M DENGAN GANGGUAN
MOBILITAS FISIKDI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH
PEKANBARU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut badan kesehatan dunia (World Health Orgazation) lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia dan ditandai oleh gagalnya seseorang untuk mempertahankan
kesetimbangan kesehatan dan kondisi stress fisiologinya, lansia juga berkaitan dengan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998, yang dimaksud dengan lanjut usia
adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang
secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi
mampu berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Menurut Depkes RI 2007
rata-rata usia harapan hidup tertinggi adalah di Jepang yaitu 80,93 tahun (pria 77,63 tahun
dan wanita 84,41 tahun), Amerika Serikat 77,14 tahun (pria 74,37 tahun dan wanita 80,05
tahun), sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) perkiraan lansia di Indonesia
yang berusia lebih dari 65 tahun sebanyak 7,18% pada tahun 2000 dan diperkirakan naik
menjadi 8,5% pada tahun 2020 penduduk lansia di Indonesia sebanyak 28,8 juta atau
Lanjut usia (Lansia) adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu,
pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Darmojo, 2004).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua adalah proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan dimana pada proses menua fungsi tubuh akan mengalami
penurunan dikarenakan berkurangnya atau rusaknya sel-sel yang ada di dalam tubuh.
Proses penuaan ini akan terjadi apabila seseorang telah melewati tahap dewasa akhir.
Seiring dengan proses menua maka tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
menyerang fisik lansia, termasuk menyerang system musculoskeletal pada lansia, yang
membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis
(Rhosma, 2014).
Pada proses degeneratif biasanya terjadi penurunan produksi cairan synovial pada
persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan ligamentum
menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan (fleksibilitas), sehingga mengurangi
ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen, kapsul sendi dan fasia yang mengalami
Keterbatasan gerak dan berkurangnya aktivitas fisik pada sendi menurut Tortora &
kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Gangguan mobilitas didefinisikan secara luas
sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas normal. Gangguan mobilitas sering
sekali terjadi pada lansia. Sebagian besar lansia mengalami gangguan mobilitas dengan
bermacam-macam penyebab (Zein, 2015). Akibat dari gangguan mobilitas pada lansia
akan mempengaruhi kemampuan untuk tetap beraktivitas. Gangguan mobilitas fisik yang
menurunnya kekuatan dan tenaga yang biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi
gemetar pada tangan, kepala dan rahang bawah dan umumnya disebabkan oleh adanya
lansia yang mengalami hambatan mobilitas fisik dengan melakukan pengkajian aspek
adalah mengajarkan cara penggunaan alat bantu jalan, membantu dalam ambulasi klien,
mengajarkan cara melakukan latihan rentang gerak untuk mempertahankan kekuatan otot
sosial sebagai bagian dari pembangunan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah
kota Pekanbaru berdasarkan program yang ditentukan yaitu mereka yang telah berusia 60
tahun atau lebih dimana kondisinya terlantar, baik karena punya keluarga maupun lansia
yang tidak diurus oleh keluarganya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
didapatkan jumlah jumlah lansia di PSTW berjumlah 65 orang, dari data berdasarkan
survey awal tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan ketua panti dan pengasuh
mempelajari dan mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. M dengan masalah
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
konsep dan teori yang didapatkan selama proses pendidikan profesi ners.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian data pada lansia yang menderita gangguan mobilitas fisik.
fisik.
4) Melaksanakan implementasi keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilitas
fisik.
C. Rumusan Masalah
keperawatan pada Ny. M dengan gangguan mobilitas fisik di Panti Sosial Tresna
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya dengan
Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi antara
sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010). Mobilisasi adalah suatu kondisi
Jadi mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mandiri.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari
Gangguan Mobilitas atau Imobilitas merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015).
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami
atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan
penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang
kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik, klien
dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau
traksi), dan pembatasan gerakan volunter, atau gangguan fungsi motorik dan rangka
2.2 Etiologi
Imobilisasi dapat disebabkan oleh trauma dan kondisi patologis Osteoartritis juga
merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat
seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga
orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun di rumah
sakit.
a. Gaya hidup.
b. Proses penyakit/cedara.
c. Kebudayaan.
d. Tingkat energy.
f. Kondisi patologik.
g. Ketidakmampuan.
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu :
c. Kekakuan sendi.
d. Kontraktur.
e. Gangguan muskuloskletal.
f. Gangguan neuromuscular.
2.3 Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam imobilisasi dan antara lain:
a. Imobilisasi fisik, ketidakmampuan bergerak secara fisik karena terjadi gangguan pada
system neuro dan muskoloskeletal secara langsung maupun komplikasi dari penyakit.
Imobilitas fisik juga merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
Contohnya keadaan stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika
seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang
paling dicintai.
sebelum sakit).
Pergerakan gemetar.
Ketidakstabilan postur.
Pergerakan lambat.
1) Subjektif : nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat
bergerak.
2) Objektif : sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerak terbatas, fisik lemah
tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
3) Mengkaji system persendian : Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,
selangkah.
tulang.
terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau
9) Pemeriksaan Laboratorium:
Hb↓ pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT
2.7 Penatalaksanaan
1) Pencegahan Primer
ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal, perilaku gaya hidup tertentu
(misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk) depresi gangguan tidur,
termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang
tidak mendukung.
dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek
latihan.
Aktivitas sat ini dan respon fisiologis denyut nadsi sebelum, selama dan
khusus)
akan berhasil)
c. Keamanan
klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien
untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat
berasal dri suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut
3) Pencegahan tersier
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi,
dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-
teman.
2.8 Komplikasi
1) Pembekuan darah.
pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan
2) Dekubitus.
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit bila
3) Pneumonia.
Pasien stroke non hemoragik tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
pneumonia.
a) Disritmia.
b) Peningkatan tekanan intra cranial.
c) Kontraktur.
d) Gagal nafas.
a. Diagnosa Keperawatan
b. Intervensi
Diagnosa NIC
No NOC
Keperawatan
1 Hambatan NOC Label : Body Mechanics NIC Label Exercise Therapy:
mobilitas fisik Performance Joint Mobility
berhubungan
dengan intoleransi Setelah dilakukan asuhan Kaji keterbatasan gerak sendi
aktivitas ditandai keperawatan ...x24 jam Kaji motivasi klien untuk
dengan diharapkan pasien dapat tetap mempertahankan pergerakan
keterbatasan mempertahankan pergerakannya, sendi
kemampuan dengan criteria: Jelaskan alasan/rasional
melakukan pemberian latihan kepada
Menggunakan posisi duduk
keterampilan pasien/ keluarga
yang benar
motorik kasar dan Mempertahankan kekuatan otot Monitor lokasi
keterbatasan ketidaknyamanan atau nyeri
Mempertahankan fleksibilitas
rentang gerak selama aktivitas
sendi
sendi Lindungi pasien dari cedera
selama latihan
Bantu klien ke posisi yang
optimal untuk latihan rentang
gerak
Anjurkan klien untuk
melakukan latihan range of
motion secara aktif jika
memungkinkan
Anjurkan untuk melakukan
range of motion pasif jika
diindikasikan
Beri reinforcement positif
setiap kemajuan klien
2 Defisit perawatan Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
diri : mandi Living (ADLs) Monitor kemempuan klien
berhubungan untuk perawatan diri yang
dengan gangguan Setelah dilakukan tindakan mandiri.
neuromuskular keperawatan selama1 x 24 Jam, Monitor kebutuhan klien
ditandai dengan defisit perawatan diri tidak untuk alat-alat bantu untuk
ketidakmampuan terjadi dengan kriteria hasil: kebersihan diri, berpakaian,
untuk meakukan berhias, toileting dan makan.
Klien terbebas dari bau badan.
pembersihan Sediakan bantuan sampai
tubuh. Menyatakan kenyamanan
klien mampu secara utuh
terhadap kemampuan untuk
untuk melakukan self-care.
melakukan ADLs.
Dorong klien untuk
Dapat melakukan ADLS
melakukan aktivitas sehari-
dengan bantuan
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
3 Resiko jatuh Trauma Risk For Fall Preventation
berhubungan Injury risk for Mengidentifikasi deficit
denganpenurunan kognitif atau fisik pasien
ekstremitas bawah Setelah dilakukan tindakan yang dapat meningkatkan
keperawatanresiko jatuh tidak potensi jatuh dalam
terjadi dengan kriteria hasil: lingkungan tertentu
Mengidentifikasi perilaku
Keseimbangan : kemampuan dan factor yang
untuk mempertahankan mempengaruhi resiko jatuh
ekuilibrium Mengidentifikasi
Gerakan terkoordinasi : karakteristik lingkungan yang
kemampuan otot untuk dapat meningkatkan potensi
bekerjasama secara volunteer untuk jatuh (misalnya lantai
untuk melakukan gerakan yang yang licin, dan tangga
bertujuan terbuka)
Perilaku pencegahan jatuh : Sarankan perubahan dalam
tindakan individu atau pemberi gaya berjalan kepada pasien
asuhan untuk meminimalkan Mendorong pasien untuk
factor resiko yang dapat menggunakan tongkat atau
memicu jatuh dilingkungan alat pembantu berjalan
individu Kuci roda dari kursi roda,
Kejadian jatuh : tidak ada tempat tidur, atau brankar
kejadian jatuh selama transfer pasien
Pengetahuan : pemahaman Tempat artikel mudah
Pencegahan jatuh pengetahuan dijangkau dari pasien
: keselamatan anak fiaik Ajarkan pasien bagaimana
Pengetahuan : keamanan jatuh untuk meminimalkan
pribadi cedera
Pelanggaran perlindungan Memantau kemampuan untuk
tingkat kebingungan akut mentransfer dari tempat tidur
Tingkat agitasi ke kursi dan demikian pula
Komunitas pengendalian sebaliknya
resiko: kekerasan Gunakan teknik yang tepat
Komunitas tingkat kekerasan untuk mentrasfer pasien ke
Gerakan terkoordinasi dan dari kursi roda, tempat
Kecenderungan risiko pelarian tidur, toilet, dan sebagainya
untuk kawin Menyediakan toilet
Kejadian terjun ditinggikan untuk
Mengasuh keselamatan fisik memudahkan transfer
remaja Menyediakan kursi dari
Mengasuh bayi/balita ketinggian yang tepat,
keselamatan fisik dengan sandaran dan
Perilaku keselamatan pribadi sandaran tangan untuk
Keperahan cedera fisik memudahkan transfer
Pengendalian resiko Menyediakan tempat tidur
kasur dengan tepi yang erat
Pengendalian resiko :
untuk memudahkan transfer
penggunaan alcohol, narkoba
Gunakan rel sisi panjang
Pengendalian resiko :
yang sesuai dan tinggi untuk
pencahayaan, sinar matahari
mencegah jatuh dari tempat
Deteksi resiko
tidur, sesuai kebutuhan
Lingjungan rumah aman
Memberikan pasien
Aman berkeliaran
tergantung dengan sarana
Zat penarikan keparahan
bantuanpemanggilan
Integritas jaringan : kulit dan
(misalnya, bel atau cahaya
membran mukosa
panggilan) ketika pengasuh
Perilaku kepatuhan visi tidak hadir
Membantu ke toilet
seringkali,intervalval
dijadwalkan
Menandai ambang pintu dan
tepi langkah, sesuai
kebutuhan
Hapus dataran rendah
perabotan (misalnya tumpuan
dan tebal) yang menimbulkan
bahaya tersandung
Hindari kekcauan pada
permukaan lantai
Memberikan pencahayaan
yang memadai untuk
meningkatkan visibilitas
Menyediakan lampu malam
di samping tempat tidur
Menyediakan pegangan
tangan terlibat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama : Ny. M
Suku : Minang
Agama : Islam
Status : Menikah
KET: = Laki
= Perempuan
X = Meninggal
=Klien
Kedua orang tua dari klien sudah meninggal dunia, klien memiliki Sembilan bersaudara
dua diantara saudara laki-lakinya meninggal. klien memiliki tiga orang anak, diantaranya
dua orang perempuan dan satu orang anak laki-laki. Anak laki-lakinya atau yang paling
bungsu adalah profesi seorang wartawan dan dialah yang selalu memberinya uang.
3.3 RIWAYAT HIDUP
Umur : 79 Tahun
Pekerjaan :-
Anak-Anak : 3 Orang
Klien tinggal di PSTW bersama suaminya, tempat tinggal klien berupa wisma yang
didalamnya hanya terdapat ruang tamu, kamar, dan kamar mandi. Ruang tamu juga
b. Jumlah kamar
Dalam wisma yang ditempati klien terdapat 6 kamar tidur. Dimana klien berada disatu
c. Penghuni rumah
Dalam rumah yang ditempati oleh klien terdapat 5 orang penghuni kamar dan 1 orang
d. Derajat privacy
Ruangan yang ditempati oleh klien memiliki derajat privacy yang baik, yakni adanya
e. Tetangga
Klien tinggal di PSTW yang terdiri dari wisma-wisma, dimana di sebelah kiri wisma
klien adalah wisma melati yang terdiri dari 6 penghun. Klien dengan tetangganya hidup
damai dimana sebagian mau berkunjung ke tempat tinggal klien dan saling
3.6 REKREASI
a. Hobi
Sebelumnya klien memiliki hobi menyulam, namun sejak sulit untuk beraktivitas, klien
Hari minggu:
Pukul 08.00 s/d 12.00 klien selalu ingin mengobrol dengan orang yang menemaninya.
Klien mandi dan membersihkan badan dikamar yang dibantu oleh suaminya. Klien BAB
di kamar mandi dengan kursi roda, klien juga mau mengikuti atau menghadiri acara
donator di aula.
a. Keluhan utama
Klien tidak memilki penyakit keturunan atau menular, klien saat ini mengeluh nyeri
pada pinggangnya karena sebelumnya klien pernah jatuh di kamar mandi. Sejak jatuh
klien hanya terbaring di tempat tidur tidak dapat beraktivitas. Saat berpindah ke kursi
roda klien harus dibantu orang lain. Di area kedua kaki tidak ada nyeri, namun kaki
terasa lemah, karena lama terbaring di tempat tidur / tidak ada metilisasi.
R = Pinggang.
S = Saat diam / baring tanpa aktivitas nyeri dengan skala 0-1 saat merubah posisi skala
nyeri = H-5 pada posisi berdiri tegak tanpa menggoyang kaki dipegangi skala 1-2.
Klien bisa menerima dalam menjalani proses penuannya, walaupun sesekali klien
menangis saat bercerita tentang kesulitannya untuk beraktivitas dan tentang anak-anak
nya. Meski demikian klien tetap merasa senang karena selalu ada suaminya disisinya,
sehingga klien selalu tampak bersemangat saat bercerita tentang pengalaman masa
lalunya.
Klien tidak ada menderita sakit yang lain kecuali sakit pada punggungnya dan sesekali
c. Trauma
Klien pernah mengalami jatuh di kamar mandi dan sejak saat itu klien tidak bisa
beraktivitas.
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit serius, baik
3.11 TERAPI
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik itu dari obat, makanan, dll
3.13 NUTRISI
- Jenis makanan klien adalah nasi biasa dengan lauk dan sayur.
- Klien mengatakan tidak ada penurunan BB secara banyak, +/- hanya 1-2 kg saja.
- Frekuensi makanan = klien hanya makan setangah porsi dari yang disediakan
c. Breating
Inspeksi = bentuk dada simetris, tidak ada alat bantu nafas (spontan).
Palpasi = vocal premitus sama ka/ki, tidak terata adanya massa tidak ada nyeri dada.
Auskultasi = vesikuler.
d. Bledding (kardiovaskuler)
Palpasi = ictus cordis terata di kanan ics 2 digaris parasetamol, kiri ics 2 , ics 4 dan ics
5 di garis midelavikula.
Perkusi = Redup
e. Brain
GCS = 15
Daya ingat klien masih baik, pusing atau sakit kepala tidak ada.
f. Bladder
Kandung kemih tidak ada masalah, klien tidak pasang katater, klien memakai pampers.
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat, kekamar kecil,
berpakaian, dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu dari fungsi tersebut
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu dari fungsi tersebut
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu dari fungsi tersebut
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu dari fungsi tersebut
G Ketergantungan pada kelima fungsi tersebut
Klasifikasi:
E : Mandiri kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain
F : Mandiri kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toielt dan 1 fungsi lain
G : Tergantung 6 fungsi
Klien termasuk dalam kategori G dimana klien ketergantungan dalam hal mandi,
SKORE URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
DS:
Klien mengatakan susah/tidak
bisa duduk sendiri,
Klien mengtakan semua
aktivitasnya dibantu keluarga
dan pramulansia,
Klien mengatakan
pinggangnyaa nyeri saat
merubah posisi.
3) Resiko jatuh
3.21 INTERVENSI
DIAGNOSA
NO NIC NOC
KEPERAWATAN
1 Gangguan mobilitas fisik NOC Label : Body Mechanics NIC Label Exercise
berhubungan dengan Performance Therapy: Joint Mobility
kelemahan, nyeri Setelah dilakukan asuhan Kaji keterbatasan gerak
keperawatan diharapkan pasien sendi
dapat tetap mempertahankan Kaji motivasi klien
pergerakannya, dengan criteria: untuk mempertahankan
Menggunakan posisi duduk pergerakan sendi
yang benar Jelaskan alasan/rasional
Mempertahankan kekuatan pemberian latihan
otot kepada pasien/ keluarga
Mempertahankan Monitor lokasi
fleksibilitas sendi ketidaknyamanan atau
nyeri selama aktivitas
Lindungi pasien dari
cedera selama latihan
Bantu klien ke posisi
yang optimal untuk
latihan rentang gerak
Anjurkan klien untuk
melakukan latihan
range of motion secara
aktif jika
memungkinkan
Anjurkan untuk
melakukan range of
motion pasif jika
diindikasikan
Beri reinforcement
positif setiap kemajuan
klien
2 Defisit perawatan diri Self care : Activity of Daily Self Care assistane :
berhubungan dengan Living (ADLs) ADLs
kelemahan Monitor kemempuan
Setelah dilakukan tindakan
klien untuk perawatan
keperawatandiharapkan defisit
diri yang mandiri.
perawatan diri pasien tidak
Monitor kebutuhan
terjadi dengan kriteria hasil:
klien untuk alat-alat
bantu untuk kebersihan
Klien terbebas dari bau
diri, berpakaian,
badan.
berhias, toileting dan
Menyatakan kenyamanan
makan.
terhadap kemampuan untuk
Sediakan bantuan
melakukan ADLs.
sampai klien mampu
Dapat melakukan ADLS
secara utuh untuk
dengan bantuan
melakukan self-care.
Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan
yang dimiliki.
Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
3 Resiko jatuh Trauma Risk For Fall Preventation
berhubungan dengan Injury risk for Mengidentifikasi
penurunan ekstremitas deficit kognitif atau
Setelah dilakukan tindakan
bawah fisik pasien yang
keperawatanresiko jatuh tidak
dapat meningkatkan
terjadi dengan kriteria hasil:
potensi jatuh dalam
lingkungan tertentu
Keseimbangan :
Mengidentifikasi
kemampuan untuk
perilaku dan factor
mempertahankan
yang mempengaruhi
ekuilibrium
resiko jatuh
Gerakan terkoordinasi :
Mengidentifikasi
kemampuan otot untuk
karakteristik
bekerjasama secara
lingkungan yang
volunteer untuk melakukan
dapat meningkatkan
gerakan yang bertujuan
potensi untuk jatuh
Perilaku pencegahan jatuh :
(misalnya lantai yang
tindakan individu atau licin, dan tangga
pemberi asuhan untuk terbuka)
meminimalkan factor resiko Sarankan perubahan
yang dapat memicu jatuh dalam gaya berjalan
dilingkungan individu kepada pasien
Kejadian jatuh : tidak ada Mendorong pasien
kejadian jatuh untuk menggunakan
Pengetahuan : pemahaman tongkat atau alat
Pencegahan jatuh pembantu berjalan
pengetahuan : keselamatan Kuci roda dari kursi
anak fiaik roda, tempat tidur,
Pengetahuan : keamanan atau brankar selama
pribadi transfer pasien
Pelanggaran perlindungan Tempat artikel mudah
tingkat kebingungan akut dijangkau dari pasien
Tingkat agitasi Ajarkan pasien
Komunitas pengendalian bagaimana jatuh
resiko: kekerasan untuk meminimalkan
Komunitas tingkat cedera
kekerasan Memantau
Gerakan terkoordinasi kemampuan untuk
Kecenderungan risiko mentransfer dari
pelarian untuk kawin tempat tidur ke kursi
P:
Intervensi
dilanjutkan
sesuai
Implementasi
A:
Masalah deficit
perawatan diri
belum teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
sesuai
implementasi
O:
Klien tampak
terbaring di
tempat tidur
tanpa
pengaman
Kekuatan
ekstremitas
bawah 445
544
A:
Masalah jatuh
tidak terjadi
P:
Intervensi
dilanjutkan
sesuai
implementasi
O:
Posisi klien
tampak sama
setiap hari
Kesulitan
merubah
posisi
Kedua kaki
klien tampak
mulai lemah
Keterbatasan
motorik
kasar dan
halus
Keterbatasan
ROM
A:
Masalah
gangguan
mobilitas fisik
belum teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
sesuai
Implementasi
O:
Indeks Katz =
6
Klien tidak
dapat kekamar
mandi secara
mandiri
Klien tidak
bisa duduk
untuk makan
A:
Masalah deficit
perawatan diri
belum teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
sesuai
implementasi
O:
Klien tampak
terbaring di
tempat tidur
tanpa
pengaman
Kekuatan
ekstremitas
bawah 445
544
A:
Masalah jatuh
tidak terjadi
P:
Intervensi
dilanjutkan
sesuai
implementasi
BAB IV
PEMBAHASAN
implementasi dan evaluasi. Penulis melakukan tahap pengkajian antara lain: Identitas klien,
riwayat keperawatan, keluhan utama, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk
dan dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Berdasarkan pengkajian
yang dilakukan pada Ny. M didapatkan data bahwa masalah utama Ny.M adalah gangguan
mobilitas fisik hal ini dibuktikan dengan data yangdiperoleh saat pengkajian klien mengatakan
susah/tidak bisa duduk sendiri, klien mengtakan semua aktivitasnya dibantu keluarga dan
fisik yang dialami Ny. M meyebabkan aktifitas kesehariannya dilakukan diatas tempat tidur
mulai dari makan, minum toileting dll sehingga muncul diagnosa defisit perawatan diri dan
Sedangkan pada teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalahnyeri akut
perfusi jaringan, resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi
A. Kesimpulan
dengan kelemahan, defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan resiko
fisik belum sesuai dengan kriteria hasil yaitu sehingga masalah belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan. Kemudian masalah yang kedua defisit perawatan diri setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam klien belum mampu melakukan
aktivitas secara mandiri sehingga masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.
Untuk masalah ketiga resiko jatuh setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24
jam klien masih berisiko untuk jatuh sehingga masalah belum teratasi dan intervensi
dilanjutkan.
B. Saran
mobilitas fisik atas bantuan berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan bagi :
a. Klien
Klien dapat melakukan latihan mobilisasi secara mandiri dan lebih kooperatif.
proses penyembuhan.
c. Penulis selanjutnya
Untuk penulis selanjutnya yang tertarik dengan kasus gangguan mobilitas fisik
mampu melakukan pengkajian yang lebih spesifik sehingga semua masalah klien
bisa teratasi.
d. Perawat
Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan gangguan
mobilisasi maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses dan
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
Prima Medika.