Anda di halaman 1dari 24

Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental Lanjut Usia Melalui Program Posyandu

Lansia Desa Agung Jaya, Kecamatan Air Manjunto, Kabupaten Muko-Muko

(Dibuat Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Gerenotologi)

Oleh:

Monika Wijaya Kusuma Ningrum (19011155)

Putri Rahma Oktafia (19011055)

Rizki Fadhila Nasution (19011062)

Viona Dwi Mai Putri (19011077)

Dosen Pengampu :

Duryanti, S.Psi., M.A

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSUKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penuaan adalah terjadinya akumulasi perubahan pada manusia dari waktu ke waktu
yang meliputi perubahan biologis, psikologis dan sosial yang berkorelasi terhadap
penurunan daya tahan tubuh dan terjadinya penyakit (Kar, 2019). Kemampuan adaptasi yang
kurang dalam menghadapi perubahan, dapat menyebabkan masalah psikososial, salah
satunya adalah ansietas (Maramis dan Maramis, 2009). Proses menua merupakan proses
yang terus-menerus terjadi penurunan kemampuan jaringan secara alamiah dan tidak
mungkin dapat kembali seperti semula, bahkan semakin bertambah tingkat usia jumah
penurunan jaringan semakin banyak (Constantinides, 1994). Proses penuaan secara
degeneratif akan berdampak pada perubahan fisik, kognitif, perasaaan, sosial dan seksual
(Azizah, 2011). Lanjut usia memerlukan perawatan untuk mencegah terjadinya masalah
masalah yang terjadi terkait dengan kesehatan jiwa, tetapi pemberian motivasi untuk
membuat lansia bahagia di akhir kehidupannya sangat perlu untuk dilakukan (Maryam,
2008).

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia di suatu
wilayah tertentu yang sudah terencana, yang digerakkan oleh masyarakat terutama ibu-ibu
PKK dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan.tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas Posyandu Lansia dalam menjaga kesehatan fisik dan kesehatan
mental lanjut usia serta faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Posyandu Lansia.
Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada
yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun.Seseorang
dikatakan sudah menjadi tua dalam Undang-Undang No 13 Tahun 1998 dikenal dengan
nama lansia yang sudah berusia lebih dari 60 tahun (Depsos, 1999). Lanjut usia (lansia)
memiliki ciri-ciri rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Perubahan yang terjadi
pada lansia tidak hanya pada kondisi fisik, tetapi juga terdapat perubahan psikologis.

Perubahan psikologis pada lansia terjadi karena adanya perubahan peran dan
kemampuan fisik orang tua dalam melakukan kegiatan, baik kegiatan untuk diri sendiri
maupun di kegiatan sosial masyarakat. Lansia juga berpendapat bahwa tugas-tugasnya
didunia telah selesai dan lebih cenderung beribadah mendekatkan diri kepada Tuhan. Lansia
yang mengurangi aktifitas sehari-hari akan berdampak pada kondisi kesehatannya dan rentan
terkena penyakit. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu ditingkatkan untuk tercapainya usia
lanjut yang sehat dan bahagia.

Tujuan diadakannya Posyandu Lansia yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,


perilaku positif, serta meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lansia. Sehingga diperlukan
kemauan yang kuat bagi lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu yang diadakan rutin
oleh kader Posyandu (Suseno, 2012). Perilaku aktif dalam mengikuti kegiatan Posyandu
Lansia dapat meminimalkan permasalahan kesehatan Lansia yang muncul akibat proses
penuaan, karena penyakit dapat dideteksi secara dini.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
penelitiannya adalah “Adakah hubungan antara Menjaga Kesehatan Fisik Dan Mental Lanjut
Usia Melalui Program Posyandu Lansia Desa Agung Jaya, Kecamatan Air Manjunto,
Kabupaten MukoMuko?".

C. TUJUAN

Untuk mengetahui adakah hubungan antara Menjaga Kesehatan Fisik Dan Mental
Lanjut Usia Melalui Program Posyandu Lansia Desa Agung Jaya, Kecamatan Air Manjunto,
Kabupaten MukoMuko.

D. MANFAAT

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi responden
Dapat memberikan masukan dan wawasan tentang manfaat mengikuti posyandu
lansia sehingga para lansia menjadi lebih aktif untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia.
2. Bagi posyandu lansia
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan tantang pentingnya
sosialisasi dan promosi posyandu lansia, untuk meningkatkan minat lansia mengikuti
kegiatan posyandu lansia
3. Bagi institusi pendidikan
Memberikan informasi tambahan pada mata kuliah Keperawatan Komunitas
tentang hubungan antara pengetahuan tentang posyandu lansia dengan keaktifan lansia
mengikuti posyandu lansia.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai informasi tambahan dalam melakukan penelitian lanjutan tentang
posyandu lansia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Lansia

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang memasuki tahap akhir di fase kehidupan.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses yaitu proses
penuaaan.(Wahyudi, 2008). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan
tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan dialami
oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain (Kholifah, 2016).

Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan jaringan untuk


memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat mempertahankan tubuh dari infeksi
dan tidak mampu memperbaiki jaringan yang rusak ( Constantinides, 1994 dalam Sunaryo,
et.al, 2106).

2. Pendapat Ahli Terkait Lansia Tahap Perkembangan Lansia (fisik, kognitif, sosial
emosional)
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Nugroho (2010),batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah

sebagai berikut :

1) Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam bab 1 pasal1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai 60 tahun ke atas”.

2) Menurut World Health Organizazion (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut : seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun,
usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

3) Menurut Dra. Jos Madani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase verilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

4) Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, masa lanjut usia (geriatric age) yaitu >65
tahun atau 7 tahun. Masa lanjut usia itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur yaitu
young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun) dan old-old (>80 tahun)

5) Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2011), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut : berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13,
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif,
lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

Ageing process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap
cedera, termasuk adanya infeksi (Bandiyah, 2009). Proses penuaan sudai mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan otot,
susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak
ada batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap
orang memiliki fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat,
kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia. Pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara biologis, mental maupun ekonomi.
Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga
dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Nugroho, 2010).

Menurut Maryam (2011), terdapat beberapa teori dengan proses penuaan diantaranya
terdiri dari :

1) Teori Biologis

Teori biologis diantaranya mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas dan teori rantai silang.

2) Teori Psikologis

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan dengan keakuratan mental


dan keadaan fungsionak yang efektif. Adanya penurunan dan intelektualitas yang
meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut
menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan
kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem
sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses
dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/ reaksi yang berbeda dari
stimulus yang ada.

3) Teori Sosial

Terdapat beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu terdiri
dari teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement
theory) , teori aktivitas

4) Teori Spiritual

Komponen Spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan


individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
Menurut Maryam (2011), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi :

1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampa
sistem organ tubuh yaitu sistem persyarafan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan temperatur tubuh,gastrointestinal,respirasi,genitourinaria, endokrin
integumen muskuloskeletal.
2. Perubahan Mental
Lansia secara umum akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu : perubahan fisik, kesehatan umum,
tingkat pendidikan, keturunan, dan lingkungan. Segi mental emosional lansia sering
muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan
mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan
karena tidak berguna lagi.
3. Perubahan Psikososial
Reaksi lansia terhadap masalah yang muncul sangat beragam, tergantung kepada
kepribadian individu yang bersangkutan. Masalah yang akan muncul adalah pensiun.
Apabila seseorang telah mengalami pensiun, maka ia akan kehilangan teman, pekerjaan,
dan status. Lansia merasakan atau sadar akan kematiannya, sehingga lansia menimbulkan
perasaan cemas.

Perubahan yang terjadi pada lansia tidak hanya pada kondisi fisik, tetapi juga terdapat
perubahan psikologis. Perubahan psikologis pada lansia terjadi karena adanya perubahan
peran dan kemampuan fisik orang tua dalam melakukan kegiatan, baik kegiatan untuk diri
sendiri maupun di kegiatan sosial masyarakat. Lansia juga berpendapat bahwa tugas-
tugasnya didunia telah selesai dan lebih cenderung beribadah mendekatkan diri kepada
Tuhan. Lansia yang mengurangi aktifitas sehari-hari akan berdampak pada kondisi
kesehatannya dan rentan terkena penyakit. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu
ditingkatkan untuk tercapainya usia lanjut yang sehat dan bahagia.
3. Aspek - Aspek Stress Pada Lansia

Stres merupakan reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi jika seseorang merasakan
ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan untuk mengatasi
tuntutan tersebut. Stres dapat dikatakan adalah gejala penyakit masa kini yang erat kaitannya
dengan adanya kemajuan pesat dan perubahan yang menuntut adaptasi seseorang terhadap
perubahan tersebut dengan sama pesatnya. Usaha, kesulitan, hambatan, dan kegagalan dalam
mengikuti derap kemajuan dan perubahannya menimbulkan beraneka ragam keluhan
(Rahman, 2016).

Lansia terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap, dimana penurunan
kondisi tersebut dapat menimbulkan stres pada sebagian lansia. Masalah psikososial pada
lansia dapat berupa stres, ansietas (kecemasan) dan depresi. Masalah tersebut bersumber dari
beberapa aspek, diantaranya perubahan aspek fisik, psikologis dan sosial. Gejala yang
terlihat pada lansia dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa
dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan perasaan tidak berguna.
Walaupun tidak disebutkan lebih terperinci mengenai angka kejadian dari masing-masing
masalah psikososial tersebut, namun dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia dapat berkembang menjadi masalah-masalah
lain yang seringkali juga disertai dengan terjadinya perubahan konsep diri (Hurlock, 2004).

Dampak stres umumnya yang jika tidak dapat diatasi oleh lansia dapat menyebabkan
lansia mengalami kemunduran fisik. Kemunduran fisik terjadi karena lansia memikirkan dan
mempunyai persepsi buruk terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Keadaan ini yang
mempengaruhi kualitas hidup lansia (Putri, 2012).

Proses penuaan mengakibatkan perubahan (penurunan) struktur dan fisiologis pada


lanjut usia seperti : penglihatan, pendengaran, sistem paru, persendian tulang. Seiring
dengan penurunan fungsi fisiologis tersebut, ketahanan tubuh lansia pun semakin menurun
sehingga terjangkit berbagai penyakit. Penurunan kemampuan fisik ini dapat menyebabkan
lansia menjadi stress, yang dulunya semua pekerjaan bisa dilakukan sendirian, kini
terkadang harus dibantu orang lain. Perasaan membebani orang lain inilah yang dapat
menyebabkan stress.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat stress lansia yang tinggal di panti. Ketika
berbicara tentang faktor yang mempengaruhi tingkat stres, kita tidak bisa lepas dari
sumbersumber penyebab stres atau yang biasa disebut dengan stresor. Stresor merupakan
semua faktor yang mempengaruhi timbulnya stress yang mengganggu keseimbangan dalam
tubuh (Padila, 2013).

Gejala stress fisik dapat berupa sakit kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur,
insomnia (susah tidur), bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama dibagian bawah, urat
tegang terutama pada leher dan bahu, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, selera
makan yang berubah, mudah lelah atau kehilangan daya energi, dan bertambah banyak
melakukan kekeliruan atau kesalahan kerja dan hidup (Rahman, 2016). Penurunan fisik
umum dialami lansia, misalnya penurunan sistem imun yang cenderung menurun, penurunan
sistem integumen yang menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada
sistem kardiovaskular yang dapat memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan
metabolisme oleh hati dan ginjal, serta penurunan kemampuan penglihatan dan
pendengaran. Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut akan
menyebabkan berbagai gangguan secara fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan lansia
untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat sehingga mempengaruhi
kesehatan serta akan berdampak pada kualitas hidup lansia (Ummah, 2016).

4. Faktor - Faktor Penyebab Lansia Stress

Penilaian peristiwa sebagai stressfull tergantung pada dua tipe, yaitu yang berhubungan
dengan individu, dan yang berhubungan dengan situasi (Cohen & Lazarus, Lazarus &
Folkman, dalam Sarafino,1990).Faktorindividu,khususnya faktor kepribadian dapat
mempengaruhi penilaian terhadap stres. Faktor-faktor tersebut mencakup inteletual,
motivasi, dan karakteristik kepribadian. Satu contoh yang berkaitan dengan self esteem,
yaitu bila seseorang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan yakin bahwa mereka
mempunyai sumber-sumber daya untuk menghadapi tuntutan yang memerlukan kekuatan
yang mereka miliki. Jika mereka merasa suatu peristiwa sebagai stressfull, mereka akan
menginterpretasikannya sebagai tantangan daripada suatu ancaman. Contoh lain berkaitan
dengan motivasi, semakin penting suatu tujuan mengancam, semakin lebih stres seseorang
akan merasakannya. Jika yang berkaitan dengan keyakinan seseorang irasional, yang akan
menambah stres karena hampir segala kesalahan atau ketidakenakan akan dinilai sebagai
membahayakan atau mengancam (Ellis, dalam Sarafino, 1990).

Stres juga tidak hanya terjadi karena peristiwa-peristiwa (stressor) yang bersifat
negative, tetapi stres dapat juga disebabkan oleh peristiwa-peristiwa (stressor) yang bersifat
positif, seperti pernikahan, atau kombinasi dari peristiwa-peristiwa negatif dan positif
(Zimbardo, 1985).

Stres terjadi saat seseorang menilai satu atau beberapa stimulus yang diterimanya dari
kehidupan sehari-hari sebagai bahaya, ancaman, atau tantangan. Stimulus-stimulus yang
dapat menyebabkan stres tersebut baik yang bersifat eksternal maupun internal, disebut
stressor. Hampir semua peristiwa dapat menjadi stressor, namun beberapa diantaranya lebih
mempercepat timbulnya stres dibandingkan dengan yang lain, seperti tindakan-tindakan
yang dapat menyebabkan seseorang mengalami trauma (perkosaan, kebakaran, pertarungan
mati-matian, dan lain-lain)lebih mempercepat timbul nya stres yang berat daripada bencana
alam (Atwater, 1987). Lebih lanjut dikemukakan oleh Paterson dan Neufeld (dalam
Feldman, 1989) bahwa stressor yang berbeda masing-masing individu, dapat berubah
menjadi bukan stressor pada individu yang sama namun pada saat yang
berbeda.Misalnya,seseorang anak menganggap nilai ujian matematika yang jelek sebagai
stressor, tetapi saat sebagian besar teman sekelasnya mendapat nilai jelek bukan stressor lagi
bagi anak tersebut.

5. Cara Mengatasi Stress Pada Lansia

Stres dapat dikurangi dengan terapi religi. Terapi religi merupakan psikoterapi yang
menggunakan dimensi religi dimaksudkan untuk membangkitkan kekuatan keimanan sesuai
dengan agama yang dipeluknya untuk mengatasi penderitaan. Zikir dan Doa dari sudut
pandang ilmu kedokteran jiwa atau kesehatan mental merupakan terapi psikiatrik yang
mengandung unsur spiritual kerohanian, keagamaan yang dapat membangkitkan harapan
dan percaya diri pada penderita sehingga kekebalan tubuh dan kekuatan psikis meningkat.
Zikir dan Doa sebagai kaidah dalam agama Islam merupakan tuntunan hidup dalam
menghadapi stres, krisis ataupun musibah (Hawari, 2005; h.40).

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sebagian besar penduduknya


beragama Islam. Masyarakat Kabupaten Klaten khususnya di Desa Buntalan hampir seluruh
penduduknya beragama Islam. Jumlah keseluruhan penduduk Desa Buntalan ada 4261.
Menurut Data Demografi Kelurahan Buntalan (2011) jumlah penduduk yang beragama
Islam di Desa Buntalan sebanyak 4151 penduduk (97,42%). Masyarakat desa Buntalan
khususnya lansia masih banyak yang belum melaksanakan ibadah di masjid baik dalam
bentuk pengajian maupun shalat 5 waktu dan belum melakukan ibadah-ibadah lain seperti:
pengajian, dzikir bersama dan lain-lain.

Stres dapat dikurangi dengan terapi religi. Terapi religi merupakan psikoterapi yang
menggunakan dimensi religi dimaksudkan untuk membangkitkan kekuatan keimanan sesuai
dengan agama yang dipeluknya untuk mengatasi penderitaan. Zikir dan Doa dari sudut
pandang ilmu kedokteran jiwa atau kesehatan mental merupakan terapi psikiatrik yang
mengandung unsur spiritual kerohanian, keagamaan yang dapat membangkitkan harapan
dan percaya diri pada penderita sehingga kekebalan tubuh dan kekuatan psikis meningkat.
Zikir dan Doa sebagai kaidah dalam agama Islam merupakan tuntunan hidup dalam
menghadapi stres, krisis ataupun musibah (Hawari, 2005; h.40).

6. Pemanfaatan Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerak- kan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehat- an. Posyandu lansia merupakan pe- ngembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraan-nya
melalui program puskesmas dan dalam penyelenggaraannya melibatkan peran serta para
lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial (Depkes RI, 2003).

Pemanfaatan pelayanan posyandu lansia perlu mendapatkan perhatian serius dan


menjadi bagian dari strategi dalam peningkatan kesejahteraan lansia melalui upaya promotif
dan preventif atau yang biasa disebut paradigma sehat. Mengingat fisik lansia yang lemah
sehingga mereka tidak dapat leluasa menggunakan sarana dan prasarana maka upaya
pemanfaatan pelayanan posyandu lansia yaitu dengan menyediakan sarana dan fasilitas
khusus bagi lansia. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan lansia melakukan aktivitasnya.
Penyediaan sarana dan prasarana ini tentunya melibatkan peran serta masyarakat seperti
tokoh masyarakat, keluarga, kader dan sebagainya.

Berbagai Kegiatan posyandu lansia yang ada banyak memberikan manfaat bagi para
usila. Pemanfaatan Posyandu Lansia bertujuan agar kesehatan lansia dapat terpelihara dan
terpantau secara optimal.Bagi lansia yang tidak aktif memanfaatkan pelayanan kesehatan di
posyandu lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan baik,
sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan
proses penuaan dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia adalah pengetahuan


usila akan posyandu tersebut, sikap usila terhadap pemanfaatan posyandu, dukungan
keluarga, dan peran kader posyandu. Pengetahuan usila akan posyandu masih sangat kurang,
Sikap usila terhadap pemanfaatan posyandu lansia di indonesia juga masih belum positif,
mereka menganggap bahwa menjadi tua/lansia merupakan hal biasa dan tidak perlu
menjalani pemeriksaan apapun. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam pemanfaatan
posyandu usila sebab dengan motivasi dan bantuan keluarga tentunya usila akan lebih
mudah dalam memanfaatkan pelayanan lansia yang telah disediakan. Untuk menciptakan
posyandu lansia yang berkualitas tentunya dibutuhkan kader posyandu yang berkualitas juga
yaitu yang mampu mengajak usila agar memanfaatkan posyandu lansia.
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

Puskesmas Air Manjunto terletak di desa Agung Jaya Kecamatan Air


ManjutoKabupaten Muko muko. Dengan jarak 15 km ke Ibukota Kabupaten dan 300 km ke
ibukota provinsi. Wilayah kerja pada mulanya terdiri dari 5 (Lima) desa, dengan pemekaran
Kecamatan menjadi 8 (delapan) Desa yang semuanya eks transmigrasi yang penempatannya
sudah berkisar 25 (Dua puluh lima) sampai dengan 26 (Dua puluh enam) tahun terdiri dari :

1. Desa Manjunto Jaya (SP.I AirManjunto)


2. Desa Sinar Jaya (Pemekaran DesaManjunto)
3. Desa Pondok Makmur (SP.II AirManjunto)
4. Sido Makmur (Pemekaran Desa PondokMakmur)
5. Desa Tirta Makmur (SP.V AirManjunto)
6. Desa Tirta Mulya (Pemekaran Desa TirtaMakmur)
7. Agung Jaya (SP.VI AirManjunto)
8. Kota Praja (Pemekaran Desa AgungJaya)

Posyandu lansia di Desa Agung Jaya, Kecamatan Air Manjunto, Kabupaten


MukoMuko terdapat 1 Posyandu Lansia, Posyandu Lansia dilaksanakan 1 bulan sekali di
minggu pertama setiap tanggal 9, lokasi pelaksanaan Posyandu Lansia dilaksanakan di balai
Desa Agung Jaya untuk lansia yang tinggal di Desa Agung Jaya yang tempatnya pun
berdampingan dengan puskesmas Desa Agung Jaya. Adapun kegiatan rutin yang dilakukan
di posyandu lansia berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, pemberian obat,
penyuluhan kesehatan, cek gula darah, dan kolesterol, serta senam lansia atau jalan sehat ada
juga pemberian gizi daalam bentuk makanan. Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan
kesehatan di posyandu lansia disiapkan oleh bidan Poliandes desa Agung Jaya yang
bertempat di Balai desa Agung Jaya. Namun dari pihak posyandu sendiri selain dari kegiatan
bulanannya juga terdapat harian yang mana anggota kesehatan yang bertugas diturunkan di
lapangan untuk langsung mensurvei rumah-rumah warga yang terdapat lansia di dalam
anggotakeluarganya.

B. Solusi dan target yang ingin di capai

Untuk mengetahui kondisi sesungguhnya dilapangan bagaimana pemanfaatan


Posyandu Lansia oleh warga lansia di desa Agung Jaya perlu dilakukan penggalian
informasi langsung dari lansia dengan pendekatan wawancara, melihat lingkungan sekitar
dan bagaimana karakteristik lingkungan disekitar lansia. Kondisi lingkungan sekitar tempat
tinggal lansia memiliki potensi penyebab terjadinya stres pada lansia salah satunya yaitu
masih banyak lansia yang merawat anak kecil (cucunya) yang cukup aktif bermain serta
kurangnya waktu bercengkrama dengan sesama lansia di waktu-waktu senggang mengingat
masing-masing lansia memiliki kesibukan merawat cucu, berjualan atau bahkan hidup
sendiri dirumah dan sibuk dengan aktivitas didalam rumah sehingga kurang bersosialisasi
dengan sesama lansia.

Berdasarkan informasi dari Kader Posyandu Ibu Nurmawati bahwa untuk kegiatan
Posyandu lansia di desa agung jaya sudah berjalan dari tahun 1993 yang awalnya
dilaksanakan bersamaan dengan Posyandu Balita,dimana setiap tanggal 9 itu untuk
posyandu lansia dan tanggal 10 untuk posyandu balita, karena tiap bulan pelaksanaan
posyandu Lansia semakin banyak pesertanya maka diputuskan Posyandu Balita dan
Posyandu Lansia di pisah. Kegiatan Pelaksanaan Posyandu Lansia meliputi Timbang berat
badan, tensi tekanan darah, periksa kadar gula darah, periksa asam urat dan kegiatan jalan
sehat atau senam lansia selain itu juga dilaksanakan penyuluhan tentang kesehatan yang
membahas berbagai penyakit yang diderita Lansia.

Pada awal pelaksanaan Posyandu Lansia juga menyediakan obat generik yang
diberikan kepada lansia yang mengeluhkan sakit tetapi 6 tahun terakhir pemberian obat
dilarang untuk diberikan sesuai himbauan dari Dinas Kesehatan, diharapkan setiap lansia
yang mengeluhkan sakit agar dirujuk ke Puskesmas terdekat. Selama pelaksanaan kegiatan
Posyandu Lansia belum pernah dilaksanakan penyuluhan tentang kesehatan mental. Padahal
di usia lanjut sangat diperlukan penyuluhan terkait kesehatan mental dan psikologis agar
lansia dapat mencapai aktualisasidiri.

C. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskirptif kualitatif, dengan pendekatan


fenomenologi untuk mengkaji secara langsung dan mendalam pengalaman dari subyek
penelitian. Informan kunci penelitian adalah bidan setempat dan Kader Posyandu Lansia.
Pelaksanan kegiatan kepada masyarakat tentang “Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
Melalui Posyandu Lansia” di desa dengan beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Survei
Metode observasi dan wawancara di tempat pelaksaan 2. Sosialisasi PeatihanKegiatan
Menyampaikan rencana kegiatan kepada Kader PKK, Bidan Desa dan Bapak Kepala Desa
untuk izin pelaksanaan kegiatan 3. Penyuluhan Pada tahap ini melakukan presentasi,
edukasi, dan sharing, sasaran pengabdian masyarakat adalah lanjut usia Desa Agung Jaya,
Kecamatan Air Manjunto, Kabupaten MukoMuko dengan jumlah 10 orang lansia.
BAB IV

PEMBAHASAN

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu
wilayah. Tujuan dengan adanya posyandu lansia yaitu meningkatnya kesejahteraan lanjut
usia melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Manfaat ini dapat dirasakan oleh lanjut usia
secara langsung untuk kehidupan sehari-hari. Partisipasi lanjut usia ini sangat diharapkan
oleh masyarakat supaya lansia dapat terus sehat, mandiri dan bahagia di hari tuanya.
Partisipasi lanjut usia dalam posyandu lansia meliputi bentuk-bentuk partisipasi yang
dilaksanakan serta manfaat yang dirasakan oleh lanjut usia. Secara lebih lengkapnya
diuraikan sebagai berikut:

1. Partisipasi Lanjut Usia Dalam Posyandu Lansia Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang diakukan oleh peneliti
didapatkan data bahwa partisipasi lanjut usia dalam posyandu lansia dilakukan melalui
tiga bentuk yaitu partisipasi tenaga, dana dan material. Setelah pelaksanaan posyandu
lansia, lanjut usia merasakan manfaat siantaranya sehat, bahagia dan mandiri. Berikut ini
uraian data hasil penelitian yang diperoleh:

a) Partisipasi tenaga
Partisipasi tenaga berupa keikutsertaan dalam kegiatan yang diadakan posyandu
lansia dalam RW 14. Tenaga ini berupa sumbangan secara fisik oleh lanjut usia. Fisik
lanjut usia yang masih semangat untuk mengikuti kegiatan yang ada di posyandu
lansia. Hal ini disampaikan oleh Ibu “N” selaku ketua RW 14, bahwa :
“lanjut usia ikut serta dalam setiap kegiatan seperti hadir dalam pertemuan rutin setiap
bulan serta senam”. (CW-1)
Hal itu sama yang diungkapkan oleh Ibu “S” selaku kader posyandu lansia, bahwa:
“lansia sudah ikut serta hadir dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan Posyandu
Lansia, terkadang jika ada anggota yang sakit, kita menjenguknya”.(CW-4)
Selanjutnya juga dikatakan oleh Ibu “E” selaku lanjut usia, bahwa:
“aku selalu hadir di posyandu lansia, melakukan pemeriksaan kesehatan serta
memberikan uang untuk setiap kali datang di posyandu lansia”. (CW-8)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa bentuk partisipasi lanjut usia
dalam posyandu lansia yaitu kehadiran dalam kegiatan yang diadakan, ikut serta dalam
senam dan rekreasi serta pemeriksaan kesehatan.
b) Partisipasi dana
Partisipasi dana yaitu keikutsertaan lanjut usia berupa uang. Partisipasi ini
meliputi sumbangan sukarela oleh lanjut usia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Uang itu untuk keberlangsungan segala kegiatan yang ada tanpa membebani
lanjut usia itu sendiri. Selain itu lanjut usia juga mengeluarkan harta atau uang secara
sukarela untuk mengikuti pertemuan rutin. Seperti yang diungkapkan oleh ibu “A”
selaku lanjut usia menyatakan, bahwa:
“aku sering ikut menjenguk teman yang sakit, selalu hadir dalam kegiatan-kegiatan
yang diadakan Posyandu Lansia, kalo ke pertemuan rutin lansia berangkat secara
bersama-sama dan membawa uang setiap pertemuan”. (CW-5)
Hal itu senada yang dikatakan oleh “MA” selaku lanjut usia, bahwa:
“aku selalu menghadiri kegiatan yang ada di Posyandu Lansia, kalau ada teman atau
lansia yang sakit ikut menjenguk, membawa uang untuk kas di Posyandu Lansia, dan
mengajak teman datang ke Posyandu Lansia”. Seperti yang diungkapkan oleh ibu
“SR” selaku kader Posyandu Lansia bahwa :
“bentuk partisipasi lanjut usia itu berupa lansia mengikuti kegiatan yang ada di
Posyandu Lansia, menjenguk lansia yang sakit, dan setiap pertemuan memberikan
uang secara sukarela untuk kas Posyandu Lansia”. (CW-3)
c) Partisipasi material
Partisipasi material yaitu suatu partisipasi yang diwujudkan dalam bentuk
sumbangan yang dipergunakan untuk kepentingan umum. Kepentingan umum ini
meliputi ada orang yang sakit maupun meninggal. Hal itu juga diungkapkan oleh ibu
“R” selaku Kader Posyandu Lansia, sebagai berikut :
“bentuk partisipasi lanjut usia itu berupa lansia mengikuti kegiatan yang ada di
Posyandu Lansia, menjenguk lansia yang sakit, dan setiap pertemuan memberikan
uang secara sukarela untuk kas Posyandu Lansia”. (CW-3)
Keterangan tersebut juga diperkuat oleh bapak “I” selaku lanjut usia yaitu sebagai
berikut :
“kalo saya hadir, senam juga ikut, pemeriksaan kesehatan serta rekreasi, pokoknya
setiap ada kegiatan di posyandu lansia akan selalu semangat datang untuk ikut serta”.
(CW-6)

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa bentuk partisipasi lanjut usia
dalam Posyandu Lansia yaitu Partisipasi tenaga meliputi kehadiran dalam pertemuan, ikut
serta dalam kegiatan Posyandu Lansia seperti senam, pemeriksaan kesehatan dan rekreasi.
Partisipasi dana meliputi memberikan sumbangan uang dalam setiap pertemuan rutin.
Partisipasi material meliputi menjenguk teman sakit dan melayat.

 Manfaat yang dirasakan lanjut usia


Partisipasi lanjut usia yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah partisipasi lanjut
usia dalam kelompok Posyandu Lansia dilihat dari bentuk-bentuk partisipasi serta kegiatan-
kegiatan, dimana lanjut usia mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di dalam
kelompok lansia. Untuk mengetahui partisipasi lanjut usia dalam mengikuti kegiatan
Posyandu Lansia dapat dilihat dari hasil penelitian yang peneliti peroleh di kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan oleh lanjut usia di RT 14. Hasil penelitian ini mmerupakan
gambaran tentang bagaimana partisipasi Posyandu Lansia di RT 14 dapat bermanfaat bagi
lanjut usia. Oleh karena itu diperlukan suatu kesepahaman dari seluruh penduduk terkait
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di Posyandu Lansia untuk meningkatkan
kesadaran tentang kesehatan lanjut usia, hidup mandiri, serta meningkatkan mutu dan derajat
kesehatan lansia. Di RT 14 kelurahan wirogunan tampak bahwa masyarakat terutama lanjut
usia sangat berantusias dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Posyandu
Lansia Puskesmas Putri Ayu, hal ini terlihat dari kegiatan-kegiatan yang banyak diikutinya.
Ini tentu saja tidak lepas dari peran posyandu lansia itu sendiri, yang dapat meningkatkan
kesehatan lanjut usia.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak “G” selaku tokoh masyarakat :

“lanjut usia di wilayah RW 14 banyak yang telah mengikuti kegiatan Posyandu Lansia,
mereka sangat senang dengan adanya kegiatan tersebut”.(CW-1) Seperti yang diucapkan
bapak “EN” selaku tokoh masyarakat, bahwa :

“menjadikan lansia lebih sehat, dapat mengisi kekosongan waktunya, lebih senang dan
bahagia”. (CW-2)
Hal ini disampaikan oleh ibu “SR” selaku kader posyandu lansia bahwa:
“untuk mengetahui tentang kesehatan, mandiri, menjadi lansia lebih sehat, saling bertukar
cerita dengan lansia yang lain, antar sesama lansia lebih saling mengenal dengan adanya
Posyandu Lansia”. (CW-3)
Sama halnya yang disampaikan oleh “SU” selaku kader posyandu lansia
bahwa :
“memberikan dampak yang baik di lansia menjadikan sehat, mendapat pengetahuan, dapat
menerapkan hidup sehat, serta dapat melatih fisiknya dengan senam”. (CW-9)
Hal ini juga diungkapkan oleh “SA” selaku lanjut usia bahwa:
“ya banyak mbak manfaatnya seperti aku menjadi sehat, bisa senang dapat bertemu teman-
teman sesama lansia, dapat bertukar cerita, dan bisa mandiri”. (CW-5)

Diperkuat oleh pernyataan ibu “SE” selaku lanjut usia, mengatakan bahwa:

“aku menjadi tidak kesepian lagi, sehat, banyak teman, serta dapat ilmu soal kesehatan untuk
lansia”. (CW-8)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa banyak lanjut usia yang
sudah berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu Lansia, karena kesadaran lanjut usia akan
hidup sehat serta untuk mengisi kekosongan waktu dengan kegiatan yang bermanfaat.
Manfaat lanjut usia mengikuti kegiatan Posyandu Lansia yaitu dapat membawa perubahan
kearah yang lebih baik seperti lanjut usia menjadi sehat, mandiri, tidak kesepian, dapat
mendeteksi secara dini gangguan kesehatan pada lansia dan mendapatkan ilmu pengetahuan
serta manfaatnya langsung dirasakan oleh lansia.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan data untuk mengetahui
adanya hubungan antara Menjaga Kesehatan Fisik Dan Mental Lanjut Usia Melalui
Program Posyandu Lansia Desa Agung Jaya, Kecamatan Air Manjunto, Kabupaten
MukoMuko, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Partisipasi tenaga berupa keikutsertaan dalam kegiatan yang diadakan


posyandu lansia dalam RW 14. Tenaga ini berupa sumbangan secara fisik oleh
lanjut usia. Fisik lanjut usia yang masih semangat untuk mengikuti kegiatan
yang ada di posyandu lansia seperti kehadiran dalam kegiatan yang diadakan,
ikut serta dalam senam dan rekreasi serta pemeriksaan kesehatan.
2. bentuk partisipasi lanjut usia itu berupa lansia mengikuti kegiatan yang ada di
Posyandu Lansia, menjenguk lansia yang sakit, dan setiap pertemuan
memberikan uang secara sukarela untuk kas Posyandu Lansia”
3. Angka kejadian depresi pada Lamsia di Posyandu Lansia Desa Agung Jaya,
Kecamatan Air Manjunto, Kabupaten Muko-Muko didapati secara keseluruhan
normal. Terdapat berbagai faktor yang merupakan faktor resiko timbulnya
depresi pada Lansia, antara lain status kesehatan yang buruk, tinggal sendiri,
disabilitas fungsional, adanya penyakit somatic, status marital, isolasi sosial,
gangguan emosi dan kepribadian, tingkat pendidikan yang rendah, dan
kematian.
4. diatas dapat disimpulkan bahwa banyak lanjut usia yang sudah berpartisipasi
dalam kegiatan Posyandu Lansia, karena kesadaran lanjut usia akan hidup
sehat serta untuk mengisi kekosongan waktu dengan kegiatan yang bermanfaat.
Manfaat lanjut usia mengikuti kegiatan Posyandu Lansia yaitu dapat membawa
perubahan kearah yang lebih baik seperti lanjut usia menjadi sehat, mandiri,
tidak kesepian, dapat mendeteksi secara dini gangguan kesehatan pada lansia
dan mendapatkan ilmu pengetahuan serta manfaatnya langsung dirasakan oleh
lansia.

B. Saran

1. Untuk Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Desa Agung Jaya tetap


pertahankan kemandirian mengenai dana, agar tidak tercampur dengan
kepentingan lain atau poltik dari beberapa pihak terkait. Jika terdapat kegiatan
keterampilan maka hasil dari keterampilan dari lansia dan pengurus
dipamerkan dan dijual guna sebagai kestabilan dana.
2. Lansia hendaknya selalu menerapkan pola hidup sehat dengan melakukan
secara mandiri dirumah kegiatan yang diberikan pada Posyandu Lansia
Sejahtera seperti senam tera, senam 10 gerakan menuju sehat, senam otak, dan
mengatur asupan makanan agar tujuan dari upaya kesejahteraan sosial bagi
lansia lebih mudah tercapai.
3. Keluarga lansia harapannya dapat selalu menerima perubahan yang terjadi
pada lansia, dapat mengurus, memperhatikan, membantu memenuhi
kebutuhannya, dan membantu lansia dalam menerapkan pola hidup sehat
dirumah

C. Untuk Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat


dalam memahami pentingnya berkativitas sosial untuk mencegah depresi pada Lansia dapat
meningkat sehingga para Lansia akan lebih aktif melakukan aktivitas bersama dengan
teman-temannya. Selain itu, bagi Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Desa Agung Jaya,
Kecamatan Air Manjunto, Kabupaten Muko-Muko diharapkan dapat terus membina dan
menyelenggarakan kegiatan senam/ kegiatan lain bagi Lansia secara rutin, sebagai wadah
bagi anggotanya yakni para Lansia untuk dapat aktif secara sosial, terhindar dari depresi,
dan mampu mencapai kualitas hidupnya semaksimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia (1st ed.). Graha Ilmu.

Cahyadi, A., Mufidah, W., Susilowati, T., Susanti, H., & Anggraini, W. D. (2022). Menjaga
Kesehatan Fisik Dan Mental Lanjut Usia Melalui Program Posyandu Lansia. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Darul Ulum, 1(1), 69-76

Constantinides, P. (1994) General Pathobiology (1 edition). Appleton & Lange.

Handayani, S. (2016). Efektifitas Terapi Religi terhadap Penurunan Tingkat Stress pada Lansia
Janda. TRIAGE Jurnal Ilmu Keperawatan, 8(1).

Kar. N. (2019). Holistic Care For Older Adult Needs Attention To Murtimorbidty. Jurnal Of
Geriatric Care Research, 6(1), 1-2.

Kaunang, V. D., Buanasari, A., & Kallo, V. (2019). Gambaran Tingkat Stres pada Lansia. Jurnal
Keperawatan, 7(2).

Kusumawardani, D., & Andanawarih, P. (2018). Peran posyandu lansia terhadap kesehatan
lansia di perumahan bina griya indah kota pekalongan. Siklus: Journal Research
Midwifery Politeknik Tegal, 7(1).
Maramis, W. F., & Maramis, A. A. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiaa (edisi 2). Airlangga
University Press.

Maryam, S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika.

Mengko, V. V. (2015). Pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas teling atas kota
manado. Jikmu, 5(5).

Mindianata, P. (2018). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap niat keaktifan lansia dalam
mengikuti Posyandu Lansia. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health
Promotion and Health Education, 6(2), 213-226.

Susanti, N., & Mitra, M. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Posyandu Lansia. Jurnal Kesehatan Komunitas, 1(3), 155-162.

Suseno, Dian Mahara. 2012. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia Dalam
Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten
Klaten [jurnal]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yuniati, F., & Dewi, Y. (2014). Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia. JPP (Jurnal Kesehatan
Poltekkes Palembang), 2(14).

Anda mungkin juga menyukai