Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lansia merupakan seseorang yang sudah berumur di atas 60 tahun. Secara biologis, lansia
mempunyai ciri-ciri yang dapat dilihat secara nyata pada perubahan-perubahan fisik dan
mentalnya. Proses ini terjadi secara alami yang tidak dapat dihindari dan berjalan secara
terus menerus.
Pada tahun 2000 jumlah lanjut usia di Indonesia mencapai 14 juta jiwa, sedangkan
jumlah lansia pada tahun 2010 mencapai 16,5 juta jiwa. Di perkirakan tahun 2020 jumlah
lansia mencapai 28 juta jiwa dan akan bertambah menjadi hampir 2 milyar pada tahun
2050, yang mana pada waktu itu populasi lansia akan lebih besar dari pada populasi
anak-anak (http;//www.Depkominfo.com).
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 46,75%,
mengalami penurunan cukup besar bila dibandingkan capaian tahun 2014 yaitu 53,70%.
Terdapat satu kabupaten dengan satu cangkupan mencapi 100% yaitu Kendal. Sementara
kabupaten dengan cakupan terendah adalah banyumas yaitu 4,97%. Sedangkan menurut
data badan pusat statistic kota pekalongan jumlah lansia mencapai 14.637 jiwa.
Pertambahan penduduk lanjut usia secara bermakna akan disertai oleh berbagai masalah
yang akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia baik terhadap individu
maupun bagi keluarga dan masyarakat antara lain meliputi fisik, biologis, mental dan
sosial ekonomi. Pembinaan lanjut usia sangat memerlukan perhatian khusus sesuai
dengan keberadaannya jika hal ini tidak ditangani maka akan menimbulkan permasalahan
yang cukup besar. Salah satu wujud peran serta masyarakat dalam menanggulangi
permasalahan ini yaitu dengan pembentukan posyandu lansia yang merupakan upaya
lansia untuk menolong dirinya sendiri dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
Keberadaan posyandu lansia tersebut akan memberikan makna yang sangat penting,
makna yang dimaksud adalah peningkatan derajat kesehatan, pengetahuan tentang
posyandu lansia.
Berdasarkan fenomena di atas, maka dapat disimpulkan tentang pentingnya berkunjung
ke posyandu lansia.
B. Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pelaksanaanPosyandu bagi lanjut
usia secara komprehensif
2. Meningkatkan kemudahan bagi lanjut usia untukmendapatkan berbagai
pelayanan, baik pelayanan kesehatanmaupun pelayanan lainnya yang
dilaksanakan oleh berbagaiunsur terkait
3. Terlaksananya pembinaan dan pelayanan kepada lanjut usiadi Posyandu secara
komprehensif dengan melibatkan lintassektor dan masyarakat.
4. Berkembangnya Posyandu lanjut usia yang aktifmelaksanakan kegiatan dengan
kualitas yang baik secaraberkesinambungan

C. Rumusan Masalah
BAB II

PEMAPARAN KASUS

Kasus : Posyandu lansia di daerah gebang putih kecamatan sukolilo kota Surabaya .Kelurahan Gebang
Putih mempunyai posyandu lansia sebanyak tiga posyandu yaitu Posyandu Dewanata 1 terletak di RW 3
Asempayun, posyandu Dewanata 2 terletak di RW 1 dan 2 Gebang dan posyandu Arrohim terletak di RW
4 Kejawen.,dengan jumlah populasi 144 lansia, menggunakan rancangan cross sectional. Cara
pengambilan sampel dengan cara Simple Random Sampling sehingga didapatkan sampel sejumlah
107 lansia. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulan bahwa sebagian besar lansia hipertensi yaitu
sebesar 54,2% dan sebagian kecil prahipertensi yaitu 22,42%. Untuk distribusi olahraga paling banyak
berolahraga kurang yaitu 68,22% dan paling sedikit berolahraga sedang sebanyak 0,93%. Distribusi stres
paling banyak kurang kebal terhadap stress yaitu 63,55% dan paling sedikit kebal terhadap stress yaitu
36,44%.

Hubungan perilaku olahraga dengan tingkat hipertensi lansia

Aktivitas atau olahraga sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, di mana pada orang yang
kurang aktivitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung lebih tingi sehingga otot
jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Berdasaekan penelitian
jurnal Sebagian besar responden berolahraga kurang yaitu sebesar 68,22% dan sebagian kecil
responden berolahraga sedang yaitu sebesar 0,93%. Lansia yang kebanyakan tidak mengikuti
olahraga karena keadaan fisiknya yang tidak memungkinkan seperti sudah tua dan kesibukan
mengurus pekerjaan rumah karena sebagian besar mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga
sebesar 39,25%. Jadi mereka rata-rata tidak mempunyai waktu untuk berolahraga. Sedangkan
mereka yang ikut olahraga adalah yang fisiknya masih kuat. Faktor yang lain karena di salah satu
posyandu tidak mengadakan program senam untuk lansia yaitu di Posyandu Arrohim RW 4
Kejawen.

Hubungan tingkat stress dengan tingkat hipertensi lansia

Stres juga sangat erat hubungannya dengan hipertensi. Stres merupakan masalah yang memicu
terjadinya hipertensi di mana hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Suhadak, 2010).

Kasus dari penelitian sebagian besar responden kurang kebal terhadap stress yaitu sebesar 63,55% dan
sebagian kecil responden kebal terhadap stress yaitu sebesar 36,44%. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor salah satunya adalah sulit untuk tidur. Kebanyakan alasan mereka sulit tertidur adalah
adanya permasalahan dalam keluarga seperti masalah dengan anaknya, suaminya serta anggota
keluarga lain dan mereka kebanyakan setiap ada masalah tidak pernah diutarakan kepada orang lain tapi
mereka lebih memilih untuk diam dan memendam dalam hati.

Hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi lansia

Pola makan dapat diartikan suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan
demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan
kegiatan makan secara sehat. Pola makan juga ikut menentukan kesehatan bagi tubuh. Hasil studi
menunjukkan bahwa pola makan yang sering dikonsumsi lansia untuk jenis makanan pokok adalah
paling banyak nasi dan jagung. Lauk pauk paling banyak adalah tahu, tempe, telur, ayam, ikan laut, ikan
teri/asin dan ikan tawar. Sayuran paling banyak adalah bayam, kangkung, daun singkong dan kacang
panjang. Buah paling banyak adalah pisang dan pepaya. Kebanyakan lansia mengonsumsi daging
ayam, susu yang mengandung lemak dan gorengan yang banyak mengandung minyak. Makin
tinggi lemak mengakibatkan kadar kolesterol dalam darah meningkat yang akan mengendap dan
menjadi plak yang menempel pada dinding arteri, plak tersebut menyebabkan penyempitan arteri
sehingga memaksa jantung bekerja lebih berat dan tekanan darah menjadi lebih tinggi. Tinggi
lemak dapat menyebabkan obesitas yang dapat memicu timbulnya hipertensi.
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Posyandu Lansia merupakan sarana pelayanan kesehatan terpadu untuk lansia di suatu
tempat atau wilayah yang ditentukan bersama dan melibatkan Peran serta
lansia,keluarga,tokoh masyarakat serta organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
(Sunaryo, dkk 2016)
Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia merupakan suatu forum komunikasi, alih tehnologi
dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
stategis untuk pengembangan sumber daya manusia, khususnya Lanjut Usia (DepKes,
2001).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan posyandu lansia adalah pelayanan
kesehatan untuk mengembangkan sumber daya manusia khususnya lansia, dan
melibatkan peran masyarakat untuk mewujudkannya.

B. Tujuan
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar adalah:
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
2. Mendekatan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.

C. Sasaran Posyandu Lansia


Sasaran Posyandu Lansia meliputi sasaran langsung dan tidak langsung
1. Sasaran langsung adalah pra usia lanjut ( 45-59 tahun ) , usia lanjut ( 60-69 tahun )
dan usia lanjut resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
2. Sasaran tidak langsung adalah keluarga dimana usia lanjut berada,masyarakat tempat
lansia berada,organisasi sosial,petugas kesehatan, dan masyarakat luas.

D. Mekanisme pelayanan posyandu lansia


Mekanisme pelayanan posyandu lansia berbeda dengan posyandu balita yang memiliki
system lima meja,sedangkan posyandu lansia ada yang menggunakan system lima meja
seperti posyandu balita,dan ada juga yang menggunakan system tiga meja dengan
kegiatan sebagai berikut :
1. Meja 1 : pendaftaran lansia,pengukuran,dan penimbangan berat badan dan tinggi
badan.
2. Meja 2 : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh.
Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan
di meja 2 ini.
3. Meja 3 : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
E. Kendala pelaksanaan posyandu lansia
1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk
datang ke posyandu.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
F. Program kesehatan lansia
Sebagai wujud pelayanan kesehatan pada kelompok lansia pemerintah merencanakan
pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang antara lain pelayanan kesehatan ditingkat
masyarakat adalah posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah
puskesmas, dan pelayanan kesehatan lansia tingkat lanjutan adalah rumah sakit.
(Sunaryo, dkk 2006)
G. Pelayanan posyandu lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan
mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi. Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di
Posyandu Lansia adalah:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat
tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9. Penyuluhan Kesehatan.
Penyuluhan kesehatan bertjuan untuk meningkatkan pengetahuan lansia tentang
jenis penyakit dan tanda gejala, seperti hipertensi, diabetes militus, asam urat, gizi
seimbang dll.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang
tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. (Herdini,
2013, p.5)

Anda mungkin juga menyukai