Anda di halaman 1dari 45

LITERATUR REVIEW PENGARUH BALANCE EXERCISE (LATIHAN

KESEIMBANGAN) TERHADAP KESEIMBANGAN TUBUH

Dosen Pembimbing

Ns. Dian Ratna Elmagfuroh, S.Kep., M.Kes

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Departemen


Keperawatan Gerontik

Oleh
Bagus zulfana aditya arveo,
S.Kep
NIM. 2201031035

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2023
LITERATUR REVIEW JURNAL

A. Abstrak
Lansia merupakan kelompok penduduk yang usianya lebih dari 60 tahun
keatas yang mengalami proses menuadan perlu beradaptasi dengan berbagai
perubahan fungsi dan stress lingkungan akibat terjadinya penurunan
kemampuan tubuh (Setiabudhi, 2009). Penuaan dapat menyebabkan perubahan
fisiologis sistem muskuloskeletal yang bervariasi. Salah satu diantaranya
adalah perubahan struktur otot, yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut otot
(atrofi otot). Dampak perubahan morfologis pada otot ini dapat menurunkan
kekuatan otot (Pudjiastuti, 2003). Penurunan kekuatan otot ekstrimitas bawah
dapat mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, kaki tidak
dapat menapak dengan kuat dan lebih gampang goyah, keseimbangan menjadi
terganggu (Nugroho 2005; Darmojo, 2007).

Framework dalam studi ini meliputi lansia yang mengalami gangguan


keseimbangan dengan risiko jatuh. Gangguan keseimbangan tubuh lansia dapat
dikurangi dan dicegah dengan melakukan latihan fisik. Balance exercise
merupakan latihan fisik pada lansia yang dapat mengurangi dan mencegah
gangguan keseimbangan tubuh lansia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan tubuh lansia.

Penelitian yang ditelaah dalam ketiga artiekl ini semuanya


menggunakan pre post test design, untuk mengetahui latihan keseimbangan
(balance exercise) terhadap keseimbangan tubuh lansia untuk mengurangi
resiko jatuh. Penelitian yang direview sebanyak tiga jurnal semua
menggunakan desain penelitian pre eksperimen one group pre test post test.

B. Pendahuluan
Lansia adalah suatu keadaan yang pada tahap lanjut dari proses
kehidupan ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan (Murtiyani & Suidah, 2019). Proses penuaan
menyebabkan penurunan fungsi anatomi dan fisiologis tubuh manusia.
Degenerasi sensorik, sistem neuron, kognitif, muskuloskeletal serta penyakit
fisik memberikan dampak timbulnya risiko jatuh pada lansia (Rusminingsih,
Marwanti, Sawitri, & Cahyani, 2021). Jatuh adalah kejadian tiba - tiba dan
tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau duduk di lantai.
Lansia mudah jatuh karena adanya gangguan keseimbangan dan gaya
berjalan. Resiko jatuh pada lansia dapat menyebabkan komplikasi patah
tulang bahkan kematian (Rusminingsih, Marwanti, Sawitri, & Cahyani, 2021).
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan
psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah
patah tulang panggul. Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak
terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki
banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri,
pembatasan dalam aktivitas sehari - hari, falafobia atau fobia jatuh yang
akhirnya dapat menyebabkan depresi dan menarik diri (Sagala, 2017). Faktor
risiko jatuh diantaranya demensia, depresi, gaya berjalan, usia, jenis kelamin,
pengobatan, inkontinensia, lingkungan tidak aman serta gangguan
keseimbangan (Rusminingsih, Marwanti, Sawitri, & Cahyani, 2021). Salah
satu masalah kesehatan yang dialami oleh lansia adalah gangguan
keseimbangan. Upaya yang dilakukan yaitu dengan
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH pada
tahun 2010 populasi lansia adalah 7,56% dan pada tahun 2011 menjadi
7,58%. Sementara itu Sumber Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012,
memberikan gambaran proporsi lansia di Indonesia 7,6% atau sekitar 18,5 juta
orang. UN, World Population Prospect menyatakan pada tahun 2013 jumlah
lansia di Indonesia mengalami kenaikan menjadi 8,9%. Sekitar 30 - 50% dari
populasi lanjut usia (berusia 65 tahun) ke atas mengalam jatuh setiap
tahunnya. Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti
sebanyak 30 lansia atau sekitar 43,47% mengalami jatuh (Murtiyani &
Suidah, 2019).
Gangguan keseimbangan adalah ketidakmampuan lansia untuk
mempetahankan pusat gravitasi ketika dalam posisi tegak (Listyarini &
Alvita, 2018). Gangguan keseimbangan postural merupakan hal yang sering
terjadi pada lansia. Jika keseimbangan postural lansia tidak dikontrol, maka
akan dapat meningkatkan resiko jatuh. Gangguan keseimbangan postrural
menjadi salah satu penyebab terjadinya jatuh pada lanjut usia yang dapat
menyebabkan patah tulang, keseleo pada otot, perlukaan jaringan bahkan
jatuh dapat menyebabkan kematian pada lansia. Dari beberapa faktor tersebut
yang menjadi penyebab utama gangguan keseimbangan postural pada lansia
adalah faktor penuaan (Murtiyani & Suidah, 2019).
Melihat dari gangguan keseimbangan yang dialami lansia, sehingga
sangat diperlukan intervensi untuk mengatasinya. Dari keempat jurnal yang
telah direview menyebutkan bahwa pada lansia mempunyai mobilitas yang
tinggi akan meningkatkan kontrol keseimbangan fisiknya, sehingga resiko
jatuh sangat rendah. Mobilitas yang baik dapat dilakukan dengan latihan fisik.
Salah satu bentuk latihan fisik dengan latihan Balance Exercise. Latihan
Balance Exercise adalah suatu aktivitas fisik yang dilakukan untuk
meningkatkan kestabilan tubuh dengan cara meningkatkan kekuatan otot
anggota gerak bawah (Listyarini & Alvita, 2018).

C. Metode
Populasi yang digunakan oleh keempat jurnal adalah lansia yang
memiliki gangguan pada keseimbangan dan intervensi yang dipilih oleh
keempat jurnal adalah Balance Exercise. Pada keempat jurnal yang telah di
review terdapat terdapat tiga jurnal memiliki jurnal pembanding dan satu
jurnal tidak memiliki intervensi pembanding. Pada satu jurnal penelitian yang
dilakukan oleh Esri (2021) intervensi dilakukan kepada satu grub dan tidak
ada pembanding intervensi, sehingga penilaian intervensi dilakukan dengan
membandingkan sebelum dan sesudah dilakukan latihan Balance Exercise.
Pada tiga jurnal penelitian yang dilakukan oleh Anita (2018), Ronald (2017)
dan Ninik (2019) terdapat dua kelompok yaitu kelompok kontrol yang tidak
diberikan intervensi dan kelompok intervensi yang dilakukan latihan Balance
Exercise (latihan keseimbangan). Outcame yang diukur adalah keseimbangan
pada lansia. Dari empat jurnal ini disusun suatu pertanyaan berupa
bagaimanakah pengaruh Balance Exercise (latihan keseimbangan) dalam
meningkatkan keseimbangan tubuh dari seorang lansia. Pecarian jurnal
dibatasi mulai tahun 2011 sampai 2021. Keywords yang digunakan antara lain
terkait lansia, balance exercise, keseimbangan tubuh, balance training, risk of
falling. Artikel full text daan abstrak di review untuk memilih studi sesuai
dengan kriteria. Kriteria insklusi dalam review ini adalah lansia, mengalami
gangguan keseimbangan tubuh.

D. Hasil dan Pembahasan


Penelitian yang ditelaah dalam artikel ini tidak seluruhnya
menggunakan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, terdapat artikel
jurnal penelitian yang tanpa kelompok kontrol. Kelompok kontrol penelitian
yang dilakukan oleh Anita (2018), Ronald (2017) dan Ninik (2019) tidak
dilakukan intervensi dan pada kelompok intervensi diberikan Balance
Exercise (latihan keseimbangan). Untuk jurnal Esri (2021) hanya
menggunakan satu kelompok kontrol dan kelompok kontrol tersebut diberikan
intervensi hanya latihan Balance Exercise.
Intervensi yang diberikan oleh peneliti kepada responden bervariasi
mulai 2 kali seminggu selama 2 minggu, 3 kali dalam 3 minggu, 3 kali dalam
seminggu dalam kurun waktu 2 bulan, dan 3 kali seminggu selama 4 minggu.
Intervensi yang diberikan dalam waktu yang relatif lama dibutuhkan karena
outcame keseimbangan tubuh meningkat memerlukan adaptasi. Terdapat
beberapa intervensi untuk meningkatkan keseimbangan tubuh selain Balance
Exercise diantaranya adalah foward stepping.
Metode sampling yang digunakan pada Anita (2018) menggunakan
desain Experiment Research dengan rancangan One Group Pretest-Posttest
Control Design dengan menggunakan uji Wilcoxon. Pada penelitian Ronald
(2017) menggunakan Purposive Sampling. Pada penelitian ketiganya memilih
desain penelitian eksperimen dengan pendekatan pre dan post test. Pada
penelitian yang dilakukan Ronald (2017) menggunakan desain Quasy
Eksperimen dengan pendekatan Two Group Pre-Post Test Grup Control
dengan menggunakan dua uji yaitu uji Independent t test untuk melihat
perbedaan keseimbangan dan kekuatan otot sebelum dan setelah intervensi
pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dan uji Paired Sample Test
untuk menguji tingkat signifikasi pengaruh balance exercise (latihan
keseimbangan) terhadap keseimbangan dan kekuatan otot lansia dengan
resiko jatuh. Pada penelitian yang dilakukan Ninik (2019) menggunakan
desain Quasy Eksperimen dengan rancangan randomized pre test and post test
control group design dengan pendekatan simple random sampling dengan uji
Wilcoxon untuk melihat pengaruh pemberian intervensi 12 balance exercise
terhadap keseimbangan postural pada lansia. Pada penelitian yang dilakukan
Esri (2021) menggunakan One Group Pre-Post Test Design dengan
menggunakan uji Wilcoxon dengan pendekatan random sampling untuk
menguji pengaruh latihan keseimbangan terhadap risiko jatuh pada lansia
Hasil dari penelitian yang direview dari keempat artikel menunjukkan
hasil yang signifikan. Dimana parameter gangguan keseimbangan yang diukur
pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang lebih baik dari sebelum
diberikan latihan keseimbangan. Sehingga latihan keseimbangan dapat
dijadikan sebagai salah satu intervensi dalam upaya meningkatkan kestabilan
tubuh dengan cara meningkatkan kekuatan otot.
E. Implikasi Keperawatan
Penelitian yang ditelaah dalam studi menunjukkan bahwa latihan
Balance Exercise (latihan keseimbangan) dapat membantu meningkatkan
keseimbangan pada lansia sehingga dapat menurunkan resiko jatuh yang
dialami lansia. Hal ini dapat dijadikan bahan masukan bagi UPT PSTW dan
khususnya petugas yang berada di wisma agar menerapkan dan mendampingi
lansia melakukan Balance Exercise (latihan keseimbangan) guna
meningkatkan keseimbangan pada lansia. Perawat dapat bekerja sama dengan
fisioterapis untuk membantu pelaksanaan senam otak ataupun dapat
mengajarkan langsung kepada lansianya untuk mengurangi kebosanan jika
tidak melakukan kegiatan apapun. Intervensi ini dapat diperkuat dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang cara pencegahan resiko jatuh.
F. Kesimpulan
Hasil review yang dilakukan pada 3 jurnal penelitian menyimpulkan
bahwa latihan keseimbangan (balance exercise) efektif dilakukan dalam
meningkatkan keseimbangan lansia untuk menurunkan risiko jatuh. Perawat
dapat bertindak sebagai terapis yang menjamin keberlanjutan program latihan
keseimbangan (balance exercise).
G. Saran
1. Lakukan komunikasi dua arah antara lansia dan perawat, atau jika dalam
kelompok harus ada feedback agar komunikasi berjalan dengan baik, dan
mencapai tujuan yang sesuai.
2. Berikan tindakan-tindakan penunjang lain agar lansia tidak merasa bosan
saat dilakukan tindakan terapi Latihan keseimbangan (Balance Exercise).
H. Referensi
Listyarini, A. D., & Alvita, G. W. (2018). Pengaruh Balance Exercise
Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia. JIKO (Jurnal Ilmiah
Keperawatan Orthopedi) , 2 (2), 31 - 38.
Murtiyani, N., & Suidah, H. (2019). Pengaruh Pemberian Intervensi 12
Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Postural Pada Lansia.
Jurnal Keperawatan , 2 (1), 42 - 52.
Rusminingsih, E., Marwanti, Sawitri, E., & Cahyani, A. D. (2021). The Effect
Of Balance Exercise (Forward Stepping) On The Risk Of Falling In
The Elderly. Erecol Journal Part C: Health Sciences , 1 (1), 24 -
29.
Sagala, R. (2017). Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Dan
Kekuatan Otot Lansia Dengan Resiko Jatuh Di Puskesmas
Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah. Jurnal Ilmiah
Kohesi , 1 (2), 58 - 65.
No. Penulis, Perlakua Kontrol Sample Metode Random Hasil
Tahun n Yang diukur Temuan
1. (Listyarini & 2 kali Pada 35 lansia Quasy Tidak Keseimbangan Perlakuan>kontrol
Alvita, 2018) seminggu kelompok dengan Eksperimental tubuh
selama 2 kontrol umur 60 dengan
minggu tidak – 70 pendekatan
dilakukan tahun One Group
intervensi Pre-Post Test
Group With
Control
2. (Murtiyani & 3 kali Pada 36 lansia Quasy Iya Balance Perlakuan>kontrol
Suidah, 2019) dalam 3 kelompok dengan Eksperimental strategy
minggu kontrol umur ≥ dengan pre exercise dan 12
dan 60 tahun test - post test balance
intervensi control group exercise
diberikan design Keseimbangan
intervensi postural
3. (Rusminingsih, 3 kali Tidak ada 16 lansia Pra Iya Keseimbangan Perlakuan
Marwanti, dalam kelompok dengan Eksperimen tubuh dan
Sawitri, & seminggu kontrol umur ≥ dengan One resiko jatuh
Cahyani, dalam 65 tahun Group
2021) kurun Pretest-
waktu 2 Posttest
bulan Design
4. (Sagala, 2017) 3 kali Pada 27 lansia Quasy Iya Keseimbangan Perlakuan>kontrol
seminggu kelompok dengan Eksperimental tubuh dan
selama 4 kontrol umur ≥ dengan kekuatan otot
minggu dilakukan 60 tahun pendekatan
senam Two Group
lansia Pre-Post Test
Group With
Control
LAMPIRAN
JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 2 No. 2 (2018) 31

Volume. 2 Nomor. 2
Periode: Juli – Desember 2018; hal. 31-38
p-ISSN : 2580-1112; e-ISSN : 2655-6669
Copyrighr @2018 Jurnal Ilmiah Keperawatan
Penulis memiliki hak cipta atas artikel ini Orthopedi (JIKO)
journal homepage:
https://ejournal.akperfatmawati.ac.id

Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia


di Desa Singocandi Kabupaten Kudus
Anita Dyah Listyarini1, Galia Wardha Alvita2
Bidang Keperawatan Komunitas PSIK STIKES Cendekia Utama Kudus

Abstrak
Proses menua merupakan proses alami yang dapat terjadi pada manusia. Penuaan
dapat menyebabkan perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal yang bervariasi. Salah
satu diantaranya adalah perubahan struktur otot, yaitu penurunan jumlah dan ukuran
serabut otot (atrofi otot). Dampak perubahan morfologis pada otot ini dapat menurunkan
kekuatan otot sehingga dapat menganggu keseimbangan tubuh lansia. Gangguan
keseimbangan tubuh lansia dapat dikurangi dan dicegah dengan melakukan latihan fisik.
Balance exercise merupakan latihan fisik pada lansia yang dapat mengurangi dan
mencegah gangguan keseimbangan tubuh lansia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan tubuh lansia. Jenis penelitian ini adalah
experiment research dengan rancangan One group Pretest-Postest With Control Design.
Jumlah sampel 70 responden dengan 35 sampel kelompok intervensi dan 35 sampel
kelompok control (non intervensi) pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis penelitian ini menggunakan
UjiWilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh balance exercise terhadap
keseimbangan tubuh lansia pada kelompok eksperimen dan tidak adanya pengaruh
keseimbangan tubuh lansia pada kelompok non eksperimen karena pada kelompok non
eksperimen ini tidak diberikan intervensi dengan p value kelompok eksperimen = 0,000 (P
< 0.05) dan kelompok non eksperimen p-value 0.317 (p> 0,05). Kesimpulan penelitian ini
adalah ada pengaruh balance exercise pada kelompok eksperimen dan tidak ada pengaruh
keseimbangan tubuh dengan balance exercise pada kelompok non eksperimen di Desa
Singocandi Kudus.

Kata Kunci: Balance Exercise, Keseimbangan Tubuh, Lansia

Abstract
The process of aging is a natural process that can occur in all living things. Aging
can cause physiological changes in the musculoskeletal system including muscle structure,
such as a decrease in the number and size of muscle fibers (muscle atrophy). The impact
of morphological changes in muscle can reduce muscle strength that can disturb the
balance of the body of the elderly. Elderly body balance disorders can be reduced and
prevented by physical exercise. The purpose of this study was to analize the effect of
balance exercise toward balance body of elderly. This study usedquasy experiment design
using one group pretest-posttestwith control group. A total of 70 respondents with 35
1,2
e-mail: anitahapsoro@yahoo.co.id

Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia…..


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 2 No. 2 (2018) 32

samples of the intervention group and 35 samples of the control group (non-intervention)
were recruited using total sampling technique. The wilcoxon test was used for analyzing
data. The results revealed thatbalance exercise influence on the body balance of elderly in
the experimental group with p value = 0.000 (P <0.05)and the absence of influence on
body balance of elderly in non-experimental group (p-value 0.317). In conclusion, there
was effect of balance exercise in the experimental group and no effect in body balance on
non-experimental group in the village Singocandi Kudus.

Keywords :Balance Exercise, Balance The Body, The Elderly


Pendahuluan latihan fisik yang berguna untuk menjaga
Lansia merupakan kelompok agar fungsi sendi-sendi dan postur tubuh
penduduk yang usianya lebih dari 60 tetap baik. Latihan dilakukan secara
tahun keatas yang mengalami proses bertahap, disesuaikan dengan
menuadan perlu beradaptasi dengan kemampuan lansia (Siburian, 2006).
berbagai perubahan fungsi dan stress Salah satu bentuk latihan fisik adalah
lingkungan akibat terjadinya penurunan balance exercise. Disampaikan oleh
kemampuan tubuh (Setiabudhi, 2009). Nyman tahun 2007 bahwa latihan
Penuaan dapat menyebabkan perubahan balance exercise adalah suatu aktivitas
fisiologis sistem muskuloskeletal yang fisik yang dilakukan untuk meningkatkan
bervariasi. Salah satu diantaranya adalah kestabilan tubuh dengan cara
perubahan struktur otot, yaitu penurunan meningkatkan kekuatan otot anggota
jumlah dan ukuran serabut otot (atrofi gerak bawah. Hal ini diperkuat penelitian
otot). Dampak perubahan morfologis Rahayu (2013), menunjukkan bahwa
pada otot ini dapat menurunkan kekuatan setelah responden diberikan balance
otot (Pudjiastuti, 2003). Penurunan exercise2 kali dalam seminggu selama 3
kekuatan otot ekstrimitas bawah dapat minggu keseimbangan posturalnya
mengakibatkan kelambanan gerak, mengalami peningkatan dari rata-rata
langkah yang pendek, kaki tidak dapat nilai Berg Balance Scale 32 sebelum
menapak dengan kuat dan lebih gampang diberikan balance exercise menjadi 47.8
goyah, keseimbangan menjadi terganggu setelah diberikan balance exercise.
(Nugroho 2005; Darmojo, 2007). Sedangkan Madureira (2006),
Gangguan keseimbangan adalah mengungkapkan bahwa latihan
ketidakmampuan lansia untuk keseimbangan sangat efektif untuk
mempertahankan pusat gravitasi ketika meningkatkan keseimbangan fungsional
dalam posisi tegak (Suyanto, 2010). dan statis serta mobilitas lansia. Latihan
Gangguan keseimbangan postural keseimbangan ini juga akan menurunkan
merupakan hal yang sering terjadi pada frekuensi jatuh pada lansia, bila
lansia. Menurut Kane (1994) dalam dilakukan dengan frekuensi optimal 2
Suyanto (2010) jika keseimbangan kali dalam seminggu selama 3 minggu.
postural lansia tidak dikontrol, maka Berdasarkan survey pendahuluan
akan dapat meningkatkan resiko jatuh yang dilakukan peneliti di RW 3 desa
(Siburian, 2006). Gunarto (2005) Singocandi Kabupaten Kudus terdapat58
menyatakan bahwa 31% - 48% lansia lansia yang aktif dalam beraktifitas sehari
jatuh karena gangguan keseimbangan. hari adalah 35 lansia. Peneliti melakukan
Pada lansia yang mempunyai uji sampling kepada 5 lansia dengan cara
mobilitas fisik yang tinggi akan disuruh berdiri tegap selama 1 menit,
meningkatkan kontrol keseimbangan didapatkan hasil 4 lansia tidak dapat
fisiknya, sehingga resiko jatuh sangat berdiri tegap dan 1 lansia dapat berdiri
rendah (Guccione, 2004). Mobilitas yang tegap sampai satu menit. Berdasarkan
baik dapat diperoleh dengan melakukan wawancara lansia selama dirumah lebih

Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia…..


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 2 No. 2 (2018) 33

banyak istirahat dan jarang melakukan Rancangan penelitian yang


aktifitas fisik seperti ke sawah, kekebun, dilakukan adalah One group Pretest-
ke ladang dan olah raga. Hal ini yang Postest With Control Design. Dalam
menyebabkan peneliti tertarik untuk rancangan penelitian ini subyek control
melakukan penelitian tentang dan kelompok intervensi dilakukan
pengaruhbalance exercise terhadap pengukuran awal (pretest) kemudian
keseimbangan tubuh lansia di Desa kelompok intervensi dikenai perlakuan
Singocandi Kabupaten Kudus. yaitu senam keseimbangan, sedangkan
kelompok control tidak diberikan,
Metode Penelitian kemudian dilakukan pengukuran akhir
Jenis penelitian yang digunakan pada kelompok control dan kelompok
adalah Quasy-experiment (Eksperimen perlakuan (posttest).
Semu), yang tujuannya untuk mengetahui
suatu gejala atau pengaruh yang timbul, Hasil Penelitian
sebagai akibat dari adanya perlakuan Karakteristik responden
tertentu, percobaan itu berupa perlakuan Karakteristik responden berdasarkan
atau intervensi terhadap suatu variabel. jenis kelamin.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kelompok


Intervensi dan Non di Desa Singocandi Kudus (n=35)
Intervensi Non Intervensi
Variabel
Kategori F % F %
Jenis Kelamin Laki-laki 17 48.6 15 42.9
Perempuan 18 51.4 20 57.1
Total 35 100.0 35 100.0

Berdasarkan Tabel 1 sebagian besar responden berjenis


menunjukkan bahwa pada kelompok kelamin perempuan sebanyak 20 (7,2%).
intervensi responden sebagian besar Karakteristik Responden Berdasarkan
berjenis kelamin perempuansebanyak 18 Umur
(51,4%). Pada kelompok kontrol

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Kelompok Intervensi dan


Non di Singocandi Kudus (n=35)
Variabel umur Intervensi Non Intervensi
F % F %
60-65 Tahun 23 65.7 22 62.9
66-70 Tahun 12 34.3 13 37.1
Total 35 100.0 35 100.0

Berdasarkan tabel 2 dapat berusia 60-65 tahun sebanyak 22


diketahui distribusi umur dari 35 responden (62,9%).
responden di dapatkan usia responden Analisis Univariat
pada kelompok intervensi sebagian besar Keseimbangan Tubuh Lansia Sebelum
responden berusia 60 – 65 tahun dan sesudah dilakukan Balance
sebanyak 23 responden (65,7%) dan pada Exercise Pada Kelompok Intervensi
kelompok non intervensi sebagian besar

Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia…..


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 2 No. 2 (2018) 34

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Keseimbangan Tubuh Lansia Sebelum dan Sesudah Balance
Exercise di Singocandi Kudus (n=35)
Kategori Intervensi
Pre Post
F % F %
Keseimbangan Baik 8 22.9 26 74.3
Keseimbangan Cukup 24 68.6 9 25.7
Gangguan Keseimbangan 3 8.6 - -
Total 35 100 35 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sesudah intervensi balance exercise


bahwa distribusi frekuensi keseimbangan sebagian besar lansia menjadi
tubuh lansia sebelum dan sesudah keseimbangan baik sebanyak 26
dilakukan balance exercise di Posyandu responden (74,3%).
lansia “Seger Waras” didapatkan hasil Keseimbangan Tubuh Lansia Pada
sebelum intervensi sebagian besar lansia kelompok Non Intervensi (Tidak
mengalami keseimbangan tubuh cukup dilakukan balance exercise)
sebanyak 24 responden (68,6%) dan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keseimbangan Tubuh Lansia Pada kelompok Non Intervensi
di Singocandi Kudus (n=35)
Kategori Non Intervensi
Pre Post
F % F %
Keseimbangan Baik 8 22.9 10 28.6
Keseimbangan Cukup 25 71.4 24 68.6
Gangguan Keseimbangan 2 5.7 1 2.9
Total 35 100 35 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan hasil sebagian besar keseimbangan


bahwa distribusi frekuensi keseimbangan kurang sebanyak 24 responden (68,6%).
tubuh lansia pada kelompok non Analisa Bivariat
intervensi di Singocandi Kudus Analisa bivariat dalam penelitian ini
didapatkan hasil sebagian besar hasil Hasil Uji Wilcoxonpada Balance
awal adalah keseimbangan cukup Exercise terhadap keseimbangan
sebanyak 25 responden (71,4%) dan tubuh lansia Pada kelompok
tanpa dilakukan intervensi di hitang Intervensi dan Non Intervensi.
keseimbangan tubuh lansia didapatkan

Tabel 5 Balance Exercise Tterhadap Keseimbangan Tubuh Lansia Pada Kelompok


Intervensi dan Non Intervensi Desa Singocandi (n=35)
Intervensi Non Intervensi
Variabel Ranks
N p value N p value
Negative 0 6
Keseimbangan Tubuh Ranks
Lansia Sebelum dan Positive .000 .317
20 3
Sesudah dilakukan Ranks
Balance Exercise Ties 15 26
Total 35 35

Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia…..


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 2 No. 2 (2018) 35

Berdasarkan Tabel 5.6 hasil uji non intervensi dengan menggunakan uji
statistik menggunakan uji nonparametrikWilcoxon menunjukkan
nonparametrikWilcoxon pada lansia di adanya penurunan keseimbangan tubuh
Singocandi yang diberikan intervensi lansia/negatif rangking sebanyak 6
balance exercise menunjukkan adanya responden, yang mengalami peningkatan
peningkatan keseimbangan tubuh lansia/ keseimbangan tubuh lansia/positif
positif rangking sebanyak 20 responden rangking sebanyak 3 responden dan yang
dan yang tidak mengalami peningkatan tetap sebanyak 26 responden dengan p-
keseimbangan tubuh lansia atau value 0.317 (p> 0,05).
penurunan (tetap) perilaku sebanyak 15 Dari hasil tersebut dapat
responden dengan p-value 0,000 (p< disimpulkan tidak adanya pengaruh
0,05). keseimbangan tubuh lansia pada
Hal ini menunjukkan adanya kelompok non eksperimen karena pada
pengaruh yang signifikan pada kelompok non eksperimen ini tidak
pemberian intervensi balance exercise diberikan intervensi/perlakuan.
terhadap keseimbangan tubuh lansia di Hasil Man Withney pada Balance
Singocandi Kudus. Exercise terhadap keseimbangan
Hasil uji statistik kelompok non tubuh lansia Pada kelompok
intervensi untuk mengetahui perbedaan Intervensi dan Non Intervensi.
pre test non intervensi dengan post test

Tabel 7. Balance Exercise terhadap keseimbangan tubuh lansia Pada kelompok Intervensi
dan Non Intervensi Desa Singocandi Kudus (n=35)
Pre Post
Kelompok N
p-value p-value
Eksperimen 35 .400 .000
Non Eksperimen 35
Total 70 Tidak Ada Pengaruh Ada pengaruh

Hasil uji statistik untuk Sedangkan untuk mengetahui


mengetahui perbedaan pre test perbedaan post test eksperimen dengan
eksperimen dengan pre test non post test non eksperimen didapatkan p-
eksperimen dengan menggunakan uji value 0,000 (kurang dari 0,05), hal ini
nonparametric Man Withney didapatkan menunjukkan adanya pengaruh yang
p-value 0,400 (lebih dari 0,05). signifikan karena pada kelompok
Hal ini menunjukkan tidak eksperimen diberikan perlakuan berupa
adanya pengaruh yang signifikan antara balance exercise sedangkan pada
pre test eksperimen dengan pre test non kelompok non eksperimen tidak
eksperimen. diberikan perlakuan.
Posyandu Lansia “Seger Waras” RW III
Pembahasan Desa Tenggeles Mejobo Kudus.
Hasil uji statistik menggunakan Sedangkan pada kelompok
uji nonparametrikWilcoxon pada lansia control menunjukkan P-Value 0,317
di Posyandu Lansia “Seger Waras” yang artinya pada kelompok control tidak ada
diberikan intervensi balance exercise perbedaan tingkat keseimbangan pre dan
menunjukkan p-value 0,000 (p< 0,05). post tes.
Hal ini menunjukkan adanya Sedangkan hasil uji statistik
pengaruh yang signifikan pada kelompok non intervensi untuk
pemberian intervensi balance exercise mengetahui perbedaan pre test non
terhadap keseimbangan tubuh lansia di intervensi dengan post test non intervensi
dengan menggunakan uji nonparametric

Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia…..


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 2 No. 2 (2018) 36

Wilcoxon menunjukkan adanya otot merupakan komponen utama dari


penurunan keseimbangan tubuh kemampuan melangkah, berjalan dan
lansia/negatif rangking sebanyak 6 keseimbangan. Sehingga pada lansia
responden, yang mengalami peningkatan sering mengalami jatuh. (Suyanto, 2010).
keseimbangan tubuh lansia/positif Salah satu solusi untuk mengatasi
rangking sebanyak 3 responden dan yang dan mencegah adanya gangguan
tetap sebanyak 26 responden dengan p- keseimbangan ini adalah upaya
value 0.317 (p> 0,05). pemberian latihan, salah satunya adalah
Dari hasil tersebut dapat balance exercise. Disampaikan oleh
disimpulkan tidak adanya pengaruh Nyman tahun 2007 bahwa latihan
keseimbangan tubuh lansia pada balance exercise adalah suatu aktivitas
kelompok non eksperimen karena pada fisik yang dilakukan untuk meningkatkan
kelompok non eksperimen ini tidak kestabilan tubuh dengan cara
diberikan intervensi/perlakuan. meningkatkan kekuatan otot anggota
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan gerak bawah.
post test eksperimen pada uji Mann Sedangkan Madureira (2006) dan
Withney dengan post test non Skelton (2001), mengungkapkan bahwa
eksperimen didapatkan p-value 0,000 latihan keseimbangan sangat efektif
(kurang dari 0,05). untuk meningkatkan keseimbangan
Hal ini menunjukkan adanya fungsional dan statis serta mobilitas
pengaruh yang signifikan balance lansia. Latihan keseimbangan ini juga
exercise pada kekuatan otot lansia pada akan menurunkan frekuensi jatuh pada
kelompok eksperimen dan tidak ada lansia, bila dilakukan dengan frekuensi
pengaruh signifikan balance exercise optimal 2 kali dalam seminggu selama 3
pada kekuatan otot lansia pada kelompok minggu.
non eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian,
Lansia merupakan sekelompok peneliti menyimpulkan bahwa, pada
manusia yang mengalami proses menua posyandu lansia “Seger Waras” RW III
secara faali diamana terjadi penurunan Desa Tenggeles yang diberikan
semua kemampuan tubuh, salah satunya intervensi balance exercise pada lansia
terjadi penurunan fungsi sistem terjadi perubahan yang signifikan pada
muscoloskletal tubuh (Maryam, 2008). sebelum dan sesudah intervensi.
Salah satu gangguan sistem Peningkatan nilai keseimbangan
muscoloskletal tubuh lansia adalah tubuh lansia dari sebagian besar
keseimbangan tubuh lansia. sebelumnya keseimbangan cukup
Keseimbangan adalah sebanyak sebanyak 24 responden
kemampuan untuk mempertahankan (68,6%) dan sesudah intervensi balance
pusat gravitasi atas dasar dukungan, exercise sebagian besar lansia menjadi
biasanya ketika dalam posisi tegak keseimbangan baik sebanyak 26
maupun berjalan (Batson, 2009). Faktor responden (74,3%).
yang mempengaruhi keseimbangan Hal ini dikarenakan lansia
antara lain, pusat gravitasi, penyakit menjalani latihan balance exercise
tulang dan kekuatan otot (Taylor, 2004). selama 3 kali selama 3 minggu sehingga
Penurunan kekuatan otot terjadi peningkatan kekuatan otot dan
ekstrimitas bawah dapat mengakibatkan keseimbangan tubuh lansia.
kelambanan gerak, langkah yang pendek, Sedangkan pada Posyandu Lansia
kaki tidak dapat menapak dengan kuat RW II Desa Tenggeles sebagai kelompok
dan lebih gampang goyah (Darmojo, non intervensi (control) tidak dilakukan
2007). Penurunan kekuatan otot juga latihan balance exercise pada lansia,
menyebabkan terjadinya penurunan dimana tidak terjadi perubahan
mobilitas pada lansia. Karena kekuatan

Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia…..


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 2 No. 2 (2018) 37

keseimbangan tubuh lansia yang [2] Azizah, Lilik Ma’rifatul.2011.


signifikan. Keperawatan Lanjut
Hal ini terlihat pada hasil Usia.Yogyakarta: Graha Ilmu
pengukuran pre post non intervensi [3] Darmojo, R.B.& Martono, H.H.
didapatkan keseimbangan pre non 2007. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
intervensi sebanyak 25 responden Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit
(71,4%) mengalami keseimbangan FKUI.
kurang dan post non intervensi sebagian [4] Depkes RI. 2008. Pedoman
besar keseimbangan kurang sebanyak 24 Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
responden (68,6%). bagi Petugas Kesehatan. Jakarta:
Hal ini diperkuat oleh penelitian Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.
Kusnanto (2010) tentang peningkatan [5] Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus.
stabilitas posturan pada lansia dengan 2014. Data Lansia di Wilayah
latihan balance exercise didapatkan hasil Kabupaten Kudus.
bahwa lansia yang melakukan latihan [6] Gleen John. 2007. About
keseimbangan dengan balance exercise Strenght/balance exercise
lebih meningkat keseimbangannya [7] Guccione, AA. 2004. Geriatric
dibandingkan lansia yang tidak Physical Therapy. 2nd. Edition.
melakukan latihan, dengan hasil uji Philadelpia: Mosby.
statistik didapatkan p value 0,002 [8] Gunarto, S., Tohamuslim, A., &
(p<0,05). Aries, W. (2005). Pengaruh Latihan
Four Square Step terhadap
Kesimpulan Keseimbangan pada Lanjut Usia.
1. Hasil uji statistik menggunakan uji Tesis. Jakarta: FKUI.
Wilcoxon pada lansia di Posyandu [9] Guyton, Arthur C. 2002. Buku Ajar
Lansia “Seger Waras” yang diberikan Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
intervensi balance exercise didapatkan [10] Hidayat, A.Aziz. 2007. Metotelogi
nilai p-value 0,000 (p< 0,05). Hal ini Penelitian Keperawatan dan Tehnik
menunjukkan adanya pengaruh yang Analisa Data. Jakarta : Salemba
signifikan pada pemberian intervensi Medica
balance exercise terhadap [11] http://weboflife.ksc.nasa.gov/exercis
keseimbangan tubuh lansia di eandaging/chapter4_balance.html.
Posyandu Lansia “Seger Waras” RW Diakses tanggal 13 April 2007
III Desa Tenggeles Mejobo Kudus. [12] Kozier,dkk. 2010. Fundamental
2. Hasil uji statistik kelompok non Keperawatan Konsep, Proses dan
intervensi menggunakan uji Wilcoxon Praktik. Jakarta : EGC
didapatkan nilai p-value 0.317 (p> [13] Kusnanto, Indarwati, R. dan
0,05). Dari hasil tersebut dapat Mufidah, N. 2010. Peningkatan
disimpulkan tidak adanya pengaruh Stabilitas Postural Pada Lansia
keseimbangan tubuh lansia pada Melalui Balance Exercise.
kelompok non eksperimen karena http://ejournal.undip.ac.id/index.php
pada kelompok non eksperimen ini /medianers/article/viewFile/716/pdf
tidak diberikan intervensi/perlakuan. diperoleh tanggal 15 Februari 2015
[14] Maryam, R.S., dkk. 2011.Mengenal
Daftar Psutaka Usia Lanjut dan Perawatannya.
[1] Arikunto, Suharsimi. 2010. Jakarta: Salemba Medika
Prosedur Penelitian Suatu [15] Maryam, R.S., Sahar, J., &
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Nasution, Y. (2010). Pengaruh
Cipta Latihan Keseimbangan Fisik
Terhadap Keseimbangan Tubuh
Lansia Di Panti Sosial Tresna

Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia…..


JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) Vol. 2 No. 2 (2018) 38

Werdha Wilayah Pemda DKI [30] World Health Organization. (2003).


Jakarta Definition and Diagnosis of
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurna Diabetes Mellitus and Intermediate
l/2110917_2085-8930.pdf diperoleh Hyperglycemia. Geneva: WHO
tanggal 12 Februari 2015 Press
[16] Notoadmodjo, S. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
[17] Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
[18] Nugroho, W. 2005. Keperawatan
Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
[19] Nugroho, W. 2008. Gerontik dan
Geriatric. Jakarta: EGC
[20] Nursalam. 2007. Konsep dan
penerapan metodelogi penelitian
ilmu keperawatan: Pedoman skripsi,
Tesis dan Instrumen penelitian
keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
[21] Nursalam. 2008. Konsep dan
penerapan metodologi penelitian
ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
[22] Nyman. 2007. Who do I need to
improve my balance. Dari www.
Balancetraining.org.uk.
[23] Perry & Potter. 2005. Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC
[24] Perry & Potter. 2008. Fundamental
of Nursing: concepts, process and
practice. Mosby-year book inc.
[25] Pudjiastuti, SS. 2003. Fisioterapi
pada lansia. Jakarta: EGC
[26] Riwidikdo, H. 2010. Statistik
Kesehatan. Mitra Cendekia Press:
Yogyakarta.
[27] Siburian, Prima. 2006. Bagaimana
memberdayakan kemamapuan fisik
lansia.
www.waspada.co.id/cetak/index.php
?article_id=74423
[28] Sugiyono. (2010) Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Bandung.
[29] Taylor, Paul M. 2004. Mencegah
dan Mengatasi Cedera Olahraga.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia…..


JURNAL ILMIAH Vol. 1 No. 2 Juli

PENGARUH BALANCE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN DAN KEKUATAN OTOT LANSIA DENGAN RESIKO
JATUH DI PUSKESMAS
KECAMATAN KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH
Ronald Sagala
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nauli Husada Sibolga (STIKes Nauli Husada)

ABSTRACT
About 30% of elderly people in Indonesia over 65 years have experienced falling every year and half have fallen
more than once. Around 76 elderly in the working area of Puskesmas Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah
have a history of falling. One way to reduce the risk of falling by doing balance exercises regularly. This study aims to
determine the effect of balance exercise on the balance and strength of elderly muscle with the risk of falling in the work
area Puskesmas Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah.The design of this research is quasi experimental
design with two-group pre-test-post test group control design. The sample of this research is taken by purposive
sampling which fulfill the inclusion criteria. A total of 27 elderly were distributed into 2 groups: intervention group (n = 14)
and control group (n = 13). The intervention group received regular exercise balance 3 times a week for 3 weeks.The
independent t test statistical results showed significant differences in the balance between the intervention group and the
control group, but there was no significant difference in muscle strength. The result of paired test test on equilibrium is
obtained value (p = 0.003) with squared eta value (0.51) and on muscle strength (p = 0.000) with squared eta value
(0.63) which means there is influence of balance exercise to balance and strength of elderly muscle with risk fall
down.Conclusion Balance exercise regularly for 3 weeks in the elderly who risked falling in the work area Puskesmas
Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah have a significant effect on the increase of balance and strength
muscle. It is recommended for educational institution and public service to support the existence of balance exercise
program for elderly to avoid fall incident.

Keywords: Balance exercise, balance, muscle strength, elderly, risk of falling

Latar Belakang
Jumlah pertumbuhan penduduk lanjut usia di dunia semakin meningkat, hasil penelitian yang diterbitkan oleh Dana
Kependudukan Perserikatan Bangsa – Bangsa mengungkapkan jumlah lansia di seluruh dunia dapat mencapai jumlah 1
miliar orang dalam kurun 10 tahun mendatang. Prediksi untuk tahun 2020 adalah sekitar 28.8 juta jiwa atau sekitar
11.34% dari total jumlah penduduk (Sutriyanto, 2012).
Pada lansia terjadi perubahan komposisi tubuh berupa penuruna fatfree mass atau peningkatan fat mass. Pada
proses penuaan presentase massa otot menurun, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot 30-40%. Kekuatan otot
muscle strength pada lansia juga berhubungan dengan masalah keseimbangan sehingga lansia berisiko mudah terjatuh
(Herman, dkk, 2011).
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisikdan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti
dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur
pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera
fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk
ansietas, hilangnya rasa percaya diri, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh yang akhirnya
dapat menyebabkan depresi dan menarik diri (Stanley, 2016).
Prasansuk, (2004) juga menyimpulkan bahwa salah satu keuntungan atau pengaruh balannce exercise adalah untuk
meningkatkan keseimbangan postural lansia. Hasil penelitian Aristo Farabi (2007) yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi
yaitu tidak dijumpai pasien jatuh dengan waktu tes TUG kurang dari 10 detik. Hubungan yang bermakna antara waktu
tes TUG dengan frekuensi jatuh (p<0,05).
Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Juli 2016 diketahui bahwa jumlah lansia di
Kecamatan Kolang sebanyak 748 orang dengan riwayat jatuh sebanyak 76 orang. Berdasarkan latar belakang ditas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan dan
kekuatan otot lansia dengan resiko jatuh di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah.

58
JURNAL ILMIAH Vol. 1 No. 2 Juli

TINJAUAN TEORITIS

Konsep Lansia
Menurut Potter & Perry, (2006) lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita,
yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya. Menurut Stanley and Beare (2007), mendefenisikan lansia
berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik, seperti
rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi.

Konsep Resiko Jatuh


Menurut Tinetti (1988), dalam Darmojo (2011) mendefinisi jatuh sebagai kejadian yang mengakibatkan seseorang
tergeletak tanpa disengaja pada tanah atau tempat yang lebih rendah bukan sebagai akibat dari kejadian intrinsik mayor
(seperti stroke atau bencana besar. Reuben (1996), dalam Darmojo (2011) mendefinisikan jatuh sebagai suatau
kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

Balance Execise
Balance exercise adalah latihan khusus yang ditujukan untuk membantu meningkatkan kekuatan otot anggota
bawah dan untuk meningkatkan sistem vestibular / keseimbangan tubuh. Organ yang berperan dalam sistem
keseimbangan tubuh adalah balance percepsion Latihan ini sangat membantu mempertahankan tubuhnya agar stabil
sehingga mencegah terjatuh yang sering terjadi pada lansia (Jowir, 2009).

Kekuatan Otot
Menurut Janssen (20100, dalam Utomo 2010), kekuatan otot adalah merupakan kekuatan suatu otot atau group otot
yang dihasilkan untuk dapat melawan tahanan dengan usaha yang maksimum. Kekuatan otot merupakan suatu hal
penting untuk setiap orang, karena kekuatan otot merupakan suatu daya dukung gerakan dalam menyelesaikan
tugastugas.

Pengaruh Balance Exercise Terhadap keseimbangan dan kekuatan otot Lansia dengan Risiko Jatuh
Menurut Dachlan, (2009). lansia mengalami penurunan sistem muskuloskeletal. Salah satunya adalah penurunan
kekuatan otot. Kekuatan otot jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan bertambahnya usia. Penurunan
sistem muskuloskeletal pada lansia mempunyai peran yang sangat besar terhadap terjadinya jatuh pada lansia atau
dapat dikatakan bahwa faktor penurunan sistem muskuloskeletal ini murni milik lansia yang mempunyai pengaruh
terhadap keseimbangan postural.

METODELOGI PENELITIAN

Desain Peneltian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu quasi experimental design dengan rancangan two-group pre
test-post test control group design. Pada penelitian ini dilakukan eksperimen berupa pemberian perlakuan latihan
keseimbangan untuk mencegah risiko jatuh pada lansia.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian ini direncanakan adalah mulai dari bulan Februari – Juli 2017.

Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah
sebanyak 240 orang yang terdiri dari 78 laki-laki dan 163 perempuan. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan

59
JURNAL ILMIAH Vol. 1 No. 2 Juli

eksklusi adalah sebanyak 31 orang yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 16 kelompok perlakuan dan 15 kelompok
kontrol, dimana terdapat 2 orang pada kelompok perlakuan drop out karena tidak mengikuti latihan secara lengkap (<9x
pertemuan) dan pada kelompok kontrol juga ada 2 orang drop out karena aktif mengikuti senam lansai, sehingga jumlah
sampel yang tersisa sebanyak 27 orang, 14 kelompok intervensi dan 13 kelompok kontrol.

Metode Pengumpulan Data


Skrining dan pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan angket/kuesioner dan alat ukur
yang akan digunakan untuk mengukur risiko jatuh dari subyek menggunakan Fall Risk for Older People – Community
setting (FROP-Com) yang sudah dimodifikasi dan jumlah sampel yang di skrining sebanyak 40 responden. Alat ukur ini
awalnya digunakan untuk lansia di rumah sakit (the Fall Risk for Hospitalised Older People – the FRHOP) (Rahayu,
2013).

Tehnik Pengolahan Data


1) Memeriksa data (Editing)
Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan
data diperbaiki dan dilakukan observasi ulang kepada responden.
2) Memberi kode (Coding)
Data yang telah diediting dirubah kedalam bentuk angka (kode). Nama responden dirubah menjadi nomor
responden 01, 02,... dst. Menyusun data (Tabulating)
Untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi.
3) Memberi penilaian (Skoring) Pada langkah ini peneliti melakukan perhitungan atau pemberikan skor pada setiap
responden.

Tehnik Analisa Data


uji statistik dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji Independent t test untuk melihat perbedaan keseimbangan
dan kekuatan otot sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi . Uji paired sample
test untuk menguji tingkat signifikasi pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan dan kekuatan otot lansia
dengan risiko jatuh di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah dan nilai eta squared
untuk menilai effect size.

Pertimbagan Etik
penelitian dilaksanakan dengan menekankan pada masalah etika yang mengacu pada The American Assosiation
for Public Opinion Research ( AAPOR ) yang disadur dari Rachman, (2009) yang meliputi:
Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent), Anonimity (Tanpa Nama), Confidentiality (Kerahasiaan)

HASIL PENELITIAN

Analisa Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skala Keseimbangan Sebelum dan Setelah balance exercise Pada
Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kolang Kabupaten
Tapanuli Tengah
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Skala Keseimbangan
f % f %
Pre Resiko jatuh tinggi 2 14.3 1 7.7
Resiko jatuh menengah 10 71.4 5 38.5
Resiko jatuh rendah 2 14.3 7 53.8
Post Resiko jatuh tinggi 0 0 1 7.7
Resiko jatuh menengah 2 14.3 8 61.5
Resiko jatuh rendah 12 85.7 4 30.8
Sumber: Data Primer, 2017

60
JURNAL ILMIAH Vol. 1 No. 2 Juli

Berdasarkan tabel 4.1.5 diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan balance exercise, lebih dari setengah
responden (71,4%), risiko jatuh menengah pada kelompok intervensi (71,4%), namun untuk kelompok kontrol setengah
responden (53,8%) berada pada kategori risiko jatuh rendah. Setelah dilakukan balance exercise menunjukkan
sebagian besar responden (85,7%) berada pada kategori risiko jatuh menengah, namun pada kelompok kontrol lebih
dari setengah responden (61,5%) berada pada kategori risiko jatuh menengah.

Tabel 4.1.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kekuatan Otot Sebelum dan Setelah balance exercise Pada
Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kolang Kabupaten
Tapanuli Tengah
Kekuatan Kelompo Kekuatan Kelompok
otot intervens otot kontrol
kurang f % kurang f %
(< 65 kg ) (<65 kg)
Pre >32 kg 2 14.3 >38 kg 1 7.7
22-32 kg 9 64.3 20-38kg 12 92.3
<22 kg 3 21.4 <20 kg 0 0
Post >32 kg 5 35.7 >38 kg 1 7.7
22-32 kg 9 64.3 20-38kg 12 92.3
<22 kg 0 0 <20 kg 0 0
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.1.6 diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan balance exercise, semua responden
menunjukkan kekuatan otot kurang tetapi skornya berbeda, dimana pada kelompok intervensi lebih dari setengah
responden (64,3%) berada pada skor 22-32 kg, namun pada kelompok kontrol hampir seluruh responden (92,3%)
berada pada kategori 20-38 kg. Setelah dilakukan balance exercise menunjukkan bahwa semua responden tetap
menunjukkan kekuatan otot kurang tetapi skornya berbeda, dimana pada kelompok intervensi skornya meningkat yaitu
lebih dari setengah responden (64,3%) berada pada kategori 22-32 kg, namun pada kelompok kontrol hampir seluruh
responden (92,3%) berada pada kategori 20-38 kg.

Analisa Bivariat

Tabel 4.3 Analisis Rerata Hasil Uji Paired Sampel Test Perubahan kekuatan otot Pada Kelompok Intervensi Dan
Kelompok Kontrol di Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah
Pengamatan Intervensi P Eta square Kontrol p
Kekuatan Otot Rerata (SD) Rerata (SD)
Pre 26.643(5.440) 0.000 0.63 29.31(9.326) 0.467

Post 32.179 (8.898) 28.54(10.738)

N 14 13
Sumber: Data Primer: 2013 p:probability dengan uji paired dample test.

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi didapatkan hasil yang bermakna dimana nilai
p=0,000 < 0,05 dengan demikian Ha diterima dan eta square diperoleh hasil 0,63 (strong effect). Sedangkan pada
kelompok kontrol didapatkan hasil yang tidak bermakna dimana nilai p=0,467 > 0,05 dengan demikian Ha, hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh balance exercise terhadap kekuatan otot.

PEMBAHASAN

Pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan dengan risiko jatuh Hasil uji t-test didapatkan perbedaan
perubahan keseimbangan sebelum dan setelah diberikan balance exercise secara teratur pada kelompok intervensi

61
JURNAL ILMIAH Vol. 1 No. 2 Juli

terdapat peningkatan rerata keseimbangan sebanyak -9,429 (eta squared=0,51) dengan nilai p=0,003. Hal ini
menunjukkan ada pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan. Penurunan sistem muskuloskeletal pada lansia
mempunyai peran yang sangat besar terhadap teterjadinya jatuh pada atau dapat dikatakan bahwa faktor penurunan
sistem muskuloskeletal ini murni milik lansia yang mempunyai pengaruh terhadap keseimbangan postural. Atrofi otot
yang terjdadi pada lansia menyebabkan penurunan kekuatan otot, terutama otot-otot ekstrimitas bawah. Kelemahan otot
eksterimitas bawah ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan postural. Hal ini dapat mengakibatkan kelambanan
bergerak, langkah pendek-pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung tampak
goyah, susah atau terlambat mengantisispasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset dan tersandung. Beberapa
indikator ini dapat meningkatkan risiko jatuh pada lansia (Darmojo 2011). Maka yang perlu diperhatikan adalah
pengawasan dan penjagaan yang optimal tehadap lansia yang secara alami sudah mengalami penurunan sistem
muskuloskeletal (Hadhisuyatmana, 2012). Hal ini sesuai dengan pendapat King (2009) bahwa latihan kekuatan akan
meningkatakan keseimbangan dan keterlambatan kecepatan kontraksi yang mengarah pada perbaikan keseimbangan
setelah dilakukan latihan kekuatan. Pendapat ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kaesler (dikutip dalam Kloos,
2007) bahwa balance exercise merupakan serangkaian gerak yang dirancang untuk meningkatkan keseimbangan
postural, baik untuk keseimbangan statis maupun keseimbangan dinamis. Pada saat dilakukan serangkaian gerakan ini
ada suatu proses di otak, yang disebut dengan central compensation, yaitu otak akan berusaha menyesuaikan adanya
perubahan sinyal sebagai akibat dari rangkaian gerakan ini untuk beradaptasi. Penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan Rahayu (2013) yang bertujuan untuk mengamati fenomena pemberian balance exercise dalam
meningkatkan keseimbangan postural lanjut usia, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 5 responden wanita lansia
setelah diberikan balance exercise menunjukkan fenomena bahwa keseimbangan posturalnya mengalami peningkatan
rata-rata nilai berg balance scale 32 sebelum diberikan balance exercise menjadi 47,8 setelah diberikan balance
exercise. Dari penelitian yang dilakukan Dharmika (2007) bahwa latihan stabilitas postural memperbaiki keseimbangan
tubuh pada pasien polineuropati diabetik anggota gerak bawah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Gambaran keseimbangan lansia sebelum melakukan balance exercise pada kelompok intervensi menunjukkan lebih
dari setengah responden (71,4%) berada pada kategori risiko jatuh menengah. Pada kelompok kontrol setengah
responden (53,8%) berada pada kategori risiko jatuh rendah.
2. Gambaran keseimbangan lansia setelah melakukan balance exercise pada kelompok intervensi menunjukkan
sebagian besar responden (85,7%) berada pada kategori risiko jatuh rendah. Pada kelompok kontrol lebih dari
setengah responden (61,5%) berada pada kategori risiko jatuh menengah.
3. Gambaran kekuatan otot lansia sebelum melakukan balance exercise pada kelompok intervensi menunjukkan
semua lansia berada pada kategori kekuatan otot kurang yaitu lebih dari setengah responden (64,3%) berada pada
kategori 22-32 kg. Pada kelompok kontrol juga menunjukkan semua responden berada pada kategori kekuatan otot
kurang yaitu hampir seluruh responden (92,3%) berada pada kategori 20-38 kg.
4. Gambaran kekuatan otot lansia setelah melakukan balance exercise pada kelompok intervensi menunjukkan semua
responden berada pada ketegori kekuatan otot kurang namun skornya meningkat yaitu lebih dari setengah reponden
(64,3%) berada pada kategri 22-32. Pada kelompok kontrol juga menunjukkan semua responden berada pada
kategori.
5. Ada pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan (p=0,003) yang menunjukkan strong effect (eta
squared=0,51) kekuatan otot kurang hampir seluruh responden (92,3%) berada pada kategori 20-38 kg.
6. Ada pengaruh balance exercise terhadap kekuatan otot (p=0,000)
7. menunjukkan strong effect (eta squared=0,63).
8. Ada perbedaan keseimbangan dan kekuatan otot antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Saran
1. Bagi Lansia
Sebaiknya lansia melakukan balance exercise minimal tiga kali seminggu agar tubuh lansia stabil dan tidak mudah
jatuh.

62
JURNAL ILMIAH Vol. 1 No. 2 Juli

2. Bagi Tenaga Keperawatan


Puskesmas Kolang memberikan kebijakan melakukan balance exercise secara teratur agar lansia terhindar dari
kejadian jatuh.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadikan balance exercise sebagai acuan pengembangan ilmu keperawatan gerontik.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk menambah durasi balance exercise dan disarankan untuk
menambah waktu penelitian agar hasil yang diperoleh lebih maksimal serta harus dalam perjanjian jika ada
responden yang melakukan latihan diluar kontrak waktu agar bisa dikontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Achmanagara, A. A. (2012). Hubungan faktor internal dan eksternal dengan keseimbangan lansia di Desa
amijen Sokaraja Banyumas. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia: Depok.
Budiharjo, S. (2013). Pengaruh senam bugar lansia terhadap kekuatan otot wanita lanjut usia tidak
terlatih di Jogjakarta. Diakses tanggal 20 Januari 2014. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php
?id=jkpkbppk-gdl-res-2003 santosa- 2097-lansia.

Carpino, Chris. (2016). New ideas in belance and falls 3 ed. Diakses tanggal 09 Januari 2014.
http://www.apta.org/BalanceFalls/.

Ceranski, S. (2006). Fall prevention and modifiable risk factor. Diakses tanggal 10 Agustus 2013.
Tyyp://www.rfw.org/AgingCont/2006/Handouts/12_FallPrevention_Ceran ski.pdf.

Dachlan, L. M. (2009). Pengaruh back exercise pada nyeri punggung bawah. Magister Kedokteran Keluarga Universitas
Sebelas Maret: Surakarta.

Darmojo, B. (2011). Buku ajar geriatri; ilmu kesehatan usia lanjut edisi ke-4, cetakan ke-3. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.

Dharmmika, Susanti. 2015. Pengaruh latihan stabilitas postural terhadap keseimbangan fungsional pada pasien
polineuropati diabetic anggota gerak bawah. Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik FKUI:
Jakarta.

Effendi, F. (2008). Latihan keseimbangan postural pada lansia. Diakses tanggal 15 september 2013.
http://indonesiannursing.com/latihan-keseimbanganpostural- pada-lansia/.

. (2011). Keperawatan kesehatan komunitas (teori dan praktik dalam keperawatan). Salemba Medika: Jakarta.

Gunarto, S. (2015). Pengaruh latihan four square step terhadap keseimbangan pada lasnia. Program Pendidikan Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Medik FKUI: Jakarta.

Guyton, CA. & Hall, JE. (2009). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi: 11. EGC: Jakarta.

Hapsari, P. W. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan daya tahan otot yang diukur
menggunakan sit-up selama 30 detik pada anak sekolah dasar di SDN Pondok Cina 03, Depok. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Depok.

Henwood T.R, Riek S, Taaffe D.R. (2008). Strenght Versus Muscle Power- Specific Resistance Training in
Community-Dwealling Older Adults. The Journals of Gerontology Series A: Biological Sciences and Medical

63
JURNAL ILMIAH Vol. 1 No. 2 Juli

Sciences. Diakses tanggal 08 Jauari 2014. http://www.researchgate.net/publication/5605959_Strength_versus_musc


powerspecific_resistance_training_in_communitydwelling_older_adults/.

Hidayat. A.A.A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan tekhnik analisa data.Salemba Medika: Jakarta.

Jalalin. (2010). Hasil latihan keseimbangan berdidi pada penghuni panti wredha pucang gading Jl. Plamomgan Sari
Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.

Janssen I, Heymsfield SB, Wang ZM, Ross R. (2010). Sceletal Muscle Mass and Distribution in 468 Men and Woman
Aged. Journal of Applied Physiologi. Diakses tanggal 9 Januari 2014. http://jap.physiology.org/content/89/1/81.

Jowir. (2009). Balance exercise. Diakses tanggal 23 September 2013. http://id.scribd.com.

Juniarti, D. W. (2007). Pengaruh latihan hatha yoga modifikasi selama 12 minggu terhadap keseimbangan statik.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.

Kaeslar, D.S., Mellifont, R.B., et. al. (2007). A novel balance exercise program for postural stability in older adults: a pilot
study. Diakses tanggal 08 Januari 2014. http://files.carellipilates.webnode.com.br/200000318_4dfd94ef73/balanc
%20exercise%20program.pdf.

Kusharyadi. (2010). Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Salemba Medika: Jakarta.

Kusnanto. (2007). Peningkatan stabilitas postural pada lansia melalui balance exercise. Media Ners. PSIK FK UNAIR:
Surabaya, diakses tanggal 15 Agustus 2013, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/view/716

Lee, I. H. (2013). Balance improvement by strength training for the elderly. Physical Therapy Science. Diakses
tanggal 18 Februari 2014. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3885846/

Maryam, S. M. (2009). Pengaruh keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh laansia di Panti Sosial Tresna
Werdha DKI Jakarta. Diakses tanggal 10 Oktober 2013. http://digilib.ui.ac.id.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik dan geriatri. EGC: Jakarta.

Nurhayati, E. Arwani., Purnomo. (2012). Perbedaan keseimbangan tubuh lansia berdasarkan keikutsertaan senam
lansia di panti werda pelkris Pengayoman dan Elim Semarang. Diakses tanggal 08 Januari 2014.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/ article/view/167.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Nyman. (2007). Why do I need to Improve my Balance?. Diakses tanggal 10 Oktober 2013. www.balancetraining.org.uk

Pakpahan, Y. A., Waluyo, I., Singgih, A., & Poerwanto, S. (2010). Pengaruh program latihan keseimbangan dinamik
terhadap jangkauan fungsional ke depan pada wanita usila si wreda rineksa kelurahan dua cimanggis depok.
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Diakses tanggal 10 Oktober 2013.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/618?show=full.

Patno, A.S. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian cidera fisik akibat jatuh pada lansia di desa
benteng gajah, kecamatan tompobulu. PSIK FK UH: Makassar

Potter, & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan. EGC: Jakarta.

64
JURNAL ILMIAH Vol. 1 No. 2 Juli

Pudjiastuti, S. (2012). Fisioterapi pada lansia. EGC: Jakarta.

Qomariyah. (2012). Beberapa masalah jatuh pada lansia faktor resiko, komplikasi dan pencegahan. Jurnal Kedokteran
Yarsi. Diakses tanggal 20 agustus 2013. http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/Yrs/article/download/295/305.

Rahayu, U. B., & Masitoh, I. (2013). Fenomena balance exercise untuk meningkatkan keseimbangan postural lanjut
usia. Prosiding Seminar Ilmiah Kesehatan. Diakses tanggal 20 Agustus
2013,http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/3348.

Rosmalina, Y., Dewi, P., Effendi, R., et al. (2011).Faktor-faktor yang mempengaruhi muscle strength pada laki-laki lanjut
usia. Jurnal Kesehatan. Diakses tanggal 17 Oktober 2013.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/2096/ 1 188.

Setiahardja, A. S. (2015). Penilaian Keseimbangan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Pada Lansia. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.

Sitompul, C. H. (2010). Hubungan kecepatan berjalan dengan keseimbangan berdiri satu tungkai pada para lanjut usia
di panti sosial Tresna Werdha Semarang . Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro : Semarang.

Stanley, M., Beare, P. G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik edisi 2. EGC: Jakarta.

Suharningsih. (2011). Hubungan antara keaktifan lansia mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh pada
lansia di Wilayah Koripan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universita Muhammadiyah: Surakarta.
Suhartono. (2015). Pengaruh kelelahan otot anggota gerak bawah terhadap keseimbangan postural pada subyek sehat.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.

Susanti, J., & Irfan. (2010). Pengaruh penerapan motor relearning programme (MRP) terhadap peningkatan
keseimbangan berdiri pada pasien srtoke hemiplegi. Jurnal Penelitian & teknologi diakses tanggal 10 Oktober
2013. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/625/4_jemmy_s.pdf?sequence=1.

Utomo, B. (2010). Hubungan antara kekuatan otot dan daya tahan otot anggota gerak bawah dengan kemampuan
fungsional lanjut usia. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

65
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI 12 BALANCE EXERCISE TERHADAP
KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA

Ninik Murtiyani1), Hartin Suidah2)


Program Studi Keperawatan, Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto, Email :
ninik.akbar@yahoo.co.id
Alamat Korespondensi : Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto, Jl. Raya Gemekan No.77,
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRAK


Article History : Latar Belakang : Lansia adalah suatu keadaan yang merupakan
Received: Sept, 9th, 2018 tahap lanjut dari proses kehidupan ditandai dengan penurunan
Revised form: Sept-Dec, 2018 kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Accepted: Dec, 13th, 2018 Gangguan keseimbangan postural merupakan hal yang sering
Published: Jan, 14th, 2019 terjadi pada lansia. Jika keseimbangan postural lansia tidak
dikontrol, maka akan dapat meningkatkan resiko jatuh. Latihan
Kata Kunci : fisik berupa latihan keseimbangan pada lansia diperlukan untuk
Lansia, Keseimbangan Postural, mengurangi kemungkinan kejadian jatuh. Karena komplikasi
balance strategy exercise, 12 lebih lanjut akibat jatuh adalah kematian. Salah satu upaya yang
Balance Exercise dapat dilakukan adalah dengan mengajarkan lansia untuk
meningkatkan keseimbangan postural yang dimiliki melalui
terapi komplementer. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan efektivitas balance strategy exercise
dengan 12 balance exercise terhadap keseimbangan postural
pada lansia.. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah
quasy eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh lansia di Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten
Mojokerto. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Lansia
di Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto
yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil menggunakan
teknik simpel random sampling. Data penelitian berupa data
primer yang didapatkan dari hasil pengukuran keseimbangan
postural pada lansia. Untuk analisa univariate uji analisa yang
digunakan adalah uji paired sample T-test.. Hasil : Dari hasil
analisa data menggunakan uji wilcoxon didapatkan untuk lansia
yang diberikan intervensi balance strategy exercise didapatkan
Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039 sedangkan untuk lansia yang
diberikan intervensi 12 balance exercise didapatkan Asymp Sig
(2-tailed) sebesar 0,005. Karena nilai Asymp Sig (2-tailed) 0,005
< 0,039 maka dapat disimpulkan bahwa intervensi 12 balance
exercise lebih efektif untuk peningkatan keseimbangan postural
pada lansia. Saran : Dibutuhkan peran aktif dari berbagai piak
untuk dapat mengimplementasikan terapi komplementer 12
balance exercise pada lansia sebagai upaya preventif pencegahan
resiko terjadinya cedera akibat terjatuh pada lansia. Sosialisasi
yang terus menerus, dukungan finansial, serta pendampingan
dan pelatihan terapi komplementer merupakan kunci utama
keberhasilan pelaksanaan program berbasis masyarakat terutama
untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

@2019 Jurnal Keperawatan


Penerbit : LPPM Dian Husada Mojokerto

Halaman | 42
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
PENDAHULUAN diantaranya yaitu : Penuaan, kecelakan dan
Lansia adalah suatu keadaan yang penyakit yang diderita. Gangguan keseimbangan
merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan postrural menjadi salah satu penyebab terjadinya
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh jatuh pada lanjut usia yang dapat menyebabkan
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. patah tulang, keseleo pada otot, perlukaan jaringan
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan bahkan jatuh dapat menyebabkan kematian pada
system tubuh ini bersifat fisiologis (Pujiastuti, lansia. Dari beberapa faktor tersebut yang menjadi
2003). Fenomena yang seringkali terjadi pada penyebab utama gangguan keseimbangan postural
lansia terutama pada sistem musculoskeletal adalah pada lansia adalah faktor penuaan (Avers, 2007).
osteoporosis, artritis rheumatoid dan fraktur Salah satu diantaranya adalah perubahan struktur
sebagian besar menyebabkan jatuh pada lansia otot, yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut
sebagai akibat dari penurunan gait/keseimbangan. otot (atrofi otot). Jika sistem musculoskeletal
Gangguan keseimbangan postural merupakan hal menurun maka pelepasan kalsium (Ca) oleh
yang sering terjadi pada lansia. Jika keseimbangan Retikulum Sarcoplasma tidak optimal sehingga
postural lansia tidak dikontrol, maka akan dapat mengakibatkan kekuatan tarik menarik antara aktin
meningkatkan resiko jatuh. Latihan fisik berupa dan mosin tidak optimal sehingga mengakibatkan
latihan keseimbangan pada lansia diperlukan untuk kontraksi tidak optimal dan menyebabkan
mengurangi kemungkinan kejadian jatuh. Karena keseimbangan tidak terbentuk dengan baik
komplikasi lebih lanjut akibat jatuh adalah (goyang / tidak mampu berdiri dengan tegap).
kematian (Van-der-Camment, 1991; Kane,1994 Kejadian jatuh pada lansia juga dipengaruhi oleh
dalam Darmojo, 2004). faktor intrinsik seperti gangguan gaya berjalan,
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi
peningkatan UHH pada tahun 2010 populasi lansia (Darmojo, 2004). Dampak perubahan morfologis
adalah 7,56% dan pada tahun 2011 menjadi 7,58%. pada otot ini dapat menurunkan kekuatan otot
Sementara itu Sumber Profil Kesehatan Indonesia (Pudjiastuti, 2003). Atrofi serabut otot dapat
tahun 2012, memberikan gambaran proporsi lansia menyebabkan seseorang bergerak menjadi lamban
di Indonesia 7,6% atau sekitar 18,5 juta orang. UN, (Nugroho, 2008). Penurunan massa otot, kekakuan
World Population Prospect menyatakan pada tahun jaringan penyambung menyebabkan penurunan
2013 jumlah lansia di Indonesia mengalami kekuatan otot terutama pada ekstermitas yang
kenaikan menjadi 8.9%. Sekitar 30-50% dari mengakibatkan kelambanan bergerak kaki tidak
populasi lanjut usia (berusia 65 tahun) ke atas dapat menapak dengan kuat dan cenderung
mengalam jatuh setiap tahunnya (Nugroho, 2008). gampang goyah. Penurunan kekuatan otot juga
Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari 115 menyebabkan terjadinya penurunan mobilitas pada
penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar lansia. Karena kekuatan otot merupakan komponen
43.47% mengalami jatuh. Berdasarkan data yang utama dari kemampuan melangkah, berjalan dan
ditemukan di Panti Werdha Hargodelali Surabaya keseimbangan (Guccione, 2000).
didapatkan sekitar 60% lansia dari 39 penghuni Berbagai terapi pengobatan baik
panti pernah mengalami jatuh pada tahun 2011, farmakologis dan non farmakologis mulai
kejadian jatuh tersebut mengakibatkan 3 lansia dari dikembangkan untuk mengatasi resiko jatuh pada
23 lansia yang jatuh tersebut dirawat dirumah sakit lansia. Hal ini selanjutnya direspon oleh
karena 2 lansia mengalami fraktur femuralis dan 1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
lansia mengalami fraktur panggul dan sisanya melalui program Lansia yang sehat, aktif dan
dirawat sendiri oleh petugas panti karena hanya produktif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
terjadi memar dan keseleo (Nuraf’idah, 2012). kualitas hidup lansia dan mengurangi angka
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di ketergantungan lansia pada keluarga. Salah satu
Posyandu Lansia Desa Jabon Kecamatan upaya yang dilakukan adalah dengan
Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, jumlah lansia menghindarkan lansia dari resiko penyakit
yang teregister sebanyak 47 lansia. Dari hasil degeneratif serta berbagai gangguan lain termasuk
wawancara yang dilakukan kepada 10 lansia, 8 resiko terjatuh. Metode nonfarmakologi yang
lansia mengatakan pernah jatuh saat beraktivitas dikembangkan untuk mengurangi resiko jatuh pada
sehari-hari. lansia adalah dengan menggunakan teknik balance
Resiko jatuh saat beraktivitas beresiko strategy exercise dan 12 balance exercise. Pada
dialami oleh semua manusia. Semakin tua usia pelatihan Balance Strategy Exercise manfaat yang
seseorang maka resiko untuk mengalami jatuh akan diperoleh berupa peningkatan functional
akan semakin tinggi. Resiko jatuh pada lansia salah stability limit, perbaikan sistem motoris, perbaikan
satunya dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan kontrol postural, serta peningkatan stabilitas
postural lansia dapat disebabkan beberapa hal, dinamik. Sebaliknya, pelatihan 12 Balance

Halaman | 43
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
Exercise mampu memberikan ke seluruh manfaat b. Perlahan tekuk lutut kanan kearah belakang
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh sehingga kaki kanan terangkat dibelakang
Sibley, hanya saja pelatihan ini memiliki risiko tubuh.
lebih tinggi daripada balance strategy exercise, c. Pertahankan posisi
sehingga dibutuhkan pemantauan mendalam pada d. Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi
lansia selama sesi latihan. Kedua jenis terapi semula.
latihan tersebut efektif dalam meningkatkan e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
keseimbangan dinamis pada lansia. f. Gerakan di lakukan sebanyak 10 x.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa 5. Side leg raise
perbandingan efektivitas Balance Strategy Exercise a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan
dengan 12 Balance Exercise terhadap berpegangan pada kursi.
keseimbangan postural pada lansia b. Perlahan angkat kaki kanan kearah samping
(sampai pinggang dalam keadaan lurus).
KAJIAN LITERATUR c. Pertahankan posisi.
Dalam perkembangannya, terapi d. Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi
komplementer mulai dipraktikkan sebagai semula.
pendamping terapi farmakologi yang diberikan e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
kepada pasien. 2 teknik yang dapat digunakan f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x
untuk peningkatan keseimbangan postural pada B. Teknik 12 Balance Exercise
lansia adalah balance strategi exercise dan 12 Selain balance strategi exercise, terapi
balance exercise. komplementer untuk peningkatan keseimbangan
A. Teknik Balance Strategi Exercise postural pada lansia ada juga teknik 12 balance
Menurut Glenn (2007) Gerakan Balance exercise. Untuk gerakan 12 Balance exercise
Exercise terdiri dari 5 macam, yaitu plantar adalah sebagai berikut : Schrift (2015)
flexion, hip flexion, hip extention, knee flexion dan 1. Sikap tungkai tunggal
side leg raise. Tempat yang bagus untuk memulai
1. Plantar Flexion adalah dengan latihan keseimbangan yang
a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan paling sederhana. Berpeganglah pada kursi dan
berpegangan pada kursi. keseimbangan dengan satu kaki. Ini adalah
b. Perlahan angkat tumit keatas (berdiri dengan tempat yang bagus untuk mulai merasakan
ujung kaki). pusat gravitasi Anda di atas pergelangan kaki
c. Pertahankan posisi. Anda. Inilah tujuan Anda, pertahankan pusat
d. Kembalikan kaki pada posisi semula. Anda di atas pergelangan kaki Anda. Cobalah
e. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x beberapa detik menyeimbangkan setiap kaki.
2. Hip Flexion Bekerja sampai satu menit jika Anda bisa.
a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan Kemudian mulailah berpegangan tangan, lalu
berpegangan pada kursi. satu jari dan akhirnya coba lepaskan
b. Angkat lutut kanan keatas tanpa sepenuhnya.
menggerakkan atau menekuk pinggang. 2. Latihan mata
c. Pertahankan posisi. Pindah ke latihan lain dengan latihan
d. Perlahan turunkan lutut dan kembali berdiri statis saat Anda mendapatkan
keposisi semula. kepercayaan diri termasuk latihan ini yang
e. Ulangi dengan menggunakan lutut kiri. menargetkan visi dan sistem vestibular Anda.
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x Latihan ini terkadang bisa membuat Anda
3. Hip Extention pusing. Jika ini terjadi, hentikan latihan. Coba
a. Berdiridengan jarak ± 30 cm dari kursi. lagi dengan gerakan kepala yang lebih kecil di
b. Perlahan gerakkan kaki kanan kearah lain waktu. Secara bertahap Anda akan belajar
belakang (sampai pinggang dalam keadaan melakukannya dengan benar.
lurus). 3. Menggapai Jam
c. Pertahankan posisi. Pastikan untuk berpegangan pada kursi
d. Perlahan kembalikan kaki pada posisi saat mencoba latihan ini untuk mencegah jatuh
semula. pada orang tua. Jangan sampai kembali terlalu
e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri. jauh jika Anda memiliki rasa sakit di bahu
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x. Anda. (Gunakan satu ons berat pergelangan
4. Kene Flexion tangan Anda di sini untuk meningkatkan latihan
a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan Anda)
berpegangan pada kursi.

Halaman | 44
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
4. Sikap terhuyung-huyung mereka mencoba saat Anda lebih kuat dan lebih
Coba tunggu di kursi saat mencoba yakin pada diri sendiri. Latihan ini bagus untuk
latihan ini untuk masalah keseimbangan lansia. dilakukan dengan orang lain. Memegang tangan
Lepaskan kursi selama beberapa detik sekaligus dengan anggota keluarga yang stabil akan
jika Anda merasa nyaman. membuat latihan ini lebih mudah dan aman. (Di
5. Tungkai tunggal dengan lengan sinilah Anda bisa menggunakan buku catatan
Carilah dari kaki Anda saat atau buku kecil Anda saat berjalan.)
menyeimbangkan dan memilih tempat pada
tingkat mata di depan Anda untuk memperbaiki METODE PENELITIAN
kejatuhan orang tua. Angkat dada Anda dan Desain penelitian yang digunakan adalah
bawa bahu Anda kembali. Bernapaslah melalui quasy eksperimental dengan rancangan
hidung dan keluar melalui mulut randomized pre test and post test control group
6. Menyeimbangkan tongkat design. Populasi dalam penelitian ini adalah
Ini adalah latihan yang menyenangkan seluruh lansia di Desa Jabon Kecamatan
dan mudah dilakukan. Gunakan tongkat, sapu Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Sampel dalam
atau bahkan payung. Jangan terlalu banyak penelitian ini adalah sebagian Lansia di Desa
bersenang-senang dengan latihan keseimbangan Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten
ini untuk orang tua! Mojokerto yang memenuhi kriteria penelitian yang
7. Lutut berbaris diambil menggunakan teknik simpel random
Coba yang satu ini di sebelah counter sampling. Selanjutnya sampel dalam penelitian ini
sehingga Anda bisa bertahan saat melakukan dibagi menjadi 2 yaitu kelompok 1 (diberikan
gerakan berbaris lutut. Ini juga latihan kardio terapi balance strategy exercise) dan kelompok 2
yang hebat dan untuk kelemahan otot kaki. (diberikan terapi 12 balance exercise). Data
8. Lingkaran tubuh penelitian berupa data primer yang didapatkan dari
Latihan untuk meningkatkan hasil pengukuran keseimbangan postural pada
keseimbangan ini bisa menjadi sedikit rumit. lansia
Simpan kursi di dekatnya jika Anda merasa Instrumen pengumpulan data yang
tidak nyaman tanpa itu. Pastikan lutut dan digunakan adalah lembar observasi yang diadopsi
pinggul dijaga lurus saat Anda melingkar. dari Berg Balance Scale. Pengukuran ini terdiri
9. Tumit sampai kaki dari 14 jenis tes keseimbangan statis maupun
Latihan bergerak adalah yang paling dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada
sulit. Cobalah latihan keseimbangan ini saat kualitas dan waktu yang diperlukan dalam
Anda menjadi ahli dalam latihan sebelumnya. melengkapi tes). Sebelum tes dimulai, lansia
(Jika Anda memiliki selotip masking atau dipersilahkan duduk di kursi. Selanjutnya
pelukis, letakkan potongan 8 sampai 12 kaki pengukuran dilakukan dengan cara 1)
dengan garis lurus di atas karpet atau lantai. Ini menginstruksikan lansia untuk berdiri dari kursi, 2)
akan memungkinkan Anda mempertahankan menginstruksikan lansia untuk berdiri selama 2
garis lurus saat melakukan latihan berjalan). menit, 3) menginstruksikan lansia untuk duduk
10. Grapevine tidak tersangga tetapi kaki tersangga pada lantai
Orang tua yang menari akan lebih atau stool 4) menginstruksikan lansia untuk
terbiasa dengan latihan keseimbangan ini. mencoba duduk di kursi, 5) menginstruksikan
Cobalah di dapur Anda berpegangan ke meja. lansia untuk berpindah dari 1 kursi ke kursi yang
Berjalan beberapa langkah dalam satu arah, lain, 6) menginstruksikan lansia untuk menutup
berbalik dan berjalan kembali. Lanjutkan mata lalu kemudian berdiri, 7) menginstruksikan
selama beberapa menit. Perlahan terus kurang lansia berdiri sambil merapatkan kaki, 8)
dan kurang sampai Anda bisa mengambil menginstruksi agar lansia mencoba mengangkat
beberapa langkah tanpa berpegangan. Mungkin tangan kedepan hingga membentuk posisi 90
butuh beberapa saat, tapi tetap berlatih ... Anda derajat lalu jari diluruskan, 9) menginstruksikan
akan mendapatkannya cepat atau lambat lansia untuk memungut suatu objek di lantai dari
11. Melangkah posisi berdiri, 10) menginstruksikan lansia untuk
Rangkaian latihan melangkah ini sangat mencoba melihat ke belakang dari sisi kanan
menantang. Anda mungkin memiliki anggota maupun sisi kiri, 11) menginstruksikan lansia
keluarga yang stabil untuk pertama-tama untuk membalik badan / berputar 360 derajat, 12)
menunjukkan hal tersebut. menginstruksikan lansia untuk menempatkan kaki
12. Berjalan Dinamis bergantian ke stool dalam posisi berdiri tanpa
Coba ini hanya bila Anda merasa percaya penyangga, 13) menginstruksikan lansia untuk
diri dan memiliki pembantu di rumah. Beri menempatkan salah satu kaki di depan satu kaki

Halaman | 45
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
lainnya, 14) menginstruksikan lansia untuk berdiri Pengolahan data dilakukan dengan tahap
sambil mengangkat 1 kaki. editing, coding, scoring dan tabulating. Sebelum
Hasil pengukuran selanjutnya direkap sebagai pengujian hipotesis data diuji menggunakan uji
data pretest. Selanjutnya masing-masing kelompok normalitas data dan homogenitas sampel.
responden diberikan terapi selama kurun waktu 2 Selanjutnya data dilakukan analisis bivariate dan
bulan yang dilakukan setiap 3 kali dalam analisis univariate. Untuk analisa univariate uji
seminggu. Setelah tahap pemberian terapi selesai analisa yang digunakan adalah uji paired sample T-
dilakukan, masing-masing kelompok dilakukan test. Hasil penelitian selanutnya disajikan
pengukuran keseimbangan postural dan hasil yang menggunakan tabel distribusi frekuensi sebagai
didapatkan selanjutnya dikumpulkan sebagai data hasil pelaksanaan kegiatan penelitian
posttest.

HASIL PENELITIAN
1. Keseimbangan postural pada lansia
Tabel 1. Keseimbangan postural pada lansia (pre-test)
Kelompok 1 (BSE) Kelompok 2 (12 BE)
No Resiko jatuh pada lansia Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1 Resiko jatuh rendah 0 0,0% 0 0,0%
2 Resiko jatuh sedang 13 72,2% 12 66,7%
3 Resiko jatuh tinggi 5 27,8% 6 33,3%
Jumlah 18 100% 18 100%
Sumber : Data primer, 2018
Dari hasil pengumpulan data awal penelitian (pretest) didapatkan untuk lansia pada Kelompok 1
(BSE), sebagian besar memiliki resiko jatuh sedang sebanyak 13 responden (72,2%) dan untuk lansia
pada Kelompok 2 (12 BE), sebagian besar memiliki resiko jatuh sedang sebanyak 12 responden
(66,7%).
Tabel 2. Keseimbangan postural pada lansia (post-test)
Kelompok 1 (BSE) Kelompok 2 (12 BE)
No Resiko jatuh pada lansia
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1 Resiko jatuh rendah 0 0,0% 0 0,0%
2 Resiko jatuh sedang 13 72,2% 12 66,7%
3 Resiko jatuh tinggi 5 27,8% 6 33,3%
18 100% 18 100%
Sumber : Data primer, 2018
Dari hasil pengumpulan data penelitian (posttest) didapatkan untuk lansia pada Kelompok 1
(BSE), sebagian besar memiliki resiko jatuh sedang sebanyak 13 responden (72,2%) dan untuk lansia
pada Kelompok 2 (12 BE), sebagian besar memiliki resiko jatuh sedang sebanyak 12 responden
(66,7%).
2. Efektivitas balance strategy exercise terhadap keseimbangan postural pada lansia
Tabel 4. Efektivitas balance strategy exercise terhadap keseimbangan postural pada lansia
Kelompok 1 (BSE)
Pre-test Post-test
Mean 27,111 27,611
Std Deviasi 7,028 6,843
Z -2,065
Asymp Sig (2-tailed) 0,039
Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata (mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar 27,11
dengan standar deviasi 7,028. Setelah dilakukan intervensi didapatkan rata-rata (mean) skor BBS
setelah diberikan intervensi BSE (balance strategy exercise) sebesar 27,61 dengan standar deviasi
sebesar 6,843. Dari hasil uji wilcoxon, didapatkan nilai Z sebesar -2,065 dan Asymp Sig (2-tailed)
sebesar 0,039. Karena nilai signifikasi 0,039 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
intervensi BSE (balance strategy exercise) terhadap keseimbangan postural pada lansia

Halaman | 46
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
3. Efektivitas 12 balance exercise terhadap keseimbangan postural pada lansia
Tabel 4. Efektivitas 12 balance exercise terhadap keseimbangan postural pada lansia
Kelompok 2 (12 BE)
Pre-test Post-test
Mean 26,111 27,277
Std Deviasi 5,989 5,757
Z -2,812
Asymp Sig (2-tailed) 0,005
Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata (mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar 26,11
dengan standar deviasi sebesar 5,989. Setelah diberikan intervensi 12 balance exercise didapatkan rata-
rata (mean) skor BBS sebesar 27,27 dengan standar deviasi sebesar 5,757. Dari hasil uji wilcoxon,
didapatkan nilai Z sebesar -2,812 dan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,005. Karena nilai signifikasi
0,005 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian intervensi 12 balance exercise
terhadap keseimbangan postural pada lansia
4. Perbedaan efektivitas balance strategy exercise dan 12 balance exercise terhadap keseimbangan
postural pada lansia
Tabel 5 Perbedaan efektivitas balance strategy exercise dan 12 balance exercise terhadap
keseimbangan postural pada lansia
Kelompok 1 (BSE) Kelompok 2 (12 BE)
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
Mean 27,111 27,611 26,111 27,277
Std Deviasi 7,028 6,843 5,989 5,757
Z -2,065 -2,812
Asymp Sig (2-tailed) 0,039 0,005
Dari hasil analisa data menggunakan uji wilcoxon didapatkan untuk lansia yang diberikan
intervensi balance strategy exercise didapatkan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039 sedangkan untuk
lansia yang diberikan intervensi 12 balance exercise didapatkan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,005.
Karena nilai Asymp Sig (2-tailed) 0,005 < 0,039 maka dapat disimpulkan bahwa intervensi 12 balance
exercise lebih efektif untuk peningkatan keseimbangan postural pada lansia

PEMBAHASAN data memiliki nilai p<0,05 yang berarti bahwa


1. Efektivitas balance strategy exercise terhadap peningkatan nilai keseimbangan dinamis pada
keseimbangan postural pada lansia kelompok pelatihan balance strategy exercise
Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata secara statistik menunjukkan perbedaan yang
(mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar bermakna.
27,11 dengan standar deviasi 7,028. Setelah Pemberian intervensi balance strategy
dilakukan intervensi didapatkan rata-rata exercise mengaktifkan sistem gerakan volunter
(mean) skor BBS setelah diberikan intervensi dan respon postural otomatis dalam tubuh.
BSE (balance strategy exercise) sebesar 27,61 Ketika melakukan pelatihan ankle, hip, dan
dengan standar deviasi sebesar 6,843. Dari hasil stepping strategy exercise, maka tubuh
uji wilcoxon, didapatkan nilai Z sebesar -2,065 mengirimkan informasi sensoris melalui
dan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039. Karena mekanoreseptor terkait perubahan sensasi posisi
nilai signifikasi 0,039 < 0,05 dapat disimpulkan tubuh dari persendian ke sistem saraf bermielin
bahwa ada pengaruh pemberian intervensi BSE besar. Informasi ini selanjutnya diteruskan ke
(balance strategy exercise) terhadap dalam sistem kolumna dorsalis lemniskus
keseimbangan postural pada lansia medialis dan berakhir pada girus postsentralis
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil dari korteks serebri (area somatosensorik I)
penelitian yang dilakukan oleh Nugraha et all untuk kemudian diolah di dalam korteks serebri
(2016). Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai (Squire et all, 2008 dalam Nugraha et all,
keseimbangan dinamis pada kelompok 2016). Korteks serebri (area korteks motorik
pelatihan balance strategy exercise saat pre test primer, area premotorik, dan area motorik
didapatkan rerata nilai BBS sebesar 44,28 dan pelengkap) akan mengolah informasi sensoris
post test mengalami peningkatan rerata menjadi untuk menghasilkan sinyal motorik. Penjalaran
45,43 dengan selisih 1,143. Peningkatan nilai sinyal motorik ini akan diteruskan ke serabut
keseimbangan telah diuji secara statistik dengan piramidal melalui traktus kortikospinal lateralis
uji paired sample t-test menunjukkan bahwa medula spinalis dan berakhir pada interneuron

Halaman | 47
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
di region intermediet dari substansia grisea Adaptasi neural ini menimbulkan sumasi
medula, beberapa berakhir di neuron penyiar serabut multipel yaitu suatu keadaan
radiks dorsalis, dan berakhir secara langsung di peningkatan jumlah unit motorik yang
neuron-neuron motorik anterior. Neuron berkontraksi secara bersama-sama. Dengan
motorik anterior mengadakan potensial aksi meningkatnya jumlah unit motorik, maka akan
pada terminal saraf (Squire et all, 2008 dalam terjadi peningkatan kekuatan otot (Guiton &
Nugraha et all, 2016) Hall, 2008 dalam Nugraha et all, 2016)
Potensial aksi akan membuka banyak Pelatihan balance strategy exercise,
kanal kalsium dalam membran saraf terminal, terutama ankle dan hip strategy exercise akan
akibatnya konsentrasi ion kalsium di dalam memperbaiki kendala biomekanik
membran terminal meningkat. Peningkatan (biomechanical constraints) berupa peningkatan
konsentrasi ion Ca2+ di dalam membran kekuatan pada otot gastrocnemius, hamstring,
terminal akan meningkatkan laju penggabungan otot-otot ekstensor batang tubuh, tibilias
vesikel asetilkolin dan menimbulkan eksositosis anterior, quadriceps, dan otot abdominal. Otot-
asetilkolin ke dalam ruang sinaps. Kanal otot ini akan menyokong tubuh dan menyangga
asetilkolin yang terbuka memungkinkan ion limit of stability sehingga terjadi kestabilan
positif yang penting seperti natrium (Na+ ), tubuh untuk menggerakkan pusat gravitasi
kalium (K+ ), dan kalsium (Ca2+ ) dapat sejauh mungkin pada arah anteroposterior dan
bergerak mudah melewatinya. Peristiwa ini mediolatera.
akan menciptakan suatu perubahan potensial Respon postural otomatis tubuh dicapai
positif setempat di dalam membran serabut otot ketika melakukan pelatihan stepping strategy
yang disebut potensial end plate dan akan exercise. Pada pelatihan ini, percepatan linear
menimbulkan suatu potensial aksi yang tubuh akan dideteksi oleh organ sensoris
menyebar di sepanjang membran otot. Potensial makula utrikulus yang berperan penting
aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma menentukan orientasi kepala ketika kepala
melepaskan sejumlah besar ion kalsium dan dalam posisi tegak. Di dalam makula utrikulus
ion-ion ini akan menimbulkan kekuatan tarik- terdapat beribu-ribu sel rambut dimana
menarik antara filamen aktin dan miosin dan pangkalnya bersinaps dengan ujung-ujung
menghasilkan proses kontraksi otot. Sistem sensorik saraf vestibular. Ketika terjadi
somatosensoris juga akan memberikan percepatan linear pada pelatihan stepping
feedback ke korteks motorik melalui sistem strategy exercise, pelekatan filamentosa akan
sensorik radiks dorsalis dengan mengatur menarik stereosilia ke arah kinosilium atau
ketepatan kontraksi otot. Sinyal somatosensorik mendorong ke luar badan sel, sehingga ion
ini timbul di kumparan otot, organ tendon otot, positif mengalir ke dalam sel dari cairan
dan reseptor taktil kulit yang menutupi otot dan endolimfatik di sekelilingnya dan menimbulkan
akan menimbulkan positive feedback depolarisasi membran reseptor. Sinyalsinyal
enhancement dengan lebih merangsang yang sesuai dikirimkan melalui nervus
kontraksi otot (Guiton & Hall, 2008 dalam vestibularis ke nuklei vestibular untuk diolah di
Nugraha et all, 2016) . batang otak. Pada sistem ini, batang otak
Neuron berada pada keadaan terfasilitasi menjalarkan sinyal eksitasi yang kuat ke otot-
pada awal pelatihan, yaitu besarnya potensial otot antigravitasi melalui traktus
membran mendekati nilai ambang untuk vestibulospinalis medialis dan lateralis dalam
peletupan daripada keadaan normal tetapi kolumna anterior medula spinalis. Tubuh akan
belum cukup mencapai batas peletupan. merespon pengaktifan otototot antigravitasi
Pelatihan balance strategy exercise yang dengan melakukan feedback gerakan berupa
dilakukan dengan frekuensi tiga kali seminggu koreksi atau proteksi terhadap tubuh akibat
selama lima minggu memberikan efek berupa suatu gangguan atau perubahan landasan
adaptasi neural. Adaptasi neural meliputi tumpu.
sumasi spasial dan sumasi temporal pada sistem Pelatihan stepping strategy exercise juga
saraf. Sumasi spasial diartikan sebagai akan meningkatkan kontrol dinamik yang
penjumlahan potensial postsinaps yang berkaitan dengan gait and locomotion. Lansia
simultan dengan cara mengaktivasi ujung-ujung mengalami peningkatan perubahan posisi ketika
saraf multipel pada daerah membran neuron berjalan dengan landasan tumpu yang lebih
yang luas sedangkan sumasi temporal lebar, fase menumpu yang berlangsung singkat
peningkatan tempo peletupan ujung saraf oleh adanya kekuatan otot yang menurun, serta
presinaptik sehingga dapat meningkatkan fase mengayun yang memendek. Kontrol
potensial efektif postsinaps yang terjadi. dinamik didapatkan dengan mengaktifkan dan

Halaman | 48
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
meningkatkan kekuatan otot-otot yang dengan pelatihan balance strategy exercise.
digunakan saat melangkah, meliputi : otot-otot Sewaktu melakukan pelatihan tersebut, tubuh
panggul (ekstensor, fleksor, abduktor, adduktor, akan meresponnya dengan mengirimkan sinyal
dan rotator), otot-otot lutut (ekstensor dan melalui mekanoreseptor untuk diteruskan ke
fleksor), kaki dan pergelangan kaki, serta otot- girus postsentralis dari korteks serebri dan
otot postural tubuh (m. erector spinae dan m. diolah untuk menghasilkan sinyal motorik ke
rectus abdominis). Pelatihan stepping strategy serabut piramidal dan berakhir di neuron-
exercise memberikan manfaat berupa adaptasi neuron motorik anterior. Neuron motorik
pada peningkatan panjang langkah serta anterior meneruskan potensial aksi sampai
penurunan lebar langkah dan peningkatan akson terminal, sehingga menghasilkan
kecepatan berjalan potensial end plate dan menimbulkan suatu
Peningkatan kontrol dinamik pada potensial aksi yang menyebar di sepanjang
pelatihan balance strategy exercise sesuai membran otot dan terjadilah peristiwa kontraksi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hyun otot
(2014).8 Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pelatihan single limb stance, tandem
pelatihan balance strategy exercise mampu stance, dan body circles dalam 12 balance
memperbaiki panjang langkah lansia pada satu exercise yang dilakukan dengan frekuensi tiga
siklus gait (stride length), meningkatkan kali seminggu selama lima minggu, dapat
panjang langkah kaki yang berbeda (step memberikan efek berupa adaptasi neural berupa
length), serta mempersingkat waktu dalam sumasi spasial dan sumasi temporal pada sistem
melangkah saraf. Adaptasi neural akan menimbulkan
2. Efektivitas 12 balance exercise terhadap sumasi serabut multipel yaitu suatu keadaan
keseimbangan postural pada lansia peningkatan jumlah unit motorik yang
Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata berkontraksi secara bersama-sama. Peningkatan
(mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar jumlah unit motorik ini akan meningkatkan
26,11 dengan standar deviasi sebesar 5,989. kekuatan otot. Pelatihan single limb stance,
Setelah diberikan intervensi 12 balance exercise tandem stance, dan body circles meningkatkan
didapatkan rata-rata (mean) skor BBS sebesar kekuatan pada otot gastrocnemius, hamstring,
27,27 dengan standar deviasi sebesar 5,757. otot-otot ekstensor batang tubuh, tibilias
Dari hasil uji wilcoxon, didapatkan nilai Z anterior, quadriceps, dan otot abdominal
sebesar -2,812 dan Asymp Sig (2-tailed) dimana otot-otot ini akan menyokong tubuh dan
sebesar 0,005. Karena nilai signifikasi 0,005 < menyangga limit of stability sehingga terjadi
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kestabilan tubuh untuk menggerakkan pusat
pemberian intervensi 12 balance exercise gravitasi sejauh mungkin pada arah
terhadap keseimbangan postural pada lansia anteroposterior dan mediolateral (Guiton &
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil Hall, 2008 dalam Nugraha et all, 2016)
penelitian yang dilakukan oleh Nugraha et all Respon postural otomatis tubuh dicapai
(2016). Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai ketika melakukan pelatihan clock reach, single
keseimbangan dinamis pada kelompok limb stance with arm, balancing wand, dan heel
pelatihan 12 balance exercise saat pre test to toe. Pada pelatihan ini, percepatan linear
didapatkan rerata nilai BBS sebesar 44,21 dan tubuh akan dideteksi oleh organ sensoris
post test mengalami peningkatan rerata menjadi makula utrikulus yang berperan penting
47,21 dengan selisih 3,000. Peningkatan nilai menentukan orientasi kepala ketika kepala
keseimbangan telah diuji secara statistik dengan dalam posisi tegak. Sinyal-sinyal yang sesuai
uji paired sample t-test menunjukkan bahwa dikirimkan melalui nervus vestibularis ke
data memiliki nilai p<0,05 yang berarti bahwa nuklei vestibular untuk diolah di batang otak.
peningkatan nilai keseimbangan dinamis pada Pada sistem ini, batang otak menjalarkan sinyal
kelompok pelatihan 12 balance exercise secara eksitasi yang kuat ke otot-otot antigravitasi
statistik menunjukkan perbedaan yang melalui traktus vestibulospinalis medialis dan
bermakna lateralis dalam kolumna anterior medula
Pelatihan 12 balance exercise spinalis. Tubuh akan meresponnya dengan
mengaktifkan sistem gerakan volunter, respon melakukan feedback gerakan berupa koreksi
postural otomatis, serta gerak refleks tubuh. atau proteksi terhadap tubuh akibat suatu
Pada saat melakukan pelatihan single limb gangguan atau perubahan landasan tumpu
stance, tandem stance, dan body circles, tubuh Pelatihan knee marching, heel to toe, dan
akan meresponnya dengan melakukan gerakan grapevine dalam 12 balance exercise juga
volunter. Mekanisme yang terjadi hampir sama mengaktifkan otot-otot yang berperan dalam

Halaman | 49
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
gerakan melangkah pada lansia. Pelatihan ini Pelatihan stepping exercise dalam 12 balance
berhubungan erat dengan konsep gait and exercise, akan mengaktifkan fungsi
locomotion serta bertujuan untuk meningkatkan vestibuloserebelum yang berperan menghitung
kontrol dinamik. Pelatihan yang dilakukan kecepatan gerakan selanjutnya dan pada arah
selama tiga kali dalam lima minggu apa berbagai bagian tubuh akan berada selama
memberikan efek berupa peningkatan kekuatan beberapa milidetik yang akan datang. Hasil
otot pada otot-otot yang digunakan untuk penghitungan ini adalah kunci untuk kemajuan
melangkah, diantaranya otot-otot panggul otak bagi urutan gerak selanjutnya. Selama
(ekstensor, fleksor, abduktor, adduktor, dan pengaturan keseimbangan diperkirakan bahwa
rotator), otot-otot lutut (ekstensor dan fleksor), informasi yang berasal dari bagian perifer tubuh
kaki dan pergelangan kaki, serta otot-otot maupun apparatus vestibular digunakan oleh
postural tubuh (m. erector spinae dan m. rectus sirkuit pengaturan umpan balik yang khusus
abdominis) (Wiiliem et all, 1996 dalam guna menyediakan koreksi antisipasi sinyal
Nugraha et all, 2016). motorik. Koreksi antisipasi mengaktifkan
Pelatihan eye tracking, dynamic walking feedforward mechanism untuk koreksi sikap
dan stepping exercise pada 12 balance exercise yang diperlukan dalam menjaga keseimbangan
akan membentuk sistem integrasi sensoris dan sewaktu ada gerakan yang sangat cepat,
pengaktifan sistem feedforward pada strategi termasuk perubahan arah gerakan yang cepat
gerakan dengan menggunakan respon postural Integrasi sensoris pada pelatihan 12
otomatis dimana efek dari pelatihan ini tidak balance exercise dicapai melalui pelatihan eye
dimiliki oleh Balance Strategy Exercise tracking, dynamic walking, dan stepping
Pelatihan dynamic walking akan memberikan exercise. Pada saat melakukan pelatihan eye
informasi kepada kanalis semisirkularis terkait tracking dan stepping exercise akan
perubahan posisi kepala. Pada kanalis mengaktifkan vestibuloocular reflex. 7
semisirkularis cairan akan mengalir dari kanalis Pelatihan dynamic walking juga menimbulkan
menuju ampula yang selanjutnya membelokkan eksitasi pada apparatus vestibular dalam hal ini
kupula ke salah satu sisi. Peristiwa ini kanalis semisirkularis. Pelatihan stepping
menyebabkan terjadinya depolarisasi selsel exercise memberikan tambahan informasi pada
rambut dan sinyal-sinyal yang sesuai somatosensoris tubuh, sehingga tercapailah
dikirimkan melalui nervus vestibularis untuk konsep integrasi sensoris dalam hal menjaga
memberitahu sistem saraf pusat mengenai keseimbangan dinamis, yaitu: integrasi antara
perubahan perpuataran kepala dan kecepatan sistem visual, vestibular, dan somatosensoris.
perubahan kepala Pengoptimalan fungsi integrasi sensoris dan
Sinyal diteruskan ke traktus juga sensory reweighting pada pelatihan dengan
vestibuloserebelar dan dijalarkan menuju lobus menggunakan tantangan saat dynamic walking
flokulonodular dan nukleus fastigial serebelum memberikan adaptasi pada sistem sensoris
untuk dibawa ke region pontin batang otak. untuk membagi informasi tersebut. Mekanisme
Sinyal akan diolah menjadi sinyal motorik yang terjadi dengan meningkatkan bobot
melalui traktus retikulospinal pontin dan traktus sensorik untuk vestibular dan informasi visual
vestibulospinalis medialis dan lateralis dalam serta mengurangi ketergantungan masukan
kolumna anterior medula spinalis dengan somatosensori untuk orientasi postural (Hu dan
mengaktifkan otot-otot antigravitasi, yaitu: otot Wollacott, 1994 dalam Nugraha et all, 2016)
kolumna vertebra dan otot ekstensor batang Pelatihan 12 balance exercise
tubuh meningkatkan keseimbangan dinamis lansia
Sistem vestibuloserebelum (otak kecil) melalui mekanisme peningkatan kekuatan otot
berguna untuk mengatur keseimbangan antara postural yang menciptakan perbaikan pada limit
kontraksi otot agonis dan otot antagonis pada of stability, respon otomatis postural melalui
punggung, pinggul, dan bahu sewaktu posisi mekanisme feedback gerakan yaitu protektif
tubuh berubah cepat seperti yang diperlukan dan korektif, meningkatkan kontrol dinamik,
oleh apparatus vestibular. Salah satu masalah mengaktifkan sistem feedforward pada strategi
utama dalam pengaturan keseimbangan adalah gerakan, serta tercapai integrasi sensoris berupa
jumlah waktu yang diperlukan untuk sensory strategies dan sensory re-weighting.
menjalarkan sinyal posisi dan kecepatan sinyal Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
gerakan dari berbagai bagian tubuh ke otak. oleh Wolf et al. (2001 dalam Nugraha et all,
Oleh karena itu, sangat penting untuk otak 2016) yang menyatakan bahwa pelatihan 12
mengetahui kapan harus menghentikan gerakan Balance Exercise dengan frekuensi 3 kali
dan membentuk urutan gerakan selanjutnya. seminggu selama 5 minggu efektif dalam

Halaman | 50
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
meningkatkan keseimbangan dinamis pada strategi gerakan serta meningkatkan strategi
lansia setelah dievaluasi dengan menggunakan sensoris berupa integrasi sensoris dan sensory
Berg Balance Scale. Hal ini dikarenakan re-weighting (Squire et all, 2008 dalam
pelatihan 12 balance exercise mampu Nugraha et all, 2016)
mengoptimalkan interaksi sensoris antara Sistem vestibuloserebelum (otak kecil)
sistem visual, vestibular, dan somatosensoris berguna untuk mengatur keseimbangan antara
pada lansia usia 65 – 90 tahun kontraksi otot agonis dan otot antagonis pada
3. Perbedaan efektivitas balance strategy exercise punggung, panggul, dan bahu sewaktu posisi
dan 12 balance exercise terhadap keseimbangan tubuh berubah cepat seperti yang diperlukan
postural pada lansia oleh apparatus vestibular. Pada pelatihan
Dari hasil analisa data menggunakan uji stepping exercise dalam 12 balance exercise
wilcoxon didapatkan untuk lansia yang akan mengaktifkan fungsi vestibuloserebelum
diberikan intervensi balance strategy exercise yang berperan menghitung kecepatan gerakan
didapatkan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039 selanjutnya dan pada arah apa berbagai bagian
sedangkan untuk lansia yang diberikan tubuh akan berada selama beberapa milidetik
intervensi 12 balance exercise didapatkan yang akan datang. Hasil penghitungan ini
Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,005. Karena adalah kunci untuk kemajuan otak bagi urutan
nilai Asymp Sig (2-tailed) 0,005 < 0,039 maka gerak selanjutnya. Selama pengaturan
dapat disimpulkan bahwa intervensi 12 balance keseimbangan diperkirakan bahwa informasi
exercise lebih efektif untuk peningkatan yang berasal dari bagian perifer tubuh maupun
keseimbangan postural pada lansia apparatus vestibular digunakan oleh sirkuit
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil pengaturan umpan balik yang khusus guna
penelitian yang dilakukan oleh Nugraha et all menyediakan koreksi antisipasi sinyal motorik.
(2016). Hasil penelitian didapatkan bahwa Koreksi antisipasi mengaktifkan feedforward
rerata selisih nilai sebelum dan setelah mechanism untuk koreksi sikap yang
pelatihan pada kelompok kontrol dengan diperlukan dalam menjaga keseimbangan
pelatihan balance strategy exercise yaitu 45,43 sewaktu ada gerakan yang sangat cepat,
dan rerata selisih nilai sebelum dan setelah termasuk perubahan arah gerakan yang cepat.
pelatihan pada kelompok perlakuan dengan Integrasi sensoris pada pelatihan 12
pelatihan 12 balance exercise yaitu 47,21. Uji balance exercise dicapai melalui pelatihan eye
beda independent sample t-test menunjukkan tracking, dynamic walking, dan stepping
selisih p=0,000 dimana p<0,05 maka dapat exercise. Pada saat melakukan pelatihan eye
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan tracking dan stepping exercise akan
antara kelompok kontrol dengan kelompok mengaktifkan vestibuloocular reflex. Pelatihan
perlakuan terhadap peningkatan keseimbangan stepping exercise juga menimbulkan eksitasi
dinamis lansia. Persentase peningkatan rerata pada apparatus vestibular dalam hal ini kanalis
perubahan nilai keseimbangan dinamis pada semisirkularis, dan dynamic walking
kelompok perlakuan yaitu 6,78 % lebih besar memberikan tambahan informasi pada
daripada kelompok kontrol yaitu 2,58 %. somatosensoris tubuh, sehingga tercapailah
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep integrasi sensoris dalam hal menjaga
pelatihan 12 balance exercise lebih baik keseimbangan dinamis, yaitu: integrasi antara
daripada balance strategy exercise dalam sistem visual, vestibular, dan somatosensoris
meningkatkan keseimbangan dinamis pada (Hu dan Wollacott. 1994 dalam Nugraha et all,
lansia 2016 ). Pengoptimalan fungsi integrasi sensoris
Pelatihan balance strategy exercise dan dan juga sensory re-weighting pada pelatihan
pelatihan 12 balance exercise memiliki dengan menggunakan tantangan saat dynamic
kesamaan mekanisme dalam meningkatkan walking memberikan adaptasi pada sistem
keseimbangan dinamis pada lansia dengan sensoris untuk membagi informasi tersebut
mempertahankan limit of stability, dengan meningkatkan bobot sensorik untuk
mengaktifkan sistem feedback pada movement vestibular dan informasi visual serta
strategies, serta meningkatkan dynamic mengurangi ketergantungan masukan
stability. Pelatihan 12 balance exercise somatosensori untuk orientasi postural (Peterka,
memiliki kelebihan dalam meningkatkan 2002 dalam Nugraha et all, 2016)
keseimbangan dinamis sehingga menjadikan
pelatihan ini lebih efektif daripada balance
strategy exercise. Pelatihan 12 balance exercise
mengaktifkan mekanisme feedforward pada

Halaman | 51
Jurnal Keperawatan, Vol 12, No 1, Januari 2019
KESIMPULAN human movement in health and disease.
1. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins.
(mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar 217-246
27,11 dengan standar deviasi 7,028. Setelah Delitto A, (2003). The Link Between Balance
dilakukan intervensi didapatkan rata-rata Confidence and Falling. Physical Therapy
(mean) skor BBS setelah diberikan intervensi Research That Benefits You, American
BSE (balance strategy exercise) sebesar 27,61 Physical Therapy Association: 9-11
dengan standar deviasi sebesar 6,843. Dari hasil Fatimah, M.S., Puruhita, N. (2010). Gizi pada
uji wilcoxon, didapatkan nilai Z sebesar -2,065 lansia. Dalam: Martono H, Pranaka K. Buku
dan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039. Karena ajar Boedhi-Darmojo: geriatri (ilmu
nilai signifikasi 0,039 < 0,05 dapat disimpulkan kesehatan usia lanjut). Jakarta
bahwa ada pengaruh pemberian intervensi BSE Huxham FE, Goldie PA and Patla AE, (2001).
(balance strategy exercise) terhadap Theoretical considerations in balance
keseimbangan postural pada lansia Assessment. Australian Journal of
2. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata Physiotherapy 47: 89-100
(mean) skor BBS sebelum intervensi sebesar Nugraha, M. H. S., & KEBUDAYAAN, K. P. D.
26,11 dengan standar deviasi sebesar 5,989. (2016). Pelatihan 12 Balance Exercise Lebih
Setelah diberikan intervensi 12 balance exercise Meningkatkan Keseimbangan Dinamis
didapatkan rata-rata (mean) skor BBS sebesar Daripada Balance Strategy Exercise Pada
27,27 dengan standar deviasi sebesar 5,757. Lansia Di Banjar Bumi Shanti, Desa Dauh
Dari hasil uji wilcoxon, didapatkan nilai Z Puri Kelod, Kecamatan Denpasar
sebesar -2,812 dan Asymp Sig (2-tailed) Barat. Majalah Ilmiah Fisioterapi
sebesar 0,005. Karena nilai signifikasi 0,005 < Indonesia, 1(1).
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik &
pemberian intervensi 12 balance exercise Geriatric. Jakarta : EGC
terhadap keseimbangan postural pada lansia Pudjiastuti. (2003). Fisioterapi Pada Lansia.
3. Dari hasil analisa data menggunakan uji Jakarta : EGC
wilcoxon didapatkan untuk lansia yang Riemann, B.L. & Lephart, S.M. (2002). The
diberikan intervensi balance strategy exercise sensorimotor system, part I: the physiologic
didapatkan Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,039 basis of functional joint stability. Journal of
sedangkan untuk lansia yang diberikan Athletic Training, 37(1); 71-79
intervensi 12 balance exercise didapatkan Schrift, Doug. (2015). 12 Best Elderly Balance
Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,005. Karena Exercises For Seniors to Help Prevent Falls.
nilai Asymp Sig (2-tailed) 0,005 < 0,039 maka Diakses dari : https://eldergym.com/elderly-
dapat disimpulkan bahwa intervensi 12 balance balance.html
exercise lebih efektif untuk peningkatan Shier D, Butler, J., & Lewis, R, (2004). Somatic
keseimbangan postural pada lansia and Special Senses. Hole’s Human Anatomy
and physiology. 10th ed. New York: The
REFERENSI McGraw-Hill Companies, Inc. 421-466
Watson M A, and Black F A, (2008). The Human
Abrahamova D & Hlavacka F. (2008). Age-Related Balance System, A Complex Coordination
Changes of Human Balance during Quiet Of Central And Peripheral Systems By The
Stance: Slovakia . Physiological Research: Vestibular Disorders Association
57:957-964 Willis Jr W D, (2007). The somatosensory system,
Batson G, (2009). Update On Proprioception with emphasis on structures important for
Considerations For Dance Education. pain. Department of Neuroscience and Cell
Journal Of Dance Medicine And Science. Biology, University of Texas Medical
Volume 13, number 2; 2009 Branch, 301 University Blvd., Galveston,
Brown, S.P., Miller, W.C., & Eason, J.M, (2006). TX 77555-1069, USA. Brain Research
Neuroanatomy and Neuromuscular Control Reviews 55 (2007) 297–313
of Movement. Exercise physiology: Basis of

Halaman | 52
Urecol Journal. Part C:
Health Sciences
Vol. 1 No. 1 (2021) pp. 24-29
eISSN: 2797-1791

The Effect of Balance Exercise (Forward Stepping) on


The Risk of Falling in the Elderly
Esri Rusminingsih , Marwanti, Endang Sawitri, Apriliana Dwi Cahyani
Stikes Muhammadiyah Klaten, Indonesia
esrirusminingsih@yahoo.co.id

https://doi.org/10.53017/ujhs.43
Received: 11/05/2021 Revised: 11/06/2021 Accepted: 18/06/2021

Abstract
Falling is a common occurrence in the elderly and the risk of falling increases with age.
The elderly will experience a physical deterioration in the musculoskeletal system, which
causes a decrease in balance, making them prone to falling. Impaired balance is the main
cause of the risk of falls in the elderly because of visual, vestibular and somatosensory
disorders. The risk of falling in the elderly can lead to complications of fractures and even
death. Elderly balance exercise can be used as an effort to improve the quality of life of the
elderly in the community. This study aims to determine the effect of balance training
(forward stepping) on the level of risk of falling in the elderly. The research design used a
pre-experiment with the One-Group Pretest-Posttest Design. The sampling technique used
random sampling with a total of 16 respondents with criteria over 65 years of age,
independent mobility and not experiencing hearing and vision problems. The intervention
was given in the form of forward stepping balance exercises 3 times a week for 4 weeks
with a duration of 15 minutes. Measuring the risk of falling using the Time Up and Go
Test (TUGT). The results showed that the mean age of the elderly was 72.38 ± 3.46 years,
with 12 more elderly women (75%) than men. The risk of falling before being given training
in the elderly was included in the light category with an average TUGT value of 17.06
seconds and after training there was a decrease to an average of 13.24 seconds. The
Wilcoxon Test shows the effect of balance training (forward stepping) on the risk of falling
in the elderly with p-value = 0.000 <0.05. Conclusion: The results of this study indicate
that balance training (forward stepping) can reduce the risk of falls in the elderly.
Keywords: Balance exercises; Fall risk; Elderly

Pengaruh Latihan Keseimbangan (Forward Stepping)


Terhadap Risiko Jatuh Pada Lansia
Abstrak
Jatuh merupakan kejadian yang sering dijumpai pada lansia dan resiko jatuh meningkat
dengan seiring bertambahnya umur. Lansia akan mengalami kemunduran fisik pada
sistem muskoloskeletal yang menyebabkan penurunan keseimbangan, sehingga rentan
mengalami jatuh. Gangguan keseimbangan penyebab utama terjadi resiko jatuh pada
lansia karena gangguan visual, vestibular dan somatosensory. Resiko jatuh pada lansia
dapat menyebabkan komplikasi patah tulang bahkan kematian. Latihan keseimbangan
lansia dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
pada lansia di komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan
keseimbangan (forward stepping) terhadap tingkat resiko jatuh pada lansia. Desain
penelitian menggunakan pre eksperimen dengan rancangan One-Group Pretest-Posttest
Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling dengan jumlah 16
responden dengan kriteria Usia diatas 65 tahun, mobilitas mandiri dan tidak mengalami
gangguan pendengaran dan penglihatan. Intervensi yang diberikan berupa latihan

Urecol Journal. Part C: Health Sciences, Vol.1 No.1 (2021) 24


Esri Rusminingsih, Marwanti, Endang Sawitri, Apriliana Dwi Cahyani

keseimbangan forward stepping 3 kali seminggu selama 4 minggu dengan durasi 15 menit.
Pengukuran risiko jatuh menggunakan Time Up and Go Test (TUGT). Hasil penelitian
menunjukkan rerata usia lansia 72,38 ± 3,46 tahun, denganjumlah lansia perempuan
lebih banyak 12 (75%) daripada laki-laki. Risiko jatuh sebelum diberikan latihan lansia
termasuk dalam kategori ringan dengan rata-rata nilai TUGT adalah 17,06 detik dan
sesudah latihan terjadi penurunan menjadi rata-rata 13,24 detik. Uji Wilcoxon Test
menunjukkan adanya pengaruh antara latihan keseimbangan (forward stepping)
terhadap resiko jatuh pada lansia dengan dengan p-value = 0,000 < 0,05. Kesimpulan:
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latihan keseimbangan (foward stepping) dapat
menurunkan risiko jatuh pada lanjut usia.
Kata-kata kunci: Latihan keseimbangan; Risiko jatuh; Lansia

1. Pendahuluan
Proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi anatomi dan fisiologis tubuh
manusia. Degenerasi sensorik, sistem neuron, kognitif, muskuloskeletal serta penyakit fisik
memberikan dampak timbulnya risiko jatuh pada lansia.
Kemunduran fisik pada sistem muskuloskeletal diantaranya berkurangnya massa
otot. Kelemahan otot-otot akibat kemunduran fisik menjadi salah satu faktor risiko utama
terjadinya jatuh pada lansia [1]. Jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang
mengakibatkan seseorang terbaring atau duduk di lantai. Lansia mudah jatuh karena
adanya gangguan keseimbangan dan gaya berjalan. Resiko jatuh pada lansia dapat
menyebabkan komplikasi patah tulang bahkan kematian [2]. Risiko jatuh merupakan
kondisi paling berbahaya yang sering terjadi pada lansia dan cedera akibat jatuh sebagai
memberikan dampak terburuk nomor dua bagi lansia [3]. Gangguan gaya berjalan dan
keseimbangan adalah penyebab paling umum dari jatuh pada orang dewasa yang lebih tua
dan sering menyebabkan cedera, kecacatan, kehilangan kemandirian, dan keterbatasan
kualitas kehidupan [4].
Faktor risiko jatuh diantaranya demensia, depresi, gaya berjalan, usia, jenis kelamin,
pengobatan, inkontinensia, lingkungan tidak aman serta gangguan keseimbangan. Jatuh
menyebabkan terjadinya cedera parah, termasuk patah tulang dan kematian pada usia
lanjut. Insiden jatuh tertinggi terjadi pada lansia yang lebih tua. Kondisi ini meningkatkan
biaya perawatan untuk tindakan kuratif yang dilakukan di rumah sakit [5]. Survey
masyarakat di Amerika Serikat didapatkan sekitar 30% lansia yang berumur lebih dari 65
tahun jatuh setiap tahunnya [1]. Kongres XII PERSI di Jakarta pada tanggal 8 November
2012 melaporkan bahwa kejadian pasien jatuh di Indonesia pada bulan Januari-September
2012 sebesar 14%. Cedera jatuh yang terjadi pada lansia berusia 65 tahun sebesar 30-50%,
jatuh berulang sebanyak 50%, resiko cedera jatuh menyerang lansia wanita sebanyak 80%
dan lansia laki-laki sebanyak 20% [6]. Intervensi yang digunakan untuk mengurangi risiko
jatuh dapat menurunkan beban perawatan dan meningkatkan kualitas hidup lansia [7].
Metode nonfarmakologi yang dikembangkan untuk mengurangi resiko jatuh pada lansia
adalah dengan menggunakan teknik balance strategy exercise. Pelatihan Balance Strategy
Exercise bermanfaat untuk meningkatkan functional stability limit, perbaikan sistem
motoris, perbaikan kontrol postural, serta peningkatan stabilitas dinamik. Penelitian Kiik,
dkk. [8], menyatakan latihan keseimbangan berpengaruh signifikan meningkatkan kualitas
hidup lansia. Hal itu disebabkan karena latihan keseimbangan dapat meningkatkan
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan social dan lingkungan. Latihan
keseimbangan lansia dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup pada lansia di komunitas. Forward stepping merupakan salah satu bentuk
latihan keseimbangan untuk lansia. Lansia melakukan latihan keseimbangan forward

Urecol Journal. Part C: Health Sciences, Vol.1 No.1 (2021) 25


Esri Rusminingsih, Marwanti, Endang Sawitri, Apriliana Dwi Cahyani

stepping untuk memperkuat otot punggung serta bokong. Lansia dapat melakukan latihan
keseimbangan forward stepping setiap saat jika ada waktu luang dan tidak perlu merasa
takut untuk terjatuh karena dalam latihan ini lansia dapat berpengan dengan benda (kursi,
meja, dan orang yang membantu). Dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas Klaten Utara
dengan pemeriksaan The Time Up and Go Test pada 10 lansia, didapatkan 2 (20%) lansia
dengan risiko jatuh ringan dan 8 (80%) lansia dengan risiko jatuh sedang. Studi ini berfokus
pada pemberian intervensi berupa latihan keseimbangan ( foward stepping ) dan melihat
dampaknya terhadap penurunan risiko jatuh pada lansia.

2. Metode
Desain penelitian ini menggunakan One Group Pretest-Posttest Design. Enam belas
lansia yang memenuhi syarat yaitu usia diatas 65 tahun, dapat melakukan aktifitas sehari-
hari secara mandiri, dan tidak mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan
berpartisipasi dalam penelitian ini. Pasien yang tidak mengikuti sesi latihan dari awal
sampai akhir dikeluarkan dari sampel. Instrumen yang digunakan untuk menilai risiko
jatuh adalah The Time Up and Go Test (TUGT) yaitu menilai waktu yang dibutuhkan mulai
dari berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter) dan berbalik dan kembali duduk ke
tempat semula. Interpretasi hasil TUGT dinilai mobilitas bebas apabila waktu <10 detik,
mostly independent <20 detik, variable mobility 20-29 detik, dan terjadi gangguan mobilitas
jika >30 detik. Tes TUG digunakan untuk mengevaluasi fungsi mobilitas dan risiko jatuh
pada lansia yang tinggal di komunitas/masyarakat [9]. Pada penelitian ini menggunakan
skala rasio. Intervensi latihan keseimbangan (foward stepping) dilakukan 3 kali seminggu,
selama 4 minggu dengan durasi 12 menit per sesi latihan. Analisis data menggunakan uji
alternatif Wilcoxon, karena didapatkan data tidak berdistribusi normal

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Karakteristik responden
Karakteristik berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan dan risiko jatuh
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik responden


Variabel n Min Max Mean + SD
Umur 16 67 77 72,38 3,46
f %
Pekerjaan 16
Buruh 5 31,3
Tidak Bekerja 10 62,5
Pedagang 1 6,3
Jenis Kelamin 16
Laki-laki 4 25,0
Perempuan 12 75,0

Penelitian ini menunjukkan rerata usia lansia 72,38 ± 3,46 tahun. Pada kelompok usia
lansia 60 – 70 tahun, akan terjadi berbagai penurunan pada sistem sensoris di tubuh
diantaranya penurunan kemampuan dalam memfokuskan pandangan saat gerakan cepat
yang membutuhkan waktu lebih lama. Alasan tersebut akan berpengaruh pada kondisi
postural sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan [10]. Hasil penelitian juga
menunjukkan jumlah lansia perempuan lebih banyak 12 (75%) daripada laki-laki. Lansia

Urecol Journal. Part C: Health Sciences, Vol.1 No.1 (2021) 26


Esri Rusminingsih, Marwanti, Endang Sawitri, Apriliana Dwi Cahyani

dengan jenis kelamin perempuan lebih mendominasi terkena resiko jatuh dibanding lansia
laki-laki [1]. Pada dasarnya lelaki memiliki otot yang lebih kuat daripada perempuan.
Kalsitonin yang menghambat resopsi tulang dan merangsang pembentukan tulang
mengalami penurun seiring bertambanya usia. Estrogen yang menghambat pemecahan
tulang dan hormone paratiroid meningkat bersama menambahnya usia dan peningkatan
response tulang hal ini akan menyebabkan pengeroposan tulang [11]. Lansia perempuan
akan mengalami menopause dimana terjadi penurunan hormone estrogen yang dapat
mengakibatkan tulang kehilangan kalsium sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan
[12].

3.2. Pengaruh latihan keseimbangan


Tabel 2 Menunjukkan rerata risiko jatuh responden sebelum dan sesudah latihan keseimbangan
(forward stepping). Sementara itu, Tabel 3 pengaruh latihan keseimbangan ( foward stepping)
terhadap risiko jatuh pada lansia.

Tabel 2. Rerata risiko jatuh sebelum dan sesudah latihan keseimbangan (forward stepping)
Resiko Jatuh Min Max Mean St. Deviasi
1 Sebelum 13,30 30,50 17,06 4,37
2 Sesudah 9,54 25,76 13,24 4,11

Tabel 3. pengaruh latihan keseimbangan (foward stepping) terhadap risiko jatuh pada lansia
Median (Minimum-Maksimum) P value
Sebelum diberikan latihan 15,55 (13,30 - 30,50) 0,000
Sesudah diberikan latihan 11,86 (9,54 - 25,76)

Sebelum diberi latihan keseimbangan risiko jatuh yang dialami lansia dalam kategori
ringan dengan rerata hasil 17,06 ± 4,37 detik sedangkan setelah diberi latihan
keseimbangan lansia masih masuk dalam risiko jatuh ringan akan tetapi terjadi penurunan
risiko jatuh dengan rerata hasil 13,24 ± 4,11 detik. Kategori risiko jatuh ringan merupakan
kemampuan lansia dalam bergerak secara mandiri akan tetapi rentang gerak lansia tidak
penuh. Sejalan dengan penelitian [13] yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha di
Kasongan Bantul didapatkan mayoritas lansia memiliki resiko jatuh sebanyak 76,6%.
Resiko jatuh pada lansia akan meningkat seiring dengan bertambahnya factor resiko seperti
usia, kondisi lingkungan, dan kondisi patologis. Lansia akan mengalami kemunduran dan
perubahan marfologi pada otot yang dapat menyebabkan perubahan fungsional otot.
Penurunan fungsi dan kekuatan otot dapat mengakibatkan penurunan kemampuan dalam
mempertahankan keseimbangan tubuh [13]. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian lainnya yang menunjukkan kejadian jatuh pada lansia di Panti Werdha sebesar
53, 8% dalam 3 bulan terakhir dengan frekuensi jatuh lebih dari >3 kali setahun. Frekuensi
jatuh lansia dalam 1 tahun idealnya hanya 1 - 2 kali [14]. Latihan berbasis pilates dapat
meningkatkan mobilitas, stabilitas postural dan keseimbangan dapat mengurangi risiko
jatuh pada lansia. Pada latihan pilates terdiri dari latihan kekuatan inti, keseimbangan dan
stabilitas [7].
Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon Test pada responden diperoleh nilai p-value =
0,000 (p < 0,05), sehingga disimpulna bahwa ada perbedaan tingkat resiko jatuh pada lansia
sebelum dan sesudah diberikan latihan keseimbangan (foward stepping). Dalam penelitian
ini latihan keseimbangan forward stepping dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu
dengan durasi waktu 15 menit setiap satu kali latihan. Pemberian latihan keseimbangan
mengaktifkan sestem gerak volunteer dan respon postural otomatis dalam tubuh. Ketika
melakukan pelatihan ankle, hip, dan stepping strategy exercise tubuh akan mengirimkan

Urecol Journal. Part C: Health Sciences, Vol.1 No.1 (2021) 27


Esri Rusminingsih, Marwanti, Endang Sawitri, Apriliana Dwi Cahyani

informasi sensori melalui mekanoreseptor terkait perubahan sensasi posisi tubuh dari
persendian ke sistem saraf bermielin besar. Dalam pelatihan ini akan memperbaiki kendala
biomekanik berupa peningkatan kekuatan pada otot gastrocnemius, hamstring, otot-otot
ekstensor batang tubuh, tibilias anterior, quadriceps, dan otot abdominal. Otot-otot ini akan
menyokong tubuh dan menyangga limit of stability sehingga terjadi kestabilan tubuh untuk
menggerakkan pusat gravitasi sejauh mungkin pada arah anteroposterior dan mediolatera
[15]. Latihan keseimbangan merupakan olah raga ringan yang mudah dilakukan dan tidak
memberatkan sehingga lansia dapat melakukannya baik mandiri maupun dibantu orang
lain. Latihan keseimbangan juga bermanfaat untuk memperbaiki komposisi tubuh seperti
lemak, massa otot, peningkatan imunitas, meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan,
menyehatkan jantung, nafas menjadi teratur dan mengurangi kecemasan atau depresi [16].
Bentuk latihan seperti latihan kekuatan (strength), ketahanan (endurance), fleksibilitas
dan keseimbangan merupakan program latihan yang dapat menurunkan risiko jatuh pada
lansia. Intervensi yang menggabungkan latihan dengan frekuensi rendah dan suplementasi
vitamin D terbukti efektif dalam mengurangi risiko jatuh pada individu lansia yang
mengalami kelemahan [4]. Penelitian lain juga menunjukkan hasil bahwa Latihan Fisik
Lansia (Lafiska) yang didalamnya terdapat latihan keseimbangan selama 10 menit dari total
durasi waktu 50 menit latihan dapat menurunkan risiko jatuh, peningkatan status
keseimbangan, dan peningkatan status kesehatan (nilai P <.0001) [5].
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa pemberian
latihan keseimbangan Square Stepping Exercise (SSE) dengan menggunakan pola kotak
persegi dengan ukuran 25 inci sebanyak 40 kotak dengan pola tertentu sesuai tahapannya
sebanyak 3 kali selama 4 minggu secara signifikan dapat memperbaiki keseimbangan serta
menurunkan resiko jatuh pada lansia [14]. Latihan keseimbangan SSE ini melibatkan
sistem sensori propioseptik yang ada di persendian, dan juga sistem sensori visual. Kedua
sistem sensori tersebut merupakan sistem yang membantu mempertahankan keseimbangan
pada lansia. Sebuah study yang dilakukan Orr et all menunjukkan bahwa dengan
melakukan latihan SSE dapat meningkatkan kekuatan tungkai sebesar 20%, karena ketika
melakukan latihan SSE dengan melangkah ke berbagai arah otot penggerak tungkai akan
aktif melakukan concentric phase [17]. Hasil penelitian lain juga menunjukkan Stepping
Exercise akan memperkuat otot-otot tungkai dan efektif mengurangi resiko jatuh pada
lansia [18]. Olah raga yang berfokus pada latihan keseimbangan merupakan cara yang
efektif untuk meningkatkan kebugaran dan menurunkan risiko jatuh pada lanjut usia [19].

4. Kesimpulan
Latihan keseimbangan (foward stepping) dapat dilakukan oleh lanjut usia dengan
kelompok umur diatas 65 tahun dengan mobilitas mandiri. Latihan keseimbangan (foward
stepping) dapat menurunkan risiko jatuh lansia yang diukur menggunakan kecepatan
waktu jalan dengan menggunakan instrumen TUGT.

Ucapan Terima Kasih


Terimakasih kepada Stikes Muhammadiyah Klaten beserta Kepala Desa Ketandan RW
03 Klaten Utara yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga penelitian ini
dapat terlaksana.

Referensi
[1] I. D. Nurkuncoro, “Pengaruh Latihan Keseimbangan Terhadap Risiko Jatuh Pada

Urecol Journal. Part C: Health Sciences, Vol.1 No.1 (2021) 28


Esri Rusminingsih, Marwanti, Endang Sawitri, Apriliana Dwi Cahyani

Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur Kasongan
Bantul,” Naskah Publ. skripsi, 2015.
[2] R. S. Maryam, A. Z. Prio, R. H. W, H. A. Bakar, A. Iskandar, and Akhmadi, Buku
Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media, 2010.
[3] L. Sabatini, S. N., Kusuma, H. E.,Tambunan, “Faktor Eksternal Risiko Jatuh Lansia :
Studi Empiris Faktor Eksternal Risiko Jatuh Lansia : Studi Empiris.,” 2015.
[4] R. Cuevas-trisan, “B a l a n c e Pro b l e m s a n d F a l l R i s k s in th e E l d e r l y
Balance Falls Older adults Risk factors,” vol. 35, no. 117, pp. 173–183, 2019, doi:
10.1016/j.cger.2019.01.008.
[5] D. Nurviyandari, K. Wati, J. Sahar, and E. Rekawati, “Enfermería Clínica,” Enfermería
clínica, vol. 28, pp. 337–342, 2018, doi: 10.1016/S1130-8621(18)30181-5.
[6] A. Gusmitasari, “Pengaruh Terapi Do-In Shiatsu Massage Dan Gym Terhadap Risiko
Cedera : Jatuh Pada Lansia Di Pstw Yogyakarta Unit Budhi Luhur,” pp. 1–14, 2014.
[7] R. W. Pata, K. Lord, and J. Lamb, “The effect of Pilates based exercise on mobility ,
postural stability , and balance in order to decrease fall risk in older adults,” J. Bodyw.
Mov. Ther., vol. 18, no. 3, pp. 361–367, 2014, doi: 10.1016/j.jbmt.2013.11.002.
[8] S. M. Kiik, J. Sahar, and H. Permatasari, “Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia
(Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan,” J. Keperawatan Indones., vol.
21, no. 2, pp. 109–116, 2018, doi: 10.7454/jki.v21i2.584.
[9] M. Sapmaz and B. Mujdeci, “The effect of fear of falling on balance and dual task
performance in the elderly,” vol. 147, no. August 2020, 2021.
[10] R. Mu’awana, “Pengaruh Balance Strategy Exercise Terhadap Peningkatan
Keseimbangan Pada Lansia,” 2019.
[11] K. Rosyidi, Muskoloskeletal. Jakarta Timur: Trans Info Media, 2013.
[12] K. L. Mauk, Gerontological nursing competencies for care , 2nd ed. Sudbury: Janes and
Barlett Publisher, 2010.
[13] Y. P. Sari, “Hubungan Tingkat Kemandirian Aktivitas Sehari-Hari Dengan Risiko
Jatuh Pada Lansia Di Pstw Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta,” Naskah
Publ. skripsi, 2015.
[14] F. S. N. Af’idah, Y. S. Dewi, and S. Hadhisuyatmana, “Studi Risiko Jatuh Melalui
Pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI) Pada Lansia Di Panti Wredha Hargodedali
Surabaya,” J. Community Heal. Nurs., vol. 1, no. 1, 2019.
[15] N. Murtiyani and H. Suidah, “Pengaruh Pemberian Intervensi 12 Balance Exercise
Terhadap Keseimbangan Postural Pada Lansia,” J. keperawatan, vol. 12, no. 1, pp. 42–
52, 2019.
[16] F. Alviana, “Komponen latihan fisik terhadap resiko jatuh pada lansia: systematic
review,” J. Publ. Kebidanan, vol. 10, no. 1, pp. 160–170, 2019.
[17] I. Pramita and A. D. Susanto, “Pengaruh Pemberian Square Stepping Exercise Untuk
Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Lansia,” Sport Fit. J., vol. 6, no. 3, pp. 1–
7, 2018.
[18] A. S. Vamula, “Pengaruh Pemberian Latihan Stepping Strategy Terhadap
Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut Usia Universitas Muhammadiyah Surakarta,”
Publ. Ilm. Skripsi, pp. 1–17, 2016.
[19] Y. Zhao, P. Chung, P. Education, and T. K. Tong, “Effectiveness of a balance-focused
exercise program for enhancing functional fi tness of older adults at risk of falling : A
randomised controlled trial,” Geriatr. Nurs. (Minneap)., vol. 38, no. 6, pp. 491–497, 2017,
doi: 10.1016/j.gerinurse.2017.02.011.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-


NonCommercial 4.0 International License

Urecol Journal. Part C: Health Sciences, Vol.1 No.1 (2021) 29

Anda mungkin juga menyukai