PENDAHULUAN
Manusia tumbuh dan berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia
(lanjut usia). Lansia (lanjut usia) adalah suatu tahap lanjut yang dilalui dalam proses
kehidupan pada setiap manusia yang ditandai dengan penurunan kemampuan dan fungsi
pertengahan (Middle Age) antara usia 45-59 tahun, usia lanjut (Elderly) usia antara 60-
74 tahun, usia lanjut tua (Old) usia antara 75-90 tahun, usia sangat tua (Very Old) usia
90 tahun ke atas. Tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia Indonesia akan menempati
urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah lansia di Brazil, Meksiko, dan
Negara Eropa.
Pada lansia yang memiliki banyak penurunan pada fisiologis tubuh, terutama yang
posture, kadar lemak yang menumpuk pada daerah tertentu, penurunan propioseption,
penurunan visual. jika hal tersebut terjadi akan terjadi kontrol keseimbangan yang
kurang baik bagi lansia sehingga dapat meningkatkan resiko jatuh pada lansia. Ketika
alignment tubuh yang simetri agar menjadi lebih stabil ketika digerakkan atau
digunakan ketika bergerak. Gerak yang dihasilkan ketika tubuh memiliki kemampuan
untuk stabil merupakan gerak yang efektif dan efisien sehingga dapat mengurangi
1
Fisioterapi dalam hal ini sangat berperan terhadap peningkatan gerak dan fungsi
terutama pada lansia sehingga Qualitas of life lansia akan baik dan bisa menikmati
Gangguan keseimbangan postural merupakan hal yang sering terjadi pada lansia.
Jika keseimbangan postural lansia tidak dikontrol, maka akan dapat meningkatkan
resiko jatuh. Latihan fisik berupa latihan keseimbangan pada lansia diperlukan untuk
mengurangi kemungkinan kejadian jatuh. Karena komplikasi lebih lanjut akibat jatuh
adalah kematian.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH pada tahun 2010
populasi lansia adalah 7,56% dan pada tahun 2011 menjadi 7,58%. Sementara itu
Sumber Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, memberikan gambaran proporsi lansia
di Indonesia 7,6% atau sekitar 18,5 juta orang. UN, World Population Prospect
menyatakan pada tahun 2013 jumlah lansia di Indonesia mengalami kenaikan menjadi
8.9%. Sekitar 30-50% dari populasi lanjut usia (berusia 65 tahun) ke atas mengalami
jatuh setiap tahunnya (Nugroho, 2008). Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari 115
pada lanjut usia yang dapat menyebabkan patah tulang, keseleo pada otot, perlukaan
jaringan bahkan jatuh dapat menyebabkan kematian pada lansia. Dari beberapa faktor
tersebut yang menjadi penyebab utama gangguan keseimbangan postural pada lansia
adalah faktor penuaan (Avers, 2017). Salah satu diantaranya adalah perubahan struktur
otot, yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut otot (atrofi otot). Jika sistem
2
tidak optimal sehingga mengakibatkan kekuatan tarik menarik antara aktin dan mosin
keseimbangan tidak terbentuk dengan baik (goyang / tidak mampu berdiri dengan
tegap). Kejadian jatuh pada lansia juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi (Darmojo,
2018). Dampak perubahan morfologis pada otot ini dapat menurunkan kekuatan otot
(Pudjiastuti, 2019). Atrofi serabut otot dapat menyebabkan seseorang bergerak menjadi
kelambanan bergerak kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung gampang
pada lansia. Karena kekuatan otot merupakan komponen utama dari kemampuan
lansia adalah dengan menggunakan teknik balance strategy exercise dan 12 balance
exercise. Pada pelatihan Balance Strategy Exercise manfaat yang akan diperoleh berupa
Menurut Apriyani, 2014 fungsi tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30
tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat `tubuh akan berada dalam kondisi tetap
utuh beberapa saat kemudian menurut sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.
Perubahan fungsi fisiologis biasanya dialami oleh lansia. Perubahan fungsi fisiologis ini
antara lain penurunan kekuatan otot, kontraksi otot, elastisitas otot, fleksibilitas otot,
3
kecepatan gerak dan waktu reaksi gerakan yang lambat. Keadaan yang seperti ini
aktivitas pada lansia, risiko jatuh, cidera kepala, cidera 2 muskuloskeletal dan beberapa
kecelakaan yang diakibatkan oleh jatuh. Berdasarkan survei di Amerika Serikat, sekitar
30% lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut
mengalami jatuh berulang (Annafisah dkk, 2013). Penurunan keseimbangan pada orang
dalam latihan akan menurunkan insisdensi jatuh pada lanjut usia sebesar 17%. (Darmojo
Salah satu latihan keseimbangan yang dapat dilakukan adalah balance exesice.
kestabilan tubuh dengan meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah. (Nyman dalam
Masitoh, 2013). Balance exercise dilakukan dalam 3 kali dalam seminggu selama 5
minggu adalah frekuensi yang optimal, dan dapat meningkatkan keseimbangan postural
4
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Definisi Keseimbangan
atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan terbagi
pusat gravitasi (center of gravity) atas dasar dukungan bidang tumpu (base of
Pada lansia mengalami perubahan struktur mata yaitu atropi dan hialinisasi pada
muskulus siliaris yang dapat meningkatkan amplitudo akomodasi. Hal ini dapat
yang kemudian dapat menurunkan visual manula, dan pada akhirnya akan
mata dan posisi tubuh atau kepala terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Gangguan keseimbangan akan tampak lebih jelas lagi jika impuls afferen untuk
5
visual ditiadakan, misalnya pada saat mata tertutup, maka kehilangan ayunan
serta pandangan mata melalui reseptor makula dan krista ampularis yang
tubuh terhadap kondisi di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan
badan itu sendiri (internal) melalui reseptor-reseptor yang ada dalam sendi,
tendon, otot, ligamentum dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada pada
kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi
3. Pengelompokan Keseimbangan
berperan mempertahankan posisi tubuh pada saat tidak bergerak atau berubah.
Contohnya pada saat berdiri dengan bertumpu pada satu kaki, berdiri di atas
6
papan keseimbangan dan keseimbangan dinamis yang menggambarkan
a. Faktor Usia
Umur sebagai salah sat,u sifat karaketristik tentang orang yang dalam
disebabkan oleh umur. Peranan variabel umur menjadi cukup penting antara
lain karena studi tentang hubungan variasi suatu penyakit dengan umur dapat
karena perubahan yang terjadi pada lansia (Sihvonen, 2004). Maciel dan
yang buruk pada penelitianya yang dilakukan pada 310 lansia. Tinetti (2013)
juga menyatakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk berusia 65 tahun atau
7
ulang. Jatuh merupakan da,,,,,,,,,,,mpak langsung dari gangguan
komunitas yang berusia 65 tahun atau lebih menghasilakn bahwa lebih dari
70% lansia tersebut mengalami jatuh bahakan terjadi luka atau cedera karena
jatuh
yang paling signifikan di dalam peristiwa kesehatan atau dalam faktor risiko
2017) . Selain itu perbedaan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor psikologis,
pada lansia perempuan. Observasi terhadap kejadian jatuh pada 963 lansia
lansia wanita lebih tinggi daripada pria yaitu 30% menjadi 50% sedangkan
otot pada ekstremitas bawah sehingga kurang dapat menyangga berat badan
(Leord,et al.2007). Kejadian jatuh banyak terjadi pada lansia wanita juga
8
hormone estrogen dapat menyebabkan tulang kehilangan kalsium dan
jatuh lebih banyak terjadi pada lansia wanita daripada laki-laki (Leord,et
al.,2017)
riwayat jatuh didapatkan hasil baha kejadian jatuh berkurang 46% pada
9
Pakaian yang terlalu panjang dapat menyebabkan jatuh. Penggunaan alas
terhadap jatuh adalah alas kaki yang sempit, memiliki hak tinggi,sepatu yang
tidak pas,fiksasi yang tidak adekuat dan bawahan alas kaki yang terlalu datar
benda baik benda hidup maupun mati, titik pusat gravitasi terdapat pada titik
selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi
jika terjadi perubahan postur tubuh maka titik pusat gravitasi pun berubah,
gravitasi selalu berpindah secara otomatis sesuai dengan arah atau perubahan
berat jika center of gravity terletak di dalam dan tepat ditengah maka tubuh
akan seimbang, jika berada diluar tubuh maka akan terjadi keadaan unstable.
Pada manusia pusat gravitasi saat berdiri tegak 18 terdapat pada 1 inchi di
10
hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan base of support
(bidang tumpu).
baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang
tumpu, semakin tinggi stabilitas. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat
gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi (Wen Chang Yi et al, 2009).
terjadi pada sisrtem neurologis atau saraf pusat,sistem sensorik terutama system
psikososial pada lansia. Selain itu karasteristik usia lanjut seperti usia, jenis
kelamin dan pekerjaan, riwayat jatuh yang dapat menyebabkan takut jatuh,
aktivitas fisik, nutrisi, serta medikasi dapat menjadi faktor resiko gangguan
alat bantu jalan, alas kaki serta pakaian yang tidak adekuat (Miller,2014)
11
B. Tinjauan Tentang Problem Keseimbangan pada Lansia
Akibat dari gangguan keseimbangan adalah jatuh dan sering mengarah pada
tiba-tiba pada struk atau serangan epilepsy (Kelong International Working Grup,
dan muskuloseletal, kerusakan fisik, fraktur pada panggul radius, ulna, humerus,
kaki, leher, injuri seperti luka memar, lecet dan terkilir, subdural hematoma,
1. Balance exercise
Masitoh, 2013). Menurut Jowor, 2012 balance exercise adalah latihan khusus
untuk membantu meningkatkan kekuatan otot pada anggota gerak bawah dan
12
fleski, hip fleksi, knee fleksi, side leg rise, (Kaesler et al., dalam Masitoh
2013).
didapat dari reseptor sensoris perifer yang terdapat pada sistem visual,
disusul oleh visula dan proprioseptif (Paja,la, 2004 dalam masitoh, 2013).
menjadi tidak stabil misalnya gerakan objek yang cepat, permukaan lantai
ynag bergerak, permukaan pasir, busa dan sebagainya. Tubuh lansia akan
membutuhkan kontrol postural yang lebih besar dari lingkungan yang tidak
13
penurunan elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi
maupun statis (Kloss & Heiss, 2007 dalam Masitoh , 2013) untuk membantu
kekuatan otot pada anggota gerak bawah dan system vestibular atau
kekeuatan. Selain itu, balance exercise juga menimbulkan kontraksi otot pada
keseimbangan.
cedera/jatuh.
14
Alat dan bahan yang digunakan untuk balance exercise ini adalah kursi
selama tiga kali dalam dua minggu. Lama latihan dilakukan selama 25 menit,
dan klien. Persiapan tempat dapat dilakukan di wisma tempat tinggal lansia
kenyamanan posisi klien. 15 Cara kerja dari dari balance exercise ini adalah
telapak kaki searah jarum jam dan sebaliknya, melakukan gerakan fleksi
fleksi paha sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar, melakukan gerakan
gerakan fleksi lutut sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar, melakukan
sebentar, melakukan gerakan mata ke atas dan ke bawah sebanyak 8-15 kali,
lalu istirahatkan sebentar, melakukan gerakan mata ke arah samping kiri dan
kanan sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar, melakukan gerakan mata
yang difokuskan pada ujung jari sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan
sebentar, melakukan gerakan fleksi dan ekstensi kepala sebanyak 8-15 kali,
15
dan kanan sebanyak 8-15 kali , lalu istiratkan. Setelah dilakukan latihan tahap
2016).
Menurut Glenn (2007) Gerakan Balance Exercise terdiri dari 5 macam, yaitu
plantar flexion, hip flexion, hip extention, knee flexion dan side leg raise.
1) Plantar Flexion
Plantar flexi
2) Hip Flexion
c) Pertahankan posisi.
16
e) Ulangi dengan menggunakan lutut kiri. f. Gerakan dilakukan sebanyak 10
x.
3) Hip Extention
keadaan lurus).
c) Pertahankan posisi.
4) Knee Flexion
17
a) Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi.
b) Perlahan tekuk lutut kanan kearah belakang sehingga kaki kanan terangkat
dibelakang tubuh.
c) Pertahankan posisi
keadaan lurus).
c) Pertahankan posisi.
18
19
20
BAB III
PROSES ASSESMENT FISIOTERAPI
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 82 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
B. History Taking
tahun yang lalu. Kemudian pasien sering kehilangan keseimbangan pada saat
C. Inspeksi/Observasi
1. Inspeksi statis
D. Pemeriksaan/Pengukuran Geriatri
1. Vital Sign
21
b. Frekuensi Nadi : 92/Menit
c. Pernafasan : 22/menit
Keterangan :
Hasil :
92 + 30%(46)
22
DNL Batas bawah pasien : 92 + 20% (220-82-92)
92 + 20%(46)
selama 6 menit, sebelum melakukan test terlebih dahulu pasien diukur vital sign
(TD, RR, DN, suhu, dan saturasi) dan hasil akhir menghitung Vo2max. sebagai
berikut:
: 1, 8 + 7,38
: 9,18
4 4
23
6. Pengkuran Fleksibilitas
a. Prosedur Test
1) Pengukuran terhadap satu sesi keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes
keseimbangan statis dan dinamis dengan sekala 0-4 (skala di dasarkan pada
kualitias dn waktu yang diperlukan dalam melengkapi tes
2) Alat yang dibutuhkan : stopwatch, kursi dengan penyangga, meja, objek untuk
di pungut dari lantai, stool, dan penanda
3) Waktu tes: 10-15 menit
4) Pasien di nilai waktu melakukan hal-hal dibawah ini, sesuai dengan kriteria yang
dikembangkan oleh berg
No Item Berg Balance Scale Skor Ket.
T1 T2 T3 T4
1. Duduk ke berdiri 4 4 4 4
2. Berdiri tak bersangga 3 3 3 3
3. Duduk tak tersangga tetapi kaki tersangga 4 4 4 4
pada lantai atau stool
4. Berdiri ke duduk 4 4 4 4
5. Transfer 4 4 4 4
6. Berdiri tak tersangga dengan mata tertutup 2 2 2 2
7. Berdiri tidak tersangga dengan kaki rapat 2 2 2 2
8. Meraih kedepan dengan lengan lurus 2 2 2 2
secara penuh
9. Mengambil objek di lantai dari posisi 4 4 4 4
berdiri
10. Berbalik untuk melihat ke belakang 4 4 4 4
11. Berbalik 360 derajat 2 2 2 2
12. Menempatkan kaki bergantian ke stool 3 3 3 3
dalam posisi berdiri tanpa penyangga
13. Berdiri dengan satu kaki di depan kaki 3 3 3 3
lainnya
14. Berdiri dengan satu kaki 1 1 1 1
TOTAL SKOR 38 38 38 38
a. Interpretasi:
24
41-56 : Mandiri
stopwatch, dinding.
c. Prosedur tes : Posisi awal pasien duduk bersandar pada kursi dengan lengan
berada pada penyangga lengan kursi. Pasien mengenakan alas kaki yang
biasa dipakai. Pada saat fisioterapis memberi aba-aba “mulai” pasien berdiri
dari kursi, boleh menggunakan tangan untuk mendorong berdiri jika pasien
depan kursi pasien berbalik dan duduk kembali bersandar. Waktu dihitung
2) Bila kurang dari 20 detik, maka dapat dikatakan baik. Subjek dapat
25
4) Sedangkan pada subjek yang lebih lama dari 40 detik harus mendapat
9. Pemeriksaan koordinasi
1. Jari ke hidung √ √
2. Jari lansia ke jari terapis √ √
3. Jari ke jari yang lain √ √
4. Menyentu hidung dan jari tangan √ √
bergantian
5. Gerak aposisi jari tangan √ √
6. Menggenggam √ √
7. Pronasi-supinasi √ √
8. Rebound test √ √
9. Tepuk tangan √ √
10. Tepuk kaki √ √
11. Menunjuk √ √
12. Tumit ke lutut √ √
13. Tumit ke jari kaki √ √
14. Jari kaki menunjuk jari tangan √ √
terapis
15. Tumit menyentuh bawah lutut √ √
16. Menggambar lingkaran dengan √ √
tangan
Menggambar lingkaran dengan √ √
kaki
Mempertahankan posisi anggota √ √
gerak atas
Mempertahankan posisi anggota √ √
gerak bawah
Hasil : pasien mampu untuk melakukan semua gerakan dengan cepat dan tepat
26
Ya Tidak
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Ya Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?
Ya Tidak
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
Ya Tidak
9. Apakah anda lebih senang tinggal dirumag daripada pergi ke luar dan
mengerjakan sesuatu yang baru?
Ya Tidak
10. Apakah anda mersa mempunyai banyak masalah dengn daya ingat anda
dibandingkan kebanyakan orang?
Ya Tidak
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?
Ya Tidak
12. Apakah ada merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini?
Ya Tidak
13. Apakah anda merasa penuh semangat?
Ya Tidak
14. Apakah anda merasa bahwa keadaann anda tidak ada harapan?
Ya Tidak
15. Apakah anda piker bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda?
Ya Tidak
27
3. PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari
belakang, misal” SEHAT “
1.T 1
2.A 1
3.H 1
4.E 1
5.S 1
4. MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek
Diatas
1.Baju 1
2.Pulpen 1
3.Bantal 1
5. BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
1. Baju 1
2. Pulpen 1
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat
berikut
1. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ 1
c. Turuti hal berikut
1. Tutup mata 1
2. Tulis satu kalimat 1
JUMLAH 23
28
4 Penggunaan WC (keluar 0 Tergantung pertolongan orang lain 2
masuk WC, Perlu pertolongan pada beberapa
melepas/memakai 1 kegiatan tetapi dapat mengerjakan
celana, cebok, sendiri beberapa kegiatan yang lain
menyiram)
2 Mandiri
5 Makan minum (jika 0 Tidak mampu 2
makan harus berupa 1 Perlu ditolong memotong makanan
potongan,dianggap 2 Mandiri
dibantu)
6 Bergerak dari kursi roda 0 Tidak mampu 3
ke tempat tidur dan 1 Perlu banyak bantuan untuk bias duduk
sebaliknya (termasuk (2 orang)
duduk di tempat tidur) 2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
7 Berjalan di tempat rata 0 Tidak mampu 3
(atau jika tidak bisa 1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
berjalan, menjalankan 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
kursi roda) 3 Mandiri
8 Berpakaian (termassuk 0 Tergantung orang lain 2
memasang tali sepatu, 1 Sebagian dibantu (mis: mengancing
mengencangkan sabuk) 2 baju)
Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu 1
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain 2
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
Skor Total 19
Interpretasi :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
E. Diagnosa Fisioterapi
pada lansia
29
F. Problematik Fisioterapi
30
BAB IV
INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI
b. Koreksi postur
31
3. Participation retriction
b. Gangguan mengikuti Mengemblikan aktivitas Functional exercise
kegiatan sosial seperti pekerjaan secara mandiri
kerja bakti
1. Balance exercise
b. Prosedur pelaksanaan:
1) Plantar Flexion
c) Pertahankan posisi.
Plantar flexi
2) Hip Flexion
32
b) Angkat lutut kanan keatas tanpa menggerakkan atau menekuk
pinggang.
c) Pertahankan posisi.
3) Hip Extention
keadaan lurus).
c) Pertahankan posisi.
33
4) Knee Flexion
c) Pertahankan posisi
keadaan lurus).
34
c) Pertahankan posisi.
35
2. Six minute walking distance exercise
c. Persiapan pasien : sebelum memulai latihan ukur vital sign dan pastikan
sesak serta nyeri dada pasien tidak lebih dari derajat sedang
d. Teknik Pelaksanaan :
Buatlah lintasan sejauh sekitar 30 meter. Minta pasien untuk berjalan sejauh
pasien tidak berjalan terlalu cepat atau terlalu lambat. Jika pasien
mengalami kelelahan atau muncul gejala seperti sesak dan nyeri dada maka
latihan dapat dihentikan. Hitung jarak yang mampu ditempuh oleh pasien.
3. Koreksi Postur
36
1. Pursed-lip Breathing
a. Tujuan :
b. Persiapan Pasien :
c. Teknik pelaksanaan :
Minta pasien untuk menarik napas lewat hidung selama 2 detik (hitungan
mulut seperti meniup lilin selama 4 detik (hitungan 3-6). Latihan diulang
3-5 kali.
1. Edukasi
memicu timbulnya sesak napas, seperti berjalan jauh, naik turun tangga
aktivitas.
2. Home Programe
yang telah diajarkan saat terapi, seperti Pursed Lip-Breathing, balance exercise
dan melakukan six minute walking distance exercise secara mandiri di rumah.
37
E. Evaluasi
Evaluasi
Intervensi
No. Problematik T1 T2
Fisioterapi
1. Penurunan kekuatan
Balance exercise Nilai 4 Nilai 4 Nilai 4
. otot tungkai
Segmental
3. Sesak napas breathing, Nilai 2 Nilai 1 Nilai 1
mobilisasi chest
Gangguan BBS Nilai BBS BBS Nilai
4. Balance exercise
keseimbangan 38 Nilai 40 44
38
BAB V
PEMBAHASAN
1. History Taking
diutarakan oleh pasien melalui tanya jawab, yang disusun secara kronologis
mendapatkan history taking yang baik dibutuhkan sikap pemeriksa yang sabar
dan penuh perhatian, serta waktu yang cukup. Cara pengambilan history taking
2. Inspeksi/observasi
statis dimana pemeriksa mengamati keadaan pasien dalam keadan statis atau
diam dan inspeksi dinamis yaitu pemeriksan mengamati keadaan pasien dalam
keadaan dinamis atau bergerak. Pengamatan dilakuakn secara detai dari ujung
kepala hingga ujung kaki (head to toe). Pada lansia hasil inspeksi umumnya
39
3. Pemeriksaan Vital Sign
Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis
terutama pada pasien yang secara medis tidak stabil atau memiliki faktor-faktor
intervensi. Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang adekuat bagi
tindakan fisioterapi, khususnya exercise. Vital sign terdiri atas tekanan darah,
4. Pemeriksaan Koordinasi
dalam suatu tugas kerja yang kompleks, dengan ketentuan bahwa gerakan
lingkungan. Fungsi ini merupakan satu unit koordinasi tidak hanya pada lengan
itu sendiri tapi juga melibatkan tubuh (postural) yang membutuhkan integrasi
40
tangan dikatakan sebagai membutuhkan koordinasi atau ketrampilan tingkat
tinggi (deksteritas). Pada lansia fungsi lengan dan tungkai yang lemah sering
kali terganggu dan biasanya merupakan akibat dari penurunan kekuatan otot
yang nyata.
dicurigai atau aktual mengalami gangguan pada otot baik kekuatan maupun daya
tahannya. Identifikasi dini dari gangguan otot ini dapat dijadikan dasar intervensi
status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang
pengujian otot secara manual yang disebut dengan MMT (manual muscle
pemeriksaan kekuatan otot yang paling sering digunakan. Hal tersebut karena
Namun demikian tetap saja, manual muscle testing tidak mampu untuk
41
mengukur otot secara individual melainkan group / kelompok otot. (Bambang,
2012).
Untuk pengkajian kekuatan otot, pasien berada dalam posisi stabil. Klien
Perhatikan tiap kelompok otot. Minta klien untuk memfleksikan otot yang
secara bertahap terhadap kelompok otot (misalnya: ekstensi siku). Minta pasien
(misalnya: fleksi elbow). Pasien terus melawan sampai diminta berhenti (Potter
saat T0 didapatkan skor MMT ekstremitas inferior kiri dan kanan bernilai 4. Dan
kekuatan otot, dengan hasil akhir T2 skor MMT ekstremitas superior sinistra
7. Indeks Barthel
dan mobilitas serta dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan
fungsional bagi pasien lansia. Indeks Barthel sudah dikenal luas memiliki
42
kehandalan dan kesahihan yang tinggi, karena dengan pengamatan yang
berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat
dilakukan pada pasien saat T0 didapatkan skor 22 dimana pasien masih bisa
dan kemampuan dan (atau ketidak mampuan) para lansia dengan gangguan
Tes ini mencakup 14 item dengan setiap item terdiri darilima point skala
ordinal dari 0-4,dengan 0 mengindeikasikan level fungsi yang lebih rendah dan 4
level fungsi yang lebih tinggi.Skor total 56 Point. Pengukuran Berg Balance
Scale pada pasien ini dengan T0skor 38 ( Resiko jatuh ) setelah T2 menjadi 44
gunakan untuk menilai status mental secara lengkap dan sistematis.MMSE juga
43
waktu;dengan demikian membuat jalan yang efektif untuk mendokumentasikan
5 hingga 10 menit,oleh karna itu praktis untuk di gunakan secara rutin dan
berulang kali.
1. Balance exercise
didapat dari reseptor sensoris perifer yang terdapat pada sistem visual,
vestibular, dan proprioseptif. Dari ketiga jenis reseptor ini, vestibular memiliki
menjadi tidak stabil misalnya gerakan objek yang cepat, permukaan lantai ynag
membutuhkan kontrol postural yang lebih besar dari lingkungan yang tidak
44
elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi lambat.
maupun statis (Kloss & Heiss, 2007 dalam Masitoh , 2013) untuk membantu
gerakan volunter dan respon postural otomatis dalam tubuh. Ketika melakukan
pelatihan ankle, hip, dan stepping strategy exercise, maka tubuh mengirimkan
tubuh dari persendian ke sistem saraf bermielin besar. Informasi ini selanjutnya
kemudian diolah di dalam korteks serebri (Squire et all, 2008 dalam Nugraha et
all, 2016). Korteks serebri (area korteks motorik primer, area premotorik, dan
45
langsung di neuron-neuron motorik anterior. Neuron motorik anterior
mengadakan potensial aksi pada terminal saraf (Squire et all, 2008 dalam
memungkinkan ion positif yang penting seperti natrium (Na+ ), kalium (K+ ),
dan kalsium (Ca2+ ) dapat bergerak mudah melewatinya. Peristiwa ini akan
serabut otot yang disebut potensial end plate dan akan menimbulkan suatu
dan ion-ion ini akan menimbulkan kekuatan tarikmenarik antara filamen aktin
somatosensorik ini timbul di kumparan otot, organ tendon otot, dan reseptor
taktil kulit yang menutupi otot dan akan menimbulkan positive feedback
enhancement dengan lebih merangsang kontraksi otot (Guiton & Hall, 2008
46
keadaan normal tetapi belum cukup mencapai batas peletupan. Pelatihan
balance strategy exercise yang dilakukan dengan frekuensi tiga kali seminggu
selama lima minggu memberikan efek berupa adaptasi neural. Adaptasi neural
meliputi sumasi spasial dan sumasi temporal pada sistem saraf. Sumasi spasial
terjadi adaptasi neural ini menimbulkan sumasi serabut multipel yaitu suatu
peningkatan kekuatan otot (Guiton & Hall, 2008 dalam Nugraha et all, 2016).
Otototot ini akan menyokong tubuh dan menyangga limit of stability sehingga
stepping strategy exercise. Pada pelatihan ini, percepatan linear tubuh akan
47
dengan ujung-ujung sensorik saraf vestibular. Ketika terjadi percepatan linear
stereosilia ke arah kinosilium atau mendorong ke luar badan sel, sehingga ion
batang otak. Pada sistem ini, batang otak menjalarkan sinyal eksitasi yang kuat
proteksi terhadap tubuh akibat suatu gangguan atau perubahan landasan tumpu.
lebih lebar, fase menumpu yang berlangsung singkat oleh adanya kekuatan otot
abduktor, adduktor, dan rotator), otot-otot lutut (ekstensor dan fleksor), kaki
dan pergelangan kaki, serta otototot postural tubuh (m. erector spinae dan m.
48
Peningkatan kontrol dinamik pada pelatihan balance strategy exercise
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hyun (2014).8 Penelitian ini
panjang langkah lansia pada satu siklus gait (stride length), meningkatkan
panjang langkah kaki yang berbeda (step length), serta mempersingkat waktu
dalam melangkah.
2. Pursed-lip Breathing
tekanan dalam rongga perut yang diteruskan sampai bronkioli sehingga kolaps
saluran napas saat ekspirasi dapat dicegah dan membuat pertukaran gas lancar,
dan arus puncak ekspirasi dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian
oleh Abd-Elghany A.G. et al. tahun 2021 yang berjudul Mouth Mask versus
meningkatkan status kesehatan dan aktivitas fisik pada pasien penyakit paru
obstruktif kronik.
49
Balke mengembangkan tes sederhana untuk mengevaluasi kapasitas
tungkai dan daya tahan jantung pada lansia untuk menilai status fungsional
jantung ini merupakan metode yang murah, cepat dan aman dan dapat
ditoleransi dengan baik oleh pasien pasca bedah arteri pada fase awal
50