Anda di halaman 1dari 5

BAB III

TELAAH JURNAL

A. Ringkasan abstrak
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh
ketika di tempatkan di berbagai posisi. Keseimbangan tubuh lansia jika tidak dikontrol
maka akan dapat menimbulkan masalah besar pada kualitas hidup lansia, seperti
hilangnya rasa percaya diri dalam beraktivitas karena adanya rasa takut akan jatuh, patah
tulang, cedera kepala serta kecelakaan lainnya akibat kecenderungan jatuh. Jalan Tandem
(Tandem Stance) merupakan suatu tes dan juga latihan yang dilakukan dengan cara
berjalan dalam satu garis lurus dalam posisi tumit kaki menyentuh jari kaki yang lainnya
sejauh 3-6 meter, latihan ini dapat meningkatkan keseimbangan postural bagian lateral,
yang berperan dalam mengurangi resiko jatuh pada lansia. Tujuan dari studi ini adalah
untuk melakukan literature review pada jalan tandem untuk membantu meningkatkan
keseimbangan lansia dan mengurangi resiko jatuh.
Framework dalam studi ini meliputi populasi lansia yang beresiko jatuh,
intervensi yang dipilih adalah jalan tandem, ada intervensi pembanding yang dipilih dan
outcome yang diukur adalah fungsi keseimbangan lansia. Strategi pencarian studi
berbahasa Indonesia yang relevan dengan topik dilakukan dengan menggunakan data
base Journal of Healthcare Technology and Medicine, Sport and Fitness Journal, Sport
and Fitness Journal. Pencarian jurnal dibatasi mulai 5 tahun di bawah 2020. Keywords
yang digunakan antara lain adalah “Lansia, Keseimbangan, Jalan Tandem, Balance
Strategy”, “Senam Lansia, Jalan Tandem, Keseimbangan”, “Jalan tandem, keseimbangan
tubuh , lansia”.
Penelitian yang ditelaah dalam artikel ini menggunakan menggunakan sampel
yang berbeda-beda kelompok perlakuan dan kelompok control, G-Power Analysis, dan
memenuhi kriteria inklusi, untuk mengetahui efek jalan tandem terhadap fungsi
keseimbangan lansia. Kelompok kontrol dalam review penelitian ini mendapat perlakuan
senam lansia. Terapi yang diberikan pada kelompok perlakuan berupa jalan tandem dan
senam lansia. Pada penelitian G-Power Analysis ini mendapat perlakuan jalan tandem
dan pada penelitian memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi 2 yaitu kelompok 1

9
10

mendapatkan perlakuan jalan tandem dan kelompok 2 mendapat perlakuan latihan


balance strategy. Intervensi diberikan dalam jangka waktu 5 minggu hingga 8 minggu.
Penelitian yang direview ada 2 jurnal yang menggunakan random sampling dan 1 jurnal
menggunakan purposive sampling. Penelitian yang telah ditelaah ini seluruhnya
menggunakan alat ukur Berg Balance Scale. Seluruh penelitian menyimpulkan bahwa
jalan tandem lebih efektif untuk meningkatkan fungsi keseimbangan pada lansia.
B. Pendahuluan
Lansia akan mengalami penurunan pada sistem neurologis, sensori dan
muskuloskeletal sehingga akan terjadi gangguan keseimbangan yang menyebabkan
meningkatnya risiko jatuh. Berdasarkan tes keseimbangan yang dilakukan oleh National
Health and Nutrition Examination Survey di Amerika didapatkan hasil bahwa 19%
responden dengan usia kurang dari 49 tahun mengalami ketidakseimbangan dan pada
usia 70–79 tahun mengalami ketidakseimbangan sebesar 69% serta pada responden
dengan usia 80 tahun atau lebih mengalami ketidakseimbangan sebesar 85%. Dalam
survei ini juga didapatkan bahwa sepertiga dari responden yang berusia 65–75 tahun
memiliki gangguan keseimbangan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh
ketika di tempatkan di berbagai posisi. Jika keseimbangan tubuh lansia tidak dikontrol,
maka akan dapat menimbulkan masalah besar pada kualitas hidup lansia, seperti
hilangnya rasa percaya diri dalam beraktivitas karena adanya rasa takut akan jatuh, patah
tulang, cedera kepala serta kecelakaan lainnya akibat kecenderungan jatuh.
Jatuh adalah ancaman terbesar bagi kesehatan dan kemandirian lansia diatas 60
tahun dan merupakan penyebab kematian dikalangan usia tersebut. Kejadian jatuh
dilaporkan sangat tinggi pada lansia diatas 65 tahun. Tercatat 25-38% orang yang berusia
diatas 65 tahun meningkat resiko jatuh sekitar 32-42% dan hampir sepertiga lansia pernah
mempunyai pengalaman jatuh yang berakibat cedera yang serius. Sekitar 1 (satu) diantara
3 (tiga) lansia mengalami cedera yang serius akibat jatuh, seperti patah tulang pinggul
dan trauma kepala.
11

C. Metode
Framework yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan
rancangan pre and post test two groups design. Dimana populasi yang digunakan adalah
lansia yang beresiko jatuh, intervensi yang dipilih adalah jalan tandem, ada intervensi
pembanding yang dipilih dan outcome yang diukur adalah fungsi keseimbangan lansia.
Sehingga dari framework ini disusun suatu pertanyaan berupa “bagaimanakah keefektifan
jalan tandem dalam meningatkan fungsi keseimbangan lansia?”
Strategi pencarian studi berbahasa Indonesia yang relevan dengan topik dilakukan
dengan menggunakan data base Journal of Healthcare Technology and Medicine, Sport
and Fitness Journal, Sport and Fitness Journal. Pencarian jurnal dibatasi mulai 5 tahun
di bawah 2020. Keywords yang digunakan antara lain adalah “Lansia, Keseimbangan,
Jalan Tandem, Balance Strategy”, “Senam Lansia, Jalan Tandem, Keseimbangan”, “Jalan
tandem, keseimbangan tubuh , lansia”.
D. Ringkasan studi
Latihan jalan tandem meningkatkan fungsi dari pengontrol keseimbangan tubuh
yaitu sistem informasi sensorik, central processing dan efektor untuk bisa beradaptasi
dengan perubahan lingkungan.5 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Talkowski (2008) yang mengatakan ketika melakukan latihan jalan tandem, lansia dilatih
secara visual dengan melihat kearah depan agar memperluas arah pandangan untuk dapat
berjalan lurus. Selain melatih visual, latihan jalan tandem juga mengaktifkan
somatosensoris, vestibular serta proprioceptive yang mempertahankan posisi tubuh tetap
tegak selama berjalan, serta melakukan pola jalan yang benar sehingga dapat
meningkatkan keseimbangan dengan
nilai p=0,001
Latihan jalan tandem ini dilakukan 3 kali seminggu dalam 5 minggu akan
menghasilkan proprioseptif yang adekuat, karena pada waktu tersebut telah terjadi
adaptasi neural dan adaptasi serabut otot. Ketika proprioseptif yang didukung oleh
rekruitmen motor unit yang meningkat dan adanya hipertropi (adaptasi serabut otot) yang
membantu dalam stabilitas sendi dan kekuatan otot maka akan tercapai keseimbangan
yang baik. Selain itu, jalan tandem juga memberikan pengaruh pada hubungan berjalan
secara mediallateral, mengontrol ankle, mekanisme investor-everstor, otot-otot dominan
12

load/unload dari abduksi dan adduksi hip, sedangkan pada kondisi AP, jalan tandem akan
meningkatkan fleksor dan ekstensor hip sehingga dapat melatih sensorik dan motorik
untuk mempertahankan keseimbangan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
didapatkan oleh Syah (2017) bahwa latihan jalan tandem lebih meningkatkan
keseimbangan lansia dengan nilai p=0,000.
Latihan jalantandem melatih posisi tubuh, koordinasi otot dan gerakan tubuh.
Keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sistim informasi sensoris yang
meliputi visual, vestibular, somatosensoris, respon otot postural yang sinergis, kekuatan
otot, lingkup gerak sendi dan sistim adaptif. Latihan jalan tandem ini melatih secara
visual dengan melihat ke depan serta memperluas arah pandangan agar memperluas arah
pandangan untuk dapat berjalan lurus. Latihan jalan tandem juga mengaktifkan
somatosensoris dan vestibular (proprioceptive) yang mempertahankan posisi tubuh tetap
tegak selama berjalan, serta melakukan pola jalan yang benar. Jalan tandem dilihat dari
gerakan kaki dan dimana letak tekanan pada area telapak kaki dan cara bergerak maju.
Dalam gangguan cerebellar atau kelemahan vestibular dapat menghasilkan gerakan yang
condong kesisi yang terkena. Gerakan-gerakan korektif kecil merupakan hal yang
normal, itu menunjukkan bahwa seseorang dapat merasakan input proprioseptif yang
diterima.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gaur, menyimpulkan bahwa latihan
proprioseptif dengan walking exercise lebih efektif dibandingkan dengan latihan
kestabilan menggunakan Swiss ball. Dalam penelitian Batson G menyimpulkan bahwa
latihan proprioseptif pada penari-penari menggunakan rangsangan sensorik dan jalan
tandem lebih efektif meningkatkan motor control, motor planning, dan postural stability
pada penari yang berdampak akurasi posisi dan keseimbangan ketika menari.
Penambahan latihan jalan tandem dapat meningkatkan keseimbangan lebih baik
dibandingkan hanya melakukan senam lansia saja.Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
didapatkan oleh Maryam) yang menyatakan program latihan fisik yang terdiri dari
pemanasan, latihan fisik, diikuti dengan latihan koordinasi, keseimbangan dan latihan
kekuatan otot serta pendinginan yang dilakukan dapat menurunkan angka kejadian jatuh
dan meningkatkan keseimbangan tubuh.
13

E. Implikasi terhadap praktik


Penelitian yang ditelaah dalam studi ini menunjukkan bahwa jalan dapat
membantu meningkatkan fungsi keseimbangan lansia sehingga dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi rumah perawatan atau kelompok lansia di komunitas. Intervensi ini dapat diperkuat
dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang cara pencegahan jatuh dan modifikasi
lingkungan untuk meminimalkan resiko jatuh pada lansia.
F. Kesimpulan
Hasil review yang dilakukan pada 3 jurnal menyimpulkan bahwa jalan tandem
lebih efektif untuk fungsi keseimbangan lansia. Melatih sikap atau posisi tubuh,
mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Meningkatkan
keseimbangan postural bagian lateral, yang berperan dalam mengurangi resiko jatuh pada
lansia.
G. Saran
1. Melalui penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya fisioterapi pada lansia
2. Peran keluarga dibutuhkan dalam upaya menjaga risiko jatuh pada lansia
3. Berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan kesempatan mempelajari
metode latihan dalam meningkatkan keseimbangan tubuh lansia.

Anda mungkin juga menyukai