Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN USIA LANSIA DAN PENGETAHUAN DENGAN

KEIKUTSERTAAN SENAM LANSIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SUKAMERINDU

Relation of the elderly and knowledge with the participation of elderly


gymnastics in the work area of Sukamerindu Health Center

Eva Wati. Sanisahhuri1, Yulita Elvira Silvani1


1Program studi DIV Kebidanan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Email: cllaramarlin@gmail.com

ABSTRAK

Eva Wati. 2018. Hubungan usia lansia dan pengetahuan dengan keikutsertaan
senam lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu. Skripsi. Bengkulu:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu. Pembimbing I
Sanisahhuri, SE, M. Kes dan Pembimbing II Yulita Elvira Silvani, SST, M.
Kes
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan usia lansia dan
pengetahuan dengan keikutsertaan senam lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini survey analitik
dengan menggunakan pendekatan coss sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu sebanyak 2.050
orang yang terdiri dari 52 orang mengikuti senam lansia dan 1.998 orang tidak
mengkuti senam lansia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik Purposive sampling yaitu sebanyak 104 orang lansia. Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara
langsung dengan responden menggunakan kuesioner.. Analisis data dilakukan
secara univariat, bivariat dengan Uji Chi-Square.
Hasil penelitian didapatkan: (1) Dari 104 lansia terdapat 52 orang (50,0%)
ikut senam lansia dan 52 orang (50,0%) tidak ikut senam lansia; (2) Dari 104
lansia terdapat 72 orang (70,2%) lansia berusia lanjut usia dan 31 orang (29,80%)
lansia berusia lanjut usia tua; (3) Dari 104 lansia terdapat 31 orang (29,8%) lansia
dengan pengetahun baik, 35 orang (33,7%) lansia dengan pengetahuan cukup dan
38 orang (36,5%) lansia dengan pengetahuan kurang; (4) Ada hubungan yang
signifikan antara usia lansia dengan keikutsertaan senam lansia, dengan katagori
hubungan sedang; (5) Ada hubungan yang signifikan antara pengetahun dengan
keikutsertaan senam lansia, dengan katagori hubungan sedang.

Kata Kunci: Keikutsertaan Senam Lansia, Pengetahuan, Usia


ABSTRACT

Eva Wati 2018. Relation of the elderly and knowledge with the participation
of elderly gymnastics in the work area of Sukamerindu Health Center. Essay.
Bengkulu: Tri Mandiri Sakti Bengkulu College of Health. Advisor I
Sanisahhuri, SE, M. Kes and Advisor II Yulita Elvira Silvani, SST, M. Kes
This study aims to study the relationship of the elderly and knowledge
with the participation of elderly gymnastics in the work area of Sukamerindu
Health Center.
The research method used in this research is analytic survey using a Case
Control approach. The population in this study were all elderly in the work area of
Sukamerindu Health Center as many as 2,050 people consisting of 52 people
attending elderly exercises and 2,048 people not attending elderly exercises. The
sample of cases in this study were elderly who participated in elderly gymnastics,
were taken using a total sampling technique as many as 52 people. The control
samples in this study were elderly who did not participate in elderly gymnastics as
many as 52 people using purposive sampling. Collecting data in this study uses
primary data obtained from direct interviews with respondents using a
questionnaire. Data analysis was carried out by univariate, bivariate with Chi-
Square Test.
The results of the study were: (1) Out of 104 elderly people there were 52
people (50.0%) participated in elderly gymnastics and 52 people (50.0%) did not
participate in elderly exercises; (2) Out of 104 elderly people there were 72 people
(70.2%) elderly people aged 31 people (29.80%) elderly elderly people; (3) Out of
104 elderly people there were 31 people (29.8%) elderly with good knowledge, 35
people (33.7%) elderly with sufficient knowledge and 38 people (36.5%) elderly
with less knowledge; (4) There is a significant relationship between elderly age
and the participation of elderly gymnastics, with the category of moderate
relationship; (5) There is a significant relationship between knowledge with the
participation of elderly gymnastics, with the category of moderate relationship..

Keywords: Participation of Elderly Gymnastics, Knowledge, Age


A. Pendahuluan
Usia harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kendali
tersebut membawa dampak terhadap peningkatan jumlah populasi lanjut usia.
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di beberapa negara di dunia
dan khususnya di Indonesia. Meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan
berbagai permasalahan yang kompleks bagi lansia itu sendiri maupun bagi
keluarga dan masyarakat. Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan
para lansia mengalami perubahan fisik dan mental. Makin bertambah usia
seseorang makin banyak pula permasalahan yang muncul terutama fisik,
mental, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat
mendasar pada lansia adalah masalah kesehatan, sehingga diperlukan
pembinaan kesehatan pada kelompok pra lansia dan lansia (Kuswenda, 2012)
Berdasarkan data dari Home Care Service dari WHO, Indonesia
menempati peringkat ke-10 dunia untuk populasi manusia lansia. Pada 2020
diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta atau 11 % dari total populasi
penduduk, karena itu masalah lansia tidak boleh diabaikan karena
kesejahteraan lansia adalah tanggung jawab semua pihak, bukan hanya
pemerintah tetapi juga masyarakat (Agustina, 2014).
Menurut data Badan Statistik (BPS) indonesia bahwa median umur
penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 27,2 tahun. Angka ini menunjukkan
bahwa penduduk Indonesia termasuk kategori menengah (intermediate).
Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur <
20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika
median umur > 30 tahun. Rasio ketergantungan penduduk Indonesia adalah
51,31. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64
tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang
menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio
ketergantungan di daerah perkotaan adalah 46,59 sementara di daerah
perdesaan 56,30(BPS, 2010)
Lanjut usia merupakan suatu bagian dari tahap perjalanan hidup
manusia yang keberadaannya senantiasa harus diperhatikan. Pandangan
sebagian masyarakat yang menganggap lansia sebagai manusia yang tidak
mampu, lemah, dan sakit-sakitan menyebabkan mereka memperlakukan lansia
sebagai manusia yang tidak berdaya, sehingga segala aktivitasnya sangat
dibatasi (Agustina, 2014)
Pada lanjut usia telah terjadi kemunduran fisik pada organ tubuh. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tetap sehat di usia lanjut yaitu
dengan memperhatikan faktor gizi dan olahraga. Dengan semakin
meningkatnya usia, maka sudah jelas kesegaran jasmani akan turun.
Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah usia 40 Tahun, sehingga
saat lanjut usia, kemampuan akan turun antara 30-50 %. Oleh karena itu, bila
para usia lanjut ingin berolahraga, harus memilih sesuai dengan usia
kelompoknya, dan kemungkinan adanya penyakit. Olahraga usia lanjut perlu
diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang,
waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak
kompetitif/bertanding (Maryam, 2011).
Senam lansia yang merupakan bentuk latihan fisik yang memberikan
pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia, bila dilaksanakan
dengan baik dan benar. Senam atau latihan fisik sering diidentifikasi sebagai
suatu kegiatan yang meliputi aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu
dan intensitas tertentu. Senam merupakan bagian dari usaha menjaga
kebugaran termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, dan sebagai
bagian dari program retabilitas bagi mereka yang telah menderita (Suryani,
2012)
Terdapat beberapa faktor yang mendorong lansia untuk melakukan
senam lansia dengan baik, diantaranya adalah usia dan pengetahuan lansia
tentang senam lansia. Menurut Maryam (2011), usia sangat berpengaruh
terhadap pelaksanaan senam lansia, karena organ-organ tubuh dapat
mengalami kemunduran, sehingga semakin lanjut usia lansia maka akan
semakin memberatkan lansia untuk melakukan senam lansia.
Selain itu pengetahuan lansia juga mempengaruhi keikutsertaan lansia
dalam melakukan senam lansia. Pengetahuan merupakan suatu hal yang
sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu
kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan dimana
mereka berada. Keadaan lingkungan sekitar sedikit banyaknya akan
mempengaruhi pengetahuan mengenai senam lansia. Disamping itu
keterpaparan dengan media komunikasi akan mempengaruhi kadar
pengetahuannya (Kuswenda, 2012).
Bedasarkan jurnal penelitan Widyastuti (2012), yang melakukan
penelitan tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang senam lansia dengan
keaktifan mengikuti senam lansia di Unitrehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran, didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan lansia dalam kategori
baik (54%), cukup (6%), dan kurang (40%) dan didapatkan hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan tentang senam lansia dengan keaktifan
mengikuti senam lansia di Unitrehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, bahwa
jumlah usila (usia 60 tahun ke atas) di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015
sebanyak. 80.993 terdiri dari laki-laki 37.454 orang dan perempuan 43.539
orang, yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 53.766 dengan
rincian laki-laki sebanyak 21.129 orang (56%), perempuan sebanyak 32.637
orang (66%) (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2016).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu (2016), didapatkan
jumlah lansia sebanyak 16.004 orang dengan jumlah lansia laki-laki sebanyak
7.936 orang dan perempuan sebanyak 8.068 orang dengan cakupan pelayanan
kesehatan lansia 66,80%. Cakupan pelayanan kesehatan lansia tertinggi
terdapat pada Puskesmas Ratu Agung sebanyak 73,68% dan yang terendah
terdapat pada Puskesmas Betungan sebanyak 50,568%. Sedangkan Puskesmas
Sukamerindu cakupan pelayanan kesehatan lansia sebanyak 68,75%.
Berdasarkan survey awal peneliti di puskesmas sukamerindu pada
tanggal 11 januari 2018 pada 7 orang lansia yang berkunjung ke puskesmas.
Dari 7 orang lansia terdapat 3 orang aktif mengikuti senam lansia, 2 orang
kurang aktif mengikuti senam lansia dan 2 orang tidak pernah mengikuti
senam lansia. Dari 7 orang lansia terdapat 2 orang yeng mengetahui tentang
senam lansia yang meliputi pengertian, manfaat, tujuan dan jadwal senam
lansia dan 5 orang kurang mengetahuai tentang senam lansia. Dari 7 orang
lansia terdapat 4 orang dengan usia 60-74 tahun dan 3 orang dengan usia >75
tahun.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “adakah hubungan usia lansia dan pengetahuan dengan
keikutsertaan senam lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu?”
B. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini survey analitik
dengan menggunakan pendekatan coss sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu sebanyak
2.050 orang yang terdiri dari 52 orang mengikuti senam lansia dan 1.998
orang tidak mengkuti senam lansia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Purposive sampling yaitu sebanyak 104 orang lansia.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang
diperoleh dari wawancara langsung dengan responden menggunakan
kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan Uji Chi-
Square
C. Hasil
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
variabel Independen (Usia dan Pengetahuan) dan variabel dependen
(Keikutsertaan Senam Lansia) di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu.
Setelah penelitian dilaksanankan maka diperoleh data sebagai berikut :
a. Gambaran keikutsertaan senam lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu
Tabel 1.
Gambaran Keikutsertaan Senam Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu Tahun 2018

Keikutsetaan Senam Lansia Frekuensi Persentase (%)


Ikut 52 50,0
Tidak ikut 52 50,0
Total 104 100,0

Berdasarkan tabel 1, tampak bahwa dari 104 orang lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu terdapat 52 orang (50,0%) ikut
senam lansia dan 52 orang (50,0%) tidak ikut senam lansia.
b. Gambaran usia lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu
Tabel 2.
Gambaran usia lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu
Tahun 2018

Usia Lansia Frekuensi Persentase (%)


Lanjut Usia 73 70,2
Lanjut Usia Tua 31 29,8
Total 104 100,0

Berdasarkan tabel 2, tampak bahwa dari 104 orang lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu terdapat 73 orang (70,2%) lansia
berusia lanjut usia dan 31 orang (29,80%) lansia berusia lanjut usia tua.

c. Gambaran pengetahuan lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu


Tabel 3.
Gambaran pengetahuan lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu Tahun 2018

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Baik 31 29,8
Cukup 35 33,7
Kurang 38 36,5
Total 104 100,0

Berdasarkan tabel 3, tampak bahwa dari 104 orang lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu terdapat 31 orang (29,8%) lansia
dengan pengetahun baik,35orang (33,7%) lansia dengan pengetahuan
cukup dan 38 orang (36,5%) lansia dengan pengetahuan kurang.
2. Analisis Bivariat
hubungan antara variabel Independen (Usia dan Pengetahuan) dan
variabel dependen (Keikutsertaan Senam Lansia) di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka tabulasi
silang antara independent variable dan dependent dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
a. Hubungan usia lansia dengan keikutsertaan senam lansia di wilayah kerja
Puskesmas Sukamerindu
Tabel 4.
Hubungan usia lansia dengan keikutsertaan senam lansia di wilayah kerja
Puskesmas Sukamerindu tahun 2018

Usia Keikutsertaan Total χ2 P C


Senam Lansia
Ikut Tidak ikut
F % F % F %
Lanjut usia 45 61,6 28 38,4 73 100 11,765 0,001 0,337
lanjut usia tua 7 22,6 24 77,4 31 100
Total 52 50,0 52 50,0 104 100
Berdasarkan tabulasi silang antara usia lansia dengan keikutsertaan
senam lansiadidapatkan dari 73 orang lansia berusia lanjut usia terdapat 45
orang (61,6%) yang ikut senam lansia dan 28 orang (38,4%) tidak ikut
senam lansia. Dari 31 orang lansia berusia lanjut usia tua terdapat 7 orang
(22,6%) yang ikut senam lansia dan 24 orang (77,4%) tidak ikut senam
lansia
Hasil uji statistic Chi-Square (Continuity Correction) didapat nilai
χ = 11,765 dengan p=0,001< α 0,05 berarti signifikan, maka Ho ditolak Ha
2

diterima. Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara usia lansia dengan
keikutsertaan senam lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu
tahun 2018.
Hasil uji Contingency Coefficient (C) didapat nilai C= 0,337
dengan p=0,000< α 0,05 berarti signifikan. Nilai C= 0,337 tersebut
dibandingkan dengan nilai Cmax dekat dengan nilai Cmax=0,707 maka
katagori hubungan sedang.
b. Hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan senam lansia di wilayah
kerja Puskesmas Sukamerindu
Tabel 5.
Hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan senam lansia di wilayah
kerja Puskesmas Sukamerindu tahun 2018

Pengetahuan Keikutsertaan Senam Total χ2 P C


Lansia
Ikut Tidak ikut
F % F % F %
Baik 22 71,0 9 29,0 31 100
Cukup 18 51,4 17 48,6 35 100
10,638 0,005 0,305
Kurang 12 31,5 26 68,4 38 100
Total 52 50,0 52 50,0 104 100

Berdasarkan tabulasi silang antara pengetahuan dengan


keikutsertaan senam lansia didapatkan dari 31 orang lansia dengan
pengetahuan baik terdapat 22 orang (71,0%) ikut senam lansia dan 9 orang
(29,0%) tidak ikut senam lansia. Dari 35 orang lansia dengan pengetahuan
cukup terdapat 18 orang (51,4%) ikut senam lansia dan 17 orang (48,6%)
tidak ikut senam lansia. Dari 38 orang lansia dengan pengetahuan kurang
terdapat 12 orang (31,6%) lansia ikut senam lansia dan 26 orang 68,4%)
tidak ikut senam lansia
Hasil uji statistic Chi-Square (Pearson Chi-Square) didapat nilai
χ2= 10,638 dengan p= 0,005< α 0,05 berarti signifikan, maka Ho ditolak
Ha diterima. Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahun
dengan keikutsertaan senam lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu tahun 2018.
Hasil uji Contingency Coefficient (C) didapat nilai C= 0,305
dengan p=0,000< α 0,05 berarti signifikan. Nilai C= 0,305 tersebut
dibandingkan dengan nilai Cmax dekat dengan nilai Cmax=0,707 maka
katagori hubungan sedang.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan dari 104 orang lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu terdapat 52 orang (50,0%) ikut senam
lansia dan 52 orang (50,0%) tidak ikut senam lansia. Kondisi ini menunukkan
masih tingginya minat lansia untuk aktif menginkuti senam lansia di
Puskesmas Sukamerindu.
Menurut Suryani (2012), senam lansia yang merupakan bentuk latihan
fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik
manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Senam atau latihan fisik
sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang meliputi aktifitas fisik yang
teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Senam merupakan bagian
dari usaha menjaga kebugaran termasuk kesehatan jantung dan pembuluh
darah, dan sebagai bagian dari program retabilitas bagi mereka yang telah
menderita.
Senam akan bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika
dilaksanakan dalam zona latihan paling sedikit 15 menit. Sedangkan menurut
Maryam (2011), latihan fisik (senam) lansia sebaiknya dilakukan dalam
periode waktu 20-30 menit. Menurut Sulistyarini (2016), untuk memperbaiki
dan mempertahankan kesegaran jasmani, maka senam lansia harus dilakukan
minimal satu kali seminggu. Waktu yang tepat untuk melakukan senam lansia
sebaiknya pada pagi hari, yaitu saat menjelang matahari terbit karena udara
masih bersih dan segar. Senam pada waktu sore juga diperbolehkan asalkan di
tempat/lapangan yang nyaman
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan dari 104 orang lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu terdapat 73 orang (70,2%) lansia
berusia lanjut usia dan 31 orang (29,80%) lansia berusia lanjut usia tua.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di wilayah kerja
puskesamas sukamerindu dengan usia 60-75 tahun.
Menurut Agustina (2014) lanjut usia merupakan suatu bagian dari
tahap perjalanan hidup manusia yang keberadaannya senantiasa harus
diperhatikan. Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap lansia
sebagai manusia yang tidak mampu, lemah, dan sakit-sakitan menyebabkan
mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya, sehingga
segala aktivitasnya sangat dibatasi
Menurut Nugroho (2015), menua adalah menjadi tua adalah suatu
keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat
dan figure tubuh yang tidak proporsional.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan dari 104 orang lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu terdapat 31 orang (29,8%) lansia
dengan pengetahun baik, 35orang (33,7%) lansia dengan pengetahuan cukup
dan 38 orang (36,5%) lansia dengan pengetahuan kurang. Hasil ini
menunjukkan bahwa hampir sebagan besar lansia di wilayah kerja puskesmas
sukamerindu memiliki pengetahuan yang kurang tentang senam lansia.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah usia dan
pengalaman. Usia mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan
bertambahnya usia biasanya seseorang lebih dewasa pula intelektualnya.
Memori atau daya ingat seseorang salah satunya dipengaruhi oleh usia.
Dengan bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia tertentu atau menjelang
usia lanjut kemampuan penerimaan mengingat pengetahuan akan berkurang
(Notoatmodjo, 2011)
Berdasarkan tabulasi silang antara usia lansia dengan keikutsertaan
senam lansia didapatkan dari 73 orang lansia berusia lanjut usia terdapat
terdapat 45 orang (61,6%) yang ikut senam lansia. Kondisi ini menunjukkan
bahwa hampir seluruh lansia yang ikut senam lansia dengan usia lanjut usia
(60-75 tahun). Hal ini dikarenakan pada usia ini lansia belum terlalu
mengalami penurunan fisik sehingga masih mampu untuk mengikuti senam
lansia dengan aktif
Dari 73 orang lansia berusia lanjut usia terdapat 28 orang (38,4%)
tidak ikut senam lansia. Kondisi ini menunjukkan bahwa usia bukanlah faktor
utama yang mempengaruhi keaktifan senam lansia, masih terdapat faktor lain
yang mempengaruhi lansia untuk mengikuti senam lasia. Diantaranya adalah
motivasi lansia dan dukungan keluraga, dibuktikan dengan pernyataan
sebagan lansia yang mengatakan kurang berminat untuk mengikut lansia dan
sebagian lagi mengatakan tidak ada keluarga yang bisa mengantar lansia untuk
mengikuti senam lansia.
Dari 31 orang lansia berusia lanjut usia tua terdapat 7 orang (22,6%)
yang ikut senam lansia. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun lansia dengan
usia lansia tua tetap dapat mengikuti senam lansia, hal ini dapat terjadi jika
lansia senantiasa menjaga aktifitas fisik dan latihannya sejak awa memasuki
usia lansia sehingga penurunan kondisi fisik lansia tidak terjadi dengan cepat
Dari 31 orang lansia berusia lanjut usia tua terdapat 24 orang (77,4%)
tidak ikut senam lansia. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tua usia
lansia semakin mengalami penurunan kondisi fisik, sehingga akan
menyulitkan lansia untuk mengikuti senam lansia.
Hasil uji statistic Chi-Square (Continuity Correction) didapat
hubungan yang signifikan antara usia lansia dengan keikutsertaan senam
lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu tahun 2018. Hasil ini
menunjukkan bahwa usia mempunyai hubungan yang signifikan dengan
keikutsertaan senam lansia, karena semakin tua usia lansia maka akan semakin
menyulitkan lansia untuk melakukan aktfitas latihan seperti senam lansia,
karena telah terjadi kemunduran fungsi fisik seiring pertambahan usia.
Hasil ini sejalan dengan penelitian menurut penelitian yang dilakukan
Tantinis (2016) yang melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi
niat keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia di instalasi geriatri RSUP
Dr. Kariadi Semarang, didapatkan hasil bawha terdapat hubungan yang
signifikan antara usia dengan
Hasil penelitian ini didukung teori menurut Maryam (2011), usia
sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan senam lansia, karena organ-organ
tubuh dapat mengalami kemunduran, sehingga semakin lanjut usia lansia
maka akan semakin memberatkan lansia untuk melakukan senam.
Kemunduran diantaranya kulit berubah menjadi lebih tipis, kering, keriput,
dan elastisitas menurun, rambut mulai rontok, warna menjadi putih, kering,
tidak mengkilap, jumlah sel otot berkurang, ukurannya mengecil atau terjadi
atrofi sementara jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot secara
keseluruhan menyusut, fungsinya menurun, serta kekuatannya berkurang
Hasil uji Contingency Coefficient (C) didapat katagori hubungan
sedang. Hasil ini sejalan dengan teori menurut Maryam (2011) pada lanjut
usia telah terjadi kemunduran fisik pada organ tubuh. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar tetap sehat di usia lanjut yaitu dengan memperhatikan
faktor gizi dan olahraga. Dengan semakin meningkatnya usia, maka sudah
jelas kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin
terlihat setelah usia 40 Tahun, sehingga saat lanjut usia, kemampuan akan
turun antara 30-50 %. Oleh karena itu, bila para usia lanjut ingin berolahraga,
harus memilih sesuai dengan usia kelompoknya, dan kemungkinan adanya
penyakit. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara
lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau
kalistenik, tidak kompetitif/bertanding
Berdasarkan tabulasi silang antara pengetahuan dengan keikutsertaan
senam lansia didapatkan dari 31 orang lansia dengan pengetahuan baik
terdapat 22 orang (71,0%) ikut senam lansia. Kondisi ini menunjukkan bahwa
sebagian besar lansia yang mengikuti senam lansia memiliki pengetahuan
yang baik, pengetahuan yang baik akan mendukung perilaku kesehatan
seseorang sehingga akan mempermudah dalam pemilihan metode latihan
untuk menjaga kebugaran tubuh seperti senam lansia
Dari 31 orang lansia dengan pengetahuan baik terdapat 9 orang
(29,0%) tidak ikut senam lansia. Kondisi menunjukkan lansia denga
pengetahuan baik tidak menjamin untuk aktif mengikuti senam lansia bila
tidak didukung dengan sikap yang baik, seperti pada Ny. C dan Ny. T yang
mengatakan malas ikut senam lansia karena lebih senang santai dan istirahat
di rumah. Selain itu motivasi yang kurang baik juga menjadi faktor penyebab
lansia tidak ikut senam lansia seperti pada Ny. J yang menagatakan kurang
berminat untuk ikut senam lansia karena dianggap kegiatan yang tidak
menarik. Dukungan keluarga juga menjadi faktor penyebab lansia tdak ikut
senam lansia, seperti pada Ny. H, Ny. S, Tn. J dan Ny. R yang mengatakan
ingin ikut senam lansia namun karena jarak tempat tinggal dan puskesama
agak jauh dan tidak ada keluarga yang mau mengantar sehingga lansia tidak
ikut senam lansia. Faktor penyakit juga dapat menjadi faktor penghambat
lansia untuk ikut senam lansia seperti pada Ny. S dan Tn. U yang mengatakan
masing masng menderita rematik dan asam urat sehingga membuatnya sulit
untuk bergerak malakukan senam lansia.
Dari 35 orang lansia dengan pengetahuan cukup terdapat 18 orang
(51,4%) ikut senam lansia. Kondisi ini menunjukkan pengetahuan yang cukup
akan memudahkan lansia dalam mengambil keputusan untuk ikut senam
lansia, namun lansia juga membutuhkan dukungan faktor lain untuk
menguatkan keputusannya, seperti adanya dukungan dari keluarga dan sikap
lansia itu sendri terhadap program senam lansia.
Dari 35 orang lansia dengan pengetahuan cukup terdapat 17 orang
(48,6%) tidak ikut senam lansia. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengetahuan
yang cukup saja tidak menjamin lansia akan ikut dalam kegiatan senam lansia,
tetapi harus adanya ffaktor pendukung seperti pada kasus lansia dengan
pengetahuan cukup ada yang mengalami penyakit sendi seperti arthrtis
rheumatoid yang sudah parah sehingga menyulitkan lansia untuk bergerak
dan menurunkan minat lansia untuk mengikuti senam lansia
Dari 38 orang lansia dengan pengetahuan kurang terdapat 12 orang
(31,6%) lansia ikut senam lansia. Kondisi ini menunjukkan bahwa lansia
dengan pengetahuan kurang juga memungkinkan untuk dapat aktif mengikuti
senam lansia jika didukung dengan motivasi yang baik dan dukungan keluarga
yang baik
Dari 38 orang lansia dengan pengetahuan kurang terdapat 26 orang
68,4%) tidak ikut senam lansia. Kondisi ini menunjukkan lansia dengan
pengetahuan yang kurang akan menyulitkan lansia untuk melakukan senam
lansia, karena lansia kurang memahami tentang manfaat dari senam lansia,
sehingga akan menentukan sikap dan motivasi lansia untuk mengikut senam
lansia
Hasil uji statistic Chi-Square (Pearson Chi-Square) didapat hubungan
yang signifikan antara pengetahun dengan keikutsertaan senam lansia di
wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu tahun 2018. Hasil ni menunjukkan
bahwa dengan pengetahuan yang baik maka akan memudahkan lansia untuk
mengambil keputusan tentang perilaku kesehatan seperti mengikuti senam
lansia dan sebalikknya dengan pengetauhn yang kurang makan akan
mempengaruhi pandangan dan kepedulian lansia terhadap perilaku kesehatan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian menurut peneltian Rahayu (2012),
yang melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan lansia tentang
osteoporosis terhadap pelaksanaan senam lansia di Desa Klangon Kecamatan
Bojonegoro. Didapatkan hasil sebagian besar responden dengan pengetahuan
kurang yaitu 58% (36 orang), sebagian besar responden tidak melaksanakan
senam lansia yaitu sebanyak 72,6% (45 orang) dan didapat hubungan yang
signfikan antara pengetahuan lansia tentang osteoporosis terhadap
pelaksanaan senam lansia di Desa Klangon Kecamatan Bojonegoro.
Didukung oleh teori menurut Kuswenda (2012) bahwa pengetahuan
merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola
pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait
dengan lingkungan dimana mereka berada. Keadaan lingkungan sekitar sedikit
banyaknya akan mempengaruhi pengetahuan mengenai senam lansia.
Disamping itu keterpaparan dengan media komunikasi akan mempengaruhi
kadar pengetahuannya
Hasil uji Contingency Coefficient (C) didapat katagori hubungan
sedang. Sejalan dengan teori menurut Notoadmojo (2014), Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (over behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Baik kurangnya pengetahuan
itu sangat erat hubungannya dengan tingginya angka kesadaran terhadap
kesehatan. Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilaku seseorang
akan kepatuhannya terutama dalam sikap akan merubah perilakunya. Melalui
baik kurangnya pengetahuan akan mempermudah seseorang dalam
penerimaan informasi
Sejalan dengan penelitian menurut Sugaray (2012) yang melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi lansia dalam
melakukan senam lansia Di UPT Pelayanan Tresna Werdha Khusnul
Khotimah Pekanbaru. Didapatkan hasil didapatkan hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan motivasi lansia dalam melakukan senam lansia Di
UPT Pelayanan Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru, dengan
kategori hubungan sedang.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian hubungan usia lansia dan pengetahuan
dengan keikutsertaan senam lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari 104 orang lansia terdapat 52 orang (50,0%) ikut senam lansia dan 52
orang (50,0%) tidak ikut senam lansia
2. Dari 104 orang lansia terdapat 72 orang (70,2%) lansia berusia lanjut usia
dan 31 orang (29,80%) lansia berusia lanjut usia tua
3. Dari 104 orang lansia terdapat 31 orang (29,8%) lansia dengan pengetahun
baik, 35 orang (33,7%) lansia dengan pengetahuan cukup dan 38 orang
(36,5%) lansia dengan pengetahuan kurang
4. Ada hubungan yang signifikan antara usia lansia dengan keikutsertaan
senam lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu tahun 2018,
dengan katagori hubungan sedang.
5. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahun dengan keikutsertaan
senam lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu tahun 2018,
dengan katagori hubungan sedang.
F. Daftar Pustaka
Agustina. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengn praktik senam lansia
di panti sosial tresnawerdha (pstw) vudi mulia 01 Cipayung Jakarta
Timur. Diakses pada tanggal 13 januari 2018, dari
http://repository.upi.edu/19106/2/S_PJKR_1100059_
Bibliography.pdf
Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:
Rhineka cipta.

Bandiyah. 2012. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha


Medika

BPS. 2010. Laporan sensus penduduk tahun 2010. Diakases pada tanggal 13
Januari 2018, dari https://www.bps.go.id/pressrelease/1989768357
_647/sensus2010.html

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2016. Profil Kesehatan Kota Bengkulu


Tengah. Dinkes Bengkulu.

Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2016. Profil Kesehatan Provinsi


Bengkulu. Dinkes Bengkulu.

Fatmah. 2014. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia

Jumita. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lansia


di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh
Utara Tahun 2011. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang

Kuswenda, D. 2012. Kurikulum dan Modul Pelatihan Lanjut Usia dan


Geriatri Untuk Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan RI

Maryam. 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika

Nelson. 2014. Mencegah Kepikunan Memperkuat Daya Ingat. Jakarta: BIP


Notoatmodjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, W. 2015. Keperawatan Gerontik & Geratrik. Jakarta: EGC

Paryanti. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan Lanjut Usia Tentang Senam


Dengan Keaktifan Dalam Mengikuti Senam di Posyandu Desa
Ngargorejo Ngemplak Boyolali. Diakses pada tanggal 10 Februar
2018, dari http://eprints.ums.ac.id/ 12559/

Rahayu. 2012. hubungan pengetahuan lansia tentang osteoporosis terhadap


pelaksanaan senam lansia di Desa Klangon Kecamatan
Bojonegoro. Diakses pada tanggal 12 Februari 2018, dari
http://ejournal.rajekwesi.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-
Kesehatan/article/view/33
Sugaray. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Lansia Dalam
Melakukan Senam Lansia Di UPT Pelayanan Tresna Werdha
Khusnul Khotimah Pekanbaru . Diakses pada tanggal 15 februari
2018, dari https://repository.unri.ac.id/jspui/ bitstream/

Sulistyarini. 2016. Kompres Air Hangat Dan Senam Lansia. Yogyakarta:


Adjie Media Nusantara

Suryani. 2012 Senam Lansia.diakses pada tanggal 13 Januari 2018, dari


http://bidankudelima.blogspot.com

Widyastuti. 2012. Hubungan tingkat pengetahuan tentang senam lansia


dengan keaktifan mengikuti senam lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran. Diakses pada tanggal 15 Februari 2018,
dari http://download.portalgaruda.org /article.php/265723.pdf/

Anda mungkin juga menyukai