Disusun Oleh :
Dinda Restu CKR0160231
Laras Meyda nixie Pratiwhisnu CKR0160025
3. Epidemiologi
Angka insidensi insomnia berkisar 20 – 30 % dari populasi umum dalam satu tahun.
Lebih dari 50 % usia lanjut mengeluhkan kesulitan waktu tidur malam (Lumbantobing,
2004). Kira-kira sepertiga dari semua orang dewasa di amerika mangalami suatu jenis
gangguan tidur selama hidupnya (Kaplan & Sadock, 1997). Sedangkan Joyce Walsleben,
Ph.D., Direktur Pusat Tidur Bermasalah di Fakultas Kesehatan, Universitas New York,
Amerika Serikat, justru menilai, insomnia meningkat pada perempuan usia 44-45 tahun.
4. Faktor Penyebab
Faktor penyebab menurut Ibrahim N (2004):
a. Problema situasi seperti adanya stress, tekanan pekerjaan, dan ketidakselarasan
perkawinan.
b. Umur (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 60 tahun).
c. Gangguan medik yang tidak bisa dielakkan umpamanya rasa sakit dan ketidakenakan
fisik.
d. Serangan yang berhubungan dengan pemakaian obat, umpamanya gejala lepas obat,
alkohol, atau sedatif.
e. Kondisi psikologis terutama gangguan jiwa berat sperti schizophren dan gangguan
afektif.
Turana Y (2007) menjelaskan ada beberapa faktor resiko insomnia, yaitu:
a. Emosi (faktor psikologik)
Transient dan recurrent insomnia biasanya disebabkan oleh gangguan emosi.
Memendam kemarahan, cemas, ataupun depresi bisa menyebabkan insomnia.
b. Kebiasaan
Penggunaan kafein, alkohol yang berlebihan, tidur yang berlebihan, merokok sebelun
tidur dan stres kronik bisa menyebabkan insomnia. Faktor lingkungan seperti bising.
Suhu yang ekstrim, dan perubahan lingkungan atau jet lag bisa menyebabkan
transient dan recurrent insomnia.
c. Usia di atas 50 tahun
d. Jenis kelamin
e. Episode insomnia sebelumnya.
f. Kondisi fisikyang mempengaruhi tidur:
Penyakit kronis yang menyebabkan nyeri (misalnya arthritis), terbatasnya pergerakan
(misalnya Parkinson), atau kesulitan bernafas.
5. Simptom
Simptom insomnia dapat meliputi salah satu atau lebih simptom di bawah ini (Landis
dan Moe, 2004):
a. Kesulitan tidur
b. Bangun tidur secara berkala saat malam hari dengan kesulitan untuk kembal tidur
c. Bangun terlalu pagi di pagi hari
d. Tidur yang tidak menyegarkan (rasa lelah saat bangun dan selama keseharian)
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur
yang buruk
b. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
6. Akibat
Akibat gangguan tidur, deprivasi tidur, dan merasa mengantuk yaitu penurunan
produktivitas, penurunan performa kognitif, peningkatan kemungkinan kecelakaan,
resiko morbiditas dan mortilitas lebih tinggi, penurunan kualitas hidup (Rafknowledge,
2004).
Sedangkan menurut Turana Y (2007) efek insomnia adalah sebagai berikut :
1. Efek fisiologis.
Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stres, terdapat peningkatan
noradrenalin serum, peningkatan Adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan kortisol,
juga penurunan produksi melatonin.
2. Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, kehilangan motivasi,
depresi, dan sebagainya.
3. Efek fisik/somatik.
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
4. Efek sosial.
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada
lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
5. Kematian.
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih
sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena
penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau
karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas
atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang
menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.