Anda di halaman 1dari 17

Klasifikasi lansia 60-69 tahun dan 70-79 tahun menurut WHO dalam Abdul Wadu’ud dan Tuti

Bahfiarti, (2016), lansia dibagi menjadi young old (usia 60-69 tahun), old (usia 70-79 tahun), old
old (usia 80-89 tahun), dan very old (usia berada di atas 90 tahun). Dan pembagian usia Menurut
Pinem (2009) dalam Harahap (2013), seseorang dikatakan usia lanjut apabila telah berumur 60
tahun ke atas. Diantara usia lanjut yang berumur 60 tahun ke atas dikelompokkan menjadi tiga
yang terdiri dari: young old (60-69), old (70-79 tahun) dan old-old (80 tahun ke atas).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ashari et all., (2022) dengan judul “Hubungan Antara
Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada Lansia The Relationship Between Physical Activity
and Sleep Quality In Elderly.” Menunjukkan bahwa semakin bertambah umur seorang lansia
maka kapasitas aktivitas fisiknya akan menjadi semakin berkurang, sehingga hal tersebut dapat
mengurangi keseimbangan lansia.
Penelitian yang dilakukan oleh Henry and Baudry, (2019), dengan judul
“Age-related changes in leg proprioception: implications for postural control”
menyatakan bahwa keseimbangan tubuh melibatkan berbagai komponen seperti
kemampuan dari sistem visual, vestibular dan somatosensoris. Reseptor perifer
tersebut mengirimkan informasi ke Central Nervous System (CNS) tentang
lingkungan sekitar dan akan diolah oleh CNS sehingga menghasilkan suatu
keseimbangan tubuh dengan mengkontraksikan otot-otot postural tubuh dan otot-
otot ekstremitas bawah agar tubuh tidak terjatuh.
Penelitian oleh Ranti et all, (2021), menaytakan bahwa keseimbangan
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan aktifitas
seseorang. Kemampuan seseorang menjaga keseimbangan postural dalam
beraktifitas disebabkan karena tubuh mampu menjaga dan mengatur vaskularisasi
ke otak dengan cara menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar lipoprotein,
meningkatkan produksi endhotelial nitric oxide yang adekuat. Keseimbangan
tubuh merupakan interaksi yang kompleks dari sistem sensorik (vestibular, visual,
dan somatosensorik termasuk proprioseptif) dan muskuloskeletal (otot, sendi dan
jaringan lunak lain) yang diatur di dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal
ganglia, serebelum.
Penelitian oleh Syah et al., (2017), menyatakan bahwa keseimbangan
adalah keadaan seimbang yang merupakan komponen sangat penting dari suatu
keterampilan gerak, dan keseimbangan dapat dicapai saat kita dapat
mempertahankan pusat gravitasi. Keseimbangan sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari karena dapat mencegah seseorang dari jatuh baik ketika jalan, bangkit
dari duduk, naik tangga serta
menuntun saat berjalan pada permukaan yang tidak rata.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Salsabilla, et al (2023) yang memaparkan karakteristik responden berdasarkan
keseimbangan. Responden dengan keseimbangan normal berjumlah 36 orang
(52%) dan responden dengan keseimbangan tidak normal berjumlah 33 orang
(48%), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa responden terbanyak adalah
responden dengan keseimbangan normal.
Penelitian oleh Syah & Utami, (2021) juga menyatakan adanya hubungan
yang signifikan antara kognitif dengan keseimbangan lansia dengan Uji statistik
untuk kognitif didapatkan p = 0.014 (p<0.05).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdelmohsen et al., (2021) dengan
judul Correlations among body mass index, body balance and bone mineral
density in elderly women dengan uji analisis korelasi Pearson yang diperoleh
menunjukkan korelasi negatif yang substansial antara BMI dan keseimbangan
tubuh dengan nilai p = 0,000 dan r = -0,49 yaitu Peningkatan IMT merupakan
factor risiko terhadap keseimbangan yang terganggu.

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1. Deskripsi Variabel Penelitian


6.1.1. Lansia
Data lansia pada sampel penelitian ini memiliki beberapa karakteristik seperti usia
(60-79 tahun) dan jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, tekanan darah dan nadi :
1. Pada karakteristik usia lansia :
Frekuensi dan distribusi data dapat ditemukan pada tabel 5.2 dimana jumlah
sampel terbanyak berada pada usia 60 hingga 69 tahun sebanyak 66 orang atau
sebesar 66%, sedangkan rentang usia 70 hingga 79 sebanyak 34 orang atau
sebesar 34% (N=100 orang lansia).
Klasifikasi lansia 60-69 tahun dan 70-79 tahun menurut WHO dalam Abdul
Wadu’ud dan Tuti Bahfiarti, (2016), lansia dibagi menjadi young old (usia 60-69
tahun), old (usia 70-79 tahun), old old (usia 80-89 tahun), dan very old (usia
berada di atas 90 tahun). Dan pembagian usia menurut Pinem (2009) dalam
Harahap (2013), seseorang dikatakan usia lanjut apabila telah berumur 60 tahun
ke atas. Diantara usia lanjut yang berumur 60 tahun ke atas dikelompokkan
menjadi tiga yang terdiri dari: young old (60-69), old (70-79 tahun) dan old-old
(80 tahun ke atas).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cabrera (2015) menyatakan lansia
adalah seseorang yang mengalami tahap akhir dalam perkembangan kehidupan
manusia. UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa
lansia adalah seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun. Lansia mengalami
banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling
berhubungan satu sama lain sehingga berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan fisik maupun jiwa pada lansia.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rindu Febriyeni
Utami dan Irhas Syah (2022) ditemukan Semakin tinggi usia seseorang akan
lebih berisiko mengalami masalah kesehatan karena adanya faktor regenerasi sel
dan penuaan sehingga mengalami perubahan baik fisik, ekonomi, psikologikal,
kognitif, dan spiritual. Ditinjau dari aspek fisik pada lansia terjadi penurunan
kekuatan otot dan massa tulang yang mengakibatkan gangguan keseimbangan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ashari et all., (2022) dengan judul
“Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada Lansia The
Relationship Between Physical Activity and Sleep Quality In Elderly.”
Menunjukkan bahwa semakin bertambah umur seorang lansia maka kapasitas
aktivitas fisiknya akan menjadi semakin berkurang, sehingga hal tersebut dapat
mengurangi keseimbangan lansia.
Penelitian lainnya oleh Ariyanto, et all, (2022) dengan judul “Aktivitas Fisik
Terhadap Kualitas Hidup Pada Lansia” menunjukkan bahwa pada sistem
muskuloskeletal terjadi penurunan kekuatan otot, fleksibilitas, elastisitas otot dan
pada sistem saraf terjadi penurunan konsentrasi neurotransmitter sehingga laju
penghantaran saraf menjadi terganggu yang akan menimbulkan berbagai
permasalahan dikarenakan proses menua yang terjadi pada lanjut usia.
Penelitian lainnya oleh Murtiani et., all (2019) dengan judul “Pengaruh
Pemberian Intervensi 12 Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Postural
Pada Lansia.” menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia yang diikuti
proses menua, terjadi penurunan kemampuan fisik yang disebabkan penurunan
kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh seperti sistem
muskuloskeletal, sistem vestibula, sistem proprioseptif, dan gangguan mata
disebabkan karena proses degeneratif yang bersifat fisiologis.
2. Pada karakteristik jenis kelamin lansia
Berdasarkan tabel 5.3 diatas menyatakan bahwa lansia frekuensi lansia
perempuan lebih banyak daripada lansia Laki-laki sebesar 55 orang dengan
frekuensi sebesar 55 %, sedangkan lansia jenis kelamin laki laki sebanyak 45
orang dengan sebesar 45 % (N = 100 orang lansia).
Penelitian yang dilakukan Peters RM, McKeown MD,et all, (2016)
dengan judul Losing touch: age-related changes in plantar skin sensitivity,
lower limb cutaneous reflex strength, and postural stability in older adults,
menyatakan bahwa kemampuan otot pada laki-laki berpotensi memiliki
kekuatan yang lebih besar dari wanita. Pada umumnya laki-laki lebih kuat
dibandingkan dengan perempuan. Hal itu disebabkan oleh adanya perbedaan
massa otot. Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan peningkatan massa
otot setelah puber, karena setelah masa puber massa otot pria 50% lebih besar
dibandingkan dengan massa otot wanita. Sebuah penelitian mengatakan
bahwa kekuatan otot pada perempuan lebih rendah dari kekuatan otot laki-
laki. Perempuan memiliki kekuatan otot 37-68% dari kekuatan otot laki-laki.
Berdasarkan penelitian dari Ratmawati et al.,(2018), dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gerotik”, menyatakan bahwa penurunan kekuatan otot
akibat proses penuaan berkaitan dengan perbedaan kekuatan otot pada lansia
laki-laki dan perempuan, dimana pada laki-laki proses penuaan yang dialami
terjadi secara bertahap, sedangkan pada perempuan proses penuaan terjadi
secara drastis setelah memasuki masa menopause sehingga menyebabkan
kekuatan otot pada lansia perempuan relatif lebih rendah dibanding lansia
laki-laki.
Penelitian lainnya oleh Sudiartawan et all. (2017), dengan judul
“Analisis Faktor Risiko Penyebab Jatuh Pada Lanjut Usia”, menyatakan
bahwa lansia wanita memiliki kontrol muskular yang kurang daripada lansia
laki-laki sehingga mempengaruhi ekstremitas bawah serta ketidakseimbangan
posisi tegak atau dinamis.
Penelitian lainnya oleh Nurmalasari et all., (2018), dengan judul
“Correlation between History of Fall and Timed Up and Go Test in
Geriatric.”, menyatakan bahwa perbedaan keseimbangan antara wanita dan
laki-laki dapat dipengaruhi oleh faktor antropometri yang berbeda dimana
wanita memiliki pinggul yang lebih besar dibandingkan laki-laki. Pinggul
yang lebar dengan tungkai yang relatif pendek mengakibatkan center of
gravity yang rendah. Pada posisi berdiri tegak center of gravity yang dimiliki
wanita tidak cukup rendah dibandingkan laki-laki untuk menandingi faktor
kekuatan otot yang lebih besar sehingga lansia prempuan cenderung memiliki
keseimbangan yang lebih rendah dari pada laki-laki.
Penelitian yang dilakukan oleh Surti et all, (2017), dengan judul
“Hubungan Antara Karakteristik Lanjut Usia Dengan Pemenuhan Kebutuhan
Aktivitas Fisik Lansia Di Kelurahan Tlogomas Kota Malang.” Menyatakan
bahwa terdapat perbedaan kebutuhan aktivitas fisik pada lansia Pria dan
wanita, seperti Pria ketika memasuki lanjut usia akan lebih sedikit melakukan
aktivitas berbeda dengan wanita walaupun sudah memasuki usia lanjut, dia
akan tetap melakukan aktivitas fisik di dalam rumah tangga sehingga lansia
wanita lebih aktif dibandingkan lansia pria.
3. Pada Karakteristik Tinggi Badan
Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukkan mean skor tinggi badan
responden adalah 19,00; median 19,00; standar deviasi 9,466; uji estimasi
interval dengan kepercayaan 95 % yaitu 17,12 ± 20,88; dan skor tinggi badan
minimum 134 cm dan skor tinggi badan maksimum 185 cm (total 100
responden lansia).
Pengukuran Tinggi badan (TB) merupakan komponen yang fundamental
sebagai indikator status gizi, sehingga pengukuran tinggi badan seseorang
secara akurat sangatlah penting untuk menentukan nilai Indeks Massa Tubuh
(IMT).
4. Pada karakteristik Berat badan dapat diukur dengan menggunakan IMT( bab
6)
Berdasarkan tabel 5.6 diatas menyatakan bahwa frekuensi IMT (Indeks
Massa Tubuh) = < 17, 0 (sangat kurus) berjumlah 5 orang (5%), IMT = 17,0 –
18,5 (kurus) berjumlah 9 orang (9%), IMT = 18,5 -25,0 (normal) berjumlah 61
orang (61%), IMT = > 25,0 – 27, 0 (gemuk) berjumlah 6 orang (6%) dan IMT
= > 27,0 (obesitas) berjumalh 19 orang (19%). (N=100 responden lansia).
Pada Penelitian Natasya Valentina (2018), dengan judul Korelasi kekuatan
otot tungkai bawah dan indeks massa tubuh dengan keseimbangan tubuh pada
lansia ditemukan tiga puluh sembilan responden yang terpilih berdasarkan
kriteria inklusi dan ekslusi diambil datanya mengenai pengukuran berat dan
tinggi badan untuk IMT, besar kekuatan otot tungkai bawah menggunakan alat
leg dynamometer, dan keseimbangan tubuh berdasarkan resiko jatuh
menggunakan skala keseimbangan Berg. Didapatkan nilai signifikansi 0,000
untuk korelasi kekuatan otot tungkai bawah dengan keseimbangan tubuh pada
lansia, dan korelasi IMT dengan keseimbangan tubuh pada lansia. Simpulan:
Terdapat korelasi positif kuat untuk korelasi kekuatan otot tungkai bawah dan
keseimbangan tubuh pada lansia. Ditunjukkan dengan semakin bagus
kekuatan otot maka resiko jatuh pada lansia juga semakin rendah. Terdapat
korelasi positif kuat untuk korelasi IMT dengan keseimbangan tubuh pada
lansia. Ditunjukkan dengan semakin IMT menjauhi normal maka resiko jatuh
semakin tinggi. Berat badan yang tidak ideal juga menjadi masalah hingga
saat ini. Jika kekurangan berat badan, maka energi yang diperlukan untuk
melakukan aktivitas juga tidak mencukupi dan menyebabkan lansia menjadi
lemas lalu mengurangi aktivitas fisiknya, sehingga jika dibiarkan lama-
kelamaan akan menyebabkan atrofi otot pada lansia terjadi lebih cepat dan
mempengaruhi keseimbangan tubuh. Begitu pula dengan berat badan berlebih
juga dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Keseimbangan yang
terganggu menyebabkan lansia membatasi aktivitasnya karena takut akan
jatuh maupun terjadinya jatuh berulang. Hal ini menyebabkan lansia menarik
diri dari lingkungan luar dan menjadi tergantung pada orang lain yang berada
di sekitarnya.
Tabel 6.1 Klasifikasi IMT (Samekto Budi Pramono, 2018) yaitu: BAB
5
No Status Kategori IMT
1 Sangat Kurus Kekurangan berat Kurang dari
badan dengan tingkat 17,0
berat
2 Kurus Kekurangan Berat 17,0 – 18,5
badan tingkat ringan
3 Normal Berat badan Normal 18,5 – 25,0
4 Gemuk Kelebihan berat badan 25,0 – 27,0
tingkat rendah
5 Obesitas (Sangat Kelebihan berat badan < 27,0
Gemuk tingkat berat
Rumus untuk menghitung Indeks Masa Tubuh, yaitu :

Tabel
5. Pada karakteristik tekanan darah dengan menggunakan alat berupa tensimeter atau
sphygmomanometer serta stetoskop
Berdasarkan tabel 5.8 diatas menyatakan bahwa variabel tekanan darah Normal
sejumlah 68 orang (68%) dan kondisi pre hipertensi sejumlah 32 orang (32%) (N=100
responden lansia).
Menurut hasil penelitian Utami dan Sukmaningtyas (2020), nilai uji Chi- Square
menunjukkan nilai p-value = 0,009 < 0,05. Nilai tersebut menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara hubungan BMI dengan hipertensi pada lansia. Meningkatnya usia
akan menyebabkan tekanan darah meningkatnya. Hal itu diakibatkan karena dinding
pembuluh arteri pada lansia akan menebal sehingga akan menyebabkan penumpukan
kolagen pada lapisan otot. Kemudian pembuluh darah akan secara perlahan menyempit
dan kaku.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lacey dan kawan-kawan (2018) nilai
rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia baik perempuan atau pun laki-laki meningkat
seiring dengan meningkatnya usia.
Angka prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama saja dengan wanita. Akan
tetapi wanita sebelum masa menopause akan terlindung dari penyakit kardiovaskuler.
Wanita yang belum mengalami menopause akan dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan penting dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein atau
HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan salah satu faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis atau terjadinya penyempitan dan
pengerasan pada pembuluh darah (Palmer et al, 2007, dalam Konita et al., 2014).

Tabel 6.2 Klasifikasi Tekanan Darah :


Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Hipotensi <80 atau <60
Normal 80-120 dan 60-80
Pre-hipertensi 120–139 atau 80-89
Hipertensi derajat I 140–159 atau 90–99
Hipertensi derajat II ≥160 atau ≥100
Sumber : JNT VII (Join National Committee (JNE),(2003).
6. Pada Karakteristik Nadi
Berdasarkan tabel 5.7 diatas menyatakan bahwa nadi dengan
rata-rata (mean) 77,83; median 80, standar deviation 4,860; taraf
kepercayaaan 95% (CI 95%) adalah 76,87 ± 78,79; skor nadi
minimum 70 x/menit dan skor nadi maksimum 88 x/menit, (N=100).

Tabel 6.3 Klasifikasi Nadi:


Bradikardi Normal Takikardi
< 60 kali per menit 60-100 kali permenit > 100 kali permenit

Pada tabel 5.7 diatas (bab 5) menunjukkan rerata (mean) skor


nadi responden adalah 1,00; median 1,00; standar deviasi 0,000; mode
1; dan skor minimum 1 dan skor maksimum 1.
7. Pada Karakteristik Saturasi Oksigen
Berdasarkan tabel 5.9 diatas menyatakan bahwa nadi dengan rata-rata (mean)
97,46; median 98, standar deviation 1,666; taraf kepercayaaan 95% (CI 95%)
adalah 97,13 ± 97,79; skor nadi minimum 86% dan skor nadi maksimum 100%,
(N=100).
8. Pada Karakteritik Suhu
Berdasarkan tabel 5.8 diatas menyatakan bahwa suhu dengan rata-rata (mean)
36,42; median 36,40; standar deviation 0,197; taraf kepercayaaan 95% (CI 95%)
adalah 36,38 ± 36,46; skor nadi minimum 36 0C dan skor nadi maksimum 370C
(N=100).

8.1.1. Frekuensi Keseimbangan Statis Lansia


No Keseimbangan Statis Frekuensi Presentase
1 Normal (Umur 60-69 tahun) 40 40%
2 Kurang dari Normal (Umur 60-69 tahun) 15 15%
3 Lebih dari Normal (Umur 60-69 tahun) 11 11%
4 Normal (Umur 70-79 tahun) 28 28%
5 Kurang dari Normal (Umur 70-79 tahun) 3 3%
6 Lebih dari Normal (Umur 70-79 tahun) 3 3%
Total 100 100%

Berdasarkan hasil penelitian uji frekuensi keseimbangan statis


di Panti Sosial Tresna Werdah Cipayung Jakarta Timur tahun 2023,
menunjukkan hasil bahwa responden dengan keseimbangan statis
didapatkan bahwa lansia umur 60-69 tahun memiliki keseimbangan
normal sebanyak 42 orang dengan frekuensi sebesar 42%, lansia
umur 60-69 tahun memiliki keseimbangan kurang dari normal
sebanyak 15 orang dengan frekuensi sebesar 15%, lansia umur 60-69
tahun memiliki keseimbangan lebih dari normal sebanyak 9 orang
dengan frekuensi sebesar 9%, sedangkan lansia umur 70-79 tahun
memiliki keseimbangan normal sebanyak 28 orang dengan frekuensi
sebesar 28%, lansia umur 70-79 tahun memiliki keseimbangan
kurang dari normal sebanyak 3 orang dengan frekuensi sebesar 3%,
lansia umur 70-79 tahun memiliki keseimbangan lebih dari normal
sebanyak 3 orang dengan frekuensi sebesar 3% (N=100 responden
lansia). Dapat disimpulkan bahwa keseimbangan pada lansia baik
yang berumur 60-69 tahun dan yang berumur 70-79 berada pada
keseimbangan yang normal.
Keseimbangan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kemampuan aktifitas seseorang. Kemampuan seseorang
menjaga keseimbangan postural dalam beraktifitas disebabkan karena
tubuh mampu menjaga dan mengatur vaskularisasi ke otak dengan
cara menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar lipoprotein,
meningkatkan produksi endhotelial nitric oxide yang adekuat.
Keseimbangan tubuh merupakan interaksi yang kompleks dari sistem
sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk
proprioseptif) dan muskuloskeletal (otot, sendi dan jaringan lunak
lain) yang diatur di dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal
ganglia, serebelum (Ranti et al, 2021).
Keseimbangan adalah keadaan seimbang yang merupakan
komponen sangat penting dari suatu keterampilan gerak, dan
keseimbangan dapat dicapai saat kita dapat mempertahankan pusat
gravitasi. Keseimbangan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
karena dapat mencegah seseorang dari jatuh baik ketika jalan, bangkit
dari duduk, naik tangga serta
menuntun saat berjalan pada permukaan yang tidak rata (Syah et al.,
2017).
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Salsabilla, et al (2023) yang memaparkan karakteristik
responden berdasarkan keseimbangan. Responden dengan
keseimbangan normal berjumlah 36 orang (52%) dan responden
dengan keseimbangan tidak normal berjumlah 33 orang (48%),
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa responden terbanyak adalah
responden dengan keseimbangan normal.
Penelitian ini sejalan dengan (Pramadita et al., 2019)
didapatkan hubungan bermakna antara fungsi kognitif dengan
gangguan keseimbangan postural pada lansia (p=0,016). Penelitian
(Syah & Utami, 2021) juga menyatakan adanya hubungan yang
signifikan antara kognitif dengan keseimbangan lansia dengan Uji
statistik untuk kognitif didapatkan p = 0.014 (p<0.05).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Abdelmohsen et al.,
2021) dengan judul Correlations among body mass index, body
balance and bone mineral density in elderly women dengan uji
analisis korelasi Pearson yang diperoleh menunjukkan korelasi negatif
yang substansial antara BMI dan keseimbangan tubuh dengan nilai p
= 0,000 dan r = -0,49 yaitu Peningkatan IMT merupakan factor risiko
terhadap keseimbangan yang terganggu.
8.1.2. Frekuensi Kekuatan Otot Anggota Gerak Bawah lansia
No Kekuatan Otot Anggota Gerak Bawah Frekuensi Presentase
1 Normal (Perempuan Umur 60-69 tahun) 28 28%
2 Kurang dari Normal (Perempuan Umur 12 12%
60-69 tahun)
3 Lebih dari Normal (Perempuan Umur 60- 3 3%
69 tahun)
4 Normal (Perempuan Umur 70-79 tahun) 11 11%
5 Kurang dari Normal (Perempuan Umur 2 2%
70-79 tahun)
6 Normal (Laki-laki Umur 60-69 tahun) 14 14%
7 Kurang dari Normal (Laki-laki Umur 60- 9 9%
69 tahun)
8 Lebih dari Normal (Laki-laki Umur 60-69 1 1%
tahun)
9 Normal (Laki-laki Umur 70-79 tahun) 11 11%
10 Kurang dari Normal (Laki-laki Umur 70- 9 9%
79 tahun)
Total 100 100%
Berdasarkan tabel 5.18 diaatas menyatakan bahwa lansia
perempuan umur 60-69 tahun memiliki kekuatan otot normal
sebanyak 27 orang dengan frekuensi sebesar 27%, lansia perempuan
umur 60-69 tahun memiliki kekuatan otot kurang dari normal
sebanyak 12 orang dengan frekuensi sebesar 12%, lansia perempuan
umur 60-69 tahun memiliki kekuatan otot lebih dari normal sebanyak
3 orang dengan frekuensi sebesar 3%, sedangkan lansia perempuan
umur 70-79 tahun memiliki kekuatan otot normal sebanyak 10 orang
dengan frekuensi sebesar 10%, dan lansia perempuan umur 70-79
tahun memiliki kekuatan otot kurang dari normal sebanyak 2 orang
dengan frekuensi sebesar 2%. Lansia laki-laki umur 60-69 tahun
memiliki kekuatan otot normal sebanyak 14 orang dengan frekuensi
sebesar 14%, lansia laki-laki umur 60-69 tahun memiliki
keseimbangan kurang dari normal sebanyak 10 orang dengan
frekuensi sebesar 10%, lansia laki-laki umur 60-69 tahun memiliki
kekuatan otot lebih dari normal sebanyak 1 orang dengan frekuensi
sebesar 1%, sedangkan lansia laki-laki umur 70-79 tahun memiliki
kekuatan otot normal sebanyak 12 orang dengan frekuensi sebesar
12%, dan lansia laki-laki umur 70-79 tahun memiliki kekuatan otot
kurang dari normal sebanyak 9 orang dengan frekuensi sebesar 9%.
(N=100). Dapat disimpulkan bahwa kekuatan pada lansia perempuan
dan laki yang berumur 60-69 tahun dan lansia perempuan dan laki-laki
yang berumur 70-79 berada pada kekuatan otot yang normal.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian (Setiorini, 2021)
bahwa kekuatan otot pada geriatri menentukan salah satu penilaian
dalam sarkopenia. Geriatri yang memiliki kekuatan otot yang baik
memiliki kualitas hidup yang baik. Usia semakin lanjut akan
menurunkan massa otot karena penuaan akibatnya bisa menyebabkan
meningkatkan risiko jatuh dan sarkopenia. Status nutrisi pada populasi
lansia berhubungan dengan kemampuan dan kekuatan fungsional.
Pada umur 70 tahun diperkirakan kekuatan otot sekitar 35 – 45% lebih
rendah dari nilai puncak saat muda, walaupun penurunannya
bervariasi tergantung dari kelompok otot dan jenis kelamin. Subjek
dengan malnutrisi berisiko terjadi peningkatan mortalitas dan
morbiditas kemampuan otot pada laki-laki berpotensi memiliki
kekuatan yang lebih besar dari wanita. Pada umumnya laki-laki lebih
kuat dibandingkan dengan perempuan. Hal itu disebabkan oleh adanya
perbedaan massa otot. Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan
peningkatan massa otot setelah puber, karena setelah masa puber
massa otot pria 50% lebih besar dibandingkan dengan massa otot
wanita. Sebuah penelitian mengatakan bahwa kekuatan otot pada
perempuan lebih rendah dari kekuatan otot laki-laki. Perempuan
memiliki kekuatan otot 37-68% dari kekuatan otot laki-laki.
Menurut Karunia et al., (2015), penurunan kekuatan otot serta
meningkatnya massa tubuh akan mengakibatkan masalah
keseimbangan tubuh saat berdiri tegak maupun berjalan, dan masalah
kardiovaskuler. Massa otot yang rendah juga dapat menyebabkan
kegagalan biomekanik dari respon otot serta hilangnya mekanisme
keseimbangan tubuh.
Sebuah penelitian Peters RM, Mc Keown MD, Carpenter MG,
Inglis JT, (2016), menyatakan bahwa kemampuan otot pada laki-laki
berpotensi memiliki kekuatan yang lebih besar dari wanita. Pada
umumnya laki-laki lebih kuat dibandingkan dengan perempuan. Hal
itu disebabkan oleh adanya perbedaan massa otot. Peningkatan
kekuatan ini berkaitan dengan peningkatan massa otot setelah puber,
karena setelah masa puber massa otot pria 50% lebih besar
dibandingkan dengan massa otot wanita. Sebuah penelitian
mengatakan bahwa kekuatan otot pada perempuan lebih rendah dari
kekuatan otot laki-laki. Perempuan memiliki kekuatan otot 37-68%
dari kekuatan otot laki-laki.
8.1.3. Hasil Analisa Hubungan Keseimbangan Statis Terhadap
Kekuatan Otot Anggota Gerak Bawah Lansia
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Hasil Uji
Statistik Spearman Rank diperoleh nilai p = 0,000 berarti nilai p = < α
(0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima yang searah dengan tingkat korelasi hubungan sangat kuat
berarti ada hubungan keseimbangan terhadap kekuatan otot lansia di
Panti sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
tahun 2023. Dari output SPSS, diperoleh angka koefisien korelasi
sebesar 0.598** artinya tingkat kekuatan korelasi / hubungannya
adalah hubungan moderat.
Hal tersebut disebabkan karena keseimbangan statik lebih
membutuhkan peran dari proprioseptif yang memiliki fungsi sebagai
reseptor sensoris yang menyampaikan informasi tentang posisi sendi,
tekanan dan regangan otot menuju ke otak dan lebih sedikit
membutuhkan peran dari kekuatan otot ekstremitas bawah (Song et
al., 2021). Peran kekuatan otot ekstremitas bawah lebih dibutuhkan
pada keseimbangan dinamik yang memiliki lingkup gerak yang lebih
luas sehingga membutuhkan peran otot yang lebih banyak dan
menggunakan peran dari sendi-sendi besar seperti ankle joint, knee
joint, dan hip joint dalam menjaga keseimbangan tubuh (Kim, Kim, &
Research, 2018).
Keseimbangan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan tubuh dengan stabilitas ketika di tempatkan di
berbagai posisi (Priyanto and Putra, 2019). Keseimbangan terbagi
menjadi dua, yaitu keseimbangan statis merupakan kemampuan tubuh
menjaga keseimbangan pada posisi tetap dan keseimbangan dinamis
adalah kemampuan mempertahankan keseimbangan ketika bergerak
(Irfan, 2016, Matsumura and Ambrose, 2006). Keseimbangan tubuh
melibatkan berbagai komponen seperti kemampuan dari sistem visual,
vestibular dan somatosensoris. Reseptor perifer tersebut mengirimkan
informasi ke Central Nervous System (CNS) tentang lingkungan
sekitar dan akan diolah oleh CNS sehingga menghasilkan suatu
keseimbangan tubuh
dengan mengkontraksikan otot-otot postural tubuh dan otot-otot
ekstremitas bawah agar tubuh tidak terjatuh (Henry and Baudry,
2019). Kekuatan otot anggota gerak bawah dinyatakan sebagai faktor
yang penting untuk seseorang dalam berdiri, bergerak dan melakukan
aktivitas sehari-hari (Eckardt, 2016, Dhillon and Hasni, 2017).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Song et al, (2021) bahwa
keseimbangan statik membutuhkan peran penting dari proprioception,
sensitivitas kulit dan sedikit bantuan dari kekuatan otot ekstremitas
bawah karena dalam keseimbangan statik lebih sedikit memerlukan
kerja dari kekuatan otot ekstremitas bawah untuk menjaga
keseimbangan ketika seseorang berdiri diam dibandingkan dengan
saat seseorang bergerak.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Sari et al. 2023)
bahwa hasil uji normalitas kormogolov smirnov yang didapatkan dari
keseimbangan statis dengan aktivitas kehidupan sehari-hari adalah
nilai p=0,945 dan nilai r=0,670, sedangkan hasil uji kormogolov
Smirnov dari keseimbangan dinamis dengan aktivitas kehidupan
sehari-hari adalah nilai p=0,719 dan nilai r=-0,817. Menurut hasil uji
penelitian dapat dideterminasi termuat hubungan antara keseimbangan
postural dengan aktivitas kehidupan sehari-hari lansia di desa
Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.
8.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dialami peneliti dalam melaksanakan penelitian
adalah sebagai berikut :
8.2.1. Tidak semua lansia mampu memberikan informasi kepada peneliti
karena faktor usia diantaranya : suara yang kurang jelas dan
pendengaran yang kurang, sehingga banyak waktu yang terbuang
hanya untuk satu responden.
8.2.2. Aktivitas responden tidak dapat dikontrol peneliti sehingga tidak
mengetahui aktivitas yang dapat mempengaruhi resiko.
8.2.3. Pengambilan data sample tidak dapat dilakukan dalam satu waktu
dikarenakan sample yang akan diteliti juga sedang dalam satu
kegiatan yang ada di Panti sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Cipayung Jakarta Timur, sehingga peneliti harus melakukan penelitian
dalam beberapa hari.
8.2.4. Saat dilakukan wawancara dan pemeriksaan, beberapa lansia ternyata
mengalami keterbatasan dalam memahami pertanyaan dan instruksi
dari peneliti sehingga peneliti menghentikan pertanyaan dan instruksi
terhadap sample tersebut dan mencari sample lain yang bisa diteliti.

Anda mungkin juga menyukai