Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Keseimbangan Fisik dan Kekuatan Otot Terhadap Resiko Jatuh Pada

Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2018

sirna 1), Pembimbing 12), Pembimbing 23)


1
) Mahasiswa Program Studi Kebidanan STIKes Fort De Kock Bukittinggi,
Email :
2
) Dosen Program Studi Ilmu Kebidanan STIKes Fort De Kock Bukittinggi,
Email :
3
) Dosen Program Studi Ilmu Kebidanan STIKes Fort De Kock Bukittinggi,
Email :

ABSTRACT

Proses menua dianggap sebagai suatu proses normal dan tidak selalu menyebabkan
gangguan fungsi organ atau penyakit. Berbagai seperti faktor genetik, gaya hidup, dan
lingkungan mungkin ebih besar perannya dalam mengakibatkan gangguan fungsi, daripada
penambahan usia itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat “Hubungan
Keseimbangan Fisik Dan Kekuatan Otot Terhadap Resiko Jatuh Pada Lansia Di Pstw Kasih
Ibu Batusangkar Tahun 2018”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif Analitik
yaitu penelitian yang menguraikan adanya hubungan antara dua variabel dengan pendekatan
Cross Sectional Study untuk melihat hubungan variabel independen dan variabel dependen.
Populasi penelitian ini adalah 70 orang lansia yang ada di PSTW Kasih Ibu Batusangkar
Tahun 2018. Dengan metode tola sampling Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70
orang lansia. Pengumpulan data pada penelitian ini meggunakan observasi dengan analisa
univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian terdapat sebanyak 49 dari 70 orang responden
dengan tidak ada keseimbangan fisik. Terdapat sebanyak 43 (87,8%) responden resiko jatuh
tinggi, dan 6 (12,2%) responden dengan resiko jatuh rendah. Terdapat sebanyak 21 dari 70
orang responden dengan ada keseimbangan fisik. Terdapat sebanyak 12 (57,1%) responden
resiko jatuh tinggi, dan 9 (42,9%) responden dengan resiko jatuh rendah. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p value = 0,009 (p<α). Dan terdapat sebanyak 57 dari 70 orang responden
dengan kekuatan otot tidak kuat. Terdapat sebanyak 48 (84%) responden resiko jatuh tinggi,
dan 9 (15,8%) responden dengan resiko jatuh rendah. Terdapat sebanyak 13 dari 70 orang
responden dengan kekuatan otot kuat. Terdapat sebanyak 7 (53,8%) responden resiko jatuh
tinggi, dan 6 (46,2%) responden dengan resiko jatuh rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p value = 0,026 (p<α). Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi lansia melalui
keterlibatan mereka dalam mengikuti panduan yang diberikan sehingga terjadi perubahan
perilaku (dengan peningkatan kognitif, afektif, serta psikomotor) dalam upaya meningkatkan
keseimbangan fisik dan kekuatan otot dengan resiko jatuh.

Kata Kunci : Lansia, Keseimbangan Fisik, Kekuatan Otot, Resiko Jatuh

PENDAHULUAN proses menurunnya daya tahan tubuh dalam


Menurut WHO tentang kesejahteraan menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang tubuh yang berakhir dengan kematian
menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah (Padila, 2013). Jumlah penduduk usia lanjut
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu pada tahun 2015 adalah sebanyak 900 juta
penyakit, akan tetapi merupakan proses yang jiwa. Jumlah ini setara dengan 12% dari
berangsur angsur mengakibatkan perubahan jumlah penduduk dunia. Sementara itu di
yang kumulatif, merupakan Asia, terdapat sejumlah 508 juta penduduk
berusia lanjut. Angka ini menunjukkan

1
bahwa jumlah penduduk lanjut usia di Asia sendi, kekakuan dan nyeri pada sendi (Uda et
menyumbang lebih dari setengah jumlah al, 2016).
lansia di seluruh dunia. (United Nations, Kekuatan otot adalah tenaga
2015) kontraksi otot yang dicapai dalam sekali
Di Indonesia batasan usia lanjut usaha maksimal. Usaha maksimal ini
adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam UU dilakukan oleh otot atau sekelompok otot
No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan untuk mengatasi suatu tahanan. Kekuatan
lanjut usia. Menurut UU tersebut diatas otot secara umum adalah kekuatan sistem
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai otot secara keseluruhan dalam mengatasi
usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun suatu tahanan.
wanita (Padila, 2013. p.6). Jumlah lansia di Selain perubahan fisiologis, lansia
Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan juga mengalami perubahan morfologis salah
menjadi 11,34%. Menurut data BPS tahun satunya adalah perubahan morfologis pada
2015 presentase estimasi penduduk lansia di otot. Dampak perubahan morfologis otot
Indonesia sebanyak 8,5%. Provinsi dengan adalah penurunan kekuatan otot, penurunan
presentase lansia tertinggi adalah DI fleksibilitas, dan penurunan kemampuan
Yogyakarta (13,4%) dan terendah adalah fungsional otot. Kekuatan otot pada lansia
Papua (2,8%). Peningkatan proporsi jumlah akan berkurang sebanyak 10-15% tiap
lansia tersebut perlu mendapatkan perhatian minggunya dan sebanyak 5,5% dapat hilang
karena kelompok lansia merupakan setiap hari pada kondisi istirahat dan
kelompok beresiko tinggi yang mengalami mobilitas sepenuhnya. Dan dapat
berbagai masalah kesehatan khususnya menyebabkan gangguan pada keseimbangan
penyakit degeratif (Kemenkes RI, 2015). tubuh (Stanley & Beare, 2007, p. 157).
Di Sumatera Barat, berdasarkan hasil Keseimbangan adalah kemampuan
sensus penduduk pada tahun 2014 jumlah untuk mempertahankan proyeksi pusat tubuh
penduduk lanjut usia adalah 5.131.882 jiwa, pada landasan penunjang baik saat berdiri,
sedangkan pada tahun 2015 terdapat duduk, transit dan berjalan. Keseimbangn
5.196.370 jiwa penduduk dengan laju juga merupakan kemampuan bereaksi secara
pertumbuhan penduduk per tahunnya adalah cepat dan efisiensi untuk menjaga stabilitas
1.26% dengan angka tertinggi di Padang postural sebelum,selama dan setelah
yaitu 902.413 jiwa penduduk (BPS, 2015) pergerakan serta dalaam berespon terhadap
Penurunan fungsi dan kemampuan gangguan eksternaal. Keseimbangan
tubuh pada lansia akan menurun begitu pula dipertahankan oleh integrasi yang dinamik
dengan kekuatan otot akan menurun seiring dari faktor internal dan eksternal yang
dengan pertambahan usia. Pada seorang melibatkan lingkungan (Gribble & Hertel,
lanjut usia akan membawa perubahan yang 2004 dalam catin, 2008 ).
menyeluruh pada fisiknya yang berkaitan Berdasarkan survey awal yang
dengan menurunnya kemampuan jaringan dilakukan peneliti pada tanggal 20 Desember
tubuh terutama pada fungsi fisiologis dalam 2017. Didapatkan data bahwa jumlah lansia
sistem musculoskeletal dan system yang ada di PSTW Kasih Sayang Ibu
neurologis (Padila, 2013, p.56). Batusangkar sebanyak 70 orang yaitu 45
Perubahan normal akibat penuaan ini orang lansia laki-laki dan 25 orang lansia
paling jelas terlihat pada sistem perempuan.
muskuloskeletal berupa penurunan otot Menurut penelitian yang dilakukan
secara keseluruhan pada usia 80 tahun oleh Eko Supriyanto pada tahun 2015
mencapai 30% sampai 50%. Hambatan tentang “Aktifitas Fisik Keseimbangan Guna
mobillitas yang diakibatkan oleh perubahan Mengurangi Resiko Jatuh Pada Lansia”
patologis pada sistem muskuloskeletal menyatakan bahwa program latihan fisik
berupa penurunan kekuatan dan ketangkasan keseimbangan atau olahraga yang
otot, kontraktur yang membatasi mobilitas mengandung unsur keseimbangan seperti

2
berenang, senam, taichi dll, dapat dan lingkup gerak sendi. Dengan latihan
mengurangi resiko jatuh dari lansia, sehingga jalan tandem ini lansia dapat secara visual
kemungkinan terjadinya cidera, fraktur (melihat kedepan dan memperluas
bahkan kematian bisa diminimalisir dan pandangan supaya tetap melakukan jalan
harapan hidup atau kesehatan lansia tetap tandem pada garisnya), secara proprioseptif
terjaga. yang berperan pada somatosensoris dan
Sedangkan penelitian yang dilakukan vestibular, mempertahankan posisi tubuh
oleh Muthiah dan Parahitha dari Fakultas tetap tegak selama berjalan, serta melakukan
Fisioterapi Universitas Esa Unggul pada pola jalan yang benar. Sehingga pada
tahun 2014 yang berjudul “Pemberian pengukuran TUG, semakin cepat berjalannya
Latihan Pada Lansia Dapat Meningkatkan semakin baik keseimbangannya. Maka
Keseimbangan Dan Mengurangi Resiko semakin baik keseimbangan maka resiko
Jatuh Lansia” mengemukakan bahwa jatuh juga menurun.
keseimbangan dipengaruhi oleh komponen- Tujuan penelitian ini adalah untuk
komponen keseimbangan yaitu sistem mengetahui Hubungan Keseimbangan Fisik
informasi sensori (meliputi visual, vestibular dan Kekuatan Otot terhadap Resiko Jatuh
dan somatosensoris), respon otot postural pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
yang sinergis, kekuatan otot, sistem adaptif, Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2018.
METODE PENELITIAN Populasi Sampel dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini menggunakan Desain 70 orang responden. Teknik yang digunakan
penelitian Deskriptif Analitik dengan dalam penentuan sampel untuk penelitian ini
rancangan Cross Sectional Study. Tempat quota Sampling Alat yang digunakan dalam
penelitian ini dilakukan di Panti Sosial penelitian ini menggunakan: kuesioner dan
Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu angket
Batusangkar Tahun 2018. Penelitian ini telah
dilakukan Penelitian ini telah dilakukan pada
tanggal 27 sampai 30 Agustus 2018.
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi Keseimbangan Fisik Pada Lansia Di PSTW Kasih Ibu
Batusangkar tahun 2018
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Keseimbangan Fisik Pada Lansia Di PSTW Kasih Ibu
Batusangkar tahun 2018

Keseimbangan Fisik Frekuensi (f) Persentase (%)


Tidak Seimbang 42 60
Seimbang 28 40
Total 70 100

Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan tidak seimbang, dan 28 orang (40%)


bahwa lebih dari separoh 42 orang responden dengan keseimbangan fisik
(60%) responden keseimbangan fisik seimbang.
b. Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Pada Lansia Di PSTW Kasih Ibu Batusangkar
tahun 2018
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Pada Lansia Di PSTW Kasih Ibu
Batusangkar tahun 2018

Kekuatan Otot Frekuensi (f) Persentase (%)

3
Tidak Kuat 36 51,4
Kuat 34 48,6
Total 70 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan kuat, dan 34 orang (48,6%) responden


bahwa lebih dari separoh 36 orang dengan kekuatan ototnya kuat.
(51,4%) responden kekuatan otot tidak
c. Distribusi Frekuensi Resiko Jatuh Pada Lansia Di PSTW Kasih Ibu Batusangkar
tahun 2018
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Resiko Jatuh Pada Lansia Di PSTW Kasih Ibu Batusangkar
tahun 2018

Resiko Jatuh Frekuensi (f) Persentase (%)


Resiko Tinggi 33 47,1
Resiko Rendah 37 52,9
Total 70 100

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan dan 33 orang (47,1%) responden resiko


bahwa lebih dari separoh 37 orang jatuh rendah.
(52,9%) responden resiko jatuh tinggi,
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Keseimbangan Fisik Dengan Resiko Jatuh Pada Lansia Di PSTW Kasih
Ibu Batusangkar Tahun 2018

Tabel 4
Hubungan Keseimbangan Fisik Dengan Resiko Jatuh Pada Lansia Di PSTW
Kasih Ibu Batusangkar Tahun 2018

Resiko Jatuh
Resiko Resiko Total
Keseimbang p value OR
Tinggi Rendah
an Fisik
f % f % f %
Tidak
32 76,2 10 23,8 42 100
Seimbang
Seimbang 1 3,6 27 96,4 28 100 0,000 86,4
Total 33 47,1 37 52,9 70 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dijelaskan dengan ada keseimbangan fisik.


bahwa hubungan keseimbangan fisik Terdapat sebanyak 1 (3,6%) responden
dengan resiko jatuh pada lansia di resiko jatuh tinggi, dan 27 (96,4%)
PSTW Kasih Ibu Batusangkar Tahun responden dengan resiko jatuh rendah.
2018, terdapat sebanyak 42 dari 70 Hasil uji statistik diperoleh nilai p value
orang responden dengan tidak ada = 0,000 (p<α) maka dapat disimpulkan
keseimbangan fisik. Terdapat sebanyak adanya hubungan keseimbangan fisik
32 (76,2%) responden resiko jatuh dengan resiko jatuh pada lansia di
tinggi, dan 10 (23,8%) responden PSTW Kasih Ibu Batusangkar Tahun
dengan resiko jatuh rendah. Terdapat 2018. Didapatkan OR 86,4 maka dapat
sebanyak 28 dari 70 orang responden diartikan responden yang tidak memiliki

4
keseimbangan fisik beresiko 86,4 kali yang memiliki keseimbangan fisik.
untuk jatuh dibandingkan responden
b. Hubungan Kekuatan Otot Dengan Resiko Jatuh Pada Lansia Di PSTW Kasih Ibu
Batusangkar Tahun 2018

Tabel 5
Hubungan Kekuatan Otot Fisik Dengan Resiko Jatuh Pada Lansia Di PSTW
Kasih Ibu Batusangkar Tahun 2018

Resiko Jatuh
Resiko Resiko Total p
Kekuatan OR
Tinggi Rendah value
Otot
f % f % f %
Tidak Kuat 27 75 9 25 36 100
Kuat 6 17,6 28 82,4 34 100 0,000 14,00
Total 33 47,1 37 52,9 70 100

Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan resiko jatuh tinggi, dan 28 (82,4%)


bahwa hubungan kekuatan fisik dengan responden dengan resiko jatuh rendah.
resiko jatuh pada lansia di PSTW Kasih Hasil uji statistik diperoleh nilai p value
Ibu Batusangkar Tahun 2018, terdapat = 0,000 (p<α) maka dapat disimpulkan
sebanyak 36 dari 70 orang responden adanya hubungan kekuatan otot dengan
dengan kekuatan otot tidak kuat. resiko jatuh pada lansia di PSTW Kasih
Terdapat sebanyak 27 (75%) responden Ibu Batusangkar Tahun 2018.
resiko jatuh tinggi, dan 9 (25%) Didapatkan OR 14,00 maka dapat
responden dengan resiko jatuh rendah. diartikan responden yang tidak memiliki
Terdapat sebanyak 34 dari 70 orang kekuatan otot akan beresiko 14,00 kali
responden dengan kekuatan otot kuat. untuk jatuh dibandingkan responden
Terdapat sebanyak 6 (17,6%) responden yang memiliki kekuatan otot.
PEMBAHASAN 2003). Keseimbangan juga merupakan
1. Analisa Univariat bereaksi secara cepat dan efisien untuk
a. Distribusi Frekuensi Keseimbangan menjaga stabilitas postural sebelum,
Fisik Pada Lansia Di PSTW Kasih selama, dan setelah pergerakan serta
Ibu Batusangkar tahun 2018 dalam berespon terhadap gangguan
Berdasarkan tabel 5.1 dapat eksternal. Keseimbangan dipertahankan
dijelaskan bahwa lebih dari separoh 42 oleh integrasi yang dinamik dari faktor
orang (60%) responden keseimbangan internal dan eksternal yang melibatkan
fisik tidak seimbang, dan 28 orang lingkungan (Gribble & Hertel,2004
(40%) responden dengan keseimbangan dalam Cetin, 2008).
fisik seimbang. Menurut asumsi peneliti
Keseimbangan adalah keseimbangan fisik pada lansia sangat
kemampuan untuk mempertahankan dibutuhkan karena keseimbangan fisik
proyeksi pusat tubuh pada landasan bisa memberikan orang bisa berdiri
penunjang baik saat berdiri, duduk, tegak, karena adanya keseimbangan fisik
transit dan berjalan (Winter,1995 dalam yang baik. jika keseimbangan fisik
Howe , et al 2008). Keseimbangan di seorang responden baik maka dia akan
butuhkan untuk mempertahankan posisi terhindar dari resiko jatuh, jika
dan stabilitas ketika bergerak dari satu responden tersebut tidak memiliki
posisi ke posisi yang lain (Lee& Scudds, keseimbangan fisik maka akan beresiko

5
untuk jatuh. Keseimbangan ada dua tipe c. Distribusi Frekuensi Resiko Jatuh
yaitu keseimbangan statis dan Pada Lansia Di PSTW Kasih Ibu
keseimbangan dinamis. Keseimbangan Batusangkar tahun 2018
statis mempertahankan posisi yang tidak Berdasarkan tabel 5.3 dapat
bergerak atau berubah sedangkan dijelaskan bahwa lebih dari separoh 37
keseimbangan dinamis melibatkan orang (52,9%) responden resiko jatuh
control tubuh karena tubuh bergerak tinggi, dan 33 orang (47,1%) responden
dalam ruang, jika tidak adanya resiko jatuh rendah.
keseimbangan statis dan keseimbangan Jatuh merupakan masalah fisik
dinamis pada pasien maka akan beresiko yang sering dialami oleh lansia akibat
untuk jatuh, jika adanya keseimbangan proses penuaan (Pudjiastuti, 2003).
dari lansia maka lansia tersebut akan Jatuh dapat menggakibatkan trauma
bisa bergerak dan berjalan dengan serius, seperti nyeri, kelumpuhan bahkan
seimbang seperti biasa nya. kematian. Hal ini menimbulkan rasa
b. Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot takut dan hilangnya rasa percaya diri
Pada Lansia Di PSTW Kasih Ibu sehingga lansia membatasi aktivitasnya
Batusangkar tahun 2018 sehari-hari yang menyebabkan
Berdasarkan tabel 5.2 dapat menurunnya kualitas hidup pada lansia
dijelaskan bahwa lebih dari separoh 36 yang mengalaminya (Stocslager &
orang (51,4%) responden kekuatan otot Schaeffer, 2008). Untuk mengatasi
tidak kuat, dan 34 orang (48,6%) masalah akibat jatuh inilah diperlukan
responden dengan kekuatan ototnya penanganan yang sesuai untuk
kuat. mencegah kejadian jatuh. Jatuh dapat
Kekuatan otot adalah tenaga dicegah dengan melakukan penilaian
kontraksi otot yang dicapai dalam sekali terhadap gaya berjalan lansia (Stanley
usaha maksimal. Usaha maksimal ini dan bare, 2006).
dilakukan oleh otot secara umum adalah Menurut asumsi peneliti resiko
kekuatan sistem otot secara keseluruhan jatuh pada lansia terjadi karena tidak
dalam mengatasi suatu tahanan (Atmojo, adanya keseimbangan dari tubuh lansia
2008 : Mudrikhah, 2012). sehinggga terjadinya jatuh pada lansia.
Kekuatan otot adalah Jatuh dapat menggakibatkan trauma
kemampuan otot untuk menghasilkan serius, seperti nyeri, kelumpuhan bahkan
tegangan dan tenaga selama usaha kematian. Hal ini menimbulkan rasa
maksimal baik secara dinamis maupun takut dan hilangnya rasa percaya diri
statis atau dengan kata lain kekuatan otot sehingga lansia membatasi aktivitasnya
merupakan kemampuan maksimal otot sehari-hari yang menyebabkan
untuk berkontraksi (Bambang : Kurnia, menurunnya kualitas hidup pada lansia
2017, p.30). yang mengalaminya.
Menurut asumsi peneliti 2. Analisa Bivariat
kekuatan otot pada lansia kebanyakan a. Hubungan Keseimbangan Fisik
memiliki masalah pada kekuatan ototnya Dengan Resiko Jatuh Pada Lansia Di
karena kemungkinan disebabkan oleh PSTW Kasih Ibu Batusangkar Tahun
faktor umur yaitu dengan bertambahnya 2018
umur akan mengalami degeneratif pada Berdasarkan tabel 5.4 dapat
lansia sehingga yang dulunya memiliki dijelaskan bahwa hubungan
kekuatan otot normal, akan memiliki keseimbangan fisik dengan resiko jatuh
kekuatan otot yang tidak kuat lagi, pada lansia di PSTW Kasih Ibu
kerena masa tubuh tidak tertopang lagi Batusangkar Tahun 2018, terdapat
oleh kekuatan otot pada lansia. sebanyak 42 dari 70 orang responden
dengan tidak ada keseimbangan fisik.

6
Terdapat sebanyak 32 (76,2%) dapat dilakukan pada lingkup pekerjaan,
responden resiko jatuh tinggi, dan 10 waktu luang dan aktivitas rutin sehari-
(23,8%) responden dengan resiko jatuh hari (Pender, Murdaugh, &Person,
rendah. Terdapat sebanyak 28 dari 70 2001). Aktivitas fisik juga dapat terjadi
orang responden dengan ada dalam melakukan aktivitas seperti
keseimbangan fisik. Terdapat sebanyak pekerjaan rumah, berkebun, melakukan
1 (3,6%) responden resiko jatuh tinggi, hobi, rekreasi dan olahraga (Allender &
dan 27 (96,4%) responden dengan Spradley, 2001). Kategori aktivitas fisik
resiko jatuh rendah. Hasil uji statistik dibagi berdasarkan tipe, frekuensi,
diperoleh nilai p value = 0,000 (p<α) durasi, dan intensitas. Aktivitas fisik
maka dapat disimpulkan adanya dapat dilakukan dengan frekuensi 1-3
hubungan keseimbangan fisik dengan kai seminggu dan durasi 15-60 menit.
resiko jatuh pada lansia di PSTW Kasih Menurut asumsi peneliti tidak
Ibu Batusangkar Tahun 2018. adanya keseimbangan pada lansia akan
Didapatkan OR 86,4 maka dapat beresiko terjadinya resiko jatuh pada
diartikan responden yang tidak memiliki lansia karena tidak adanya pertahanan
keseimbangan fisik beresiko 86,4 kali dari tubuh lansia tersebut. keseimbangan
untuk jatuh dibandingkan responden fisik bisa kita lihat dari lansia berjalan,
yang memiliki keseimbangan fisik. jika lansia tidak memiliki keseimbangan
Keseimbangan adalah maka lansia tersebut akan mengalami
kemampuan untuk mempertahankan jatuh. Sedangkan adanya keseimbangan
proyeksi pusat tubuh pada landasan fisik pada lansia maka lansia tersebut
penunjang baik saat berdiri, duduk, akan beraktivitas layaknya seperti orang
transit dan berjalan (Winter,1995 dalam muda. Karena kunci dari kita berjalan
Howe , et al 2008). Keseimbangan di bekerja adalah keseimbangan dari tubuh
butuhkan untuk mempertahankan posisi atau fisik kita.
dan stabilitas ketika bergerak dari satu b. Hubungan Kekuatan Otot Dengan
posisi ke posisi yang lain (Lee& Scudds, Resiko Jatuh Pada Lansia Di PSTW
2003). Keseimbangan juga merupakan Kasih Ibu Batusangkar Tahun 2018
bereaksi secara cepat dan efisien untuk Berdasarkan tabel 5.5 dapat
menjaga stabilitas postural sebelum, dijelaskan bahwa hubungan kekuatan
selama, dan setelah pergerakan serta fisik dengan resiko jatuh pada lansia di
dalam berespon terhadap gangguan PSTW Kasih Ibu Batusangkar Tahun
eksternal. Keseimbangan dipertahankan 2018, terdapat sebanyak 36 dari 70
oleh integrasi yang dinamik dari faktor orang responden dengan kekuatan otot
internal dan eksternal yang melibatkan tidak kuat. Terdapat sebanyak 27 (75%)
lingkungan (Gribble & Hertel,2004 responden resiko jatuh tinggi, dan 9
dalam Cetin, 2008). Keseimbangan ada (25%) responden dengan resiko jatuh
dua tipe yaitu keseimbangan statis dan rendah. Terdapat sebanyak 34 dari 70
keseimbangan dinamis. Keseimbangan orang responden dengan kekuatan otot
statis mempertahankan posisi yang tidak kuat. Terdapat sebanyak 6 (17,6%)
bergerak atau berubah sedangkan responden resiko jatuh tinggi, dan 28
keseimbangan dinamis melibatkan (82,4%) responden dengan resiko jatuh
control tubuh karena tubuh bergerak rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai
dalam ruang (National Throws Coaches p value = 0,000 (p<α) maka dapat
Association).Aktivitas fisik merupakan disimpulkan adanya hubungan kekuatan
beberapa pergerakan tubuh yang otot dengan resiko jatuh pada lansia di
dibentuk dari otot-otot skeletal dan PSTW Kasih Ibu Batusangkar Tahun
menghasilkan pengeluaran energi yang 2018. Didapatkan OR 14,00 maka dapat
diekspresikan dengan kilokalori serta diartikan responden yang tidak memiliki

7
kekuatan otot akan beresiko 14,00 kali orang (47,1%) responden resiko
untuk jatuh dibandingkan responden jatuh rendah.
yang memiliki kekuatan otot 4. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
Kekuatan otot adalah tenaga value = 0,000 (p<α) maka dapat
kontraksi otot yang dicapai dalam sekali disimpulkan adanya hubungan
usaha maksimal. Usaha maksimal ini keseimbangan fisik dengan resiko
dilakukan oleh otot secara umum adalah jatuh pada lansia di PSTW Kasih Ibu
kekuatan sistem otot secara keseluruhan Batusangkar Tahun 2018.
dalam mengatasi suatu tahanan (Atmojo, 5. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
2008 : Mudrikhah, 2012). value = 0,000 (p<α) maka dapat
Kekuatan otot adalah disimpulkan adanya hubungan
kemampuan otot untuk menghasilkan kekuatan otot dengan resiko jatuh
tegangan dan tenaga selama usaha pada lansia di PSTW Kasih Ibu
maksimal baik secara dinamis maupun Batusangkar Tahun 2018.
statis atau dengan kata lain kekuatan otot
merupakan kemampuan maksimal otot DAFTAR PUSTAKA
untuk berkontraksi (Bambang : Kurnia,
2017, p.30). Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia.
Menurut asumsi peneliti Yogyakarta: Graha Ilmu.
kekuatan otot sangat dibutuhkan dalam Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah
mengurangi resiko jatuh pada lansia, Penduduk dan Laju Pertumbuhan
karena kekuatan otot merupakan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
kemampuan otot untuk menghasilkan di Provinsi Sumatera Barat,2010,
tegangan dan tenaga selama usaha 2014, dan 2015. Sumatera Barat.
maksimal baik secara dinamis maupun
statis atau dengan kata lain kekuatan otot Depkes, RI. 2015. Demografi Populasi
merupakan kemampuan maksimal otot Penduduk Lanjuut Usia di Dunia dan
untuk berkontraksi. Jika kekuatan otot Indonesia. Jakarta.
baik maka lansia akan tidak beresiko Dewi. 2014. Buku Ajar Keperawatan
untuk jatuh dan tubuh atau fisiknya kaan Gerontik. Yogyakarta : Deepublish.
seimbang. Jika kekuatan otot tidak kuat
maka akan beresiko untuk jatuh Gribble, P.,& Hertel, J. (2004). Effect of
sehingga kebanyakan lansia tidak bisa lower extremity muscle fatigue on
berjalan dan kebanyakan lansia terjatuh. postural control. Arch phys med
Kesimpulan rehabil vol,589-592
1. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa Hidayat. 2008. Riset Keperawatan dan
lebih dari separoh 42 orang (60%) Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
responden keseimbangan fisik tidak Salemba Medika.
seimbang, dan 28 orang (40%)
Kemenkes, RI. 2015. Situasi Lanjut Usia
responden dengan keseimbangan fisik
(LANSIA) di Indonesia. Jakarta
seimbang.
2. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa Kozier, et al. 2004. Fundamental of Nursing
lebih dari separoh 36 orang (51,4%) : Conceps, Process, and Practice (7th
responden kekuatan otot tidak kuat, Ed.). Jakarta : EGC.
dan 34 orang (48,6%) responden Lukman & Ningsih. 2011. Asuhan
dengan kekuatan ototnya kuat. Keperawatan pada Klien dengan
3. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
lebih dari separoh 37 orang (52,9%) Jakarta : Salemba Medika.
responden resiko jatuh tinggi, dan 33

8
Lumbantobing, 2008.Neurologiklinik: resiko jatuh pada lansia.Jakarta
pemeriksaanfisikdan mental. Jakarta: :jurnal PPS UNY. Vol 11
FKUI Stanley & Beare. 2007. Buku Ajar
Muttaqin. 2011. Buku Ajara Asuhan Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Keperawatan Klien dengan Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta EGC.
: Salemba Medika. Suratun, Uda et al. 2016. Klien Gangguan
Munawwarah, Muthiah : 2015. Pemberian Sistem Muskuloskeletal : Seri Asuhan
latihan pada lansia dapat Keperawatan. Jakarta : Penerbit
meningkatkan keseimbangan dan Buku Kedokteran EGC.
mengurangi resiko jatuh lansia. Syafitri, Henny. 2016. Pengaruh latihan
Jakarta : Jurnal Fisioterapi. Vol 15.
swiss ball terhadap keseimbangan
No 1 untuk mengurangi resiko jatuh pada
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian lansia di UPT pelayanan sosial.
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Medan :jurnalINJEC.vol 1
Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik dan Tamher & Noorkasiani. 2009. Kesehatan
Greiatrik. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Usia Lanjut dengan Pendekatan
Buku Kedokteran EGC. Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Yogyakarta : Nuha United Nation population Division. World
Medika. population prospects. The 2015
Revision. New York: United
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Nations; 2015
Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : Widuri. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia
Penerbit Buku Kedokteran EGC. (aspek mobilitas dan istirahat tidur).
Yogyakarta : Gyosen Publishing.
Pudjiastuti & Utomo. 2003. Fisioterapi Pada
Lansia. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Setiadi. 2013. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Stanhope & Lancaster, 2004.Komuniti health
nursing promoting health of
aggregates, families, and individuals.
St. Louis : Mosby
Supriono, Eko. 2015. Aktifitas fisik
keseimbangan guna mengurangi

Anda mungkin juga menyukai