Procedure) 1) Berdiri tegak dengan salah satu

tangan berpegangan pada kursi.

2) Perlahan angkat tumit ke atas

(berdiri dengan ujung kaki).

3) Pertahankan posisi.
4) Kembalikan kaki pada posisi

semula.

5) Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

2. Hip flexion

1) Berdirir tegak dengan salah satu

tangan berpegangan pada kursi.

2) Angkat lutut kanan ke atas tanpa

menggerakkan atau menekuk

pinggang.

3) Pertahankan posisi.

4) Perlahan turunkan lutut dan

kembali ke posisi semula.

5) Ulangi dengan menggunakan lutut

kiri.

6) Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

3. Hip extention

1) Berdiri

dengan jarak ± 30 cm dari kursi.

2) Perlahan

gerakkan kaki kanan kearah

belakang (sampai pinggang dalam

keadaan lurus).

3) Pertahanka

n posisi.
4) Perlahan

kembalikan kaki pada posisi

semula.

5) Ulangi

dengan menggunakan kaki kiri.

6) Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

4. Knee flexion

1) Berdiri

tegak dengan salah satu tangan

berpegangan pada kursi.

2) Perlahan

tekuk lutut kanan kearah belakang

sehingga kaki kanan terangkat

dibelakang tubuh.

3) Pertahanka

n posisi.

4) Perlahan

kembalikan kaki kanan pada posisi

semula.

5) Ulangi

dengan menggunakan kaki kiri.

6) Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.

5. Side leg raise

1) Berdiri

tegak dengan salah satu tangan


berpegangan pada kursi.

2) Perlahan

angkat kaki kanan kearah samping

(sampai pinggang dalam keadaan

lurus).

3) Pertahanka

n posisi.

4) Perlahan

kembalikan kaki kanan pada posisi

semula.

5) Ulangi

dengan menggunakan kaki kiri

6) Gerakan

dilakukan sebanyak 10 x.

A. Prosedur Senam Lansia


1. Mengangkat Lengan

Gerakan ini dapat melatih kekuatan otot bisep


yang terletak di bagian depan lengan atas.
Langkahnya- langkahnya adalah: Pertama,
berdiri tegak dan rentangkan kaki selebar bahu.
Lalu, genggam barbel ringan atau benda apapun
yang bisa dijadikan beban untuk latihan, angkat
dengan kedua tangan menghadap ke depan.
Kemudian, ambil nafas dalam-dalam dan tekuk
kedua siku, angkat beban secara perlahan sambil
menghembuskan nafas, tahan selama beberapa
detik. Turunkan kembali lengan dengan perlahan
sambil tarik nafas. Lakukan gerakan ini
sebanyak 10 sampai 15 kali.

2. Meregangkan leher

Latihan peregangan kepala dan leher ini dapat


membuat leher lebih lentur dan lincah bergerak.
Langkahnya-langkahnya adalah: Pertama, putar
kepala ke kiri dan kanan perlahan-lahan sambil
melihat bahu. Kemudian, miringkan kepala ke
bahu kiri dan ke kanan sampai terasa sedikit
meregang. Tahan posisi ini selama 15 hingga 20
detik. Kemudian putar kepala ke arah sebaliknya
dan tahan. Lakukan gerakan ini secara berulang
hingga tiga kali.

3. Mengangkat satu kaki

Gerakan satu ini dapat melatih keseimbangan


tubuh. Langkahnya - langkahnya: Pertama,
rentangkan kedua tangan ke depan, lalu angkat
kaki kiri sejajar dengan pinggul, tahan selama
beberapa detik. Turunkan kaki kembali secara
perlahan. Ulangi gerakan ini sebanyak tiga kali
dan jangan lupa untuk melatih kaki sebelah
kanan. Latihan ini juga dapat dilakukan dengan
posisi tidur, caranya lipat satu lutut sampai dada,
regangkan kaki ke samping sejauh mungkin, lalu
ulangi gerakan pada kaki satunya. Pertahankan
kaki tetap lurus tanpa membengkokkan lutut.

Durasi latihan senam lansia adalah minimum 30-


40 menit. Sebelum melakukan senam, ada
beberapa hal yang perlu diketahui:

 Pada awal senam wajib melakukan


pemanasan dan peregangan, lalu dilanjut
dengan latihan dan jangan lupa lakukan
pendinginan dan peregangan lagi pada
akhir latihan.
 Sebelum dan sesudah senam selalu
minum air putih terlebih dahulu untuk
menggantikan keringat yang hilang.
 Senam harus selalu diawasi oleh para
pelatih, agar tidak terjadi kecelakaan atau
cedera.
 Senam dilakukan secara perlahan, jangan
terlalu cepat atau berat karena bisa
berpengaruh pada tulang belakang.
 Jika latihan dilakukan diluar ruangan,
sebaiknya waktu senam dilakukan saat
pagi atau sore hari.

B. Prosedur Time Up and Go Test

Peneliti menyiapkan 2 buah bangku dan


stopwatch untuk melakukan pengukuran waktu
yang akan di tempuh oleh seseorang atau lansia
untuk berjalan dengan jarak 3 meter. Pengukuran
waktu dalam hitungan detik agar seseorang
berdiri dari duduk di kursi, kemudian berjalan
sepanjang 3 meter, dan berbalik arah, berjalan
kembali ke kursi, dan duduk kembali. Orang
tersebut memakai alas kaki.

Gambar 2.4 : Time Up and Go test


Sumber : The X10 Knee assessment series 2019
C. Prosedur Single Leg Stance
Peneliti menyiapkan sebuah stopwacth.
Sebelum dilakukan pengukuran, sample
diberikan penjelasan mengenai tata cara
dalam pengukuran keseimbangan
menggunakan metode single leg stance
test dan sample tidak memakai alas kaki
serta tangan dipinggang. Pengukuran
keseimbangan menggunakan single leg
stance test ini dilakukan dengan cara
berdiri satu kaki yang menumpu dan
yang tidak menumpu ditekuk 90º dimana
sample harus dapat mempertahankan
keseimbangan agar tidak terjatuh. Disini
kita melihat apakah sample dapat
mempertahankan keseimbangan berdiri
dengan satu kaki atau tidak, apabila
terdapat shaking atau jatuh maka
stopwatch di hentikan.

Tabel 2.3 : Scoring Single Leg Stance


Test
Sumber : Topend Sport
5. Who Upaya promotive dan prefentif dilakukan oleh
(Provided) fisioterapis
6. How - Keseimbangan merupakan salah satu hal
penting dalam proses gerak tubuh
manuasia terutama lansia, karena pada
usia tersebut lansia mulai mengalami
perubahan dan penurunan fungsi tubuh,
baik secara fisik maupun metabolisme.
Perubahan pada tubuh lansia tersebut
mempengaruhi berkurangnya aktivitas
fisik yang dilakukan oleh seseorang,
lansia cenderung lebih banyak
menghabiskan waktu dirumah. Jika tidak
ada kegiatan di posyandu ataupun
perhimpunan lansia lainnya, bahkan
setelah lansia pensiun dari pekerjaanya
biasanya aktivitas yang di kerjakan
cenderung lebih pasif dan kurangnya
aktivitas rutinitas yang dikerjakan.
Kecenderungan lansia untuk mencari
hiburan dengan beralih mengerjakan
aktivitas apapun agar dapat membuatnya
sibuk. Kurangnya ketersediaan aktivitas
di luar rumah dan tuntutan pkerjaaan
yang harus dikerjakan kadang kala
digunakan untuk berbagai aktivitas dan
tanpa pengawasan, sehingga tidak
membantu lansia untuk meningkatkan
kemampuan motorik kasar yang dapat
dikembangkan.
- Lansia membutuhkan stimulasi
rangsangan yang datang dari lingkungan
luar individu untuk perkembangan
motorik kasar dan halus lansia. Motorik
kasar merupakan gerakan fisik yang
membutuhkan keseimbangan dan
koordinasi antar anggota tubuh, dengan
menggunakan otot-otot besar, sebagian
atau seluruh anggota tubuh.
Perkembangan motorik kasar adalah
gerak tubuh yang menggunakan otot-otot
besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan lansia itu sendiri. Sedangkan
motorik halus adalah gerak tubuh yang
menggunakan otot- otot kecil dan lebih
terarah dan terkoordinasi untuk
kemapuaan gerak lansia. Stimulasi
merupakan hal yang sangat penting
dalam ketepatan fungsi dan koordinasi
lansia yang mulai menurun. Karena
dengan memberi stimulasi secara
bertahap, terus-menerus sesuai dengan
tingkat usia lansia diyakini dapat
mengoptimalkan perkembangan
penurunan kemampuan fisik lansia.
7. Where Hasil Penelitian yang dilakukan Anggraini,
(2016) tentang “Faktor-faktor yang berhubungan
kejadian jatuh pada lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Padang” menunjukkan
lansia yang mengalami jatuh (68.4%), gangguan
gerak (51.9%), gangguan penglihatan (69.6%),
dan gangguan pendengaran (57.0%). Faktor
ekstrinsik yaitu lansia yang mempunyai alat
bantu berjalan (82.3%) dan lingkungan (50.6%).
Hasil penelitian yang dilakukan Rokhima,
(2016) tentang “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan risiko jatuh pada kejadian resiko jatuh
pada lansia di unit pelayanan primer Puskesmas
Medan Johor” menunjukkan kejadian risiko
jatuh pada lansia diperoleh hasil bahwa 46%
berisiko tinggi, 36% berisiko rendah dan 18%
tidak berisiko jatuh. Jatuh dapat mengakibatkan
komplikasi dari yang paling ringan berupa
memar dan keseleo sampai dengan patah tulang
bahkan kematian. Oleh karena itu harus dicegah
agar jatuh tidak berulang-ulang dengan cara
identifikasi faktor risiko, penilaian
keseimbangan dan gaya berjalan, serta
mengatur/mengatasi faktor situasional (Stanley
& Beare, 2012).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, khususnya
dari data sekunder Dinkes Kota Pekanbaru tahun
2017 menunjukkan bahwa wilayah kerja
Puskesmas Lima Puluh memiliki populasi lansia
yang tertinggi dan lansia yang terbanyak
mengalami penyakit kronis. Populasi lansia di
wilayah kerja Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru
adalah sebanyak 2.673 orang yang terdiri dari
1155 orang laki-laki dan 1518 orang perempuan.
Hasil wawancara dengan perawat poli lansia di
Puskesmas Lima Puluh pada tanggal 1
November 2017 mengatakan kunjungan lansia
berobat ke Puskesmas setiap hari sekitar 25
orang. Hasil wawancara dengan dengan 10 orang
lansia, 4 lansia mengatakan pernah jatuh karena
mengalami nyeri sendi, 2 lansia mengatakan
pernah jatuh karena gangguan penglihatan, 2
lansia mengatakan pernah jatuh karena
lingkungan yang tidak aman dan 2 lansia
mengatakan tidak pernah jatuh.
8. When and Latihan keseimbangan akan menghasilkan
How Much perubahan atau manfaat bagi lansia jika
dilakukan 1-3 kali seminggu (Darmojo, 2004).
Senam keseimbangan bagi lansia dapat
dilakukan 3 kali seminggu (Tilarso, 2008).
Penelitian telah membuktikan bahwa protein
kontraktil otot (aktin dan miosin) dapat di ganti
secara total sesingkat 2 minggu. Dalam
penelitian ini peneliti akan memberikan balance
exercise 3 kali seminggu selama 4 minggu
dengan durasi 15 menit. Menurut Glenn (2007)
Gerakan Balance Exercise terdiri dari 5 macam,
yaitu plantar flexion, hip flexion, hip extention,
knee flexion dan side leg raise.
9. Tailoring Balance exercise dan senam lansia ini diberikan
(Penjelasan kepada kelompok atau komunitas lansia yg
apabilan memiliki masalah keseimbangan sehingga dapat
intervensi mengurangi resiko terjadinya jatuh pada lansia
diadaptasikan) Dimana latihan ini dilakukan secara langsung
kepada kelompok lansia dan dosis yang sudah
ditentukan.

Hubungan Lingkungan dengan Risiko Jatuh pada


Lansia :
Menurut Darmojo & Martono, (2004)
lingkungan rumah yang aman untuk lanjut usia
adalah lingkungan di dalam rumah dan di luar
rumah. Lingkungan di dalam rumah meliputi
kamar mandi yaitu terdapat pegangan di daerah
kamar mandi dan mudah dicapai bila diperlukan,
permukaan lantai pancuran di kamar mandi tidak
licin, belakang kesed berlapis karet yang tidak
bisa licin, pembuangan air baik sehingga
mencegah lantai licin setelah dipakai. Kamar
tidur, dapur dan ruang tamu yaitu kesed-kesed
tidak terletak di atas karpet, perabotan diletakkan
sedemikian rupa sehingga jalan lalu lebar, tinggi
kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi lanjut
usia untuk duduk atau bangkit kursi. Tangga
yaitu terdapat ril pegangan yang kuat dikedua
sisi anak tangga, lantai anak tangga tidak licin,
barang-barang tidak diletakkan di lantai anak
tangga anak, anak tangga terbawah dan teratas
diwarnai dengan warna terang untuk menandai
awal dan akhir tangga.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan Irnawan, (2014)
dengan judul “Hubungan Antara Lingkungan
Fisik Rumah Dan Kejadian Jatuh Pada Lansia Di
Dusun Gadingsari Sanden Bantul Yogyakarta”
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
lingkungan fisik rumah dan
kejadian jatuh pada lansia dengan taraf
signifikan p value sebesar 0,002. Hasil penelitian
ini mayoritas lansia mengatakan bahwa
pencahayaan ruangan yang tidak cukup dan
penataan barang yang berantakan didalam
rumah. Sehingga, dianjurkan untuk lansia dan
keluarga dapat merapikan barang-barang
didalam rumah, meminimalisasi penggunaan
karpet yang dapat membuat jatuh, tempatkan
benda-benda yang sering dibutuhkan terjangkau
oleh tangan, ganti lampu yang lebih terang
sehingga lansia dapat pencahayaan yang sesuai.
Pemeriksaan Vital Sign
Pengertian Tekanan Darah:
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua
arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada
dinding bagian dalam jantung dan pembuluh
darah yang dihasilkan oleh darah dari sistem
sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding
pembuluh darah. Darah mengambil oksigen dari
dalam paru-paru. Darah yang mengandung
oksigen ini memasuki jantung dan kemudian
dipompakan keseluruh bagian tubuh melalui
pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh
darah yang lebih besar bercabang-cabang
menjadi pembuluh-pembuluh darah yang lebih
kecil hingga berukuran mikroskopik, yang
akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari
pembuluh-pembuluh darah yang sangat kecil
yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan
darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan
oksigen untuk menghasilkan energi yang
dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian
darah yang tidak beroksigen kembali ke jantung
melalui pembuluh darah vena, dan dipompa
kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen
lagi.
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang
dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika
darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya diukur
seperti berikut – 120 /80 mmHg. Nomor atas
(120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh
arteri akibat denyutan jantung, dan disebut
tekanan sistol. Nomor bawah (80) menunjukkan
tekanan saat jantung beristirahat di antara
pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat
yang paling baik untuk mengukur tekanan darah
adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk
atau berbaring.
Kenaikan tekanan arteri pada usia tua
biasanya dihubungkan dengan timbulnya
arteriosklerosis. Pada penyakit ini, tekanan arteri
yang terutama meningkat; pada kira-kira
sepersepuluh dari semua orang tua akhirnya
meingkat di atas 200mmHg.
Tekanan darah seseorang dapat lebih atau
kurang dari batasan normal. Jika melebihi nilai
normal, orang tersebut menderita tekanan darah
tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika kurang dari
nilai normal, orang tersebut menderita tekanan
darah rendah/hipotensi.
Standar Tekanan Darah Normal:
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah.
Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55 – 60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau menurun drastis.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam keadaan normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Dalam pasien dengan diabetes melitus atau
penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan
bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus
dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya
diberikan perawatan.

10. How well: Dimna latihan ini dilakukan oleh kelompok atau
Planned komunitas lansia sampai batas waktu yang sudah
(Kepatuhan, ditentukan.
direncanakan)

DAFTAR PUSTAKA

Andréa Gomes Moraes, Ana Cristina de David, Barbara Lopes, Emanuela de Meneses Maia,
Marcella Carolino, Oséias Guimarães de Castro, Guilherme Henrique Ramos
Lopes. 2013. Comparison of Single Leg Stance Balance Between Children and
Adult. Brazil : Congress of The International Society of Biomechanics.

American College of Rheumatology Empowering. 2015. Time Up and Go test. WHO ICF
Components: Changing and maintaining body position (d410-d429) and walking
(d450).https://www.rheumatology.org/I-AmA/Rheumatologist/Research/Clinician-
Researchers/Timed-Up-Go-TUG

Anggraini, Dita., Zulpahiyana., dan Mulyanti. (2015). Faktor Dominan Lansia Aktif Mengikuti
Kegiatan Posyandu di Dusun Ngentak. Journal Ners dan Kebidanan Indonesia. Vol . 3
No. 3 Tahun 2015. 150 – 155
Munawwarah, Muthiah. 2015. Pemberian Latihan Pada Lansia dapat Meningkatkan
Keseimbangan dan Mengurangi Resiko Jatuh Lansia . Jakarta : Jurnal Fisioterapi
Volume 15 Nomer 1.
Glenn, John. 2007. About strength/balance exercise
http://weboflife.ksc.nasa.gov/exerciseandaging/chapter4_balance.html. Diakses
tanggal 13 April 2007. Pukul 14.00.

Anda mungkin juga menyukai