Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL KEGIATAN

PENGARUH TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL TERHADAP INSOMNIA PADA


LANSIA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Terapi Komplementer
Dosen pengampu :
Nanang Saprudin, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Dinda Restu CKR0160231
Laras Meyda nixie Pratiwhisnu CKR0160025

Resha Maheswara Bahrudin CKR0160042

Widia Astuti CKR0160056

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJAR 2019/2020
PROGRAM KEGIATAN INOVASI
1. NAMA KEGIATAN

Pengaruh musik instrumental (music kroncong) untuk meningkatankan kualitas tidur


lansia yang mengalami INSOMNIA

2. LATAR BELAKANG MASALAH


Gangguan tidur yang sering dialami pada lansia yaitu insomnia. Gangguan tidur
(insomnia) akan menyebabkan rasa mengantuk sepanjang hari yang akan mempengaruhi
aktivitas sehari-hari dan kesehatan secara umum. Mengantuk merupakan faktor resiko untuk
terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina, dan secara ekonomi mengurangi
produktivitas seseorang (Megasari, 2010). Banyak faktor yang dapat menyebabkan lansia
mengalami insomnia adalah pensiun dan perubahan pola sosial, kematian pasangan hidup
atau teman dekat, peningkatan penggunaan obat- obatan, penyakit fisik, ansietas, perasaan
negatif (Aditya, 2010).
Insomnia disebabkan oleh stimulasi berlebihan dan stress yang menyebabkan gangguan
terhadap siklus tidur (Prasaja, 2009). Kebutuhan istirahat atau tidur lansia yaitu ±6 jam jam/
hari, apabila tidur kurang dari 6 jam semalam, biasanya mengakibatkan gejala deprivasi
(kurang) tidur. Sedangkan apabila tidur berlebihan dapat mengakibatkan tidur yang tidak
menyegarkan dan rasa letih di siang hari (Tarwoto & Wartonah, 2011). Hal ini apabila terjadi
terus menerus akan mengakibatkan gangguan psikologis maupun biologis. Gangguan
biologis yang akan muncul antara lain letih, lemas yangakan berdampak pada aktivitas yang
akan dilakukan pada siang harinya, sedangkan gangguan psikologis yang akan muncul antara
lain bingung, kecemasan, stress (Utami, 2015).
Besarnya pengaruh insomnia terhadap kesehatan fisik dan jiwa, maka dibutuhkan suatu
upaya untuk mengatasinya. Sebagian besar orang mengatasi masalah tidur (insomnia) adalah
dengan obat tidur (Ardi, 2015). Terapi farmakologis memiliki efek yang cepat, akan tetapi
jika diberikan dalam waktu jangka panjang dapat menimbulkan efek berbahaya bagi
kesehatan lansia (Majid, 2014).
Pada dasarnya, banyak pilihan yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia selain obat
tidur, misalnya dengan terapi musik. Musik sudah lama menjadi bagian dari kehidupan
manusia yang mampu membuat seseorang terhibur. Musik masuk melalui telinga, kemudian
menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan
sel-sel berambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju ke otak
(Trisnowiyanto, 2015). Musik dipilih sebagai salah satu alternatif karena musik
menyebabkan tubuh menghasilkan hormon beta-endorfin. Ketika mendengar suara musik
yang indah maka hormon “kebahagiaan” (betaendorfin) akan berproduksi (Natalina, 2013 ).
Musik yang digunakan untuk terapi pada insomnia yaitu musik instrumental yang
bertempo lambat dengan cara subyek diminta untuk berbaring pada tempat yang datar atau di
atas kursi panjang maupun tempat tidur kemudian di minta untuk mendengarkan musik yang
sudah di tentukan selama 30 menit melalui pengeras suara yang di hubungkan pada laptop
computer (Trisnowiyanto, 2015). Musik dapat mengurangi aktifitas sistem saraf simpatik,
mengurangi kecemasan, tekanan darah, jantung dan laju pernapasan dan mungkin memiliki
efek positif pada tidur melalui relaksasi otot dan gangguan dari pikiran (Harmat et al, 2008).
Oleh karena itu, penggunaan musik dapat bermanfaat bagi orang-orang dengan masalah tidur
(Niet et al, 2009).
Upaya yang bisa dilakukan untuk untuk mengurangi insomnia yaitu dengan terapi musik.
Musik dapat membuat individu serta musik dapat memulihkan, memelihara kesehatan fisik,
mental sosial dan spiritual. Merasa nyaman dan rileks berdasarkan uraian diatas peneliti
tertarik untuk mengetahui pengaruh terapi musik instrumental terhadap insomnia pada lanjut
usia di kadugede,kuningan.
3. SASARAN DAN LOKASI KEGIATAN
a) Sasaran
Sasaran pada kegiatan ini yaitu pada lansia di sekitar wilayah kadugede
b) Lokasi kegiatan
Dalam kegiatan ini, penulis melakukan penelitian di sekitar wilayah kadugede. Untuk
memperoleh data yang di perlukan sesuai dengan objek yang akan di teliti, maka penulis
melaksanakan penelitian pada waktu yang telah di tentukan
4. TUJUAN ATAU KEGUNAAN KEGIATAN
a) Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kualitas tidur pada lansia.
b) Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh music instrumental terhadap tingkat
kualitas tidur pada lansia di wilayah kadugede.
5. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
5.1 Materi
A. Konsep Teori Lansia
1. Definisi
Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes (2001) yang dimaksud
dengan usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau
lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal
tidak lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial).
Menua (Menjadi Tua) adalah : suatu proses menghilangnya perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constatinidies, 1994).
2. Batasan Usia Lanjut
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun
c. Usia tua (old) , antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old ), usia diatas 90 tahun.
3. Proses Menua
Proses menua merupakan proses terus menerus secara alamiah, yang dimulai sejak
lahir dan pada umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua setiap
individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Menua bukanlah suatu penyakit
tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam maupun dari luar tubuh (Nugroho, 2000).
Menua ( menjadi tua : aging ) adalah suatu proses menghilangnya secara pelahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2000).
Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar.
Hanya cepat lambatnya proses tersebut tergantung pada masing-masing individu yang
bersangkutan. Proses tersebut kemudian menyebabkan berbagai perubahan anatomis
dalam jaringan yang pada akhirnya mempengaruhinya fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan (Nugroho, 2000).
Beberapa ahli berpendapat bahwa proses menua merupakan suatu proses yang
meliputi interaksi antara perubahan biologis, psikologis, dan sosislogis sepanjang hidup.
Beberapa teori sosial tentang proses penuaan antara lain:
a. Teori Interaksi Sosial (Sosial Exchange Theory)
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Simmons cit Hardywinoto
dan Setiabudhi 2005, mengemukakan bahwa kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin
interksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya atas dasar
kemampuannya untuk melakukan tukar menukar.
b. Teori penarikan diri (Disengagement Theory)
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal. Kemiskinan lanjut
usia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lanjut usia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak
masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lanjut usia menarik diri. Keadaan ini
mengakibatkan inetraksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas amupun
kuantitas. Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss),yaitu :
1) Kehilangan peran (Loss of Roles)
2) Hambatan kontak sosial ( Restriction of Contacts and Relationships).
3) Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and Values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses penuaan yang
berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada
persoalan pribadi dan mempersiapkan diri mengahdapi kematiannya.
Pokok-pokok Disengagement Theory adalah :
1) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa pensiun. Pada wanita
terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak
dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
2) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lanjut usia dapat
merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja
yang lebih luas.
3) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
(a) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
(b) Proses tak dapat dihindari
(c) Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat
c. Teori Aktivitas (Activity Theory)
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore dan Lemon et. al .cit Hardywinoto 2005
yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut
usia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
1) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya
dari lanjut usia di masyarakat
2) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lanjut usia
Penerapan teori aktivitas ini dalam penyusunan kebijakan terhadap lanjut usia sangat
positif, karena memungkinkan para lanjut usia berintegrasi spenuhnya di masyarakat.
d. Teori Kesinambungan (Continuity Theory)
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia,
dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarnya
kelak padasaat ia menjadi lanjut usia. Dan hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup,
perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak berubah,walaupun ia menjadi lanjut usia.
Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu
pergerakan dan proses yang searah, akan tetapi pada teori kesinambungan merupakan
pergerakan dan proses banyak arah, tergantung dari bagaimana penerimaan seseorang
terhadap status kehidupannya. Pokok-pokok dari Continuity Theory :
1) Lanjut usia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa
yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
2) Peran lanjut usia yang hilang tak perlu diganti.
3) Lanjut usia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi.
e. Teori Perkembangan (Development Theory)
Havighurst dan Duvall cit Hardywinoto dan Setiabudhi 2005 menguraikan tujuh jenis
tugas perkembangan ( Developmental task) selama hidup yang hars dilaksanakan oleh
lanjut usia, yaitu:
1) Penyesuaian terhadap penururnan fisik dan psikis
2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penururnan pendapatan
3) Menemukan makna kehidupan
4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
7) Menerima dirinya sbagai seorang lanjut usia
f. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley cit Hardywinoto dan Setiabudhi 2005 menyusun stratifikasi lanjut usia
berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan
kapasitas, peran, kewajiban serta hak mereka berdasarkan usia. Menurut Stanley & Beare
(2006) penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan
multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satus sel dan berkembang sampai pada
keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di
dalam parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi. Kelanjutusiaan
(aging) adalah proses alamiah yang dimulai sejak terjadi pembuahan pada masa janin.
Seseorang dilahirkan dan menjalani siklus kehidupan manusia yakni sebagai bayi,
anak, rremaja, dewasa muda, usia menengah, masa lanjut usia sampai orang tersebut
meninggal secara normal ataupun karena suatu penyakit. Proses menjadi dalam
perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar. Hanya cepat lambatnya
proses tersebut tergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan. Proses
tersebut kemudian menyebabkan berbagai perubahan anatomis dalam jaringan yang pada
akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Nugroho,
2000). Beberapa ahli berpendapat bahwa proses yang meliputi interaksi antara perubahan
biologis, psikologis dan sosiologissepanjang hidup. Beberapa teori tentang proses
penuaan antara lain :
Proses menjadi tua ini disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yakni:
1) Fase regresif progresif : proses dimana tubuh mengalami perkembangan yang sangat
cepat, mulai dari bayi hingga dewasa stabil.
2) Fase stabil : fase dimana tubuh tidak mengalami perubahan cepat, biasanya terjadi
pada masa dewasa awal.
3) Fase regresif : mekanisme pada fase ini lebih kearah kemunduran yang dimulai dalam
sel, komponen kecil dari tubuh manusia (Depkes, 2000).
4. Masalah Kesehatan Yang Mungkin Muncul Pada Lanjut Usia
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan paa dewasa
muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang
timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Masalah kesehatan utama yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti
oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat
memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.
Masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia :
a. Immobility (Kurang Bergerak)
Kurang bergerak disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem muskoloskeletal
seperti terjadinya :
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, Kifosis, Persendian membesar dan
menjadi kaku, Pada otot terjadi atrofi serabut otot (sehingga seseorang bergerak lamban,
otot keram dan menjadi tremor). Pada kurang gerak bisa juga disebabkan karena penyakit
jantung dan pembuluh darah (Biasanya terjadi tekanan darah tinggi).
b. Instability (Berdiri dan Berjalan Tidak Stabil atau Mudah jatuh)
Lansia mudah terjatuh karena terjadinya penurunan fungsi-fungsi tubuh dan
kemampuan fisik juga mental hidupnya. Akibatnya aktivitas hidupnya akan ikut
terpengaruh, sehingga akan mengurangi kesigapan seseorang.
Penyebab terjatuh pada lansia antara lain :
1) Faktor intrinsik (faktor dari dalam tubuh lanjut usia sendiri).
2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar atau lingkungan).
Akibat dari terjatuh dapat menyebabkan cidera pada lansia sehingga menimbulkan
rasa sakit. Lansia yang pernah terjatuh akan merasa takut untuk terjatuh lagi sehingga
lansia tersebut menjadi takut untuk berjalan dan membatasi pergerakannya.
c. Incontinence
Beser atau yang sering dikenal dengan ”Ngompol” karena saat BAK atau keluarnya
air seni tanpa disadari akibat terjadi masalah kesehatan atau sosial. Untuk mengatasi
masalah ini biasanya lansia akan mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi
jumlah dan frekuensi berkemih. Akibatnya lansia dapat terjadi kekurangan cairan tubuh
dan berkurangnya kemampuan kandung kemih yang justru akan memperberat keluhan
beser pada lansia.
d. Intellectual Impairment (Gangguan Intelektual)
Gangguan yang berhubungan dengan kemapuan berfikir atau ingatan yang
mempengaruhi terganggunya aktivitas sehari-hari. Kejadian ini terjadi dengan capat
mulai usia 60-85 tahun atau lebih.
1) Usia 60-74 tahun sekitar 5% Lansia mengalami demensia (Kepikunan)
2) Usia 85 tahun meningkat mendekati 50%.
e. Infeksi
Pada lansia telah terjadi penurunan fungsi tubuh. Daya tahan tubuh juga menurun
karena kekurangan gizi. Adanya penyakit yang bermacam-macam. Selain itu juga dari
faktor lingkungan juga bisa terpengaruh terhadap infeksi yang terjadi pada lansia.
f. Gangguan Pancaindera (Impairment of Vision and Hearing, Taste, Smell,
Communication, Convalescence, Skin Integrity)
Akibat proses menua sehingga semua kemampuan pancaindera berkurangfungsinya.
Juga terjadi gangguan pada otak, saraf dan otot-otot. Sehingga pada lansia terjadi
penurunan penglihatan, pendengaran dan komunikasi (berbicara).
g. Impaction (Konstipasi atau Gangguan BAB)
Konstipasi yang terjadi pada lansia disebabkan karena pergerakan fisik pada lansia
yang kurang mengkonsumsi makana berserat, kurang minum juga akibat pemberian obat-
obat tertentu. Pada kasus konstipasi yaitu feces menjadi keras dan sulit dikeluarkan maka
akan tertahan diusus sehingga dapat terjadi sumbatan diusus yang menyebabkan rasa
sakit diperut.
h. Isolation (Depresi)
Dapat terjadi akibat perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemampuan untuk mengurus dirinya secara mandiri serta akibat
perubahan-perubahan fisik maupun peran sosial. Gejala-gejala depresi yang sering
muncul dianggap sebagai bagian dari proses menua. Adapun gejalagejala seperti dibawah
ini antara lain :
1) Gangguan emosional : perasaan sedih, sering menangis, merasa kesepian, gangguan
tidur, pikiran dan gerakan lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak adanya
selera makan yang mengakibatkan berat badan menurun, daya ingat berkurang, sulit
untuk memusatkan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenagnan yang biasanya
dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan
diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau
bunuh diri.
2) Gangguan fisik : sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan
pencernaan.
i. Inanition (Kurang Gizi)
Disebabkan oleh perubahan lingkungan yaitu ketidaktahuan lansia dalam memilih
jenis makana yang bergizi, isolasi sosial karena lansia mengalami penurunan aktivitas
karena penurunan fungsi pancaindera. Sedangkan penyebab lainnya yaitu kondisi
kesehatan : sehingga lansia hanya akan mengalami konsumsi jenis makanan tertentu,
adanya penyakit fisik, mental, gangguan tidur dan obat-obatan.
j. Impecunity (Tidak Punya Uang)
Hal ini berhubungan dengan pekerjaan. Semakin seseorang bertambah tua maka
aktivitasnya akan berkurang yang menjadikan lansia berhenti dari pekerjaannya. Secara
otomatis pendapatannya akan berkurang. Lansia dapat menikmati masa tua dengan
bahagia apabila :
1) Mempunyai pendapatan yang paling tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Tempat yang layak untuk tinggal.
3) Masih mempunyai peran setidaknya didalam keluarganya.
k. Iatrogenesis (Menderita Penyakit Akibat Obat-obatan)
Banyak kejadian lansia mempunyai berbagai macam penyakit atau yang biasa disebut
komplikasi, sehingga membutuhkan juga obat yang banyak untuk tiap penyakitnya.
Lansia sering kali menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dari dokter sehingga akan muncul penyakit baru dari akibat penggunaan obat-obatan
tersebut.
l. Insomnia (Gangguan Tidur)
Hampir semua lansia mempunyai gangguan tidur yakni sulit untuk mulai masuk
dalam proses tidur, tidurnya tidak nyenyak dan mudah terbangun, sering bermimpi,
bangun terlalu awal (dini hari). Apabila sudah terbangun maka akan sulit untuk tidur
kembali.
m. Immune Deficiency (Daya Tahan Tubuh yang Menurun)
Salah satu penyebab daya tahan tubuh pada lansia menurun terjadi akibat
terganggunya fungsi organ tubuh. Namun tidak semua proses menua mengakibatkan
penurunan daya tahan tubuh. Hal ini juga dapat terjadi akibat penyakit yang diderita
lansia, penyakit yang sudah akut, penggunaan obat-obat tertentu dan status gizi yang
buruk.
n. Impotence (Impotensi)
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang
cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit tiga
bulan.
Impotensi ini dapat disebabkan karena hambatan aliran darah yang menuju alat
kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik
proses menua ataupun adanya penyakit dan juga berkurangnya sel otot polos yang
terdapat pada alat kelamin. Serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan.

B. Konsep Teori Insomnia


1. Pengertian insomnia
a. Menurut Ibrahim (2001)
Insomnia adalah gangguan tidur atau perubahan nyata yang dapat dilihat pada
pola tidur.
b. Menurut Widjaja (1997)
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mepertahankan tidur.
c. Menurut Aribowo (2001)
Insomnia adalah gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala
selalu merasa lelah dan letih sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari 10
hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan
tidak dapat kembali tidur.
d. Menurut Goldman (1997)
Insomnia adalah kesulitan untuk tidur baik itu kesulitan untuk memulai tidur,
kesulitan untuk kembali setelah terbangun di tengah malam, maupun terbangun lebih
awal dan tidak bisa tidur lagi.
e. Menurut Lumbantobing (2004)
Insomnia adalah persepsi yang tidak adekuat daripada kuantitas dan kualitas tidur
dengan akibat yang terkait di siang hari.
2. Macam Insomnia
Dari sisi etiologi, ada 2 macam insomnia (Turana, 2007) yaitu:
a. Insomnia primer
Pada insomnia primer, terjadi hyperarousal state dimana terjadi aktivitas
ascending retikular activating system yang berlebihan. Pasien bisa tidur tapi tidak
merasa tidur. Masa tidur REM sangat kurang, sedangkan masa tidur NREM cukup,
periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak
berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah neurologi, masalah medis lainnya,
ataupun penggunaan obat-obat tertentu.
b. Insomnia sekunder
Insomnia sekunder disebabkan karena gangguan irama sirkadian, kejiwaan,
masalah neurologi atau masalah medis lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini sangat
sering terjadi pada orang tua. Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik dan
penyakit organik. Pada orang denga insomnia karena psikoneurosis, sering
didapatkan keluhan-keluhan non organik seperti sakit kepala, kembung, badan pegal
yang mengganggu tidur. Keadaan ini akan lebih parah jika orang tersebut mengalami
ketegangan karena persoalan hidup. Pada insomina sekunder karena penyakit organik,
pasien tidak bisa tidur atau kontinuitas tidurnya terganggu karena nyeri organik,
misalnya penderita arthritis yang mudah terbangun karena nyeri yang timbul karena
perubahan sikap tubuh.
Berdasarkan waktu terjadinya insomnia (Ibrahim, 2001) dibagi menjadi:
a. Initial Insomnia
Yaitu kesulitan untuk memulai tidur. Biasanya terdapat pada pasien gangguan jiwa
dengan anxietas.
b. Middle Insomnia
Yaitu kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur, tanpa atau sedikit
mengalami penurunan kualitas hidup.
c. Moderate Insomnia
Yaitu kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur, di sepanjang malam.
Penderita insomnia jenis ini akan mengalami penurunan kualitas hidup yang relatif
sedang.
d. Severe Insomnia
Yaitu kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur, di sepanjang malam dan
hampir di setiap hari. Biasanya diikuti dengan penurunan beratkualitas hidup.
POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKAT PERKEMBANGAN / USIA
Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua
usia, maka semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan (Asmadi, 2008).
Pola Tidur Normal Berdasarkan Tingkat Perkembangan / Usia

Umur Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan


tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun keatas Masa dewasa tua 6 jam /hari

3. Epidemiologi
Angka insidensi insomnia berkisar 20 – 30 % dari populasi umum dalam satu tahun.
Lebih dari 50 % usia lanjut mengeluhkan kesulitan waktu tidur malam (Lumbantobing,
2004). Kira-kira sepertiga dari semua orang dewasa di amerika mangalami suatu jenis
gangguan tidur selama hidupnya (Kaplan & Sadock, 1997). Sedangkan Joyce Walsleben,
Ph.D., Direktur Pusat Tidur Bermasalah di Fakultas Kesehatan, Universitas New York,
Amerika Serikat, justru menilai, insomnia meningkat pada perempuan usia 44-45 tahun.
4. Faktor Penyebab
Faktor penyebab menurut Ibrahim N (2004):
a. Problema situasi seperti adanya stress, tekanan pekerjaan, dan ketidakselarasan
perkawinan.
b. Umur (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 60 tahun).
c. Gangguan medik yang tidak bisa dielakkan umpamanya rasa sakit dan ketidakenakan
fisik.
d. Serangan yang berhubungan dengan pemakaian obat, umpamanya gejala lepas obat,
alkohol, atau sedatif.
e. Kondisi psikologis terutama gangguan jiwa berat sperti schizophren dan gangguan
afektif.
Turana Y (2007) menjelaskan ada beberapa faktor resiko insomnia, yaitu:
a. Emosi (faktor psikologik)
Transient dan recurrent insomnia biasanya disebabkan oleh gangguan emosi.
Memendam kemarahan, cemas, ataupun depresi bisa menyebabkan insomnia.
b. Kebiasaan
Penggunaan kafein, alkohol yang berlebihan, tidur yang berlebihan, merokok sebelun
tidur dan stres kronik bisa menyebabkan insomnia. Faktor lingkungan seperti bising.
Suhu yang ekstrim, dan perubahan lingkungan atau jet lag bisa menyebabkan
transient dan recurrent insomnia.
c. Usia di atas 50 tahun
d. Jenis kelamin
e. Episode insomnia sebelumnya.
f. Kondisi fisikyang mempengaruhi tidur:
Penyakit kronis yang menyebabkan nyeri (misalnya arthritis), terbatasnya pergerakan
(misalnya Parkinson), atau kesulitan bernafas.
5. Simptom
Simptom insomnia dapat meliputi salah satu atau lebih simptom di bawah ini (Landis
dan Moe, 2004):
a. Kesulitan tidur
b. Bangun tidur secara berkala saat malam hari dengan kesulitan untuk kembal tidur
c. Bangun terlalu pagi di pagi hari
d. Tidur yang tidak menyegarkan (rasa lelah saat bangun dan selama keseharian)

Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:

a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur
yang buruk
b. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
6. Akibat
Akibat gangguan tidur, deprivasi tidur, dan merasa mengantuk yaitu penurunan
produktivitas, penurunan performa kognitif, peningkatan kemungkinan kecelakaan,
resiko morbiditas dan mortilitas lebih tinggi, penurunan kualitas hidup (Rafknowledge,
2004).
Sedangkan menurut Turana Y (2007) efek insomnia adalah sebagai berikut :
1. Efek fisiologis.
Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stres, terdapat peningkatan
noradrenalin serum, peningkatan Adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan kortisol,
juga penurunan produksi melatonin.
2. Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, kehilangan motivasi,
depresi, dan sebagainya.
3. Efek fisik/somatik.
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
4. Efek sosial.
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada
lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
5. Kematian.
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih
sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena
penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau
karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas
atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang
menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

C. Konsep Teori Terapi Musik


1. Definisi Musik menurut para ahli
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya
yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta music yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental.
Ada beberapa definisi dan pendapat mengenai musik menurut beberapa filsuf,
penulis, musikolog maupun penyair, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Schopenhauer, seorang filsuf dari jerman pada abad ke-19, yang mengatakan bahwa
musik adalah melodi yang syairnya adalah alam semesta.
b. David Ewen, mendefinisikan musik sebagai ilmu pengetahuan dan seni tentang
kombinasi titik dari nada-nada, baik vocal maupun instrumental. Musik meliputi
melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan
terutama aspek emosional.
c. Suhastjarja, seorang dosen senior Fakultas Kesenian Institut Seni Indonesia
Yogyakarta, mengemukakan pendapatnya mengenai musik adalah ungkapan rasa
indah manusia dalam bentuk konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada
atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni serta mempunyai suatu
bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam
lingkungan hidupnya sehingga dapat dimengerti dan dinimkatinya.
d. Dello Joio, seorang komponis Amerika, memberikan pendapatnya tentang musik
yaitu bahwa mengenal musik dapat memperluas pengetahuan dan pandangan selain
juga mengenal banyak hal lain diluar musik. Pengenalan terhadap musik akan
menumbuhkan rasa penghargaan akan nilai seni, selain menyadari akan dimensi lain
dari suatu kenyataan yang selama ini tersembunyi.
e. Adjie Esa Poetra, seorang musisi dari Indonesia, mendefinisikan musik adalah
kesenian yang bersumber dari bunyi. Menurutnya ada empat unsur dalam musik,
yaitu dinamik (kuat lemahnya bunyi), nada (bunyi yang teratur), unsur waktu
(panjang pendek suatu bunyi yang ditentukan dari hitungan atau ketukan nada), dan
timbre (warna suara).
2. Musik Instrumental
Music Instrumental adalah jenis music yang tidak memiliki lirik di dalamnya. Jika music
lain disertai dengan lirik lagu maka music instrumental hanya alunan music yang di
dalamnya yang hanya ada melodi dengan irigan sebuah atau beberapa alat music. Jdi
scara sederhana dapat dikatakan pengertian music instrumental adalah music yang
kosong tanpa ada lirik lagu sebaagai isinya.
Manfaat dari music instrumental diantaranya:
 Music instrumental dapat membuka pikiran menjadi lebih luas. Jika
mendengarkan music instrumental ketiika sedang bekerja atau menyelesaikan
tugas, maka music ini akan membanatu lebih rileks. Selain itu, music instrumental
juga dapat menenangkan pikiran sehingga akan mudah menemukan ide atau
inspirasi dalam menyelesaikan pekerjaan..
 Mengurangi stress. Alunan music instrumental yag slow dan tanpa diiringi lirik
lagu dapat membantu tenang, menghilngkan rasa pusing dan sakit kepala.
Sehingga akan merasa lebbih fresh dan terbebas dari stress.
 Music instrumental juga dipercaya dapat meningkatkan kesehatan tubuh, mental,
pikiraan serta alam bawah sadar seeorang.
 Saat berolahraga music instrumental yang ngebeatdapat meningkatkan semangat.
 Music instrumental sangat dianjurkan didengar oleh ibi hamil karena dipercaya
alunan music ini dapat mempercepat pertumbuhan janin yangada di dalam perut
ibu.
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan
pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat
meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial
dan spiritual. ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik
bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Perlu diingat
bahwa banyak dari proses dalam hidup kita selalu ber-irama. Sebagai contoh, nafas kita,
detak jantung, dan pulsasi semuanya berulang dan berirama.
Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena
kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik.
Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf
pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik).
Pengaruh musik sangat besar bagi pikiran dan tubuh manusia. Contohnya, ketika
seseorang mendengarkan suatu alunan musik (meskipun tanpa lagu), maka seketika orang
tersebut bisa merasakan efek dari musik tersebut. Ada musik yang membuat seseorang
gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain.
Salah satu figur yang paling berperan dalam terapi musik di awal abad ke-20 adalah
Eva Vescelius yang banyak mempublikasikan terapi musik lewat tulisan-tulisannya. Ia
percaya bahwa objek dari terapi musik adalah melakukan penyelarasan atau harmonisasi
terhadap seseorang melalui vibrasi. Demikian pula dengan Margaret Anderton, seorang
guru piano berkebangsaan Inggris, yang mengemukakan tentang efek alat music.
(khusus untuk pasien dengan kendala psikologis) karena hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa timbre (warna suara) musik dapat menimbulkan efek terapeutik. :
a. Jenis Terapi Musik
Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk terapi musik. Namun
kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada, melodi, ritme,
harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberi pengaruh berbeda kepada pikiran
dan tubuh kita. Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau
tujuan yang ingin kita capai.
Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting
yaitu beat, ritme, dan harmony. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa,
sedangkan harmony mempengaruhi roh.
Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser
musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock
yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung
lepas kontrol. Salah satu gerakan yang popular saat mendengarkan music rock adalah
"head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang
kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah.
Jika hati seseorang sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang
memiliki irama (ritme) yang teratur, maka perasaan akan lebih terasa enak dan enteng.
Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah
untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat
mempengaruhi jiwa manusia.
Sedangkan harmoni sangat mempengaruhi roh. Jika menonton film horor, selalu
terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk berdiri.
Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh
manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar
harmony dari suara-suara alam di sekelilingnya.
Terapi Musik yang efektif menggunakan musik dengan komposisi yang tepat antara
beat, ritme dan harmony yang disesuaikan dengan tujuan dilakukannya terapi musik. Jadi
memang terapi musik yang efektif tidak bisa menggunakan sembarang music. Ada dua
macam metode terapi music, yaitu :
a. Terapi Musik Aktif.
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan alat
musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien
berinteraksi aktif dengan dunia
musik. Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja dibutuhkan bimbingan
seorang pakar terapi musik yang kompeten.
b. Terapi Musik Pasif.
Ini adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal
mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan
masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik
harus tepat dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu, ada banyak sekali jenis CD
terapi musik yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa musik memiliki pengaruh yang kuat
pada kehidupan manusia. Para ahli mengemukakan bahwa musik berpengaruh pada
kecerdasan manusia, kesehatan fisik, mental dan emosional. Penelitian secara lebih
sistematik mengenai pengaruh musik terhadap kehidupan manusia terus dikembangkan
pada abad ke-19
3. Manfaat terapi musik
Ada banyak sekali manfaat terapi musik, menurut para pakar terapi musik memiliki
beberapa manfaat utama, yaitu : 10,11,13,19
a. Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan
rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan
kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam
kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan
mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh
diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.
b. Meningkatkan Kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang disebut
Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Frances Rauscher et al dari
Universitas California. Penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam
kandungan dan bayi adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak
agar menjadi cerdas. Hal ini karena otak anak sedang dalam masa pembentukan,
sehingga sangat baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif. Ketika seorang
ibu yang sedang hamil sering mendengarkan terapi musik, janin di dalam
kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak janin pun akan terstimulasi untuk
belajar sejak dalam kandungan. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki
tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan
tanpa diperkenalkan pada musik.
c. Meningkatkan Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood
tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa
dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun
menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata
jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi, semangat dan meningkatkan level
energi seseorang.
d. Pengembangan Diri
Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang. Musik
yang didengarkan seseorang juga bisa menentukan kualitas pribadi seseorang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya
cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang
yang putus cinta, mendengarkan musik atau lagu bertema putus cinta atau sakit hati.
Dan hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin parah. Dengan mengubah jenis
musik yang didengarkan menjadi musik yang memotivasi, dalam beberapa hari
masalah perasaan bisa hilang dengan sendirinya atau berkurang sangat banyak.
Seseorang bisa mempunyai kepribadian yang diinginkan dengan cara mendengarkan
jenis musik yang tepat.
e. Meningkatkan Kemampuan Mengingat
Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa
terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan dengan
memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara
otomatis memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak
digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk meningkatkan
prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak
digunakan untuk menangani masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.
f. Kesehatan Jiwa
Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya ''Great
Book About Music'', mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang, sebagai
pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan
gangguan psikologis. Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan pengalamannya dalam
menggunakan musik sebagai terapi. Sekarang di zaman modern, terapi musik banyak
digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam
gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis.
g. Mengurangi Rasa Sakit
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, yang
mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi
sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan
marah yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi
semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks secara
fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit.
Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan
mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu
penyakit, terapi musik terbukti membantu mengatasi rasa sakit.
h. Menyeimbangkan Tubuh
Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ
keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak. Jika organ keseimbangan sehat,
maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
i. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari
musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan bahwa: Apabila jenis
musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh
akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin ) yang dapat
menimbulkan rasa nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat
(dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih
sehat.
j. Meningkatkan Olahraga
Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga yang lebih
baik dalam beberapa cara, di antaranya meningkatkan daya tahan, meningkatkan
mood dan mengalihkan seseorang dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama
olahraga
5.2 Metode pelaksanaan
1. Metode diskusi
Dalam metode ini kami membuat panel diskusi dimana peneliti dan mahasiswa dapat
memberikan pendapat dan masukan mengenai materi yang disampaikan.
2. Metode demonstrasi
Dalam metode ini kami menggunakan media alat bantu pembelajaran seperti leaflet
dan poster yang relefan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan dan
mendemonstrasikan audio.
4. HASIL YANG DIHARAPKAN
Menunjukan bahwa pemberian music instrumental efektif untuk meningkatkan kualitas tidur
pada lansia .
5. MANFAAT BAGI PASIEN
Manfaat bagi pasien adalah dapat menerima informasi secara ilmiah dan dapat
mengaplikasikn music instrumental sebagai terapi non-farmakologis yang aman, efektif dan
mudah untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia
6. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini akan kami laksanakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 17 juni 2019
Waktu : 08.00 s.d selesai
Tempat : Desa Kadugede
7. KEPANITIAAN
No.Nama
1. Dinda Restu CKR0160231
2. Laras Meyda Nixie P CKR0160025
3. Resha Maheswara B CKR0160042
4. Widia Astuti CKR0160056
8. REKAPITULASI
Untuk terselenggaranya kegiatan program inovasi terapi music instrumental terhadap
kualitas tidur pada lansia, maka aka ada beberapa anggaran dana yang di keluarkan.
Biaya pengeluran :
Leflet :
Poster :
Kaset :
Sound :
Dll :
DAFTAR PUSTAKA

Aribowo, P. 2001. Mengatasi Insomnia. http://www.Sinarharapan.com (4 Oktober 2008).


Barlow DH, Durand V. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Cetakan I. Jakarta: pustaka pelajar.
Elmeida, Effendy. 2008. Insomnia Jangan Dibiarkan Berlarut-larut.
http;//www.medanbisnisonline.com. ( Sabtu, 25 April 2009).
Hawari, D. 2006. Manajemen Stres, cemas, dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Harvey, A.G., Pre-Sleep Cognitive Activity : A Comparison of Sleep-Onset Insomniacs and
Good Sleepers. British Journal of Clinical Psychology, September 2000, Vol : 39. Pp : 275-286.
Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan edisi kelima Erlangga Jakarta
Ibrahim N. 2001. Symptomatollogi Psikiatri Surakarta. Fakultas Kedokteran UNS
Surakarta.Pp:68-69.
Japardi, Iskandar. 2002. GangguanTidur. http://www.library.usu.ic/download/japardi12.pdf. (7
November 2008).
Kaplan, H.I.& Sadock, B.J., 1997. Sinopsis Psikiatri. Jilid 2, edisi VII. Jakarta, Binarupa Aksara.
Pp : 194-201.
Lumbantobing , 2004. Ganngguan TIdur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Mangoenprasodjo. 2004.
Kiat Memasuki Masa Paruh Baya Tanpa Was-Was dan Cemas. Yogya: Thinkfresh.

Anda mungkin juga menyukai