Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia di

Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara Sabintang


Kabupaten Takalar

The Relationship of Physical Activity with the Level of Back Flexibility in


the Elderly at the Elderly Social Welfare Institution, Batara Sabintang
Foundation, Takalar Regency
Nur Arfadilah, Ita Rini2, Hamisah3
1,2,3
Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar
1
nurarfadilah4999@gmail.com, 2itarini@unhas.ac.id, 3emy.hamisahphysio@gmail.com

ABSTRAK
Lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun keatas, seiring bertambahnya usia pada lansia
akan terjadi proses penuaan yang merupakan suatu proses alami tubuh yang akan terjadi terhadap
setiap orang seiring penambahan usia, dimana ketika seseorang mengalami penuaan terjadi
berbagai macam penurunan dan perubahan fungsi tubuh secara alami, yang berdampak pada
penurunan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai salah satu faktor yang diduga
ada hubunganya dengan tingkat fleksibilitas punggung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat fleksibilitas punggung pada lansia di Lembaga
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara Sabintang Kabupaten Takalar. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan metode purposive
sampling. Subjek penelitian yakni lansia di Yayasan Batara Sabintang Kabupaten Takalar berusia
60-80 tahun. Jumlah responden sebanyak 86 orang dan yang dapat menyelesaikan seluruh
pertanyaan yang tertera dalam kuesioner. Hasil penelitian setelah dilakukan uji normalitas
kolmogorov Smirnov diperoleh sebaran data tidak terdistribusi normal (p<0,05), kemudian
dilakukan uji analisis hubungan (spearman rho) menunjukan nilai signifikansi (p) kedua variabel
sebesar (p 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan yang dinyatakan dengan
koefisien korelasi (r) sebesar 0,425 yang berarti adanya korelasi.

Kata Kunci : Lansia, aktivitas fisik, tingkat fleksibilitas.

ABSTRACT
Elderly is someone who is 60 years old and above, as the elderly get older there will be an aging
process which is a natural body process that will happen to everyone as people get older, where when
a person experiences aging there are various kinds of declines and changes in body functions
naturally. , which results in a decrease in daily activities. Physical activity is defined as one of the
factors thought to have a relationship with the level of back flexibility. This study aims to determine
the relationship between physical activity and the level of back flexibility in the elderly at the Elderly
Social Welfare Institution, Batara Sabintang Foundation, Takalar Regency. This research is a
descriptive study with a cross sectional approach and purposive sampling method. The research
subjects are the elderly at the Batara Sabintang Foundation, Takalar Regency aged 60-80 years. The
number of respondents as many as 86 people and who can complete all the questions listed in the
questionnaire. The results of the study after the Kolmogorov Smirnov normality test was obtained
that the data distribution was normal (p< 0.05), then the relationship analysis test (spearman rho)
showed a significance value (p) for the two variables of (p>0.05), which means that there is a
relationship which is indicated by the correlation coefficient (r) of 0.425 which means there is a
correlation.
Keywords : Elderly, physical activity, level of flexibility.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|


69
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
PENDAHULUAN

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas. Pada
lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan–lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin
banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup episode terminal (Sunaryo. dkk.
2016).
World Health Organization (WHO) (2009) menggolongkan lanjut usia
berdasarkan usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia
pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly)
berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (Very old) di atas 90 tahun. Pembagian umur berdasarkan pendapat
beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65
tahun keatas (Siswoyowati, 2011).
Seiring dengan terus bertambahnya usia, maka semakin tinggi pula risiko
terjadinya gangguan kesehatan pada lansia baik pada lansia laki-laki maupun pada
lansia wanita. Masalah yang terjadi pada lansia disebabkan oleh proses
degeneratif dimana pada lansia terjadi penurunan fungsi kognitif. Perubahan
kognitif disebabkan oleh kemunduran dari fungsi kinerja otak dan penurunan
jumlah sel otak (Setiyorini and Wulandari, 2018). Selain itu, gangguan kognitif
disebabkan adanya perubahan anatomi pada susunan saraf pusat, dan perubahan
biologis akibat penuaan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi kognitif yang
berakibat terhadap gangguan keseimbangan dan kemandirian lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari (Suadnyana et al., 2021). Pada lansia, penurunan
kognitif tidak dapat dihindari dibuktikan dengan prevalensinya yang terus
meningkat seiring bertambahnya usia (Coresa and Ngestiningsih, 2017).
Seiring bertambahnya usia, pada lansia akan terjadi proses penuaan yang
mengakibatkan lansia akan mengalami berbagai penurunan fisik, jaringan, organ
dan sistem tubuh. Diantaranya sistem muskuloskeletal, sistem saraf, sistem
kardiovaskular dan sistem respirasi. Penurunan pada sistem muskuloskeletal
menyebabkan penurunan fleksibilitas otot dan sendi, penurunan fungsi kartilago,
berkurangnya kepadatan tulang dan penurunan kekuatan otot yang mengakibatkan
lansia mengalami penurunan kemampuan aktivitas fisik (Purnama and Suhada,
2019).
Aktivitas fisik adalah aktivitas yang dilakukan dari bangun tidur sampai
tidur lagi. Aktivitas sehari-hari merupakan bagian dari aktivitas fisik. Aktivitas
sehari-hari adalah semua kegiatan yang dilakukan sehari-hari dan sifatnya
berulang. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung dan
meningkatkan fleksibilitas punggung pada lansia (Autoridad Nacional del Servicio
Civil, 2021).
Seseorang dengan aktifitas fisik yang rutin dan teratur dapat meningkatkan
kebugaran fisiknya. Kebugaran fisik adalah sekumpulan kondisi yang dimiliki
atau telah dicapai seseorang yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|


70
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
suatu aktifitas fisi. Komponen kebugaran fisik yang berkaitan dengan kesehatan
dibagi menjadi lima, yaitu kebugaran kardiorespirasi (cardiorespiratory fitness),
komposisi tubuh (body composition), fleksibilitas (flexibility), kekuatan otot
(muscular strength), dandaya tahan otot (muscular endurance). Salah satu dari
komponen kebugaran fisik paling penting terkait kesehatan adalah fleksibilitas
(Wulan Purnama Sari, 2018).
Aktivitas fisik yang kurang dalam 14 hari dapat mengakibatkan maladaptasi
tubuh berupa peningkatan penumpukan lemak di intraabdomen hingga keadaan
hiperinsulinaemia bahkan pada orang muda sekalipun. Lebih jauh lagi, aktivitas
fisik yang kurang pada lansia dapat menyebabkan keadaan atrofi pada otot
skeletal pada ekstremitas bawah. Kondisi seperti ini tentunya memiliki kaitan
yang erat dengan tingkat fleksibilitas (Ivan and Simarmata, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Todde et al (2016) yang
menyatakan bahwa aktifitas fisik sedang dan berat dapat meningkatkan
mobilitas fungsional dan daya tahan otot pada orang-orang di atas 65 tahun.
Aktivitas fisik sedang sampai berat yang dilakukan setiap hari dapat memengaruhi
fleksibilitas punggung pada lansia. (Autoridad Nacional del Servicio Civil, 2021).
Fleksibilitas atau kelenturan sendi merupakan suatu gerak maksimal yang dapat
dilakukan oleh persendian yang meliputi hubungan antara bentuk persendian, otot,
tendon dan ligament sekeliling persendian (Sahmad, Yunus and Sarmawan, 2018).
Fleksibilitas pada lansia akan memiliki kecenderungan menurun lebih
besar berhubungan dengan proses menua, dimana terjadi penurunan protein dan
hormon yang menyebabkan penurunan massa otot . Namun demikian Pitchford
mengatakan bahwa proses menua tersebut hanya merupakan salah satu faktor
penyebab menurunnya fleksibilitas, sementara penyebab utamanya adalah
kurangnya latihan (Pengaruh PMA, PMDN, TK, 2020).
Penelitian terkait aktivitas fisik dengan fleksibilitas punggung masih
terbatas, namun sudah ada sebelumnya akan tetapi terdapat perbedaan pada tempat
dan objek penelitian karena masih jarang yang membahas terkait aktivitas fisik
dan fleksibilitas punggung pada lansia lebih banyak ke masa dewasa – muda. Hal
ini yang mendasari peneliti memilih aktivitas fisik terhadap fleksibilitas punggung
pada lansia sebagai bentuk pembaharuan dari penelitian ini.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Batara Sabintang Kabupaten
Takalar. Penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu
pengambilan data variabel Independen (aktivitas fisik lansia) dan variabel
dependen (fleksibilitas punggung) yang dilakukan pada suatu waktu yang
bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berusia 60-
80 tahun di Yayasan Batara Sabintang. Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 86 orang. Adapun variabel –
variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik dengan
menggunakan kuesioner Physical Activity Scale for Elderly (PASE) dan tingkat
fleksibilitas punggung dengan menggunakan pengukuran Chair Sit and Reach
Test.
Data yang didapatkan kemudian akan dianalisa dan dikelola menggunakan
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|
71
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
uji Kolmogorof Smirnov untuk data yang berdistribusi tidak normal. Untuk
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak dilakukan uji normalitas
Kolmogorof-Smirnov Data dikatakan terdistribusi normal jika p > 0.05 dan data
dikatakan terdistribusi tidak normal jika p < 0.05. Penelitian ini telah
mendapatkan persetujuam etik dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin 8562/UN4.14.1/TP.01.02/2022.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Table 1 Karakteristik responden

Karakteristik Frekuensi (N) Persentasi ()


Responden

Usia (tahun)
60-64 tahun 35 40.7
65-69 tahun 27 31.4
70-74 tahun 18 20.9
75-80 tahun 6 7
Total 86 100

Jenis Kelamin
Perempuan 50 58.1
Laki-laki 36 41.9
Total 86 100

Pekerjaan
Petani 32 37.2
IRT 29 33.7
Buruh bangunan 2 2.3
Supir 2 2.3
Tidak Bekerja 21 24.4
Total 86 100
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan usia, jenis


kelamin, dan pekerjaan. Berdasarkan data tersebut responden dengan usia 60-64
tahun lebih dominan dibandingkan dengan kategori usia yang lain yaitu sebanyak
35 (40.7%) responden. Ditinjau dari jenis kelamin, data tersebut menunjukkan
lansia berjenis kelamin perempuan 50 (58,1%) merupakan responden yang paling
banyak dibandingkan lansia berjenis kelamin laki-laki.Sedangkan dari sisi
pekerjaan lansia didominasi oleh responden yang memiliki pekerjaan yaitu petani
sebanyak 32 (37.2%), IRT sebanyak 29 (33,7%), dan lansia yang sudah tidak
bekerja lagi 21 (24,4%), serta lansia dengan pekerjaan lain seperti supir dan buruh
bangunan, yaitu masing-masing sebanyak 2 (2.3%).

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|


72
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
Tabel 2 Distribusi Aktivitas Fisik pada lansia
Aktivitas Frekuensi (n) Presentasi ()
Fisik
Ringan 42 48.8
Sedang 27 31.4
Berat 17 19.8
Total 86 100
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 3 Distribusi Aktivitas Fisik pada lansia


Variabel Mean Min Max
Aktivitas Fisik 100,80 2,20 236,58
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 2 menunjukan distribusi aktivitas fisik pada lansia di Lembaga


Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara Sabintang Kabupaten Takalar
didapatkan bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik ringan paling banyak
yaitu 42 (48,8%), aktivitas sedang sebanyak 27 (31,4%) dan responden dengan
aktivitas fisik berat memiliki jumlah yang paling sedikit 17 (19,8%).Tabel 3
menunjukkan nilai rata-rata, minimum, dan maximum dari skor aktivitas fisik
pada lansia di yayasan tersebut dengan nilai rata-rata 100,80, nilai minimum 2,20,
dan nilai maximum 236,58.
Tabel 4 Distribusi Aktivitas Fisik pada Lansia Berdasarkan Usia
Aktivitas Fisik Responden
Total
Karakteristik Ringan Sedang Berat
n (%)
n (%) n (%) n (%)
60-64 15 (42,85) 10 (28,57) 10 (28,57) 35 (100)
Usia 65-69 14 (51,85) 7 (25,92) 6 (22,22) 27 (100)
Responden 70-74 11 (61,11) 6 (33,33) 1 (5,55) 18 (100)
75-80 2 (33,33) 4 (66,66) 0(0) 6 (100)
Total 42 (48,83) 27 (31,39) 17 (19,76) 86 (100)
Sumber: Data Primer, 2022
Tabel 4 menunjukan distribusi aktivitas fisik pada lansia berdasarkan usia di
Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara Sabintang Kabupaten
Takalar didapatkan bahwa untuk kategori usia 60-64 tahun terdapat 15 (42,85%)
diantaranya memiliki aktivitas fisik ringan, 10 (28,57%) memiliki aktivitas fisik
sedang, dan 10 (28,57%) diantaranya memiliki aktivitas fisik berat. Sedangkan
untuk kategori usia 65-69 tahun terdapat 14 (51,85%) diantaranya memiliki
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|
73
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
aktivitas fisik ringan, 7 (25,92%) memiliki aktivitas fisik sedang, dan 6 (22,22%)
diantaranya memiliki aktivitas fisik berat. Untuk kategori usia 70-74 tahun terdapat
11 (61,11%) diantaranya memiliki aktivitas fisik ringan, 6 (33,33%) memiliki
aktivitas fisik sedang, dan 1 (5,55%) diantaranya memiliki aktivitas fisik berat.
Sedangkan untuk kategori usia 75-80 tahun terdapat 2 (33,33%) diantaranya
memiliki aktivitas fisik ringan, dan 4 (66,66%) memiliki aktivitas fisik sedang.

Tabel 5 Distribusi Aktivitas Fisik pada Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin


Aktivitas Fisik
Total n
Karakteristik Ringan Sedang Berat
(%)
n (%) n (%) n (%)
Perempuan 26 (52) 20 (40) 4 (8) 50 (100)
Jenis
16
Kelamin Laki-laki 7 (19,44) 13 (36,11) 36 (100)
(44,44)
42
Total 27 (31,39) 17 (19,76) 86 (100)
(48,83)
Sumber: Data Primer, 2022
Tabel 5 menunjukan distribusi aktivitas fisik pada lansia berdasarkan jenia
kelamin di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara Sabintang
Kabupaten Takalar didapatkan bahwa terdapat 26 (52%) lansia perempuan yang
memiliki aktivitas fisik ringan, 20 (40%) memiliki aktivitas fisik sedang, dan 4
(8%) memiliki aktivitas fisik berat. Sedangkan pada lansia laki-laki, terdapat 16
(44,44%) lansia memiliki aktivitas fisik ringan, sebanyak 7 (19,44%) lansia
memiliki aktivitas fisik sedang, dan sebanyak 13 (36,11%) lansia memiliki
aktivitas fisik berat.

Tabel 6 Distribusi Aktivitas Fisik pada Lansia Berdasarkan Pekerjaan


Aktivitas Fisik
Total
Karakteristik Ringan Sedang Berat
n (%)
n (%) n (%) n (%)
Petani 11 (34,37) 9 (28,12) 12 (37,5) 32 (100)
IRT 15 (51,72) 12 (41,37) 2 (6,89) 29 (100)
Buruh
Pekerjaan 0 (0) 0 (0) 2 (100) 2 (100)
Bangunan
Responden
Supir 1 (50) 0 (0) 1 (50) 2 (100)
Tidak
15 (71,42) 6 (28,57) 0 (0) 21 (100)
Bekerja
Total 42 (48,83) 27 (31,39) 17 (19,76) 86 (100)
Sumber: Data Primer, 2022
Tabel 6 menunjukan distribusi aktivitas fisik pada lansia berdasarkan
pekerjaan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara Sabintang

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|


74
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
Kabupaten Takalar didapatkan bahwa untuk lansia yang bekerja sebagai petani
terdapat 11 (34,37 %) yang memiliki aktivitas fisik ringan, 9 (28,12 %) lansia
memiliki aktivitas fisik sedang, dan 12 (37,5 %) lansia memiliki aktivitas fisik berat.
Sedangkan untuk lansia yang bekerja sebagai IRT terdapat 15 (51,72 %) yang
memiliki aktivitas fisik ringan, 12 (41,37 %) lansia memiliki aktivitas fisik sedang,
dan 2 (6,89 %) lansia memiliki aktivitas fisik berat. Untuk lansia yang tidak bekerja
terdapat 15 (71,42 %) yang memiliki aktivitas fisik ringan, dan 6 (28,57 %) lansia
memiliki aktivitas fisik sedang. Sedangkan lansia yang bekerja sebagai supir terdapat
masing-masing 1 (50 %) yang memiliki aktivitas fisik ringan dan berat. Sedangkan
untuk buruh bangunan terdapat 2 (100%) yang memiliki aktivitas fisik berat.
Tabel 7 Distribusi Tingkat Fleksibilitas Punggung pada Lansia
Fleksibilitas Frekuensi (n) Presentasi
()
Normal 39 45,3
Kurang 47 54,7
Total 86 100
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 8 Distribusi Tingkat Fleksibilitas Punggung pada Lansia


Variabel Mean Min M
ax
Fleksibilitas 0,56 -6,40 5,9
Punggung 0
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 7 menunjukan distribusi tingkat fleksibilitas punggung pada lansia di


Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara Sabintang Kabupaten
Takalar didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat fleksibilitas punggung
kurang paling banyak yaitu 47 (54,7%), dan responden dengan tingkat fleksibilitas
punggung normal memiliki jumlah 39 (45,3%).Tabel 8 menunjukkan nilai rata-rata,
minimum, dan maximum dari skor tingkat fleksibilitas punggung pada lansia di
yayasan tersebut dengan nilai rata-rata 0,56, nilai minimum -6,40, dan nilai
maximum 5,90.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|


75
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
Tabel 9 Distribusi Tingkat Fleksibilitas Punggung pada Lansia Berdasarkan Usia
Fleksibilitas Punggung
Total n
Karakteristik Kurang n Normal
(%)
(%) n (%)
20
60-64 15 (42,85) 35 (100)
(57,14)
Usia 10
65-69 17 (62,96) 27 (100)
Responden (37,03)
70-74 11 (61,11) 7 (38,88) 18 (100)
75-80 4 (66,66) 2 (33,33) 6 (100)
39
Total 47 (54,65) 86 (100)
(45,34)
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 9 menunjukan distribusi tingkat fleksibilitas punggung pada lansia


berdasarkan usia di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara
Sabintang Kabupaten Takalar didapatkan bahwa untuk kategori usia 60-64 tahun
terdapat 15 (42,85%) diantaranya memiliki tingkat fleksibilitas punggung kurang,
dan 20 (57,14%) diantaranya memiliki tingkat fleksibilitas punggung normal.
Sedangkan untuk kategori usia 65-69 tahun terdapat 17 (62,96%) diantaranya
memiliki tingkat fleksibilitas punggung kurang, dan 10 (37,03%) diantaranya
memiliki tingkat fleksibilitas punggung normal. Untuk kategori usia 70-74 tahun
terdapat 11 (61,11%) diantaranya memiliki tingkat fleksibilitas punggung kurang,
dan 7 (38,88%) diantaranya memiliki tingkat fleksibilitas punggung normal.
Sedangkan untuk kategori usia 75-80 tahun terdapat 4 (66,66%) diantaranya
memiliki tingkat fleksibilitas punggung kurang, dan 2 (33,33%) memiliki tingkat
fleksibilitas pumggung normal.

Tabel 10 Distribusi Tingkat Fleksibilitas Punggung pada Lansia Berdasarkan Jenis


Kelamin
Fleksibilitas Punggung
Total
Karakteristik Kurang Normal
n (%)
n (%) n (%)
Peremp 50
35 (70) 15 (30)
Jenis uan (100)
Kelamin Laki- 36
12 (33,33) 24 (66,66)
laki (100)
86
Total 47 (54,65) 39 (45,34)
(100)
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 10 menunjukan distribusi tingkat fleksibilitas punggung pada lansia


berdasarkan jenis kelamin di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan
Batara Sabintang Kabupaten Takalar didapatkan bahwa terdapat 35 (70%) lansia
perempuan yang memiliki tingkat fleksibilitas punggung kurang, dan 15 (30%)
memiliki tingkat fleksibilitas punggung normal. Sedangkan pada lansia laki-laki,

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|


76
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
terdapat 12 (33,33%) lansia memiliki tingkat fleksibilitas punggung kurang, dan
sebanyak 24 (66,66%) lansia memiliki tingkat fleksibilitas punggung normal
.
Tabel 11 Distribusi Tingkat Fleksibilitas Punggung pada Lansia Berdasarkan
Pekerjaan
Fleksibilitas Punggung
Total
Karakteristik Kurang Normal
n (%)
n (%) n (%)
32
Petani 8 (25) 24 (75)
(100)
29
IRT 20 (68,96) 9 (31,03)
Pekerj (100)
aan Buruh 2
0 (0) 2 (100)
Respo Bangunan (100)
nden 2
Supir 1 (50) 1 (50)
(100)
Tidak 21
18 (85,71) 3 (14,28)
Bekerja (100)
86
Total 47 (54,65) 39 (45,34)
(100)
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 11 menunjukan distribusi tingkat fleksibilitas punggung pada lansia


berdasarkan pekerjaan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara
Sabintang Kabupaten Takalar didapatkan bahwa untuk lansia yang bekerja sebagai
petani terdapat 8 (25%) yang memiliki tingkat fleksibilitas punggung kurang, dan 24
(75%) lansia memiliki tingkat fleksibilitas punggung normal. Sedangkan untuk lansia
yang bekerja sebagai IRT terdapat 20 (68,96 %) yang memiliki tingkat fleksibilitas
punggung kurang, dan 9 (31,03%) lansia memiliki tingkat fleksibilitas punggung
normal. Untuk lansia yang tidak bekerja terdapat 18 (85,71 %) yang memiliki tingkat
fleksibilitas punggung kurang, dan 3 (14,28%) lansia memiliki tingkat fleksibilitas
punggung normal. Sedangkan lansia yang bekerja sebagai supir terdapat masing-
masing 1 (50 %) yang memiliki tingkat fleksibilitas punggung kurang dan normal.
Sedangkan untuk buruh bangunan terdapat 2 (100%) yang memiliki tingkat
fleksibilitas punggung normal.

Tabel 12 Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Variabel Statist df Sig. Stati df Sig.
ic stic
Aktivitas
Fisik dan
.127 86 .002 .957 86 .006
fleksibilitas
punggung
.287 86 .000 .835 86 .000
Sumber: Data Primer, 2022

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|


77
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
Saat dilakukan uji hubungan antara kedua variabel yaitu aktivitas fisik dan
tingkat fleksibilitas punggung, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
kolmogorov smirnov untuk mengetahui nilai residual dari variabel. Pada uji
normalitas didapatkan data terdistribusi tidak normal sehingga dilakukan uji
transform dan didapatkan nilai tetap tidak terdistribusi normal. Tabel 12 merupakan
hasil dari uji normalitas yang menunjukkan nilai signifikansi (P) kolmogorov smirnov
sebesar 0,002 yang berarti data penelitian tidak berdistribusi normal (p<0,05). Hasil
yang telah didapatkan selanjutnya akan dilakukan analisis uji hubungan kedua
variabel yaitu aktivitas fisik dan tingkat fleksibilitas punggung menggunakan teknik
Spearman’s rho untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel.

Tabel 13 Uji korelasi Spearman’s rho


Variabel Frekuensi Signifikasi (p) Koefisien
(n) Spearman’s Rho korelasi
(r)
Aktivitas
Fisik dan
tingkat 86
Fleksibil 0.000 0.425
itas
Punggun
g
Sumber: Data Primer, 2022

Pada tabel 13 menunjukan bahwa nilai signifikansi Spearman’s rho


correlation (p) dari kedua variabel yaitu signifikansi Spearman’s rho correlation
(p) dari kedua variabel yaitu 0,000 yang berarti kedua variabel memiliki hubungan
yang signifikan (nyata) yakni antara aktivitas fisik dan tingkat fleksibilitas punggung
(p<0,05). Selanjutnya berdasarkan uji korelasi juga diperoleh koefisien korelasi (r)
sebesar 0,425 yang berarti kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang searah
yang bermakna jika aktivitas fisik rendah maka fleksibilitasnya juga kurang dan
sebaliknya jika aktivitas fisik berat maka fleksibilitasnya juga normal.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat fleksibilitas punggung pada
lansia di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Yayasan Batara Sabintang
Kabupaten Takalar.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|


78
Nur Arfadilah , Ita Rini, H
Saran pada peneliti berdasarkan kesimpulan yang didapatkan yaitu peneliti
selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan
pengkajian faktor-faktor lain terkait fleksibilitas punggung dan komponen-
komponen kesehatan lansia lainnya. Selain itu, diharapkan adanya pembuat
program seperti senam rutin yang boleh diadakan pihak yayasan agar aktivitas
lansia bisa semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA
Siswoyowati, I. (2011) ‘Pengaruh latihan range of motion (rom) aktif terhadap
fleksibilitas sendi lutut pada lansia di desa leyangan kecamatan ungaran
timur kabupaten semarang’, pp. 1–12.
Ivan, I. and Simarmata, J. (2021) ‘Oleh : Imanuel Ivan Jesmar Simarmata
180100201’.
Pengaruh PMA, PMDN, TK, dan I. (2020) ‘No Analisis struktur kovarians indikator
terkait kesehatan pada lansia di rumah dengan fokus pada kesehatan
subjektif Title’, 2507(February), pp. 1–9.
Purnama, H. and Suhada, T. (2019) ‘Tingkat Aktivitas Fisik Pada Lansia Di Provinsi
Jawa Barat, Indonesia’, Jurnal Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nursing Journal), 5(2), pp. 102–106. doi:
10.33755/jkk.v5i2.145.
Wulan Purnama Sari (2018) ‘Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi’, Prevalensi Penggunaan Obat Anti-
Inflamasi Non-Steroid (Oains) Pereda Dismenore Di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang, p. 56.
Autoridad Nacional del Servicio Civil (2021) ‘No Title No Title No
Title’,Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., pp.
2013–2015.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Fleksibilitas pada Lansia|


79
Nur Arfadilah , Ita Rini, H

Anda mungkin juga menyukai