Anda di halaman 1dari 8

Hal: 1

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN QoL


PADA LANSIA DI SASANA TRESNA WERDHA

THE RELATIONSHIP OF EXERCISE HABIT WITH QUALITY OF LIFE (QOL)


AMONG OLDER PEOPLE LIVING IN THE SASANA TRESNA WERDHA

Ernawati1, Yosep Eduwar2*


Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Sint Carolus
Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UKRIDA
*e-mail: ernawati.ernawati@ukrida.ac.id

ABSTRAK

Kualitas hidup atau Quality of life (QoL) adalah persepsi seseorang terhadap diri
berhubungan dengan tujuan, harapan, standar dan perhatian di dalam konteks budaya dan
nila. Lansia yang hidup di institusi perawatan lansia (residential) rentan memiliki QoL
yang rendah karena dipengaruhi karena kondisi fisik, psikologis, sosial serta lingkungan.
Olahraga rutin adalah kegiatan yang sering dibuat oleh pengurus Sasana Tresna Werdha
(STW) untuk membuat lansia menjadi lebih sehat. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahuiadanya hubungan antara kebiasaan olahraga dengan QoL yang dilihat
berdasarkan domain fisik, psikologis, dan hubungan sosial. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian adalah deskriptif korelatif dengan
pendekatancross sectional. Sampel sebanyak 52 lansia yang tinggal di STW. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner baku WHOQOL-BREF yang berisi 26
butir pertanyaan dan 2 pertanyaan tambahan tentang kebiasaan berolahraga. Hasil
penelitian menunjukan ada hubungan bermakna antara olahraga dengan QoL lansia
secara umum. Olahraga juga berhubungan dengan domain fisik (p-value=0.012), domain
psikologis (p-value=0.001), serta domain hubungan sosial (p-value=0.001). Semakin
sering berolahraga semakin baik QoL lansia. Kesimpulan yang dapat diambil adalah
program olahragarutin dapat menjadi salah satu cara yang dapat dipilih oleh pengelola
STW untuk meningkatkan Quality of Life (QoL) lansia. Masih perlu melakukan
penelitian lanjutan dengan lebih banyak sampel.

Kata Kunci: Olahraga; QoL; Kualitas Hidup; Lansia

ABSTRACT

Quality of Live (QoL) is an individual’s perception of his existence in life within


the scope of the culture and value system in which he/ she lives. Elderly people who live
in residential care are prone to have low QoL because they are influenced by physical,
psychological, social and environmental conditions. Regular exercise is an activity that is
often made by the management of Sasana Tresna Werdha (STW) to make elderly healtier.
The purpose of this study was to determine the relationship between exercise habits and
QoL, which consists of the physical domain, the psychological domain, and the social
relationship domain of QoL. This study uses quantitative research methods with
descriptive cotrrelative research methods with a cross sectional approach. The sample
size were 52 elderly who live in STW. Data were collected using a standard questionnaire
that was WHOQOL-BREF and with 2 additional questions about exercise habits. The
result showed that there was a significant relationship between exercise habit and QoL of
2 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 8. (1) Pebruari 2022 ISSN. 2407-7232

the elderly people.Physical exercises is also related to the physical domain of QoL (p-
value= 0.012), the psychological domain (p-value = 0,001), and the social relationship
domain (p-value = 0,001). The more often the older people exercise, the better the QoL.
Conclusion: Routine exercise programs can be one of the ways that STW managers can
choose to improve the QoL of the elderly people. However, it still needs further research
with more sample.

Keywords:Physical exercise; Quality of Live; QoL, elderly

Pendahuluan upaya memelihara kesehatan dan QoL,


aktivitas ini akan memerlukan ketersediaan
Kualitas hidup atau Quality of energi yang cukup karena aktivitas ini
Life(QoL) adalah persepsi seseorang melepaskan energi tubuh. Semakin banyak
terhadap diri berhubungan dengan tujuan, lansia melakukan aktivitas fisik ringan
harapan, standar dan perhatian di dalam selama 30 menit, seperti berkebun;
konteks budaya dan nilai (WHO, 2020). Di bersepeda; jogging, maka lansia tersebut
dalam Rohmah dkk. (2012), QoL akan semakin sehat(Taylor,
dibedakan menjadi tinggi, sedang dan 2014).Aktivitas fisik dipercaya
rendah. Salah satu instrumen yang dapat memberikan dampak positif bagi lansia.
mengukur QoL adalahWHOQOL- Keadaan inaktif atau kurangnya
BREFoleh WHO. Instrumen tersebut dapat aktivitas, dapat memberikan dampak buruk
mengukur QoL dengan tingkatyaitu baik, bagi lansia. Ketidakaktivan lansia akan
sedang, buruk dan sangat buruk. Instrumen berisiko membawa penurunan kondisi
ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai tubuh lansia secara pasti. Fungsi tubuh
bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. yang akan terganggu secara signifikan
Usia yang meningkat akan adalah gangguan fungsi pergerakan.
mengakibatkan perubahan. Beberapa Dimana tulang akan mudah mengalami
perubahan yang dialami lansia, seperti osteoporosis dan otot akan mengalami
merasa sendiri, kekuatan fisik semakin kelemahan. Di sisi lain, yang akan muncul
lemah hingga berkurangnya kegiatan adalah keluhan jantung dan pembuluh
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup darah, bahkan sering pula menyebabkan
lansia (Trisnawati dkk.., 2017). stress (Maulitasari, 2016).
Bertambahnya usia jelas sekali bukan Berdasarkan penelusuran literatur
hanya akan menimbulkan masalah fisik, sebelumnya, ditemukan bahwa olahraga
tetapi juga mental, serta perubahan kondisi dapat memberikan dampak positif terhadap
sosial. Kesemuanya itu dapat menurunkan kesehatan nya, baik fisik maupun psikis.
derajat kesehatan. Olahraga akan menimbulkan kepercayaan
QoL yang rendah merupakan diri. Olahraga, diyakini dapat mengurangi
masalah yang sangat mungkin dialami oleh risiko mendapatkan masalah kesehatan
lansia (Yulianti, 2015). Setelah usia 40 seperti jantung, pergerakan serta
tahun, biasanya seseorang akan mengalami kecemasan dan depresi (Kurnianto, 2015).
penurunan fungsi fisik, dan akan dapat Lansia yang aktif berolah raga akan
mencapai penurunan sebesar 30-50% di memiliki jantung yang sehat dan otot yang
masa lansia (Sari dkk., 2013).Keluhan kuat. Dengan fungsi jantung dan
tulang dan persendian; sampai gangguan muskuloskeletal yang baik, ditunjang
fungsi sensori penglihatan adalah masalah kondisi psikis dan kognitif yang baik,
yang banyak dialami lansia. Penurunan lansia akan menjadi pribadi mandiri dan
fungsi tubuh lansia dapat menghambat lebih lanjut akan memiliki kualitas hidup
ADL (Activity of Daily Living) lansia. yang baik.
Di dalam Taylor (2014) seseorang
butuh melakukan aktivitas fisik sebagai
Hal: 1-8 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Qol pada Lansia di Sasana Tresna Werdha 3

Proses degeneratif dipercaya akan sebanyak 52 orang lansia. Sampel diseleksi


terhambat dengan melakukan aktivitas dengan teknik purposive samplingdengan
ringan dan melakukan semua jenis menetapkan beberapa kriteria yaitu: Lansia
olahraga seperti senam lansia (Hs & yang berusia >60 tahun, lansia yang bisa
Syafei, 2006). Tubuh akan terjaga tetap membaca dan menulis, bersedia menjadi
sehat karena dengan berolahraga jantung, responden, Skor MMSE 24-30
tulang dan persendian akan terlatih (normal).Penelitian ini telah mengaplikasi
berfungsi secara maksimal (Hs & Syafei, prinsipetik (autonomy, beneficence,
2006). Penelitian olehAgustina & Sari maleficence danjustice). Setelah ijin
(2014)di Puskesmas Simpang Tiga Pekan penelitan dari institusi terkait, peneliti
Baru menemukan bahwa dari 87 partisipan menyebarkan kuesioner penelitian. Data
penelitian hanya sebagian kecil (34,5%) dikumpulkan dengan menggunakan
yang melakukan olah raga secara rutin. instrumen WHOQOL-BREF yang sudah
Walaupun jumlah lansia yang berolahraga dipublikasikan oleh WHO dalam Bahasa
tergolong sedikit, olahraga sesungguhnya Indonesia, dengan 26 butir pertanyaan
merupakan aktivitas yang baik dilakukan. yang terdiri dari domain fisik 7 pertanyaan,
Penelitian sebelumnya banyak domain psikologis 6 pertanyaan, domain
dilakukan di Posyandu ataupun di seting hubungan sosial 3 pertanyaan, domain
masyarakat dan lebih banyak menyoroti lingkungan 8 pertanyaan, beserta 2
dampak positif olahraga terhadap fisik pertanyaan untuk Quality of Life (QoL)
lansia. Pada penelitian ini, peneliti tertarik dan 2 pertanyaan mengenai kebiasaan
melihat apakah ada hubungan antara berolahragasehingga jumlah pertanyaan
kebiasaan berolahraga dengan QoL lansia. yang diberikan 28 butir pertanyaan.
Dimana QoL sendiri merupakan kondisi Analisa bivariat hubungan antara
yang dipengaruhi oleh faktor fisik, psikis, kebiasaan berolahraga dengan quality of
sosial serta lingkungan. Sehingga life (QoL) pada lansia yang tinggal di
penelitian ini akan memberikan gambaran STWwerdha,dilakukan dengan uji statistik
hubungan kebiasaan olahraga dengan QoL chi-square padalevel of significance (a) =
lansia yang tinggal di Sasana Tresna 0,05.
Werdha (STW). Dimana, hidup menetap di
STW sendiri memiliki keunikan sosial
tersendiri, di mana lansia akan lebih Hasildan Pembahasan
dimungkinkan berpartisipasi dalam
kegiatan berolahraga serta berelasi secara Penelitian ini dilakukan di 2 STW:
lebih intens dengan sesama lansia di STW Santa Anna & Melania. Mayoritas
tersebut. partisipan penelitian adalah perempuan
(82,7%), sisanya adalah laki-laki, dengan
range usia partisipan adalah antara usia 60-
Metode Penelitian 75 tahun (53,84%) dan 76-90 tahun
(46,16%) (tabel 1). Seluruh partisipan
Penelitian kuantitatif ini adalah penelitian memiliki kebiasan berolahraga
berupa penelitiandeskriptif korelatif rutin. Para lansia memiliki kebiasaan
dengan pendekatan cross sectional. berolahraga dengan durasi antara 30 menit
Pengambilan data dilakukan pada lansia di atau lebih, dengan frekuensi antara 1-2x/
2 STW di Jakarta Utara yang melakukan minggu (48%) atau 3-4x/ minggu (52%)
kegiatan olahraga rutin dengan sampel (tabel 1).
4 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 8. (1) Pebruari 2022 ISSN. 2407-7232

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Lansia (N=52)


Frekuensi (%)
Total
Karakteristik Santa Anna Melania
n (%) n (%) n (%)
Usia
Lansia (60-75 thn) 13 25 15 28,84 28 53,84
LansiaTua (76-90 thn) 12 23,08 12 23,08 24 46,16
Gender
Laki-laki 8 15,38 1 1,92 9 17,3
Perempuan 17 32,7 26 50 43 82,7
FrekuensiBerolahraga
1-2x/minggu 25 48 0 0 25 48
3-4x/minggu 0 - 27 52 27 52
DurasiBerolahraga
Kurang 30 menit 1 1,92 1 1,92 2 3,84
30 menit 24 46,16 10 19,23 34 65,39
Lebih 30 menit 0 - 16 30,77 16 30,77

Penelitian ini mengkonfirmasi perawatan lansia dikarenakan karena


bahwa olahraga memberikan pengaruh beberapa kondisi. Jika lansia yang tinggal
kepada QoL lansia yang tinggal di STW. di STW memiliki QoL baik, bisa jadi ada
Olahraga bukan hanya mempengaruhi faktor khusus yang membuat demikian.
komponen fisik lansia, namun juga psikis Peneliti berpendapat, kebiasaan rutin
dan sosial. Penelitian oleh(Gadiraju dkk., berolahraga merupakan prediktor kuat
2022)menemukan bahwa QoL lansia yang baiknya level QoL lansia dengan kebiasaan
tinggal di luar institusi perawatan lebih rutin berolahraga di STW.
tinggi dibandingkan yang hidup di institusi

Tabel 2. Hubungan Kebiasaan Berolahraga & QoL Lansia (N=52)


Quality of Life (QoL)
Total
FrekuensiBerolahraga Sedang Baik p-value

n % n % n %

1-2 kali/ Minggu 25 48 1 2 26 50


0.001
3-5 kali/ Minggu 0 0 26 50 26 50

Total 25 48 27 52 52 100

Tabel 2 menunjukan ada hubungan QoL antara kelompok lansia yang


antara berolahraga dengan tingkat QoL berolahraga 1-2 kali/ minggu dan 3-5 kali/
lansia (p-value 0.001). Dengan minggu. Kelompok yang berolahraga 1-2
menggabungkan 4 aspek, yaitu: fisik, kali/ minggu mayoritas memiliki QoL
psikologis, hubungan sosial dan sedang, sementara kelompok lansia yang
lingkungan sehingga dapat di ketahui berolahraga 3-5 kali/ minggu seluruhnya
bahwa ada keeratan hubungan antara memiliki QoL yang baik. Namun, perlu
kebiasaan berolahraga dengan Quality of digaris bawahi adalah kedua kelompok
Life(QoL) pada Lansia yang Tinggal di lansia tersebut tidak ada yang memiliki
STW. Akan tetap terdapat perbedaan status QoL buruk.
Hal: 1-8 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Qol pada Lansia di Sasana Tresna Werdha 5

Kemampuan berolahraga bisa jadi memungkinkan(Andria, 2013). Selain itu


merupakan faktor menentukan kondisi keterbatasan fisik, motivasi juga menjadi
fisik yang secara tidak langsung akhirnya faktor penting seseorang berolahraga.
dapat berkontribusi mempengaruhi QoL Penelitian oleh(Gadiraju dkk.,
lansia. Walaupun, fakta yang ada 2022)menemukan bahwa lansia yang
keterbatasan fisik justru bisa menjadi tinggal di komunitas memiliki tingkat
penghambat lansia melakukan aktivitas motivasi penggunaan waktu luang yang
fisik. Melalui penelitiannya di posyandu lebih tinggi dibandingkan yang hidup di
lansia di Surabaya, Andria institusi perawatan lansia.Hal ini menjadi
(2013)menemukan bahwa sebagian besar tantangan tersendiri bagi pengelola STW
(68,22%) masih kurang berolahraga. untuk tetap membantu lansia tetap
Kebanyakan lansia tidak berolahraga memiliki motivasi berolah raga dan tetap
karena fisiknya yang tidak memiliki kondisi fisik yang baik.

Tabel 3. Hubungan Olahraga dan Komponen Fisik QoL Lansia (N=52)


KomponenFisik
Total
Frekuensi
Sedang Baik p-value
Berolahraga
n % N % n %

1-2 kali/ minggu 22 42,30 3 6 25 48,30


0.012
3-5 kali/ minggu 16 30,70 11 21 27 51,70

Total 38 73 14 27 52 100

Tabel 3 memberikan gambaran baik, dan tidak ada yang memiliki QoL
tentang hubungan Frekuensi berolahraga yang buruk. Penelitian ini juga
dengan komponen fisik QoL partisipan. menunjukan bahwa penilaian komponen
Penelitian ini menunjukan bahwa secara fisik QoL lansia berada di rentang sedang
statistik ada hubungan bermakna antara sampai baik. Penelitian ini sejalan dengan
kebiasaan berolahraga dengan kualitas metaanalisis oleh(Raafs dkk., 2020) bahwa
fisik lansia (p-value 0.012). Mayoritas olahraga memiliki efek medium terhadap
lansia yang berolahraga 1-2 kali seminggu QoL serta komponen fisik QoL lansiasehat
memiliki kualitas fisik sedang (42,30%). (Raafs dkk., 2020). Selain itu, penelitian di
Sedangkan, lansia yang memiliki kualitas Cina terhadap lansia di komunitas oleh
fisik baik mayoritas adalah berasal dari (Sun dkk., 2015) menemukan bahwa
kelompok dengan kebiasaan berolahraga 3- komponen fisik sangat berpengaruh
4 kali seminggu (21%), selebihnya (6%) terhadap QoL. Pemeliharaan kondisi fisik
berasal dari kelompok lansia dengan lansia merupakan hal yang kompleks
kebiasaan berolahraga 1-2 kali seminggu. karena lansia mengalami degenerasi secara
Mayoritas lansia yang memiliki kualitas fisiologis dan secara patologis akibat
fisik yang baik adalah berasal dari akumulasi dampak pola hidup tidak sehat
kelompok lansia yang berolahraga 3-4 kali di masa muda. Berolahraga bisa jadi salah
seminggu. satu solusi pemeliharaan kesehatan lansia
Pada penelitian ini, seluruh di STW. Hal ini dikonfirmasi oleh hasil
partisipan, yang memang keseluruhannya penelitian ini yang menemukan kebiasaan
memiliki kebiasaan berolahraga secara bahkan frekuensi berolahraga berhubungan
rutin, memiliki QoL sedang sampai dengan erat dengan QoL lansia di STW.
6 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 8. (1) Pebruari 2022 ISSN. 2407-7232

Tabel 4. Hubungan Olahraga dan Komponen Psikologi QoL Lansia (N=52)


KomponenPsikologis
Total
FrekuensiBerolahraga Sedang Baik p-value

n % n % n %

1-2 kali/minggu 12 23,07 13 25 25 48,07


0.001
3-5 kali/minggu 1 1,93 26 50 27 51,93

Total 13 25 39 75 52 100

Tabel 4 memberikan gambaran (RCT) menunjukan bahwa aktivitas latihan


hubungan frekuensi berolahraga dengan sedang sampai dengan berat membantu
komponen psikologi QoL partisipan menurunkan tekanan terhadap kondisi
penelitian. Berdasarkan uji statistik psikologis pada lansia yang secara tidak
diperoleh nilai p-value=0.001 (< 0.05), lansung berhubungan dengan peningkatan
sehingga disimpulkan ada hubungan yang kualitas hidup lansia tersebut(Awick dkk.,
signifikan antara kebiasaan berolahraga 2017). Pada penelitian sebelumnya (Atkins
dengan kualitas psikologis lansia (p-value dkk., 2013) menemukan bahwa lansia yang
0.001). Hasil penelitian menunjukan hidup di tempat perawatan lansia
bahwa mayoritas partisipan penelitian (residential) lebih berisiko mengalami
(75%) memiliki kualitas psikis yang baik, kondisi tertekan dibandingkan dengan
dan mayoritas dari mereka (66,7%) adalah yang hidup di komunitas. Hal ini
berasal dari kelompok lansia yang disebabkan karena mereka lebih memiliki
memiliki kebiasaan berolahraga 3-5 kali keterbatasan fisik, lebih banyak dihabiskan
seminggu. untuk tidur serta memiliki suport sosial
Kebiasaan berolahraga yang minim (Atkins et al., 2013).Atkins
mempengaruhi psikologis seseorang. dkk. (2013) menemukan pula bahwa lansia
Secara khusus, Olahraga memiliki efek yang memiliki kondisi psikologis
medium terhadap komponen psikologi terganggu juga memiliki QoL yang rendah.
QoL(Raafs dkk., 2020).Pada penelitian ini Sejalan dengan (Atkins dkk., 2013),
ditemukan bahwa dengan berolahraga Gadiraju dkk. (2022)juga menemukan
lebih banyak lansia memiliki kondisi bahwa kondisi depresi dan konsep diri
psikologis baik. Hasil penelitian ini sejalan sangat menentukan QoL lansia.Penelitian
dengan penelitian(Pucci dkk., 2012)yang kali ini mengkonfirmasi bahwa program
menemukan bahwa ada hubungan antara olahraga rutin yang dikelola oleh pihak
kebiasaan berolaraga dengan domain STW terbukti efektif menjaga kondisi
Psikologis (p-value=0,003). Selain itu, psikologis lansia yang secara rutin
sebuah penelitian uji coba secara acak berpartisipasi.

Tabel 5. Hubungan Olahraga dan Komponen Hubungan Sosial QoL Lansia (N=52)
Komponen Hubungan Sosial
Total p-Value
Frekuensi Berolahraga sedang Baik

n % n % n %

1-2 kali/ minggu 20 38 5 10 25 48


0.001
3-5 kali/ minggu 7 14 20 38 27 52

Total 27 52 25 48 52 100
Hal: 1-8 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Qol pada Lansia di Sasana Tresna Werdha 7

Tabel 5 menunjukkan hubungan menjadi pilihan yang dapat diambil oleh


antara kebiasaan berolahraga dengan pengelola Sasana Trresna Werdha sebagai
komponen hubungan sosial QoL partisipan salah satu cara untuk meningkatkan QoL
penelitian. Berdasarkan uji statistik lansia.
ditemukanp value=0.001 (< 0.05), ini
menunjukan ada hubungan bermakna
antara kebiasaan berolahraga dengan Daftar Pustaka
kualitas hubungan sosial pada lansia yang
tinggal di STW. Lansia dengan frekuensi Andria, K. M. (2013). Hubungan antara
berolahraga 1-2 kali seminggu (n=20; perilaku olahraga, stress dan pola
38%) memiliki kualitas hubungan sosial makan dengan tingkat hipertensi
sedang, dan hanya sebagian kecil saja pada lanjut usia di PosyanduLlansia
(n=5; 10%) memiliki kualitas hubungan Kelurahan Gebang Putih Kecamatan
sosial baik. Penelitian menunjukan bahwa Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal
dengan frekuensi berolahraga yang Promkes, 1(2), 111–117.
semakin (3-5 kali seminggu) semakin Atkins, J., Naismith, S. L., Luscombe, G.
banyak lansia (n=20; 38%) yang memiliki M., & Hickie, I. B. (2013).
kualitas hubungan sosial yang baik. Psychological distress and quality of
Penelitian ini juga menemukan life in older persons: Relative
bahwa kebiasaan berolahraga juga contributions of fixed and
berpengaruh terhadap komponen sosial modifiable risk factors. BMC
QoL lansia di STW. Hasil penelitian ini Psychiatry, 13.
sejalan dengan penelitianPucci dkk. (2012) https://doi.org/10.1186/1471-244X-
yang menyimpulkan bahwa ada hubungan 13-249
antara kebiasaan berolahraga dengan Awick, E. A., Ehlers, D. K., Aguiñaga, S.,
komponen hubungan sosial QoL lansia (p- Daugherty, A. M., Kramer, A. F., &
value=0,011) yang berarti ada hubungan McAuley, E. (2017). Effects of a
bermakna antara kebiasaan berolahraga randomized exercise trial on
dengan domain hubungan sosial. Akan physical activity, psychological
tetapi hal ini bertolak belakang dengan distress and quality of life in older
meta analisis yang dilakukan oleh Raafs adults. General Hospital Psychiatry,
dkk. (2020) yang menyatakan bahwa 49, 44–50.
olahraga tidak memiliki efek signifikan Gadiraju, P., Thomas, S., & Vanlalhruaii,
terhadap komponen sosial QoL. Perbedaan C. (2022). Psychological States,
ini bisa saja terjadi karena perbedaan Self-esteem, Leisure Motivation and
konteks lokasi. Lansia yang hidup di STW Quality of Life among
kemungkinan akan sangat mengharapkan Institutionalized and Non-
suport sosial dari teman sebaya dan institutionalized Older Adults.
pengelola STW karena keterbatasan Indian Journal of Gerontology,
bertemu dengan keluarga. 36(1), 68–80.
Hs, I., & Syafei, Z. (2006). Perbedaan
Nilai Tekanan Darah Lansia Dengan
Kesimpulan dan Saran Hipertensi Sebelum Dan Sesudah
Olahraga Senam Pada Lansia.
Olahraga merupakan kegiatan fisik Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(1).
yang dapat mempengaruhi QoL lansia Kartika, C. H. (2012). Pengaruh senam
yang tinggal di STW. Semakin sering lansia terhadap kualitas tidur pada
olahraga dilakukan semakin meningkat lansia di Desa Layangan Kecamatan
QoL lansia. Olahraga berhubungan dengan Ungaran Timur Kabupaten
komponen fisik, psikologi, serta sosial Semarang. Jurnal Keperawatan.
QoL lansia di STW. Program olahraga Kurnianto, D. (2015). Menjaga Kesehatan
secara bersama-sama dan rutin dapat Di Usia Lanjut. Jurnal Olahraga
8 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 8. (1) Pebruari 2022 ISSN. 2407-7232

Prestasi, 11(2), 115182. Trisnawati, P., Odi, R., & Mario, E.


https://doi.org/10.21831/jorpres.v11i (2017). Hubungan Interaksi Sosial
2.5725 Dengan Kualitas Hidup Lansia Di
Maulitasari, R. (2016). Pengaruh Bplu Senja Cerah Provinsi Sulawesi
Olahraga Terhadap Tekanan Darah Utara. Jurnal Keperawatan
pada Lansia di Kelurahan Tandang. UNSRAT, 5(1), 1–9.
[Universitas Muhammadiyah WHO. (2020). WHOQOL: Measuring
Semarang]. Quality of Life.
http://reader.repository.unimus.ac.id https://www.who.int/tools/whoqol/w
/index.php/display/file/76/1/ hoqol-bref/docs/default-
Pucci, G. C. M. F., Rech, C. R., Fermino, source/publishing-policies/whoqol-
R. C., & Reis, R. S. (2012). bref/indonesian-whoqol-bref
Association between physical Yulianti, D. R. (2015). Hubungan
activity and quality of life in adults. dukungan keluarga dengan kualitas
Revista de Saude Publica, 46(1), hidup lansia di desa pugongrejo
166–179. purworejo. STIKES ’Aisyiyah
https://doi.org/10.1590/S0034- Yogyakarta.
89102012000100021
Raafs, B. M., Karssemeijer, E. G., Van der
Horst, L., Aaronson, J. A., Rikkert,
M. G. O., & Kessels, R. P. (2020).
Physical exercise training improves
quality of life in healthy older
adults: A meta-analysis. Journal of
Aging and Physical Activity, 28(1),
81–93.
Rohmah, A. I. N., Purwaningsih, &
Bariyah, K. (2012). Quality of Life
Elderly. 120–132.
Sari, A., Ratag, G. A., & Kandou, G. D.
(2013). Tantangan dan Hambatan
Program Pengembangan Kesehatan
Olahraga Untuk Lansia di
Puskesmas Kota Manado. JJurnal
Kedokteran Komunitas Dan Tropik,
1(3).
Sun, W., Aodeng, S., Tanimoto, Y.,
Watanabe, M., Han, J., Wang, B.,
Lianzeng, Y., & Kono, K. (2015).
Quality of life (QOL) of the
community-dwelling elderly and
associated factors: A population-
based study in urban areas of China.
Archives of Gerontology and
Geriatrics, 60(2), 311-316., 60(2),
311–316.
Taylor, D. (2014). Physical activity is
medicine for older adults.
Postgraduate Medical Journal,
90(1059), 26–32.
https://doi.org/10.1136/postgradmed
j-2012-131366

Anda mungkin juga menyukai